Sambutan Presiden RI pd Silaturahim dg Petani Pemenang Adhikarya, di Jakarta, tgl 16 Jan 2015 Selasa, 27 Januari 2015 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SILATURAHMI DENGAN PETANI PEMENANG ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA DAN PEMENANG PEMILIHAN PETUGAS OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DAN RAWA TELADAN TINGKAT NASIONAL TAHUN 2014 DI ISTANA NEGARA, JAKARTA TANGGAL 16 JANUARI 2015 Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semuanya, Mohon maaf, ada urusan yang muter-muter sehingga tadi saya telepon Pak Menko, Pak Menteri Pertanian, Pak Menteri PU, tolong saya digantikan terlebih dahulu barang setengah jam - satu jam, dan alhamdulillah sudah, sekarang ketemu. Yang saya hormati, Bapak-Ibu semuanya, Kepala Desa, peneliti, kelompok tani, juru dan mantri irigasi, apa lagi yang belum? Pelopor, pengamat, apa lagi yg belum? Nanti ada yang nggak disebut, protes. Ini memenuhi janji saya dulu di Subang. Saat itu memang saya tidak terpikir, saya tidak terpikir, karena Pak Menteri Pertanian, "Pak, nanti kita ini aja, semuanya kita kumpulkan di lapangan, di dekat sawah." Saya langsung ya, setuju. Saya itu kalau lapangan dan tempat-tempat yang berkaitan dengan kegiatan program itu saya senang, jangan sampai di gedung, di ruangan. Ternyata keliru saya, ternyata Bapak Ibu semuanya kan pingin masuk ke Istana Negara. Jadi, kok waktu diumumkan Pak Menteri Pertanian, kok uuu.. uuu... Tiga kali aa..uu..aa..uu.., ini apa? Saya barusan nemu oo bener ini, masa petani setiap hari di sawah diajak ke sawah lagi, mau ke istana dibatalkan. Ya sudah, berarti sekarang sudah sampai ke istana, ya Istana Negara seperti ini, nanti bisa foto-foto di depan. Kalau ke sini kepala negara dari mancanegara, bupati, walikota senangnya kalau bisa foto di depan istana, nanti pulang kan bisa ditunjuk-tunjukkin, saya ngerti aja.
Bapak Ibu sekalian yang saya hormati, Jadi saya melihat sekarang ini gerakan di sektor petanian kita luar biasa. Pak Menteri Pertanian nggak pernah di kantor. Kalau rapat pamit saya terus, "Pak saya pamit. Saya ada di Kalimantan, saya ada di Sulawesi, saya ada di Sumatra, saya ada di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat." Ya, memang yang betul seperti itu, menteri jangan diam di kantor, nggak ngerti dong masalah di lapangan. Benar nggak? Kalau Menteri PU juga sama, ngukur-ngukur jalan, ngecek irigasi, bendungan, ngecek jalan tol, tugasnya gitu. Jangan malah hanya tekan-teken di dalam kantor, nanti kualitas proyeknya bubrah semuanya, jelek gimana. Dan target-target yang diberikan oleh Menteri Pertanian ke provinsi, ke kabupaten/kota jelas. Jawa Barat naik berapa juta ton? Jelas. Jawa Barat 2 juta, Jawa Timur 2 juta. Saya yang nulis-nulis saja "Awas kalau tidak tercapai," itu saja. Iya kan? Masa saya ikut-ikut ngejar-ngejar? Itu tugasnya Pak Menteri. Dua juta, minta apa? Pak, minta tambah traktor? Sudah beri, Pak, benih dan pupuk harus tepat waktu. Dulu memang tidak tepat waktu, karena apa? Benih dan pupuk harus lelang, lelang butuh waktu dua bulan. Pas lelangnya rampung sudah panen. Ini kejadian seperti itu, diulang-ulang sehingga kemarin Perpresnya sudah kita ubah. Sudah, sekarang benih dan pupuk nggak usah pakai lelang, langsung bisa tunjuk langsung sampai ke petani sehingga tepat waktu
barangnya. Karena serapan untuk benih, berapa Pak? Hanya berapa persen? Hanya 20% coba, yang 80% nggak terkirim. Gimana kita mau swasembada? Problem-problem lapangan seperti itu yang sekarang ini betul-betul teridentifikasi dan kita kuasai betul. Saya lihat saluran-saluran irigasi di hampir semua provinsi lebih dari 50 % rusak semuanya. Ada yang menyampaikan ke saya, "Pak, ini sudah 30 tahun, Pak, nggak diapa-apain. 30 tahun Pak, nggak diapa-apain." Airnya nggak mungkin sampai ke sawah 100%. Ini problem ini yang ingin kita selesaikan. Waduk nggak pernah dibangun. Berapa puluh tahun kita nggak bangun waduk. Gimana sawah mau dapat air kalau nggak bangun waduk? Dimulai dari bangun waduk. Kemarin sudah kita hitung-hitung, kita tentukan keperluan kita 30 waduk kita bangun. Kumpulkan bupati, walikota, gubernur. Semuanya minta tambahan waduk, minta waduk, minta waduk, minta waduk, akhirnya tidak 30 yang kita bangun, tapi 49. Semuanya senang waduk. Ya bagus, bagus. Tapi kalau sudah kita beri waduk, kamu, targetmu apa? Jelas, kalau nggak, panggil pasti. Saya mintai pertanggungjawaban, ya dong, itu uang negara, uang rakyat. Saya meyakini, Insya Allah, dengan cara-cara kerja yang sedang kita lakukan, waduk bangun, irigasi bangun, benih dan pupuk terus, terus, terus. Target saya tiga tahun harus sudah swasembada. Tapi saya yakin belum tiga tahun sudah, insya Allah sudah selesai. Jangan... kita negara agraris, impor beras? Coba, saya waktu ketemu kepala-kepala negara di ASEAN, ASEAN Summit, ketemu Kepala Negara Vietnam, tanya ke saya, "Presiden
Jokowi, beli berasnya lagi kapan?" Malu ndak? Kita impor dari sana. Ketemu, yang ditanyakan beli berasnya kapan. Itu yang nanti, setelah dua tiga tahun yang akan datang, kita harus sudah berani membalikkan keadaan. Siapa yang butuh beras, silakan ke Indonesia. Harus seperti itu. Saya yakin, insya Allah nggak ada masalah. Coba nanti dilihat, diteruskan dengan jagung, gula, kedelai, semuanya terus. Kalau kerjanya seperti ini, dukungan dari Bapak-Ibu semuanya juga mendukung, saya yakin nggak ada masalah. Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Terima kasih atas kehadirannya. Yang paling penting kalau saya janji saya tepati, gitu aja. Saya bilang Januari, ya ini Januari. Nggak mau ada yang bisik-bisik di belakang saya, "Hanya janji aja, nggak diundang ke istana." Repot saya nanti. Terima kasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan, Kementerian Sekretariat Negara RI