Kbadan, organisasi bahkan. resensi. Judul Buku Kepemimpinan Transformasional dalam Birokrasi Pemerintahan. Penulis Eko Maulana Ali

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut. Pengembangan organisasi (organizational development) adalah respon

BAB I PENDAHULUAN. dayanya rendah, slowdown dan terkesan upaya dalam menyelesaikan. pekerjaan kurang optimal. Selain itu, dikatakan juga bahwa pegawai

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 8 KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan komplek

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

to administer juga berarti to manage atau to direct

BAB I PENDAHULUAN. perannya sebagai subyek pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ataupun di dalam organisasi. Dibalik kemajuan jaman yang pesat saat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di era reformasi yang telah berjalan sejak beberapa tahun yang lalu,

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu ketat, menuntut perusahaan untuk terus membenahi diri melalui pengembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Organisasi bisnis menghadapi faktor-faktor eksternal seperti persaingan dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTEMUAN 13 dan 14: KEPEMIMPINAN. DIKTAT KULIAH: TEORI ORGANISASI UMUM 1 Dosen: Ati Harmoni 1

Ilmu. Politik. Ilmu. Administrasi Negara. Ilmu Psikologii. Ilmu. Komunikasi. Ilmu Hukum. Ilmu Sosiologii

BAB I PENDAHULUAN. semaksimal mungkin sehingga dapat menjaga kelangsungan hidup nya, untuk itu ada

BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK

PENGARUH KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT DAN LIRIS DI SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Kompetensi sumber daya manusia yang baik pasti memerlukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

The Public Administration Theory Primer (Sebuah Kesimpulan)

REFORMASI BIROKRASI & TATA KELOLA PEMERINTAHAN DI KTI

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KAB. BONE BOLANGO

BAB I. Pendahuluan. Bab pendahuluan ini menjelaskan pemikiran peneliti terkait pertanyaan

Kepemimpinan PRESENTED BY: M ANANG FIRMANSYAH

Modul ke: PSIKOLOGI SOSIAL 2. Kepemimpinan. Fakultas PSIKOLOGI. Filino Firmansyah M. Psi. Program Studi Psikologi.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. terpenting mereka yakni ketersediaan dan pengelolaan sumber daya. manusianya. Manusialah yang dapat menggerakkan suatu organisasi

BAB X KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL

PENDEKATAN DALAM STUDI KEPEMIMPINAN

Aplikasi Psi Sosial. Bidang Organisasi 1. Kepuasan kerja 2. Perilaku prososial di tempat kerja (OCB) 3. kepemimpinan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan perubahan organisasi. Alat secanggih apapun yang dimiliki suatu

Pentingnya gy kepemimpinan p bagi seorang wirausaha. Teori kepemimpinan awal Teori kepemimpinan kontemporer

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin agar tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik.

Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

TOTAL QUALITY MANAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, kenyataannya, banyak rintangan yang dilalui. menjawab dalam menghadapi perubahan-perubahan ini.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPEMIMPINAN PENGARUH KOMUNIKASI DALAM BISNIS PERTEMUAN KEENAM

KONSEP, PRINSIP, MODEL DAN TUJUAN MANAJEMEN STRATEGIS SEKTOR PUBLIK. Novia Kencana, M.PA Universitas Indo Global Mandiri Palembang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. agar sumber daya manusia menjadi kunci utama dalam pengembangan dan

MAKALAH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi organisasi atau perusahaan itu sendiri. Sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KEPEMIMPINAN DOSEN : DIANA MA RIFAH

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada dengan arah strategis organisasi. Arah strategis organisasi

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai suatu organisasi dan lembaga pendidikan dipimpin

KEPEMIMPINAN DALAM KEWIRAUSAHAA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kepemimpinan/ADPU4334. Mengaplikasikan Konsep dan Teori Kepemimpinan dalam organisasi 9. Mengaplikasikan Konsep Kepemimpinan dalam Pemerintahan 8

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan profesionalisme. Pelaksanaan pemerintahan yang baik (good governance),

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kepempinan Transaksional (X1), Kepemimpinan Transformasional (X2) dan

BAB I PENDAHULUAN. justru karena kepuasan kerja dipandang dapat mempengaruhi jalannya organisasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinanya kelak.

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

Teori-teori Administrasi Publik dalam Konteks Kekinian

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

BAB I PENDAHULUAN. sanggup bertahan dan terus berkembang. Untuk mendukung perubahan organisasi

KEPEMIMPINAN KEPERCAYAAN

KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI: Perspektif Teoritik dan Metodologi

BAB I PENDAHULUAN. karyawan selalu menjadi isu utama yang perlu diatasi. Salah satu peran penting

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut

PROFIL LULUSAN PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. anak didik kita diberi bekal ilmu yang memadai melalui jalur pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHAULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dipengaruhi banyak faktor diantaranya keterampilan atau keahlian yang dimiliki,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Guru Sebagai Pemimpin Konstruktivis Tuesday, 27 December :59

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era pemerintahan yang kompetitif tersebut. Kemampuan ini sangat

ABSTRACT. Key Words: Charismatic Leadership, Job Satisfaction, and Organizational Commitment. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dibawah undang undang ini tidak sekedar memindahkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sutarto dalam buku Usman (2009:146) dalam buku Manajemen : Teori,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan oleh perusahaan adalah ketenagakerjaan (workforce) (Carnegie, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. kecil, menengah, maupun besar, menjadi semakin ketat dan telah memberikan dampak

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja agar terus menghasilkan output yang diharapkan. Motivasi kerja merupakan

peningkatan kualitas sumber daya manusia mutlak diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan sangat penting apabila berbicara tentang kualitas

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang didasarkan kepada Undang-Undang. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Derah, menekankan adanya

Kepemimpinan Transformasional di Sekolah dalam Meningkatkan Outcomes Peserta Didik

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan organisasi. Kualitas kinerja yang baik tidak dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan gerak yang tidak dapat dibendung akibat sistem penyelenggaraan

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. terhadap hubungan antara Kepemimpinan dan Motivasi Kerja dengan Turnover

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

Transkripsi:

resensi Judul Buku Kepemimpinan Transformasional dalam Birokrasi Pemerintahan Penulis Eko Maulana Ali Penerbit PT. Multicerdas Publishing Cetakan September 2012 Jumlah Halaman XX, 288 823 eberhasilan suatu lembaga, Kbadan, organisasi bahkan kinerja pemerintahan amat dipengaruhi oleh berhasil tidaknya seorang pemimpin dalam menggerakkan lokomotif kepemimpinannya. Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sesuai dengan rencana demi tercapainya tujuan yang ditetapkan. S e t i a p p e m i m p i n m e m i l i k i pengalaman yang berbeda dalam memimpin suatu organisasi. Namun memimpin birokrasi memiliki tantangan yang membutuhkan leadership in art, karena memiliki warna yang berbeda dengan memimpin dalam lingkungan korporasi. Kepemimpinan transformasional dimaknai sejauhmana kemampuan seorang pemimpin membangun s e m a n g a t b a g i m e r e k a y a n g dipimpinnya (inspiring follower) diharapkan mampu menghasilkan kinerja, manakala bersinergi dengan gaya kepemimpinan transaksional yang lebih bersifat mengelola organisasi secara lebih efisien dalam mencapai tujuan. Dalam bukunya yang terdiri dari tujuh bagian ini, penulis yang pada saat menulis masih menjabat sebagai Gubernur Provinsi Kepulauan

824 Bangka Belitung sejak 2007 mencoba menguraikan konsep dan teori kepemimpinan transformasional dalam konteks otonomi daerah. Berlakunya otonomi sejak tahun 2000 berdampak tidak hanya secara kuantitatif terhadap pemekaran daerah, namun juga berdampak kualitatif terhadap keberlangsungan proses pemerintahan dengan berbagai kondisi yang kompleks dan riskan terhadap dikotomi moralitas serta kepentingan politik. Pada bagian pertama, penulis yang berlatar belakang sebagai p e r w i r a m i l i t e r m e n c o b a mengkompilasi berbagai pengalaman d a l a m m e n j a l a n k a n m a n d a t mengelola birokrasi pemerintahan. D a l a m p a n d a n g a n p e n u l i s, konsekuensi otonomi telah memberi kebebasan terhadap munculnya berbagai model kepemimpinan dalam menghadapi tantangan daerah yang beragam. Sehingga pengelolaan pemerintah yang baik cenderung t i d a k m e n c a p a i h a s i l y a n g diharapkan. Meski pada kondisi tertentu tidak sedikit Kepala Daerah yang mampu menjadikan daerahnya sebagai best practice. Dengan demikian, best practice di daerah tidak dapat serta merta diterapkan oleh daerah lainnya. Hal ini sekali lagi dikarenakan faktor kepemimpinan menjadi begitu penting manakala pemerintahan diharapkan berjalan dengan mekanisme merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan mengevaluasi sistem dimaksud. Dalam tulisannya, penulis mengupas dengan spesifik tentang adanya peran kepemimpinan dalam meningkatkan kinerja birokrasi pemerintahan di daerah. Dibuktikan dengan hasil penelitian di Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dimana 70% peningkatan birokrasi disebabkan oleh kompetensi bupati dalam memimpin daerah. Penulis mencoba menggambarkan bahwa masa otonomi daerah sangat sesuai mengkombinasi antara model kepemimpinan transformasional dengan transaksional hingga mencapai kinerja yang tinggi (beyond expectation). Pada bagian kedua, penulis m e m a p a r k a n t e n t a n g t e o r i kepemimpinan. Diawali dari Great- Man Theory yang berkembang sejak 1869 hingga 1930-an dimana pada masa itu kepemimpinan terbentuk karena adanya pengakuan dari para pengikut. Dalam teori ini, pemimpin yang hebat (great man) adalah yang m e m i l i k i u n i q u e h e r e d i t a r y characteristics & abilities. Sementara dalam Trait Theory, pemimpin dibedakan dari pengikutnya dalam h a l i n t e l l i g e n c e, s c h o l a r s h i p, d e p e n d a b i l i t y, a c t i v i t y, s o c i a l participation dan socio-economic status. Inti dari beberapa teori yang dikemukakan adalah bahwa seorang pemimpin harus mampu membangun r e l a t i o n s h i p s e h i n g g a m a m p u menetapkan pola kerja organisasi. Hubungan pemimpin dengan yang dipimpin merupakan faktor penting dalam mengendalikan situasi (situation control). Karena setiap

pemimpin memiliki kewenangan ( i n h e r e n t a u t h o r i t y ) d a l a m menggerakkan elemen-elemen yang s a l i n g m e m p e n g a r u h i u n t u k m e n c a p a i e f e k t i v i t a s k i n e r j a organisasi. Hal ini dikemukakan pula oleh Fedler (1967), bahwa ada 3 komponen keefektivan kepemimpinan (leader effectiveness), yaitu; hubungan antara pemimpin dengan anggota, struktur tugas yang akan dilaksanakan dan posisi kekuasaan pemimpin. Ketiga komponen ini juga dapat dijadikan indikator sejauhmana para pengikut percaya dan loyal terhadap pemimpinnya. Secara umum bagian ini menjelaskan defenisi kepemimpinan yang merupakan inti dari organisasi dimana kepemimpinan memiliki peran menentukan kegagalan dan keberhasilan organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berbagai teori kepemimpinan yang dijadikan rujukan untuk melakukan analisis dalam melihat sejauhmana kemampuan dan kualitas pribadi pemimpin umumnya menerapkan variabel yang memungkinkan munculnya kepemimpinan dan sifat dari kepemimpinan seseorang. Dari beberapa defenisi kepemimpinan yang dijelaskan, penulis lebih m e n e k a n k a n b e n t u k - b e n t u k pengaruh kepemimpinan yang oleh Nirenberg dibagi dalam enam kategori yaitu; diktator, pemilik/bos (owner), supervisor-administrator (caretaker), manajer (transactional), leader (transformational), dan mitra (partner). Pendapat Mc Gannon dalam Adair (2006:4) bahwa Leadership is action, not position. Hal ini dipahami bahwa seorang pemimpin tidak hanya mengandalkan profesionalisme dan kemampuan semata, akan tetapi juga sebagai pemegang amanah dilingkungannya harus dapat mengarahkan dan mengantar para pengikutnya untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Dalam hal perilaku dan karakter pemimpin, berbagai tantangan dalam suatu organisasi membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki pengaruh inspirasional yang mampu membangkitkan motivasi bawahan. Pengaruh ini akan semakin kuat m a n a k a l a s e o r a n g p e m i m p i n diberikan kewenangan cukup besar dalam membuat perubahan dan memberikan penghargaan serta manfaat nyata. Bagian dua ini ditutup dengan pendapat Kraines (2003) yang memfokuskan fungsi kepemimpinan dan akuntabilitas yang dapat dicapai melalui konsep LEAD (Leverage potensial, Engage commitment, Align judgment dan develop capability) yang intinya seorang pemimpin harus m e m p u n y a i p o t e n s i s e b a g a i pengungkit, dapat menumbuhkan kreativitas dan kapabilitas pengikutnya dalam mencapai tujuan. Bagian ketiga menjelaskan bagaimana kepemimpinan transformasional dan transaksional diterapkan secara meluas dalam organisasi di dunia. Kedua gaya kepemimpinan ini sangat dipengaruhi oleh kontigensikontigensi kultur dan faktor organisasional. Ada anggapan bahwa 825

826 kepemimpinan transforma-sional awalnya merupakan kelanjutan dari kepemimpinan transaksional, dimana kepemimpinan lebih menekankan pada proses transaksi/ pertukaran (exchange) yang terjadi antara pemimpin, kolega dan bawahan. Hal ini dikemukakan oleh Bass dan Rigio (2006:4-5). Sementara, kepemimpinan transformasional berupaya membangun semangat bawahan (inspiring f o l l o w e r s ) a g a r b e r k o m i t m e n menciptakan visi dan tujuan bersama suatu organisasi. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan, prinsipnya bahwa kepemimpinan transaksional yang bersumber dari gaya kepemimpinan dahulu dimana tugas-tugas yang diberikan kepada bawahan harus dilaksanakan. Bawahan dimotivasi dengan rewards and punishments melalui jaringan komando yang jelas. Hanya saja, gaya kepemimpinan ini dianggap kaku dan memiliki kelemahan, karena hanya dapat berlaku untuk waktu yang singkat dan tugas-tugas khusus saja. Sementara, kepemimpinan transformasional lebih bersifat merubah. Perubahan yang terfokus pada budaya dan strategi organisasi senyatanya menjadi lebih sehat dan memiliki interaksi yang baik dengan lingkungan. Dari beberapa kutipan pendapat terkait kepemimpinan, penulis juga mencoba menjadikan rujukan ini dalam kombinasi antara kepemimpinan transformasional dan transaksional dalam konteks pemerintahan pada era otonomi daerah. Pada bagian ini penulis menekankan bahwa kedua model kepemimpinan ini dapat diterapkan mengingat kepemimpinan transaksional dibutuhkan dalam mengembangkan efisiensi birokrasi pemerintahan daerah, sementara kepemimpinan transformasional lebih mengarahkan organisasi agar berkinerja optimal. Kedua gaya ini saling mengisi dalam menata birokrasi yang lebih visioner. Pada bagian keempat, penulis memaparkan policy administration dichotomy yang mewarnai pandangan para ilmuwan semisal Woodrow Wilson, Leonard White, Frank Goodnow dan Dwiht Waldo. Dinamika ilmu administrasi dalam kerangka birokrasi pemerintahan, dimana terdapat perbedaan antara fungsi politik yang melahirkan kebijakan dengan fungsi administrasi y a n g b e r h u b u n g a n d e n g a n pelaksanaan kebijakan negara dalam pemerintahan. Bahkan Leonard D W h i t e m e m p e r t e g a s d e n g a n mengatakan bahwa politik tidak semestinya mencampuri administrasi negara dan administrasi negara harus studi ilmiah yang bebas nilai. Hal yang menarik pada bagian ini, menjelaskan adanya perbedaan antara fungsi politik dan administrasi namun juga bagaimana sanggahan Waldo dan Herbert Simon yang beranggapan bahwa semua kegiatan administrasi adalah political pada tingkat yang mendasar (a fundamental level) dan sulitnya membedakan antara politik dan administrasi. Namun pandangan ini hanya

bertahan hingga 1970-an dan mengembalikan pandangan dikotomi ke teori pengawasan birokrasi (Control of Bureaucracy Theory). Ilustrasi yang menggambarkan perbedaan antara p o l i c y d e n g a n a d m i n i s t r a s i sebagaimana digambarkan oleh Wilson dan Goodnow dimana policy berkaitan dengan penetapan tujuan (goals) sedangkan administrasi terkait dengan penyiapan perangkat keras, lunak dan sumberdaya (brainware) nya. Pada bagian akhir, penulis m e n j e l a s k a n b a h w a s e o r a n g pemimpin yang visioner harus berani melakukan hal yang dianggap tidak populis namun berpihak pada kepentingan organisasi. Pemikiran ini didasarkan pada langkah pergeseran paradigma lama menjadi paradigma baru yang lebih pro organisasi yang dipimpinnya. Hanya saja, dalam penjelasan ini penulis kurang membandingkan bagaimana paradigma lama ketika disandingkan dengan paradigma baru sehingga pembaca dapat melihat perbedaan yang jelas dalam prakteknya. Dalam konteks manajemen pemerintahan, bagian akhir tulisan ini lebih terfokus dalam mewujudkan p r i n s i p - p r i n s i p u m u m a g a r tercapainya tujuan organisasi. Namun semestinya ada pembatasan yang jelas dalam memisahkan pemahaman antara efisiensi organisasi publik dengan efisiensi pada organisasi privat. Karena keduanya memiliki sasaran yang berbeda. Buku ini di samping menyajikan rujukan terkait teori dalam konteks kepemimpinan juga diakhiri dengan hasil kajian tentang pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja birokrasi pemerintah daerah Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan rumusan kajian bahwa perilaku pemimpin berkorelasi dalam mempengaruhi perilaku para bawahan yang dipimpinnya dalam meningkatkan kinerja birokrasi pemerintah di daerah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada satu sisi, kekuatan kepemimpinan transformasional bersumber dari kemampuan pemimpin mempengaruhi yang dipimpin, namun di tengah kondisi kegamangan masyarakat menghadapi berbagai persoalan kompleks dibutuhkan kepemimpinan yang juga bergaya transaksional dengan melakukan proses exchange dan tradeoff untuk berbagai persoalan. Perlunya kolaborasi antara kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional dikarenakan masingmasing tidak dapat berdiri sendiri. Buku ini layak dijadikan referensi, khususnya bagi para pimpinan daerah maupun mereka yang tertarik mempelajari dan mengkaji pengaruh kepemimpinan terhadap perilaku yang dipimpin dalam mencapai tujuan. (Nurul Hidayah) 827