Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Melalui Pembentukan Koperasi Jasa Berbasis Syariah di Pondok Pesantren Riyadlul Ulum Wadda'wah Kota Tasikmalaya

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci: Jiwa Wirausaha, Koperasi Syariah, Pesantren.

Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Melalui Pembentukan Koperasi Jasa Berbasis Syariah di Pondok Pesantren Riyadlul Ulum Wadda'wah Kota Tasikmalaya

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA 35.2/PER/M.KUKM/X/2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. mudharib pengelola, sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul maal

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara tercermin dalam keseluruhan lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. menampung para pemilik usaha kecil menengah dan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. dirinya sendiri sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Laporan Kemajuan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahap I (70%) Skim Pengabdian Kepada Masyarakat Internal

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

Jakarta, 2000, hlm Hendrojogi, Koperasi: Azas-Azas, Teori, dan Praktik, Ed. 3, Cet. 4, PT. Grafindo Persada,

BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT NAHDLATUL ULAMA DAN PENGELOLAAN DANA TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN LAZISNU KOTA SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN GERAKAN KEWIRAUSAHAAN NASIONAL INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

E. PENETAPAN, PELAKSANAAN, DAN EVALUASI 1. GBHK HMTI UGM ditetapkan dalam Kongres HMTI UGM. 2. GBHK HMTI UGM dilaksanakan oleh seluruh anggota HMTI UG

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan lahiriyah dan batiniyah saja tetapi juga keseimbangan,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kita mengamati banyaknya perubahan yang cepat dan melanda

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada saat ini dititikberakan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta: Ekonomi, 2005, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari ah, Cet. III, 2 Ibid. h. 96.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dari waktu ke waktu. Hal ini karena, hampir semua sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ketat. Fenomena ini disebabkan oleh semakin banyaknya lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS) dengan total Aset sebesar Rp. 57 triliun (Republika :

PERATURAN DESA NANGGUNG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NANGGUNG

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KEBERPIHAKAN BUPATI/WALIKOTA TERHADAP PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM DI JAWA TENGAH TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini pembangunan ekonomi tidak hanya dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan berperan untuk menyiapkan

DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnah. Tak lain tujuan. dan mengalirkan dana sesuai dengan undang-undang perbankan

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masih memiliki pangsa pasar yang kecil, yaitu sekitar 5% dari seluruh nasabah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dalam transaksi bisnis modern tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia mengalami

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PASANGAN BALON BUPATI/WAKIL BUPATI KAB.HUMBANG HASUNDUTAN PALBET SIBORO,SE-HENRI SIHOMBING,A.Md VISI, MISI, TUJUAN DAN PROGRAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV EFEKTIVITAS KERJA SAMA KOPERASI SYARIAH BEN IMAN DENGAN YAYASAN YATIM MANDIRI DALAM PROGRAM BUNDA YATIM SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN. yang sulit dihindari. Bank merupakan lembaga financial intermediary yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. dan bertahan hidup tentunya dengan caranya sendiri-sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

PEMBUKAAN BAB I PENGERTIAN. Pasal 1. 2) Sekolah Tinggi adalah Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer AMIKOM Yogyakarta

BAB IV PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pemberdayaan Ekonomi Pondok Pesantren Al-Fatah terhadap. 1. Kontribusi dari Koperasi Pondok Pesantren Al-Fatah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

AIBI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA. Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (Indonesian Business Incubator Association)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 tentang Perkoperasian, PP RI No. 9 Tahun 1995 tentang

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY) 2013 yakni garis kemiskinan pada maret 2013 adalah

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

I. PENDAHULUAN. Koperasi merupakan soko guru perekonomian nasional yang turut. maupun tidak langsung. Tujuan pembangunan nasional khususnya pada

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian nasional. Fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal pemberian kredit modal kerja. Koperasi adalah salah satu badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. dana. Hal ini sesuai dengan fungsi lembaga keuangan itu sendiri. 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN SE KABUPATEN JEMBRANA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizki Silvina Rahmi, 2013

PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA

I. PENDAHULUAN. Perbankan dari sekian jenis lembaga keuangan, merupakan sektor yang paling

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA KONGRES GERAKAN ANGKATAN MUDA KRISTEN INDONESIA (GAMKI) TAHUN 2015

Transkripsi:

LAPORAN KEMAJUAN 70% IPTEKS BAGI PESANTREN (IbP) Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Melalui Pembentukan Koperasi Jasa Berbasis Syariah di Pondok Pesantren Riyadlul Ulum Wadda'wah Kota Tasikmalaya TIM PENGUSUL Ketua Tim : Drs. Suhendra, M.Pd/ 0415125601 Anggota : Edi Fitriana Afriza, S.Pd., M.M/ 0026049002 Anggota : Ai Nursolihat, M.Pd/ 0011058306 UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA JULI 2017 i

ii

iii

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii DAFTAR ISI... iv RINGKASAN... v KATA PENGANTAR... vi BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Analisi Situasi... 1 1.2 Permasalahan Mitra... 3 BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN... 5 2.1 Tujuan Kegiatan... 5 2.2 Manfaat Kegiatan... 5 BAB III. METODE PENELITIAN... 6 BAB IV. HASIL YANG DICAPAI... 7 BAB V. RENCANA DAN TAHAPAN BERIKUTNYA... 8 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 9 7.1 Kesimpulan... 9 7.2 Saran... 9 DAFTAR PUSTAKA... 10 iv

RINGKASAN Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan untuk mencetak manusia yang religius dan mandiri. Para santri didik dan dibina dalam meningkatkan jiwa wirausaha. Dengan demikian, pesantren dapat menjadi pusat kelembagaan ekonomi, bagi warganya di dalam maupun di luar pesantren. Pilihan aktivitas ekonomi (bisnis) ditentukan oleh kemampuan pengelola pesantren membaca, mendefinisikan, memanfaatkan, dan mengorganisasikan resources, baik internal maupun eksternal. Dengan adanya Pembangunan Koperasi Jasa Berbasis Syariah merupakan salah satu pembuktian bahwa warga pesantren menerapkan jiwa kemandirian yang terkandung dalam Panca Jiwa Pondok Pesantren Modern. Dengan kemandirian, pondok tidak bergantung kepada bantuan pihak lain. Metode yang digunakan dalam pelatihan merupakan Metode Andragogi yaitu dengan proses belajar-mengajar atau menyampaikan materi dan informasi yang mengasumsikan bahwa peserta adalah orang dewasa yang memiliki pengetahuan. Pelatihan ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan wawasan warga pesantren dalam pembentukan Koperasi Jasa Berbasis Syariah. Koperasi Jasa Syariah dibentuk untuk membantu para pengusaha mikro/ kecil, staff pengajar dan para santri dalam pembiayaan dan pengelolaan dana usaha demi terwujudnya citacita ekonomi islam dalam ruang lingkup pesantren. v

KATA PENGANTAR Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini merupakan salah satu bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang harus dilaksanakan oleh civitas akademika khususnya para tenaga pengajar. Untuk dapat terlaksana dengan lancar dibutuhkan dukungan dan do a dari seluruh civitas akademika Universitas Siliwangi. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan, termasuk di dalamnya adalah Pelatihan Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Melalui Pembentukan Koperasi Jasa Berbasis Syariah di Pondok Pesantren Riyadlul Ulum Wadda'wah Kota Tasikmalaya, yang masih membutuhkan informasi bagaimana membentuk koperasi syariah berbasis pesantren untuk menumbuhkan jiwa berwirausaha. Kegiatan pengabdian dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kegiatan baru akan dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2017 kegiatan pengabdian yang diberikan kepada sebanyak 50 orang terdiri dari Staff Pengajar, Pengurus Koperasi, dan Para Santri Pondok Pesantren Riyadlul Ulum Wadda'wah Kota Tasikmalaya. Mudah-mudahan hasil kegiatan yang dilakukan ini akan terus berlanjut sesuai dengan tujuan pengabdian kepada masyarakat itu sendiri Tasikmalaya, Juli 2017 Pelaksana vi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisi Situasi Dalam perkembangan indonesia saat ini, banyak terjadi perubahan besar dan mendasar mengenai tatanan perekonomian dalam lingkungan masyarakat. Munculnya koperasi sebagai wadah perekonomian yang tumbuh di lingkungan masyarakat merupakan solusi alternatif untuk membantu masyarakat ekonomi golongan lemah. Pendirian koperasi di zaman modern ini diharapkan dapat memproteksi kehidupan perekonomian rakyat kalangan lemah dari sistem ekonomi liberal yang dapat menjerat dan menyebabkan ketimpangan ekonomi. Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2012 Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang dijalankan berdasarkan asas kekeluargaan. Inti dari koperasi adalah kerja sama, yaitu kerja sama diantara anggota dan para pengurus dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anggota dan masyarakat serta membangun tatanan perekonomian nasional. Sebagai gerakan ekonomi rakyat, koperasi bukan hanya milik orang kaya melainkan juga milik seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Dasar kegiatan koperasi adalah kerjasama yang dianggap sebagai cara untuk memecahkan berbagai persoalan yang mereka hadapi masing-masing, oleh sebab itu sudah selayaknya apabila koperasi menduduki yang penting dalam sistem perekonomian suatu Negara. Lingkungan pesantren merupakan salah satu bagian dari masyarakat golongan ekonomi lemah yang didalamnya terdapat banyak pengusaha mikro/ kecil, Staff Pengajar, dan para santri yang berkecimpung dalam kegiatan ekonomi. Pondok Pesantren Riyadlul Ulum Wadda wah Condong Kota Tasikmalaya didirikan berdasarkan kebutuhan masyarakat akan pendidikan dan pertumbuhan perekonomian dilingkungan masyarakat, melihat perkembangan bidang pendidikan formal di pesantren semakin pesat akan tetapi adanya keterlambatan dalam peningkatan perekonomian dalam lingkungan pesantren memunculkan gagasan untuk membentuk lembaga 1

2 perekonomian yang dipandang oleh masyarakat umum sebagai koperasi. Paradigma Koperasi yang dibentuk harus beradaptasi serta berdasarkan budaya lingkungan, dimana koperasi yang akan dibentuk berada pada lingkungan pesantren maka dari itu koperasi harus mengutamakan prinsip-prinsip agama islam atau memakai sistem ekonomi yang berdasarkan syariat agama islam. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) yang mana memberikan pengertian bahwa Koperasi Simpan Pinjam Syariah atau koperasi jasa keuangan syariah (KJKS) adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah). Jadi dapat dipahami di sini bahwa KJKS hanya melakukan kegiatan perkoperasian dengan menggunakan sistem syariah dijelaskan : Selain itu dalam Al-quran surat Al-Baqarah (QS. 2 : 278 279) Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang mengaku mukmin, Maka jika kamu meninggalkan sisa riba maka ketahuilah bahwa Allah dan Rosulnya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat dari mengambil riba bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya. KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) merupakan lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil, dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin. Banyak pengusaha mikro dan warga Pesantren Riyadlul Ulum Wadda wah Condong yang berusaha membutuhkan modal usaha berkisar antara Rp 100 ribu sampai dengan Rp 5 juta, dan mereka mengalami kesulitan kalau menggunakan jasa perbankan. Namun, mereka akan mudah menggunakan jasa KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah apabila mereka menjadi anggota KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Untuk itulah, para pengurus pesantren ingin mendorong peran serta pendirian KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah dalam

3 menunjang perekonomian masyarakat Pesantren Riyadlul Ulum Wadda wah Condong, agar pengusaha mikro/ kecil dapat diayomi dan dibantu dari segi permodalannya. Pengurus pesantren menyadari bersama bahwa modal usaha merupakan hal yang urgent dan sangat dibutuhkan oleh pengusaha mikro/ kecil di sektor riil, dimana banyaknya jumlah dari pengusaha mikro/ kecil tersebut membuat kebutuhan akan KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah semakin meningkat. Pada prinsipnya Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah koperasi Simpan Pinjam Syariah yang kegiatan usahanya meliputi bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan yang sistemnya sesuai pola bagi hasil (syariah). Sedangkan yang disebut Unit Jasa Keuangan Syariah adalah unit usaha pada Koperasi. Dalam koperasi simpan pinjam Syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah adalah yang dipilih oleh koperasi berdasarkan keputusan dari rapat anggota dimana dewan ini beranggotakan alim ulama yang ahli persoalan dalam syariah. Dalam menjalankan fungsinya dewan pengawas syariah menjalankan fungsi dan tugas sebagai pengawas syariah pada koperasi dan berwenang untuk memberikan tanggapan atau melakukan penafsiran terhadap fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional. 1.2 Permasalahan Mitra Mewujudkan cita-cita ekonomi dengan penerapan nilai-nilai islam merupakan misi yang ingin diraih pengurus Pesantren Riyadlul Ulum Wadda wah Condong Kota Tasikmalaya. Membangun Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang mandiri dan tangguh dengan berlandaskan amanah dalam membangun ekonomi masyarakat selaras dengan Panca Jiwa Pesantren Modern yaitu menerapkan jiwa kemandirian dengan tidak mudah bergantung kepada orang lain. Hal tersebut menjadikan ukhuwah islamiyah dalam perwujudan eksistensi menumbuhkan kepercayaan terhadap pesantren sebagai lembaga islam pengayom masyarakat. Dari fenomena yang ada pada pesantren tersebut, maka dari itu yang perlu dilakukan yaitu mengadakan suatu kegiatan pelatihan atau pembinaan

4 yang akan dilaksanakan di pesantren dengan memfokuskan untuk membentuk Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang dalam hal ini sangat dibutuhkan pengusaha mikro/ kecil, staff pengajar, dan para santri dilingkungan pesantren. Dari penjelasan diatas dapat diidentifikasi yang menjadi permasalahan mitra utama adalah sebagai berikut: 1. Belum adanya lembaga keuangan yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana dilingkungan pesantren. 2. Pengusaha mikro/ kecil dilingkungan pesantren kesulitan dalam memperoleh dana untuk mengembangkan usahanya. 3. Staff pengajar merasa kurang aman dan mengalami kesulitan dalam menyimpan dana tabungan para santri. 4. Para santri belum mengetahui secara empiris mengenai sistem bagi hasil yang dilakukan lembaga keuangan islam.

5 BAB II TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN 2.1 Tujuan Kegiatan Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar dalam pembuatan dan pembentukan koperasi syariah berbasis pesantren sebagai penunjang kebutuhan modal untuk berwirausaha seluruh warga pesantren, disamping itu juga baik staff pengajar dan para santri dapat menyimpan keuangannya dalam bentuk tabungan/ simpanan yang dimana dapat dipergunakan untuk kedepannya. Peserta yang terdiri pengurus koperasi dibimbing dan diarahkan agar dapat bersaing dan mandiri dalam mendapatkan investasi untuk pengembangan koperasi selanjutnya. 2.2 Manfaat Kegiatan Kegiatan ini diharapkan bermanfaat bagi para peserta pelatihan pembuatan dan pembentukan koperasi syariah berbasis pesantren, dimana para peserta diharapkan mampu menumbuhkan jiwa berwirausaha yang nantinya dapat membantu perekonomian khsusunya dilingkungan pesantren dan umumnya di masyarakat. Menjadi pelopor warga pesantren yang mandiri dan kreatif untuk menjungjung tinggi perekonomian berasaskan kekeluargaan dan gotong royong sehingga warga pesantren memiliki kehidupan yang sejahtera. 5

6 BAB III METODE PENELITIAN Untuk memberikan stimulus kepada participant/ mitra dalam hal ini pihak manajemen baik pengusaha mikro/ kecil, staff pengajar dan para santri Pesantren Riyadlul Ulum Wadda wah Condong Kota Tasikmalaya. Dalam kegiatan metode yang digunakan adalah metode pembelajaran untuk orang dewasa. Metode pembelajaran dimaksud adalah sebagai berikut : Pendekatan Andragogi merupakan proses belajar-mengajar atau menyampaikan materi dan informasi yang mengasumsikan bahwa peserta adalah orang dewasa yang memiliki pengetahuan. Dengan demikian, tugas narasumber hanya memfasilitasi keaktifan peserta untuk membahas setiap materi yang diajarkan. Menurut Kartini Kartono (1997), andragogi adalah ilmu membentuk manusia: yaitu membentuk kepribadian seutuhnya, agar mereka mampu mandiri di tengah lingkungan sosialnya. Pada banyak praktik, mengajar orang dewasa dilakukan sama saja dengan mengajar anak. Prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pendidikan orang dewasa. Dengan demikian partisipasi aktif dari pengusaha mikro/ kecil, staff pengajar dan para santri Pesantren Riyadlul Ulum Wadda wah Condong sangat diharapkan sehingga mereka dapat memahami, mencoba dan menerapkan. 6

7 BAB IV HASIL YANG DICAPAI Jiwa kewirausahaan mutlak penting dimiliki oleh setiap individu, tak terkecuali bagi para para santri agar lebih siap menghadapi masa depannya apabila langsung terjun kedalam masyarakat. Penyiapan para santri secara dini, dengan menumbuhkan mental dan jiwa wirausaha ketika dilingkungan pesantren, memberikan alternatif untuk tidak hanya nantinya menjadi seorang religius yang hanya mengetahui pengetahuan tentang agama saja, akan tetapi seseorang yang mempunyai daya kreativitas dan inovasi untuk dapat menciptakan lapangan pekerjaan (wirausaha). Disinilah letak strategis koperasi syariah berbasis pesantren, yang bukan hanya dilihat dari sisi perkoperasian dan perekonomian saja. Akan tetapi juga sebagai wahana pembelajaran mengenai perekonomian yang menjungjung tinggi sistem syariah. Dalam hal ini tim pelaksana baru membuat konsep dan perencanaan kegiatan pengabdian Pelatihan Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Melalui Pembentukan Koperasi Jasa Berbasis Syariah di Pondok Pesantren Riyadlul Ulum Wadda'wah Kota Tasikmalaya, dimulai dari mempersiapkan tempat pelaksanaan yang akan dilaksanakan di ruang kegiatan pembelajaran para santri, melengkapi peralatan seperti diantaranya infocus, layar screen dan kamera. Selain itu tim pelaksana mendata terlebih dahulu participant yang akan mengikuti penyuluhan dan pelatihan dengan jumlah 50 orang diantaranya terdiri dari staff pengajar, pengusaha mikro, pengurus koperasi dan para santri agar target tercapai sesuai dengan tujuan yang sudah ditentukan. 7

8 BAB V RENCANA DAN TAHAPAN BERIKUTNYA Kegiatan pengabdian pada masyarakat akan dilaksanakan melalui tiga tahapan. Tahapan pertama tim pelaksana akan terlebih dulu melakukan survey untuk untuk mlihat situasi dan kondisi dilapangan mengenai kesulitan tentang pembentukan koperasi berbasis syariah dipesantren, selanjutnya menyusun persyaratan untuk dibuatkan badan hukum koperasi agar berjalanya koperasi sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku (legalisasi). Tahapan selanjutnya mengenai pelaksanaan, tim pelaksana akan terlebih dahulu mempersiapkan berbagai kebutuhan dan peralatan untuk menunjang kegiatan pengabdian supaya berjalan dengan lancar dan pelaksanaan kegiatannya akan berlangsung seperti penyuluhan dan pelatihan dalam bentuk, pembentukan pengurus koperasi, registrasi anggota, penyusunan draft persyaratan badan hukum, pembuatan AD/ ART dan penentuan waktu RAT (Rapat Anggota Tahunan). Sedangkan tahapan terakhir merupakan evaluasi dari hasil yang dicapai oleh participant, pada tahap ini tim pelaksana menyusun instrumen untuk diberikan kepada participant sebagai sarana dalam memberikan masukan dan perbaikan terhadap kegiatan pelaksnaan pengabdian pada masyarakat. 8

9 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Keberadaan koperasi di pesantren memiliki daya tarik sendiri dimana dalam wujud koperasi berbasis syariah para staff pengajar, pengusaha mikro, pengrus koperasi dan santri memperoleh banyak manfaat. Berdasarkan pelaksanaan kegiatan yang telah dipaparkan, berikut ini adalah kesimpulan yang dihasilkan: 1. Para santri dapat secara langsung mengenal, melihat, mempelajari kehidupan koperasi berbasis syariah sebagai pedoman disetiap transaksinya yang mencerminkan lembaga keuangan religius. 2. Koperasi sekolah merupakan fasilitas, wahana dan media staff pengajar dan pengusaha mikro untuk tetap eksistensi terhadap komitment untuk menumbuhkan jiwa wirausaha. 3. Para pengurus dapat lebih mengoptimalkan dalam melakukan pekerjaanya dikarenakan ditunjang dengan berbagai kelengkapan legalitas berkoperasi yang sudah terpenuhi. 7.2 Saran Berdasarkan pelaksanaan kegiatan Ipteks bagi Pesantren berupa penyuluhan dan pelatihan menumbuhkan jiwa wirausaha melalui pembentukan koperasi jasa syariah berbasis pesantern, berikut ini adalah sarannya: Perlu adanya kesadaran didalam setiap individu baik yang sudah termasuk keanggotaan koperasi maupun yang belum, lebih mencintai lembaga keuangan koperasi dikarenakan koperasi merupakan lembaga keuangan yang berasaskan kekeluargaan dengan tujuan untuk mensejahterakan anggotanya. Memupuk kembali wawasan dan pengetahuan dalam berkoperasi agar terciptanya manajemen yang sehat di internal koperasi sehingga memberikan dampak yang postif bagi keberlangsungan koperasi yang ditunjang dengan sistem syariah 9

10 DAFTAR PUSTAKA Kartono, Kartini. (1997) Patologi Sosial Jilid 5. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Surat Al-Baqarah (QS. 2 : 278 279). Al- Qur an Nul Karim UU No.17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian 10