BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

A. Etika, Moral, dan Hukum dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

ERGONOMI PENGGUNAAN KOMPUTER Ergonomi:

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

DESAIN STASIUN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Laundry dikenal sebagai kegiatan binatu atau pencucian pakaian dengan. mencucikan pakaian-pakaian (Samsudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : diusahakan atas dasar hitungan harian

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN I-1

PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. sakit akibat pekerjaanya itu, baik itu berupa cedera, luka-luka atau bahkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain

BAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. disokong oleh beberapa kaki dan ada yang memiliki laci, sedangkan kursi adalah

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan sertazazz mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan

PEMBELAJARAN X ERGONOMI DAN PRODUKTIVITAS KERJA

Didesain agar nyaman dan tahan lama.

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 9. 2D BIOMECHANICS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya berlaku pada perusahaan industri dan ekonomi secara keseluruhan. Produktivitas mencakup hasil keluaran dan masukan. Sedangkan menurut ILO (1982) produktivitas adalah hubungan antara hasil nyata maupun fisik dengan masukan yang sebenarnya. Greenberg (1985) menyebutkan bahwa produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tertentu. (16) 2. Pengukuran Produktivitas digambarkan perbandingan keluaran dan pemasukan. Jumlah keluaran merupakan jumlah produksi yang dihasilkan seorang tenaga kerja, sedangkan masukan merupakan jumlah jam kerja orang. (15) Rumusan yang dapat digunakan untuk mengukur produktifitas kerja secara parsial yangmenggunakan masukan tunggal sebagai berikut: Produktivitas tenaga kerja = Keluaran (fisik nilai) Masukan (jumlah jam kerja) Keterangan: - Masukan: jumlah jam kerja yang tersedia: ( jumlah pekerja X lama kerja X jam kerja/hari = jam) - Keluaran: barang yang dihasilkan. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja Dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja di suatu bidang industri perlu memperhatikan faktor yang mempengaruhinya, baik yang 7

berhubungan dengan lingkungan fisik maupun dari tenaga kerja itu sendiri (17), diantaranya yaitu: a. Motivasi Motivasi merupakan kekuatan seseorang untuk mencapai arah atau tujuan tertentu dan menggunakan segala kemampuan yang dimiliki untuk mencapainya. b. Ketrampilan Faktor ketrampilan baik teknis maupun manajerial sangat menentukan tingkat produktivitas. Oleh sebab itu, setiap pekerja dituntut untuk terampil dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). (18) c. Lingkungan Faktor lingkungan kerja dapat mengganggu daya kerja seorang tenaga kerja. Misalnya suhu, kelembaban dan gerakan udara yang tidak sehat. Suhu yang baik dalam bekerja umumnya sekitar 24-26 o C, sedangkan suhu diatas 32 o C dapat menimbulkan penurunan prestasi kerja, kelincahan dalam bekerja dan kecermatan kerja otak. d. Alat kerja Pada awal proses industri untuk pemenuhan berbagai peralatan kerja pihak perusahaan sering mengimpornya dari luar. Hal ini dapat menyebabkan berbagai gangguan, karena berbagai jenis peralatan tersebut dibuat dan didesain sesuai dengan ukuran tubuh orang luar, sangat berbeda dengan ukuran tubuh orang indonesia. (19) e. Biologi Berupa penyakit yang disebabkan oleh infeksi yaitu, virus, bakteri, jamur, parasit, cacing. Dari faktor tersebut menyebabkan banyak penyakit masuk kedalam tubuh manusia. Hal ini dapat menurunkan kesehatan dan produktifitas kerja pada tenaga kerja. f. Fisiologis Adanya ketidaksesuaian ukuran tubuh tenaga kerja dengan peralatan, beban kerja, cara kerja yang dapat diperbaiki dengan 8

pendekatan ergonomi. Kelelahan fisik secara berkepanjangan dapat merubah bentuk fisik tubuh, contohnya kesalahan konstruksi alat kerja, sikap kerja yang kurang baik, dan cara kerja yang tidak sesuai sehingga berpengaruh terhadap produktifitas kerja. g. Psikologis Adanya ketidakserasian hubungan kerja antara pekerja dengan atasan atau sesama pekerja. Selain itu, suasana kerja atau sifat pekerjaan yg monoton. (20) B. Muskuloskeletal 1. Pengertian Muskuloskeletal adalah suatu bagian otot yang berhubungan langsung dengan tulang belakang mulai dari tulang ekor hingga tulang leher. (21) Otot-otot terpenting yang berhubungan langsung adalah otot pinggang (otot tulang belakang bagian bawah), otot punggung, otot bahu, serta otot leher. (22) Sedangkan menurut National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) dan WHO, Musculoskeletal Disoders (MSDS) adalah gangguan yang disebabkan ketika seseorang melakukan aktifitas kerja dan kondisi pekerjaan yang signifikan sehingga mempengaruhi adanya fungsi normal jaringan halus pada sistem muskuloskeletal yang mencakup saraf, tendon, otot. (23) Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.jika otot menerima beban secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan tendon. (22) Keluhan dibedakan menjadi 2 yaitu: a. Keluhan sementara (reversible) yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis b. Keluhan menetap (persistent) yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. 9

2. Gejala-gejala keluhan subjektif muskuloskeletal Gejala keluhan subjektif muskuloskeletal dapat dibagi menjadi 3 yaitu: a. Nyeri Leher Gejala yang muncul pada saat nyeri leher seperti rasa sakit dileher dan terasa kaku, nyeri otot-otot pada leher, sakit kepala dan migraine. Nyeri tersebut dapat menjalar ke bahu, lengan, dan tangan. Nyeri yang tiba-tiba dan terus menerus dapat menyebabkan bentuk leher yang tidak normal, kepala menghadap ke sisi yang sebaliknya. (24) Kemudian penderita akan mengalami peningkatan tegangan pada otot leher dan terasa kaku. Hal tersebut disebabkan karena leher selalu miring saat bekerja dan timbul peningkatan ketegangan otot. (25) b. Nyeri lengan tangan Gejala nyeri lengan tangan sering dirasakan pada pekerja ketika mengetik atau menggunakan mouse. Ketika hal tersebutdilakukan secara berulang-ulang selama berjam-jam, hari demi hari, ribuan kali, akan mengakibatkan efek yang buruk. Gejala yang biasanya muncul akibat nyeri lengan tangan yaitu kekakuan di pergelangn tangan, kram, nyeri pada lengan bawah, nyeri pada lengan atas, siku dan bahu. Kekakuan pada otot di pergelangan tangan dan lengan dapat menimbulkan gejala sakit. (26) c. Nyeri punggung bawah Gejala nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah berupa nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal dari punggung bawah dapat dirasakanpada daerah lain, sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dapat juga dirasakan di daerah punggung bawah. Gejala yang biasa muncul akibat nyeri punggung bawah adalah rasa ngilu pada pinggang, pegal-pegal, nyeri pada tungkai kaki dan kaki. (27) 10

3. Faktor Penyebab Keluhan Muskuloskeletal Faktor-faktor yang menyebabkan keluhan muskuloskeletal yaitu: a. Peregangan otot yang berlebihan Peregangan otot yang berlebihan sering dirasakanpadapekerja, dimana melakukan aktivitas kerja yang berat seperti mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Jika hal tersebut sering dilakukan secara berulang, maka dapat mempertinggi risiko terjadinya keluhan otot bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal. (28) b. Aktivitas berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar dan angkat-angkut. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi. c. Sikap kerja tidak alamiah Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian bergerak menjauhi posisi alamiah, seperti pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk dan kepala terangkat. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal. (29) Dari hasil penelitian Widyastoeti dengan judul hubungan sikap kerja berdiri dengan keluhan nyeri punggung bawah, terlihat adanya hubungan dari sikap kerja berdiri dengan keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja dibagian laundry Rumah Sakit Telogorejo Semarang. (10) d. Faktor penyebab sekunder antara lain: 1) Tekanan yang terjadi langsung pada jaringan otot lunak 2) Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. 11

3) Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lambat dan sulit bergerak berakibat menurunya kekuatan otot (30) e. Faktor penyebab primer 1) Umur: keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya adalah 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur 2) Jenis kelamin: secara fisiologis kemampuan otot wanita memang lebih rendah daripada pria. Kekuatan otot wanita hanya sekitar dua per tiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria pun lebih tinggi dibandingkan wanita (31) 3) Kebiasaan merokok: semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan (32) 4) Kesegaran jasmani: seseorang yang kesehariannyamelakukan pekerjaan berat dan tidak memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat, hampir dipastikan akan terjadi kelelahan otot 5) Kekuatan fisik: setiap orang memiliki kondisi kekuatan fisik yang berbeda. Jika seseorang harus melakukan pekerjaan yang berat danmemiliki kekuatan otot lebih rendah akan lebih rentan mengalami risiko cedera otot (33) 6) Ukuran tubuh (antropometri): berat badan, tinggi badan dan massa tubuh merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal. Keluhan otot skeletal yang terkait dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka di dalam menerima beban baik berat tubuh maupun beban tambahan lainnya (31) 12

C. Sikap kerja 1. Pengertian Sikap kerja adalah kesiapan mental dan fisik untuk bekerja dengan cara tertentu dalam menjalankan aktivitas sebagai upaya memperkaya kecakapan dan kelangsungan hidup. 2. Ciri-ciri sikap kerja (34) a. Sikap menunjukan adanya hubungan antara subjek dan objek b. Sikap memiliki arah tertentu, seperti orang, tempat dan gagasan c. Sikap bercirikan suatu faktor intensitas, seperti mengandung kekuatan atau kelemahan d. Sikap intensitas yang tinggi terlihat pada tingkah laku yang kuat e. Sikap diperoleh dari lingkungan f. Sikap ditandai oleh stabilitas dan konsistensi 3. Sikap Tubuh dalam Bekerja (35) a. Sikap tubuh dalam bekerja harus ergonomis b. Untuk memenuhi sikap tubuh dalam bekerja yang ergonomis, perlu ditentukan ukuran baku tentang tempat duduk dan meja kerja dengan berpedoman pada ukuran-ukuran antropometris. 4. Sikap Kerja Duduk Sikap kerja duduk adalah sikap kerja yang kakinya tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sikap kerja duduk memerlukan lebih sedikit energi daripada berdiri, karena dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Sikap kerja duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah- masalah punggung. Hal ini dapat terjadi karena tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring. (36) 13

Keuntungan bekerja sambil duduk antara lain, berkurangnya kelelahan pada kaki, terhindarnya sikap-sikap yang tidak alamiah, berkurangnya pemakaian energi dalam bekerja, kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah. Sedangkan kerugiannya antara lain, melembeknya otot-otot perut, melengkungnya punggung, sistem pencernaan terganggu jika posisi duduk dilakukan sering membungkuk. (37) Prinsip-prinsip ergonomi dalam sikap kerja duduk adalah sebagai berikut: (16) a. Sikap tubuh dalam bekerja sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk, cara-cara harus menggunakan mesin (gerak, arah, kekuatan). b. Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri, harus diambil ukuran terbesar sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara, sehingga ukuran tersebut dapat dikecilkan dan dapat dilayani oleh tenaga kerja yang lebih kecil. c. Sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk. Sedangkan dari sudut tulang, di nasehatkan duduk tegak, agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Ukuran-ukuran antropometri pada sikap kerja duduk: (38),(33) 1. Tinggi tempat duduk: Diukur dari lantai sampai permukaan atas bagian depan alas duduk. Tinggi alas duduk harus sedikit lebih pendek dari panjang lekuk lutut sampai ke telapak kaki. Ukuran: 34-38cm. 2. Panjang alas duduk: Diukur dari pertemuan garis permukaan depan sandaran duduk dengan permukaan alas duduk. Harus lebih pendek dari jarak lekuk lutut sampai garis punggung. Ukuran: 40cm. 3. Lebar tempat duduk: Diukur pada garis tengah alas duduk. Kriteria: Harus lebih besar dari pinggul. Ukuran: 40-44cm. 14

4. Sandaran punggung: bagian atas sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah ujung tulang belikat dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul. 5. Sandaran tangan: (apabila diperlukan) Kriteria: jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan melebihi bahu, tinggi sandaran tangan adalah tinggi siku. Panjang sandaran tangan adalah sepanjang lengan bawah. Ukuran: jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan=42-46cm, tinggi=20cm dari alas duduk, panjang=21cm. 5. Sikap kerja Berdiri Sikap kerja berdiri adalah sikap kerja yang posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki. Hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan keluhan subjektif dan juga kelelahan, bila sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian dengan sikap kerja duduk. (33) Keuntungan bekerja sambil berdiri memiliki keuntungan antara lain, efektivitas kerja lebih cepat, kuat dan teliti. Sedangkan kerugiannya antara lain, jika dilakukan secara berulang-ulang akan terjadi penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki. Hal tersebut akan bertambah jika berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. (37) Prinsip-prinsip ergonomi dalam sikap kerja berdiri adalah sebagai berikut: (16), a. Pada pekerjaan berdiri harusmemungkinkan dirubah menjadi pekerjaan duduk. Jika tidak memungkinkan untuk duduk harus diberikan kesempatan untuk duduk. b. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan bawah. 15

c. Ukuran-ukuran antropometri pada sikap kerja berdiri: (38),(33) 1. Meja kerja Tinggi: setinggi siku dan disesuaikan dengan sikap tubuh pada waktu kerja. Pada pekerjaan berat, tinggi meja=20cm lebih tinggi dari siku, sedangkan pada pekerjaan yang tidak berat tinggi meja=10cm lebih rendah dari tangan. 2. Tebal daun meja: tebal daun meja dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kebebasan bergerak pada kaki. 3. Permukaan meja: rata dan tidak menyilaukan 4. Lebar meja: tidak melebihi jarak jangkau tangan, dengan ukuran ±80cm. 5. Luas pandangan: daerah pandangan jelas bila bekerja berdiri tegak dan diukur dari tinggi mata adalah: 0-30 derajat vertikal kebawah. 0-50 derajat horizontal kekanan dan kekiri. 6. Fungsi Sikap Kerja (39) a. Membantu seseorang untuk mengerti sikapnya b. Melindungi harga diri seseorang dengan memberikan mereka kemungkinan untuk menghindari kenyataan yang tidak menyenangkan mengenai diri mereka. c. Memungkinkan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan memberikan reaksi dari lingkungan. d. Menghindari seseorang untuk menggunakan nilai-nilai fundamental. D. Waktu Kerja dan Istirahat Lamanya waktu kerja seseorang dalam sehari umumnya 6-8 jam dan sisanya digunakan untuk beristirahat. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan tersebut biasanya disertai menurunnya efisiensi, penurunan, produktifitas, timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan. Dalam seminggu seseorang biasanya dapat bekerja dengan baik selama 40-50 jam. (40) 16

Secara fisiologis istirahat sangat perlu untuk mempertahankan kapasitas kerja. Pekerjaan fisik memerlukan waktu-waktu untuk istirahat disamping pekerjaan-pekerjaan yang menimbulkan ketegangan mental dan syaraf. (41) E. Beban Kerja Beban kerja adalah beban fisik maupun non fisik yang ditanggung oleh seorang pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Oleh karena itu, harus ada keseimbangan antara beban kerja dengan kemampuan individu agar tidak terjadi hambatan maupun kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan. (42) Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja. Seseorang hanya mampu memikul beban yg diterima untuk diselesaikan seperti mengangkat, mencangkul, berlari, memikul, menyetrika, dll sampai suatu berat tertentu. Bahkan ada beban yang dirasa optimal bagi seseorang. Inilah maksud penempatan seorang tenaga kerja yang tepat pada pekerjaan yang tepat. (43) 17

F. Kerangka teori Produktifitas Biologi Sikap kerja Motivasi Lingkungan Alat kerja Psikologis Fisiologis Ketrampilan Umur Jenis kelamin Kebiasaan merokok Keluhan Muskuloskeletal Peregangan otot yang berlebihan Aktivitas berulang Sikap kerja tidak alamiah Tekanan Kesehatan jasmani Getaran Antropometri Suhu dingin Gambar 2.1 Kerangka Teori 18

G. Kerangka konsep Variabel bebas Variabel terikat Produktifitas Kerja Sikap kerja Keluhan Subjektif Muskuloskeletal Variabel pengganggu *Lingkungan (Suhu) Keterangan: *Suhu diukur Gambar 2.2 Kerangka Konsep H. Hipotesis Berdasarkan latar belakang dan masalah yang ada maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara sikap kerja dengan produktifitas kerja. 2. Ada hubungan antara sikap kerja dengan keluhan subjektif muskuloskeletal. 19