ekonomi K-13 PERPAJAKAN K e l a s A. PENGERTIAN PAJAK Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Sama seperti pajak, namun terdapat imbalan (kontra-prestasi) secara langsung yang dapat dirasakan oleh pembayar retribusi

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB XXI AKUNTANSI PERPAJAKAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAHAN MATERI MATA PELAJARAN EKONOMI DAN BISNIS KOMPETENSI DASAR KETENTUAN PERPAJAKAN KELAS XI AP TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh. untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BAB 1 BUKU SAKU PERPAJAKAN BAGI UMKM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

Dasar-dasar Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENERIMAAN DAERAH DAN PENGALIHAN PBB-P2

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

Ekonomi dan Bisnis Akuntansi

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak yang harus dilakukan oleh pemerintah, demi terwujudnya. kesejahteraan rakyat. Dalam melaksanakan pembangunan yang

Perpajakan. Aryo Prasetyo, S.Kom., MMSI Vokasi Akuntansi UI, STIE Dewantara, IBI K-57. (Sesi 1)

Pembedaan dan Penggolongan Pajak didasarkan pada suatu kriteria,seperti:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tahun 2009 dalam pasal 1 angka 1, sebagai berikut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak.

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB II LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

PENGGOLONGAN PAJAK, JENIS PAJAK, TARIF PAJAK, DAN SANKSI DALAM PAJAK

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2009:21). digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PAJAK PAJAK DEPARTEMEN IKK - IPB

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. yang menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo, 2007: 2) untuk memelihara kesejahteraan secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Pajak mempunyai definisi yang berbeda-beda menurut sudut pandang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 dan Bea Meterai.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

ULANGAN HARIAN 2014/2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

PENGANTAR PERPAJAKAN. Amanita Novi Yushita, M.Si

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Menurut Moekijat (1989:194), ciri-ciri prosedur meliputi : tidak berdasarkan dugaan-dugaan atau keinginan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Suksesnya pembangunan negara Indonesia tidak terlepas dari dana yang

DASAR DASAR PERPAJAKAN. ARUMEGA ZAREFAR, SE.,M.Ak.,Akt.,CA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB II ASPEK-ASPEK HUKUM TENTANG PEMALSUAN FAKTUR PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB II BAHAN RUJUKAN. Menurut pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengertian pajak adalah sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan

SOAL APBN DAN PAJAK MONETER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontra-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :

BAB 7 APBN/APBD DAN KEBIJAKAN FISKAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6).

BAB II BAHAN RUJUKAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN UMUM HUKUM PAJAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum

Transkripsi:

K-13 ekonomi K e l a s XI PERPAJAKAN Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami pengertian, unsur-unsur, fungsi dan peranan, pemungutan dan sistem pemungutan, macam-macam penghitungan, dan jenis-jenis pajak, serta pungutan resmi selain pajak. A. PENGERTIAN PAJAK Pajak adalah sumbangan wajb yang harus dibayar oleh para wajib pajak kepada negara berdasarkan undang-undang tanpa ada balas jasa secara langsung yang diterima oleh pembayar pajak (wajib pajak). Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, pajak adalah peralihan dari pihak rakyat kepada negara untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran rutin. Pajak mempunyai sifat yang dipaksakan. Ini artinya, jika wajib pajak tidak membayar pajak sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-undangan, wajib pajak tersebut dapat dikenakan sanksi atau hukuman baik denda maupun penjara. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki ciri-ciri sebagai berikut. a. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang bersifat memaksa. b. Pajak merupakan perwujudan pengabdian masyarakat kepada negara yang merupakan anggota masyarakat di dalam pembangunan nasional. 1

c. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran atau belanja negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. d. Pihak yang membayar pajak atau pembayar pajak tidak mendapatkan imbalan atau balas jasa secara langsung dari pemerintah. B. UNSUR-UNSUR PAJAK Ada tiga unsur dalam pajak, yaitu sebagai berikut. a. Subjek Pajak Subjek pajak adalah pihak yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berpotensi membayar pajak. Subjek pajak terdiri atas orang pribadi atau lembaga/badan usaha. Setiap subjek pajak yang terdaftar di Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan (Kantor Pelayanan Pajak setempat) akan memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). NPWP ini sangat penting bagi wajib pajak karena dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban perpajakan, memperoleh pelayanan dari instansi tertentu, dan sebagainya. b. Objek Pajak Objek pajak adalah hal yang dikenakan pajak, misalnya penghasilan, laba perusahaan, tanah, bangunan, rumah, serta transaksi jual beli barang. c. Tarif Pajak Tarif pajak adalah ketentuan yang mengatur besarnya pajak yang harus dibayar berdasarkan dasar atau objek pajak tersebut. Tarif pajak dapat berupa persentase (%) tertentu atau jumlah tertentu (sekian rupiah). Ketentuan besarnya tarif pajak ini biasanya sudah diatur dalam undang-undang perpajakan yang telah disesuaikan dengan jenis-jenis pajak. Bentuk tarif pajak umumnya terdiri atas tarif tetap, tarif proporsional, tarif progresif, dan tarif degresif/regresif. 1. Tarif tetap adalah tarif pajak yang besarnya telah ditetapkan secara langsung. Contohnya adalah bea materai. 2. Tarif proporsional merupakan besaran tarif pajak yang ditetapkan secara proporsional. Contohnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). 3. Tarif progresif adalah besaran pajak yang semakin besar jika objek pajaknya memiliki nilai yang semakin besar. Contohnya Pajak Penghasilan (PPh). 4. Tarif degresif adalah besarnya pajak yang makin kecil apabila nilai objek pajaknya memiliki nilai yang makin besar. Jenis pajak ini tidak ada di Indonesia. 2

C. FUNGSI DAN PERANAN PAJAK Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara khususnya dalam pelaksanaan pembangunan. Pajak merupakan sumber utama pendapatan negara yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran pembangunan. Oleh karena itu, pajak mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut. a. Fungsi anggaran atau budgeter, yaitu fungsi pajak guna membiayai pengeluaranpengeluaran negara. b. Fungsi mengatur atau regulasi, yaitu fungsi untuk mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan ekonomi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. c. Fungsi redistribusi, yaitu pendapatan yang dipergunakan untuk membiayai semua kepentingan umum dan hasilnya dapat dinikmati oleh setiap orang tanpa melihat besarnya penghasilan. Selain fungsinya, pajak juga memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan, yaitu sebagai berikut. a. Sumber pendapatan negara yang digunakan untuk kegiatan belanja yang pada akhirnya bertujuan untuk membiayai pembangunan. b. Terciptanya stabilitas ekonomi, misalnya dengan kebijakan ekspor impor. Pemerintah dapat menerapkan pajak yang tinggi terhadap barang impor sehingga industri dalam negeri tetap dapat memiliki daya saing. c. Sebagai sarana pemerataan pendapatan sehingga seluruh masyarakat dapat menikmati pembangunan secara merata. d. Pengatur kegiatan ekonomi, misalnya menetapkan pajak yang tinggi untuk mengatasi inflasi (kebijakan fiskal kontraktif). Inflasi merupakan suatu keadaan terjadinya kenaikan harga barang secara terus menerus yang terjadi pada hampir seluruh daerah di suatu negara. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan kebijakan fiskal kontraktif, yaitu mengurangi belanja pemerintah dan meningkatkan penerimaan dari sektor pajak. D. PEMUNGUTAN PAJAK Pemungutan pajak harus diusahakan agar tidak memberatkan, terutama bagi orang yang berpendapatan rendah. Orang yang berpendapatan lebih tinggi juga harus rela membayar pajak lebih tinggi. Selain itu, pajak juga memiliki asas pemungutan yakni asas domisili, asas sumber, dan asas kebangsaan. Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan dari wajib pajak, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat: 3

a. Berkeadilan yang artinya pengenaan pajak harus adil menurut undang-undang serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Berdasarkan undang-undang atau yuridis. b. Tidak mengganggu perekonomian atau syarat ekonomis, artinya tidak boleh mengganggu kegiatan produksi dan perdagangan. c. Efisien atau syarat finansial artinya pemungutan pajak harus praktis dan mudah serta biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan. d. Sederhana atau syarat penghitungan yang bertujuan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibayar. E. JENIS-JENIS PAJAK Jenis pajak yang dikenakan kepada wajib pajak banyak ragamnya. Di Indonesia jenis-jenis pajak ini dapat digolongkan sebagai berikut. 1. Pajak Negara/Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak di bawah Kementerian Keuangan. Contohnya adalah pajak penghasilan (PPh), Pajak Penjualan (PPn), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). 2. Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai pengeluaran daerah. Pajak daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Pajak daerah dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Pajak provinsi, dipungut untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) provinsi. Contohnya adalah Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, dan Pajak Rokok. 2. Pajak Kabupaten/Kota, dipungut untuk membiayai APBD Kabupaten/Kota. Contohnya pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan, dan bea perolehan ha katas tanah dan bangunan. Menurut pihak yang menanggungnya, pajak dibedakan menjadi: 1. Pajak langsung, yaitu pajak yang ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak boleh ditimpakan kepada orang lain. Contohnya Pajak Penghasilan (PPh), pajak perseroan, serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). 4

2. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang dibayar oleh pihak tertentu dan dapat dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN, Pajak Penjualan (PPn), dan cukai. Sementara pajak menurut sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut. 1. Pajak subjektif adalah pajak yang dikenakan berdasarkan keadaan subjeknya. Contohnya Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan apabila subjek pajak telah memenuhi persyaratan tertentu antara lain mempunyai penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan ketentuan batas waktu tinggal 183 hari dalam kurun waktu satu tahun bagi orang asing. 2. Pajak objektif adalah pajak yang dikenakan berdasarkan ada tidaknya objek pajak tanpa memperhatikan keadaan wajib pajak. Contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). F. PUNGUTAN RESMI LAIN SELAIN PAJAK Selain pajak, pemerintah juga melakukan pungutan resmi lainnya sebagai sumber pemasukan negara. Pungutan resmi selain pajak adalah iuran yang dibayar karena wajib pajak telah menerima jasa atau pelayanan dari pemerintah secara langsung ataupun tidak langsung. Macam-macam pungutan resmi lain selain pajak adalah sebagai berikut. a. Retribusi merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pembelian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. b. Iuran merupakan pungutan yang dilakukan sehubungan dengan pemberian jasa atau fasilitas yang diberikan oleh pemerintah secara tidak langsung kepada pembayar iuran tersebut. Misalnya iuran keamanan dan iuran sampah. c. Sumbangan wajib merupakan pembayaran secara tidak langsung dan nyata dapat ditunjuk dengan adanya pemberian jasa atau fasilitas kepada pembayar. Misalnya sumbangan Palang Merah Indonesia (PMI) dan sumbangan Pekan Olahraga Nasional (PON). d. Bea eskpor dan bea impor merupakan pungutan yang dikenakan terhadap harga barang tertentu yang akan diekspor ke luar negeri (bea ekspor) dan pungutan harga barang tertentu yang diimpor dari luar negeri (bea impor) pada waktu barang tersebut melalui daerah pabean di seluruh wilayah Indonesia. G. SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK Menggalakkan pembayaran pajak adalah syarat mutlak apabila pemerintah ingin 5

memelihara kesinambungan pembangunan. Pajak yang dipungut dari masyarakat harus didasarkan atas suatu sistem yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Besar kecilnya penerimaan pajak tergantung pada baik dan tidaknya suatu sistem pemungutan pajak. Ada beberapa sistem pemungutan pajak yang berlaku, yaitu sebagai berikut. a. Official assesment system merupakan suatu sistem pemungutan dan penghitungan pajak yang dilakukan oleh aparatur pemerintah atau pihak kantor pajak. b. Self assesment system merupakan suatu sistem di mana wajib pajak diberikan kewenangan sendiri untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. c. Withholding system adalah pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga untuk melakukan pemotongan dan/atau pemungutan pajak atas objek pajak tertentu. Objek pajak yang dimaksud antara lain penghasilan karyawan, penghasilan atas sewa penggunaan harta, bunga atas deposito, bunga atas tabungan, dan hadiah undian. H. MACAM-MACAM PENGHITUNGAN PAJAK a. Pajak Penghasilan (PPh) Penghitungan PPh dilakukan berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah seperti dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Untuk menghitung besarnya PPh, terlebih dahulu harus ditentukan Penghasilan Kena Pajak (PKP) sebelum penerapan tarif pajak yang menghasilkan besaran pajak penghasilan. Besaran PKP dihasilkan dari pembukuan atau pencatatan yang dilakukan Wajib Pajak (WP) baik pribadi maupun badan usaha. Tarif pajak yang ditetapkan atas PKP bagi wajib pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Sampai dengan Rp50 juta 5 % Di atas Rp50 juta s.d. Rp250 juta 15 % Di atas Rp250 juta s.d. Rp500 juta 25 % Di atas Rp500 juta 30 % Tarif Pajak Pajak penghasilan yang dipotong atas penghasilan wajib pajak orang pribadi karyawan disebut Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. PPh pasal 21 dipotong oleh bendahara gaji dari pemberi kerja yang dilakukan setiap pembayaran penghasilan kepada karyawan yang bersangkutan. Wajib pajak orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan selain memperhitungkan biaya yang dapat dikurangkan, dalam perhitungan pajak penghasilan 6

juga memperhitungkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sesuai dengan status wajib pajak. Besarnya PTKP yang berlaku sejak Januari 2015 adalah sebagai berikut. PTKP Sebelumnya Sekarang Wajib pajak orang pribadi Rp24.300.000,00 Rp36.000.000,00 WP kawin Rp2.025.000,00 Rp3.000.000,00 Tambahan tanggungan Rp2.025.000,00 Rp3.000.000,00 Tambahan apabila penghasilan istri digabung dengan suami Rp24.300.000,00 Rp36.000.000,00 Contoh Soal: Pada tahun pajak 2014, Bapak Samosir memiliki penghasilan Rp900.000.000,00 dengan biaya yang diperkenankan sebagai pengurang sebesar Rp600.000.000,00. Bapak Samosir telah menikah, istri tidak bekerja dan memiliki 2 orang anak yang belum dewasa. Berapakah pajak penghasilan Bapak Samosir untuk tahun pajak 2014? Jawaban: Penghasilan bruto Rp900.000.000,00 Biaya (Rp600.000.000,00) Penghasilan netto Rp300.000.000,00 PTKP: WP sendiri Rp36.000.000,00 Kawin Rp 3.000.000,00 2 anak Rp 6.000.000,00 Total PTK (Rp 45.000.000,00) Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 255.000.000,00 PPh Terutang: Rp 50.000.000,00 5% = Rp 2.500.000,00 Rp200.000.000,00 15 % = Rp 30.000.000,00 Rp 5.000.000,00 25% = Rp 1.250.000,00 = Rp 33.750.000,00 7

b. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) (Video 4) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dikenakan kepada seseorang atau badan hukum yang memiliki, menguasai, atau memperoleh manfaat bangunan dan / atau mempunyai hak atau manfaat atas permukaan bumi. Di Indonesia, PBB ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994. Objek PBB adalah bumi dan bangunan. Dalam perpajakan, yang dimaksud dengan bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa dan perairan) serta laut wilayah Republik Indonesia. Dasar pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan sesuai dengan perkembangan daerahnya. Untuk setiap wajib pajak diberikan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP). Penyesuaian besarnya NJOPTKP ditetapkan dengan peraturan daerah. Tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah 0,5% dan dasar perhitungan pajak adalah nilai jual kena pajak yang ditetapkan serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari NJOP. Contoh Soal: Pak Broto mempunyai objek pajak berupa tanah seluas 800 m 2 dengan harga jual Rp300.000,00 per m 2, bangunan seluas 200 m 2 dengan nilai jual Rp350.000,00 per m 2, taman mewah seluas 200 m 2 dengan nilai jual Rp50.000,00 m 2, pagar mewah sepanjang 120 m dan tinggi rata-rata 1,5 m dengan nilai jual Rp175.000,00 per m 2. Persentase nilai jual kena pajak 20% dan diketahui nilai jual objek pajak tidak kena pajak Rp8.000.000,00. Hitunglah besarnya PBB terutang Pak Broto untuk satu tahun. Jawaban: NJOP Tanah Rp300.000,00 400 m 2 = Rp 120.000.000,00 NJOP Bangunan Rp350.000,00 200 m 2 = Rp 70.000.000,00 Total NJOP = Rp 190.000.000,00 NJOPTKP = (Rp 8.000.000,00) NJOPKP = Rp 182.000.000,00 PBB Tterutang: 0,5% 20% Rp182.000.000,00 = Rp 182.000,00 8