1 CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN Dina Oktavia¹, Putri Dian Afrinda², Risa Yulisna² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat ²Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI SumateraBarat Oktavia815yahoo.com ABSTRACT This research is motivated by the tendency of teachers in the learning process that uses Indonesian language insert many regional languages. The purpose of this research is describe the type of mixed code of Indonesian teachers in the learning process at SMAN I Pancung Problem South Coast and describe the form of mixed code of Indonesian teachers in the learning process in SMAN 1 Pancung Problem of South Coast.The type of this research is qualitative with descriptive method. Participants of this research are Indonesian teachers who number two people. The teachers teach in class X one person and in class XI one person. The data of this research mixed code of Indonesian teacher in process of learning at SMAN 1 Pancung Problem of South Coast. The data source of this research is Indonesian teacher's speech in the learning process at SMAN 1 Pancung Problem of Pesisir Selatan. The results showed that there is one type of mixed code, which is mixed into the code (CKD). Mixed form of code found in the form of words amounted to 33, mix the code of the form of phrases amounted to 16, mix the code in the form of a baster of 2, mix the code in the form of clauses amounted to 19. So the highest percentage in the mix code Indonesian language teacher in the process of learning in SMAN 1 Pancung Soal Pesisir Selatan in the form of words amounted to 33 and the lowest percentage of baster as much as 2 speech. Keywords: Indonesian Teacher, Mixed Code PENDAHULUAN Indonesia terdiri dari beberapa provinsi, memiliki beragam kebudayaan dan ragam bahasa. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat adalah bahasa daerah masing-masing. Bahasa daerah sangat bervariasi dan memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan dengan daerah-daerah lain. Dalam komunikasi sehari-hari masyarakat pada umumnya menggunakan bahasa daerah setempat (daerah Inderapura), sedangkan bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua yang sekaligus menjadi bahasa pemersatu
2 masyarakat dalam berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi adakalanya terjadi percampuran bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa dearah setempat (daerah Inderapura). Bahasa guru dalam proses pembelajaran sangat menentukan pencapaian tujuan yang diinginkan, yaitu siswa dapat memahami pembelajaran. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru harus berperan aktif menciptakan ilmu. Keberhasilan siswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan tergantung kepada guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Materi pelajaran haruslah di komunikasikan oleh guru dengan bahasa yang tepat dan jelas agar siswa paham atas materi yang diajarkan, karena dengan pemakaian bahasa yang tepat dan jelas siswa paham atas materi yang diajarkan, karena dengan bahasa dapat di mengerti proses pembelajaran akan berhasil. Namun, dalam hal ini adakalanya guru dalam proses pembelajaraan menggunakan bahasa daerah. Dalam hal ini terjadilah suatu pencampuran bahasa yang disebut dengan campur kode. Dalam kajian sosiolingustik, pencampuran bahasa yang digunakan oleh guru disebut campur kode. Campur kode merupakan penggunaan satuan bahasa yang satu kebahasa yang lain. Berdasarkan wawancara di SMAN I Pancung Soal Pesisir Selatan para guru cenderung mengunakan bahasa ibu (bahasa Inderapura) pada saat proses belajarmengajar sehingga terjadi campur kode. Hal ini dilakukan agar siswa lebih mudah paham dengan materi pelajaran yang diajarkan, karena latar belakang siswa mengusai bahasa daerah Inderapura. Berkaitan dengan peristiwa campur kode yang ditemukan, maka penelitian ini akan berhubungan dengan campur kode yaitu Campur Kode Guru Bahasa Indonesia dalam Proses Pembelajaran di SMAN I Pancung Soal Pesisir Selatan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini berupa penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Menurut Moleong (2010:6)
3 penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi dengan cara mendeskripsikan bentuk kata-kata dan bahasa, pada satu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Menurut Moleong (2010:11) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah metode yang dilakukan dengan jalan menganalisis data yang sudah dikumpulkan berupa kata-kata lisan (ujaran) langsung dari objek yang diamati. Instrumen adalah suatu perencanaan dalam melakukan penelitian (Moleong, 2010:121). Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri, dan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat perekam dan alat tulis untuk mencatat. Alat perekam digunakan untuk merekam tuturan guru selama proses belajar-mengajar bahasa Indonesia berlangsung dan alat tulis untuk mencatat tuturan tersebut. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik dasar teknik sadap, dan menggunakan teknik lanjutan teknik simak bebas libat cakap (SLBS). Teknik pengabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi. Menurut Moleong (2012:330), teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu. Teknik analisis data pada penelitian ini yaitu: (1), metranskrpsikan data yang telah direkam kedalam bentuk tulisan (2), mengidentifikasi data bahasa guru yang mengalami campur kode (3) menerjemahkan data bahasa guru kedalam bahasa Indonesia,(4) mengklasifikasi bentuk bahasa guru yang mengalami campur kode yang ditemukan berdasarkan bidangnya, (5) membuat hasil temuan data penelitian berdasarkan bidangnya, (6) menganalisis dan membahas data temuan penelitian.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan transkripsi data, ditemukan jenis campur kode sebanyak seratus empat belas tuturan guru. Dari seratus empat belas tuturan tersebut ditemukan campur kode ke dalam sebanyak tujuh puluh tuturan guru. Dari tujuh puluh tuturan ditemukan campur kode berupa kata sebanyak tiga puluh tiga tuturan, campur kode berupa frasa sebanyak enam belas tuturan, campur kode berupa baster sebanyak dua tuturan, dan campur kode berupa klausa sebanyak sembilan belas tuturan. 1. Jenis Campur Kode a. Campur Kode ke dalam (innercode mixing) Campur kode ke dalam merupakan campur kode antara bahasa ibu dan bahasa kedua. Menurut Nursaid dan Marjusman Maksan (2002:112), jika melakukan campur kode komunikan mencampurkan bahasa pertama, (bahasa utama misalnya bahasa Indonesia) dengan bahasa kedua (bahasa lain misalnya bahasa Minangkabau) berarti campur kode yang dilakukan disebut campur kode kedalam (inner code mixing). Berikut datanya. Saya tidak setuju dengan pendapat saudara, tu tentu awak jelaskan apo pandapek awak, ndak setuju mengenai apa yang di komentari oleh orang itu. pada data 02 tersebut ketika guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara menanggapi kepada kelompok yang lain ketika sedang diskusi. Penyebab terjadinya campur kode adalah karena keinginan untuk menjelaskan kapada siswa agar lebih mudah untuk dimengerti, karena dengan menggunakan bahasa daerah siswa lebih paham apa yang dijelaskan. b. Campur Kode ke luar (out code mixing) Campur kode keluar merupakan pencampuran kode bahasa utama dengan bahasa asing. Menurut Nursaid dan Marjusman Maksan (2002:112), jika melakukan campur kode komunikan mencampurkan bahasa pertama (bahasa utama misalnya bahasa
5 Indonesia) dengan bahasa kedua (bahasa lain misalnya bahasa Inggris), berarti campur kode kode yang dilakukan disebut campur kode keluar (out code mixing). Campur kode keluar pada guru bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran di SMAN I Pancung Soal Pesisir Selatan tidak ditemukan, karena guru dalam proses pembelajan mengunakan bahasa daerah tidak mengunakan bahasa asing/inggris. 2. Bentuk Campur Kode Guru Bahasa Indonesia dalam Proses Pembelajaran di SMAN I Pancung Soal Pesisir Selatan a. Penyisipan Unsur-unsur yang Berujud Kata Menurut Chaer (2007:219) kata merupakan satuan terkecil yang secara hierarki menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar,yaitu frasa, klausa, kalimat. Kata merupakan bentuk campur kode yang sering tersisip dalam tuturan guru pada saat proses pembelajaran. Masalah apo yang dibahas oleh kelompok lain itu. pada data 03 tersebut ketika guru menanyakan kepada siswa tentang apa yang dibahaskan oleh kelompok lain. Dengan demikian terjadilah campur kode ke dalam berupa bentuk kata. Penyebab terjadinya campur kode adalah karena keinginan menjelaskan dan menafsirkan materi yang sedang dipelajari b. Penyisipan Unsur-unsur yang Berujud Frasa Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi (Ramlan, 1987:151). Jika di dalam suatu tindak tutur terdapat campur kode yang berupa klausa dan tidak melampaui batas fungsinya sebagai klausa maka hal tersebut tergolong ke dalam bentuk campur kode berupa penyisipan unsur-unsur yang berujud frase. Penyisipan unsur-unsur yang berujud frasa dapat dilihat pada data berikut. Yang dibahas mengenai apo tung? Penyebab terjadinya campur kode pada data 18 tersebut adalah disebabkan guru menanyakan kepada
6 siswa tentang apa yang di buat oleh temannya didepan kelas. Dengan demikian terjadilah campur kode ke dalam berupa bentuk frasa. c. Penyisipan Unsur-unsur yang Berujud Baster Chaer (2007:53) menjelaskan bentuk baster ialah peristiwa pembentukan bahasa dengan bentuk dasar bahasa Indonesia dengan afiksafiks dari bahasa daerah atau bahasa asing. Menurut Pateda (dalam Nursaid dan Marjusman Maksan, 2002:122), penyisipan unsur-unsur yang berujud bentuk baster, misalnya (jangan kamu menggombal lagi, aku bosan). Penjelasan di atas merupakan contoh dari campur kode yang berujud bentuk baster dalam satu kalimat. Kata yang berujud baster dalam kalimat tersebut yaitu kata menggombal. Penyisipan unsurunsur yang berujud baster dapat dilihat pada data berikut. Artikel artinyo karya tulis yang terdapat dalam surat kabar atau majalah, itung pengertian artikel tapia kalau makalah apo? pada data 33 tersebut ketika guru menanyakan kepada siswa pengertian makalah. Penyebab terjadinya campur kode adalah guru berkeinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan dengan menggunakan bahasa daerah agar siswa mengerti apa yang dijelaskan. d. Penyisipan Unsur yang Berujud Klausa Klausa menurut Chaer (2003:231) adalah satuan sintaksis berupa runtututan kata-kata berkontruksi predikatif. Artinya, didalam komuniksai itu ada komponen berupa kata atau frasa yang berfungsi sebagai predikat dan sebagai keterangan. Menurut Pateda (dalam Nursaid dan Maksan, 2002:122) penyisipan unsur-unsur klausa, misalnya (pimpinan yang bijaksana akan ing ngarasa sang tulada, ing madyo mangun karso, tutwuri handayani). Penyisipan unsur-unsur yang berujud klausa dapat dilihat pada data berikut. Saya tidak setuju dengan pendapat saudara, tu tentu awak jelaskan apo
7 pandapek awak ndak setuju, mengenai apa yang dikomentari oleh orang itu. pada data 02 tersebut ketika guru menjelaskan bagaimana cara membuat kalimat tidak setuju yang diutarakan oleh orang lain. Penyebab terjadinya campur kode adalah keinginan untuk menjelaskan dengan menggunakan bahasa daerah. Dengan demikian terjadilah campur kode ke dalam berupa bentuk klausa. KESIMPULAN Berdasarkan deskripsi data, serta analisis data dan pembahasan yang diuraikan pada bab IV dapat disimpulkan. Jenis campur kode guru bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran di SMAN I Pancung Soal Pesisir Selatan adalah campur kode ke dalam. Penyisipan campur kode ke dalam merupakan penyisipan campur kode yang digunakan dan sering digunakan pada proses pembelajaran di sekolah. Bentuk campur kode yang digunakan dalam proses pembelajaran di SMAN I Pancung Soal Pesisir Selatan adalah berbentuk kata, frasa, baster, klausa dan kalimat. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nursaid dan Marjusman Maksan. 2002. Sosiolinguistik. Padang: FBSS UNP.