Konferensi Pers Presiden RI Terkait Hasil Konsolidasi Organisasi dengan, di Bogor, tgl. 20 Feb 2015 Jumat, 20 Pebruari 2015

Transkripsi

1 Konferensi Pers Presiden RI Terkait Hasil Konsolidasi Organisasi dengan, di Bogor, tgl. 20 Feb 2015 Jumat, 20 Pebruari 2015 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TERKAIT HASIL KONSOLIDASI ORGANISASI DENGAN SELURUH BUPATI/WALIKOTA SE-INDONESIA DI ISTANA KEPRESIDENAN BOGOR TANGGAL 20 FEBRUARI 2015 Ya jadi hari ini kita kembali lagi konsolidasi organisasi dengan seluruh walikota dari Merauke sampai Sabang. Semuanya hadir, dan masalah-masalah juga sama seperti waktu kita bertemu dengan bupati-bupati. Masalah walikota dulu. Pak, Muslim dari Radio Elshinta Pak, persoalan yang paling banyak disampaikan oleh para walikota kepada Pak Presiden dalam pertemuan tadi, soal apa Pak?

2 Ya banyak, macem-macem. Tapi yang, keluhan yang banyak adalah apa, prosedur yang ruwet, sehingga menghambat kecepatan mereka bekerja. Itu, inilah yang ingin kita sederhanakan. Pak, Andi dari Kompas Pak, izin. Sebagian kepala daerah tadi mempersoalkan tentang kurangnya suplai barang yang akan diadakan dalam program pembangunan. Nah, ini kan bertolak belakang dengan mekanisme pengadaan barang yang mulai dipermudah oleh pemerintah. Sementara stok barang yang akan dibeli ternyata tidak siap. Nah, gimana langkah Presiden untuk me... apa, mengatasi masalah ini? Nggak, sebetulnya kan pengadaan barang dan jasa itu yang banyak lewat lelang. Tetapi sekarang kita akan mempermudah, memperbanyak barang-barang untuk masuk ke e-catalogue lewat LKPP, tetapi kecepatannya kurang. Jadi ini barang yang masuk ke e-catalogue lebih banyak. Kita pengen agar yang lewat e-catalogue itu lebih dari 50% dari total pengadaan barang dan jasa. Tetapi ada problem juga, barang yang sudah masuk ke e-catalogue, tapi di, kalau mau beli, nggak ada barangnya. Harganya sudah ada, tapi barangnya nggak ada, ini juga menyulitkan. Inilah. Saya kira problem-problem lapangan seperti ini yang sangat menghambat serapan anggaran, realisasi program dan anggaran. Ini yang terus akan kita selesaikan, sehingga kita ingin mendorong agar pengadaan barang dan jasa itu sebanyak-banyaknya bisa lewat e-catalogue. Naik cepet banget, seminggu-dua minggu langsung realisasi semuanya, seminggu-dua minggu realisasi semuanya. Tapi ada tadi ya barang-barang yang terutama yang alat-alat kesehatan itu sudah masuk ke e-catalogue, harganya udah ada, mau beli, tapi barangnya tidak ada. Saya mau cek ke lapangan, kenapa seperti itu. Mungkin juga karena, betul Pak Wapres, karena adanya perubahan kurs. Yang cepat itu juga yang itu akan lebih banyak yang impor kan? Sehingga ada perubahan kurs sudah bisa rugi, mungkin ke sana.

3 Saya Novi, apakah (inaudible) dari pemerintah Australia itu yang membuat pemerintah Indonesia agak berbeda dengan (inaudible) Nggak ada. Tidak ada. Ini kedaulatan hukum kita. Jadi tidak ada...

4 Nggak, nggak ada, ini masalah, saya kira masalah teknis, masalah lapangan, tanyakan ke Jaksa Agung. Nggak ada. (Inaudible) Kemarin sudah telepon ke Pak Wapres, sudah dijelaskan bahwa maksudnya bukan itu. Sebenarnya kita mau sampaikan sesuatu, tetapi karena sudah dijelaskan bahwa maksudnya bukan itu, nggak jadi. (Inaudible) Nanti biar dijelaskan Pak Wapres.

5 Pak Abbot langsung yang telepon ya Pak? Pak Tony Abbot langsung? Pak Menteri Luar Negeri, Pak Menlu. Nanti biar di-jelasin Pak JK. Silakan Pak! Wapres: Jadi kemarin Pak Menlunya, Julie Bishop menjelaskan bahwa, dan sambil tentu menyesalkan salah pengertian itu, Perdana Menterinya ingin mengatakan bahwa sejak dulu hubungan Indonesia dengan Australia bagus, termasuk pada saat Indonesia tsunami, tentu partisipasi Australia baik. Ini dimaksudkan bahwa Australia ingin melanjutkan kerja sama itu, baik kerja sama dalam bidang ekonomi, pertahanan, kepolisian, dan juga sama-sama memerangi narkoba, dia ingin bersama-sama memerangi. Itu maksudnya. (Inaudible) Wapres: Oh iya, dan dia mau menghargai, bukan menghargai, mengerti bahwa hukum Indonesia, hukum Indonesia, yang harus berjalan seperti itu. Saya jelaskan bahwa bukan Presidennya yang memutuskan hukuman mati itu, jangan lupa, ini mahkamah pengadilan yang independent, objektif, karena ini merusak bangsa kita. Jadi ini objektivitas pengadilan, bukan Presiden, jadi jangan tanya pemerintah. Itu saja, saya jelaskan seperti itu.

6 Pak Presiden bisa komentar sedikit terkait delay Lion Air dari dua hari belakangan ini yang sampai Bandara Cengkareng itu sedikit? Itu ditanyakan ke Menteri Perhubungan, atau tanyakan ke perusahaannya, masa. Tapi yang jelas pelayanan kepada masyarakat itu harus yang sebaik-baiknya. Udah. Bapak Presiden, ada tambahan, soal Pelayanan Satu Atap, yang investasi itu di, di daerah, itu perkembangannya sampai di mana? Iya hampir, lebih saya kira, hampir 80% daerah sudah punya Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Sehingga kekurangan yang tinggal sedikit itu yangâ harus diselesaikan tahun ini. Setelah itu selesai semuanya, ada kantornya, baru kita akan masuk ngecek, apakah betul-betul pelayanan sudah baik? Standarnya seperti apa? Apanya, baik mengenai biaya, baik mengenai ketepatan waktu, akan kita cek rutin, dan nanti akan dikeluarkan yang namanya Index Government Service, sehingga cek pelayanan setiap daerah itu kelihatan di situ. Terus, sudah?

7 Ini yang tadi juga masukan bagus. PTSP ini jangan badan dah, tetapi dinas, sehingga bisa mengeksekusi. Bukan hanya kayak front office, melayani. Ke depan setiap kita bertemu seperti ini pasti ada masukan-masukan yang sangat baik untuk pemerintah pusat. Terima kasih. Terima kasih Pak. Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan, Kementerian Sekretariat Negara RI