BAB 3: TINJAUAN TEMA 3.1. Pengertian Umum Arsitektur Kontemporer Bersumber dari blog AMI (Arsitektur Muda Indonesia http://wahana-arsitekturindonesia.blogspot.co.id/2009/05/arsitektur-kontemporer.html) Arsitektur kontemporer berkembang sekitar awal 1920-an yang dimotori oleh sekumpulan arsitek Bauhaus School of Design, Jerman yang merupakan respon terhadap kemajuan teknologi dan berubahnya keadaan sosial masyarakat akibat perang dunia. Gaya kontemporer juga sering diterjemahkan sebagai istilah arsitektur modern (Illustrated Dictionary of Architecture, Ernest Burden). Istilah kontemporer sama artinya dengan modern atau up to date yang kekinian, tapi dalam desain kerap dibedakan. Kontemporer menandai sebuah desain yang lebih maju, variatif, fleksibel dan inovatif, baik secara bentuk maupun tampilan, jenis material, pengolahan material, maupun teknologi yang dipakai dan menampilkan gaya yang lebih baru. Arsitektur ini dikenali lewat karakter desain yang praktis dan fungsional dengan pengolahan bentuk geometris yang simple dan warna-warna netral dengan tampilan yang bersih. Dalam desainnya banyak diterapkan penggunaan bahan-bahan natural dengan kualitas tinggi seperti sutera, marmer dan kayu. Desain yang Kontemporer menampilkan gaya yang lebih baru. Gaya lama yang diberi label kontemporer akan menghasilkan bentuk disain yang lebih segar dan berbeda dari kebiasaan. Misalnya, modern kontemporer, klasik kontemporer atau etnik kontemporer. Semua menyajikan gaya kombinasi dengan kesan kekinian. Desain-desain arsitektur cabang dari modern yang lebih komplek dan inovatif biasa juga disebut sebagai disain yang kontemporer. Misalnya, dekonstruksi, post modern, atau modern high tech. Desain Mal ex di Jakarta, misalnya, menampilkan gaya arsitektur dekonstruksi dan termasuk juga ke dalam gaya kontemporer. Disainnya berupa ; deretan yang berbentuk kubus yang diacak tak teratur; diberi warna berbeda sehingga terlihat atraktif; bentuk jendela tak beraturan di permukaan kubus. Akhmad Nur Alfiansyah 41211120013 Arsitektur Universitas Mercu Buana 40
Arsitektur kontemporer menonjolkan bentuk unik, diluar kebiasaan, atraktif, dan sangat komplek. Permainan warna dan bentuk menjadi modal menciptakan daya tarik bangunan. Selain itu permainan tekstur sangat dibutuhkan. Tekstur dapat diciptakan dengan sengaja. Misalnya, akar rotan yang dijalin berbentuk bidang bertekstur seperti benang kusut. Bisa juga dengan memilih material alami yang bertekstur khas, seperti kayu. Untuk menciptakan gaya kontemporer, tak harus dengan material baru. Jenis material bangunan boleh sama, tapi dengan disain yang baru. 3.2. Kaitan antara Arsitektur Kontemporer dengan Kearifan Lokal dan Museum Batik Pendekatan kontemporer merupakan pendekatan terhadap mindset masyarakat umum, yang melihat bahwa museum menampilkan benda-benda masa lampau yang terkesan kuno. Maka kesan awal pengunjung terhadap bangunan penting dimaksudkan untuk menangkal kesan Museum yang kuno, arsitektur kontemporer yang berarti kekinian dan bersih dapat menjadi backdrop yang sangat baik menonjolkan sisi entitas batik yang bercorak. Ekspresi tampilan serta tata dalam dan luar bangunan harus mengekspresikan fungsi di dalamnya. Sebagai wadah untuk mengapresiasikan dan menampung batik museum kontemporer tentu harus memiliki daya tarik, mengingat fungsi museum sebagai wadah apresiasi, edukasi serta rekreasi bagi masyarakat umum dan pengenalan lebih mendalam mengenai batik itu sendiri. Museum Batik dituntut harus mencerminkan materi yang ditampung di dalam museum tersebut, dengan penggambaran arsitektur kontemporer yang berkarakter atraktif - dinamis. Sedangkan nilai kearifan lokal diambil secara filosofis, kekhasan kehidupan gotong royong dalam masyarakat Indonesia sudah menjadi simbol. Maka untuk memperkuat nilai lokalitas dalam rancangan museum batik ini nilai-nilai yang diangkat yaitu menciptakan instalasi kulit bangunan dengan material campuran antara teknologi industri dengan konvensional yang hanya bisa dikerjakan oleh kriya tangan pengrajin indonesia sehingga didapat kombinasi seimbang antara batik sebagai warisan adiluhung masa silam yang akan di bawa ke masa depan. Akhmad Nur Alfiansyah 41211120013 Arsitektur Universitas Mercu Buana 41
Selain itu menciptakan ruang luar yang guyup dimana masyarakat tropis senang berteduh, bagaimana rancangan museum batik berdialog dengan museum eksisting lainnya dan saling mendukung, misal bangunan museum existing yang rigid-masif dengan museum batik yang transparan dengan permeabilitas tinggi yang mengaburkan batas site antar museum sebagai poros untuk menyatukan. Yang diharapkan mampu mendatangkan masa pengunjung dan sebagai bagian yang mendukung sistem, lingkungan dan keberlanjutan yang mendukung ekonomi masyarakat. 3.3. Studi Banding Museum Audemars Piguet Museum Swiss Watchmaker Arsitek Lokasi Klien Area : BIG : Le Chenit, Switzerland : Audemars Piguet : 2400 m2 Museum ini dirancang dengan memperhatikan lansekap sekitar dan mempertahankan bangunan lama sebagai museum eksisting. Museum Audemars merupakan museum pembuat jam tangan untuk kelas premium. Kesan awal yang didapat adalah seperti metafora sebuah roda mekanik dalam jam tangan yang saling bersinggungan membentuk formasi spiral. Berikut konsep kontemporer yang didapat : Akhmad Nur Alfiansyah 41211120013 Arsitektur Universitas Mercu Buana 42
Akhmad Nur Alfiansyah 41211120013 Arsitektur Universitas Mercu Buana 43
Gambar 27. Konsep dan ilustrasi Museum Audemars (Sumber : BIG) Akhmad Nur Alfiansyah 41211120013 Arsitektur Universitas Mercu Buana 44
Matrix Tabel 9. Matriks Museum Audemars Standar / Teori Rancangan Langgam Konteks Sirkulasi Area pamer (jarak pengamatan) Objek pamer Pencahayaan Ruang Pamer Pengudaraan Vitrin / objek pamer Sirkulasi pengunjung Penilaian positif Arsitektur Kontemporer Pegunungan, pertimbangan lansekap Linear Sedang Vitrin konvensional & digital Kombinasi Cahaya Buatan & Alami Buatan (4 musim) Konvensional Ekspresi tampilan museum & kesatuan dengan lingkungan Akhmad Nur Alfiansyah 41211120013 Arsitektur Universitas Mercu Buana 45