BAB 3: TINJAUAN TEMA

dokumen-dokumen yang mirip
ARSITEKTUR KONTEMPORER ARSITEKTUR KONTEMPORER

INTERIOR Konsep interior kontemporer (Materi pertemuan 9 )

BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257.

MUSEUM PEREMPUAN RIAU DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

Architecture. Home Diary #007 / 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP 5.1 KONSEP DESAIN KONSEP GAYA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANYER BEACH RESORT BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS TEMA

BAB V KAJIAN TEORI Kajian Teori Penekanan / Tema Desain. Coworking Space) di Bandung ini adalah arsitektur

BAB III TINJAUAN KHUSUS

Putih Abu Hitam Coklat

BAB 1 PENDAHULUAN. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur

Ovy wahyuni ( ) WISATA MUSEUM MAINAN TRADISIONAL Transformasi Mainan Tradisional

Natural Friendly Neoclassical Style. Architecture

Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok. Ni Made Dristianti Megarini

BAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Gaya dari perancangan interior Museum permainan tradisional Jakarta ini mengarah pada gaya

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

TUGAS AKHIR MUSEUM BATIK INDONESIA PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR - 74 : HENDRA SUPRAPMAN NIM : UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2016

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Wukirsari Sebagai Desa Penghasil Kerajinan Tangan

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PERANCANGAN MUSEUM ETNOBOTANI INDONESIA

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah :

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek Gambar 1.1. Diagram Kebutuhan Maslow

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

Architecture. Modern Aesthetic. Neoclassic Style Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto. Home Diary #009 / 2015

Perpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 1 PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

CAD LANJUTAN MUSEUM SAINS & TEKNOLOGI

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI

PUSAT PERBELANJAAN DI YOGYAKARTA

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN

International Fash on Institute di Jakarta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Existensi proyek

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan teknologi sekarang ini menjadi salah satu tolok

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN RUSIA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark. BAB III. ELABORASI TEMA

Pusat Apresiasi Film DI YOGYAKARTA

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang

KONSEP MAKRO & KONSEP MIKRO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Kebutuhan : Kekinian, penataannya simetris, dapat diartikan bercampur dengan gaya lain sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB V KONSEP PERANCANGAN

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB VI KESIMPULAN. dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

MUSEUM BATIK DI PEKALONGAN

Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Sumber : Analisa Penulis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONSEP DESAIN. WARNA Warna yang digunakan adalah warna khas budaya Toraja yang terdapat pada elemen arsitektural dan motif ornamen.

SPORT MALL DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB II KAJIAN LITERATUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

hunian lama, BERNYAWA BARU Fotografer Lindung Soemarhadi

BAB III: TINJAUAN KHUSUS

Gedung Kantor LKPP BAB I PENDAHULUAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT SENI RUPA DI YOGYAKARTA DENGAN ANALOGI BENTUK

Transkripsi:

BAB 3: TINJAUAN TEMA 3.1. Pengertian Umum Arsitektur Kontemporer Bersumber dari blog AMI (Arsitektur Muda Indonesia http://wahana-arsitekturindonesia.blogspot.co.id/2009/05/arsitektur-kontemporer.html) Arsitektur kontemporer berkembang sekitar awal 1920-an yang dimotori oleh sekumpulan arsitek Bauhaus School of Design, Jerman yang merupakan respon terhadap kemajuan teknologi dan berubahnya keadaan sosial masyarakat akibat perang dunia. Gaya kontemporer juga sering diterjemahkan sebagai istilah arsitektur modern (Illustrated Dictionary of Architecture, Ernest Burden). Istilah kontemporer sama artinya dengan modern atau up to date yang kekinian, tapi dalam desain kerap dibedakan. Kontemporer menandai sebuah desain yang lebih maju, variatif, fleksibel dan inovatif, baik secara bentuk maupun tampilan, jenis material, pengolahan material, maupun teknologi yang dipakai dan menampilkan gaya yang lebih baru. Arsitektur ini dikenali lewat karakter desain yang praktis dan fungsional dengan pengolahan bentuk geometris yang simple dan warna-warna netral dengan tampilan yang bersih. Dalam desainnya banyak diterapkan penggunaan bahan-bahan natural dengan kualitas tinggi seperti sutera, marmer dan kayu. Desain yang Kontemporer menampilkan gaya yang lebih baru. Gaya lama yang diberi label kontemporer akan menghasilkan bentuk disain yang lebih segar dan berbeda dari kebiasaan. Misalnya, modern kontemporer, klasik kontemporer atau etnik kontemporer. Semua menyajikan gaya kombinasi dengan kesan kekinian. Desain-desain arsitektur cabang dari modern yang lebih komplek dan inovatif biasa juga disebut sebagai disain yang kontemporer. Misalnya, dekonstruksi, post modern, atau modern high tech. Desain Mal ex di Jakarta, misalnya, menampilkan gaya arsitektur dekonstruksi dan termasuk juga ke dalam gaya kontemporer. Disainnya berupa ; deretan yang berbentuk kubus yang diacak tak teratur; diberi warna berbeda sehingga terlihat atraktif; bentuk jendela tak beraturan di permukaan kubus. Akhmad Nur Alfiansyah 41211120013 Arsitektur Universitas Mercu Buana 40

Arsitektur kontemporer menonjolkan bentuk unik, diluar kebiasaan, atraktif, dan sangat komplek. Permainan warna dan bentuk menjadi modal menciptakan daya tarik bangunan. Selain itu permainan tekstur sangat dibutuhkan. Tekstur dapat diciptakan dengan sengaja. Misalnya, akar rotan yang dijalin berbentuk bidang bertekstur seperti benang kusut. Bisa juga dengan memilih material alami yang bertekstur khas, seperti kayu. Untuk menciptakan gaya kontemporer, tak harus dengan material baru. Jenis material bangunan boleh sama, tapi dengan disain yang baru. 3.2. Kaitan antara Arsitektur Kontemporer dengan Kearifan Lokal dan Museum Batik Pendekatan kontemporer merupakan pendekatan terhadap mindset masyarakat umum, yang melihat bahwa museum menampilkan benda-benda masa lampau yang terkesan kuno. Maka kesan awal pengunjung terhadap bangunan penting dimaksudkan untuk menangkal kesan Museum yang kuno, arsitektur kontemporer yang berarti kekinian dan bersih dapat menjadi backdrop yang sangat baik menonjolkan sisi entitas batik yang bercorak. Ekspresi tampilan serta tata dalam dan luar bangunan harus mengekspresikan fungsi di dalamnya. Sebagai wadah untuk mengapresiasikan dan menampung batik museum kontemporer tentu harus memiliki daya tarik, mengingat fungsi museum sebagai wadah apresiasi, edukasi serta rekreasi bagi masyarakat umum dan pengenalan lebih mendalam mengenai batik itu sendiri. Museum Batik dituntut harus mencerminkan materi yang ditampung di dalam museum tersebut, dengan penggambaran arsitektur kontemporer yang berkarakter atraktif - dinamis. Sedangkan nilai kearifan lokal diambil secara filosofis, kekhasan kehidupan gotong royong dalam masyarakat Indonesia sudah menjadi simbol. Maka untuk memperkuat nilai lokalitas dalam rancangan museum batik ini nilai-nilai yang diangkat yaitu menciptakan instalasi kulit bangunan dengan material campuran antara teknologi industri dengan konvensional yang hanya bisa dikerjakan oleh kriya tangan pengrajin indonesia sehingga didapat kombinasi seimbang antara batik sebagai warisan adiluhung masa silam yang akan di bawa ke masa depan. Akhmad Nur Alfiansyah 41211120013 Arsitektur Universitas Mercu Buana 41

Selain itu menciptakan ruang luar yang guyup dimana masyarakat tropis senang berteduh, bagaimana rancangan museum batik berdialog dengan museum eksisting lainnya dan saling mendukung, misal bangunan museum existing yang rigid-masif dengan museum batik yang transparan dengan permeabilitas tinggi yang mengaburkan batas site antar museum sebagai poros untuk menyatukan. Yang diharapkan mampu mendatangkan masa pengunjung dan sebagai bagian yang mendukung sistem, lingkungan dan keberlanjutan yang mendukung ekonomi masyarakat. 3.3. Studi Banding Museum Audemars Piguet Museum Swiss Watchmaker Arsitek Lokasi Klien Area : BIG : Le Chenit, Switzerland : Audemars Piguet : 2400 m2 Museum ini dirancang dengan memperhatikan lansekap sekitar dan mempertahankan bangunan lama sebagai museum eksisting. Museum Audemars merupakan museum pembuat jam tangan untuk kelas premium. Kesan awal yang didapat adalah seperti metafora sebuah roda mekanik dalam jam tangan yang saling bersinggungan membentuk formasi spiral. Berikut konsep kontemporer yang didapat : Akhmad Nur Alfiansyah 41211120013 Arsitektur Universitas Mercu Buana 42

Akhmad Nur Alfiansyah 41211120013 Arsitektur Universitas Mercu Buana 43

Gambar 27. Konsep dan ilustrasi Museum Audemars (Sumber : BIG) Akhmad Nur Alfiansyah 41211120013 Arsitektur Universitas Mercu Buana 44

Matrix Tabel 9. Matriks Museum Audemars Standar / Teori Rancangan Langgam Konteks Sirkulasi Area pamer (jarak pengamatan) Objek pamer Pencahayaan Ruang Pamer Pengudaraan Vitrin / objek pamer Sirkulasi pengunjung Penilaian positif Arsitektur Kontemporer Pegunungan, pertimbangan lansekap Linear Sedang Vitrin konvensional & digital Kombinasi Cahaya Buatan & Alami Buatan (4 musim) Konvensional Ekspresi tampilan museum & kesatuan dengan lingkungan Akhmad Nur Alfiansyah 41211120013 Arsitektur Universitas Mercu Buana 45