TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUKURAN WATERPASS

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY PENGUKURAN MENGGUNAKAN ALAT WATERPAS

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG

Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR

PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok 2 1

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PRINSIP KERJA DAN PROSEDUR PENGGUNAAN THEODOLITE. Prinsip kerja optis theodolite

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Ukur Tanah adalah suatu ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran yang

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN BEDA TINGGI MENGGUNAKAN ALAT THEODOLIT Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknik

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

MAKALAH SURVEY DAN PEMETAAN

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

LAPORAN PRAKTIKUM PEMETAAN SUMBERDAYA LAHAN (Pengukuran Beda Tinggi dengan Sipat Ukur Datar Profil Memanjang)

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

Ilmu Ukur Tanah (Plan Survaying)

MODUL AJAR PRAKTIKUM POLIGON & TACHIMETRI DAFTAR ISI BUKU MODUL PRAKTIKUM POLIGON DAN TACHIMETRI PENYETELAN THEODOLITH DAN PEMBACAAN SUDUT

TEORI SIPAT DATAR (LEVELLING)

Metode Ilmu Ukur Tanah

PROPOSAL KEGIATAN SURVEI PENGUKURAN DAN PEMETAAN

Gambar 1. Skema sederhana pesawat Theodolit.

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

5/16/2011 SIPAT DATAR. 1

METODA-METODA PENGUKURAN

PANDUAN PENYETELAN THEODOLIT DAN PEMBACAAN SUDUT (Latihan per-individu dengan pengawasan Teknisi Laboratorium)

BAB. XVI. THEODOLIT 16.1 Pengertian 16.2 Bagian Theodolit

3.4 PEMBUATAN. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah

BAB I PEMETAAN 1. PENDAHULUAN 2. MAKSUD DAN TUJUAN 3. TEORI a. Skala

Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

Definisi, notasi, glossary. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS. Kode Nama Mata Kuliah 1

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika

Sipat datar / Levelling/ Waterpassing

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan

Pengukuran Poligon Tertutup Terikat Koordinat

BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS

EVALUASI TITIK KONTROL TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DENGAN METODE PENGUKURAN KERANGKA DASAR VERTIKAL BENCH MARK (BM)

Pengukuran dan Pemetaan Hutan : PrinsipAlat Ukur Tanah

PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE

MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pita ukur... 2 Gambar 2. Bak ukur... 3 Gambar 3. Pembacaan rambu ukur... 4 Gambar 4. Tripod... 5 Gambar 5. Unting-unting...

BAB II LANDASAN TEORI

LEVELLING 3 SIPAT DATAR MEMANJANG & MELINTANG (UNTUK MENDAPATKAN BENTUK PROFIL POT.TANAH) Salmani,, ST, MS, MT 2012

alat ukur waterpass dan theodolit

P E N G U K U R A N S I P A T D A T A R

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG STAKE OUT DAN MONITORING

Pertemuan Pengukuran dengan Menyipat Datar. Can be accessed on:

MAKALAH ILMU UKUR TANAH

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL

Ir. Atut Widhi Karono APA PERANAN GEODESI DIAREA OILFIELD- ONSHORE PROJECT. Penerbit Ganesha Ilmu Persada

BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pengukuran Detail Rehabilitasi Jaringan Irigasi tersier Pada UPTD. Purbolinggo

Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENGUASAAN PERALATAN UKUR

Tujuan Khusus. Tujuan Umum

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 7 : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION

PERHITUNGAN KETELITIAN RELATIF POLIGON TERTUTUP PADA PENGUKURAN BATAS PERUMAHAN BUMI RINDANG LUHUR

PROFIL MEMANJANG. Program Studi D3/D4 Teknik Sipil ITS. Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Gambar 2.1. Gambar Garis Kontur Dari Suatu Permukaan Bumi

PENGENALAN MATA KULIAH SURVEY DIGITAL

PENDAHULUAN Surveying : suatu ilmu untuk menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi

Gambar Penentuan sudut dalam pada poligon tertutup tak. terikat titik tetap P 3 P 2 P 5 P 6 P 7

BAB I. Laporan Praktikum 1

BAB VI PERALATAN UKUR SUDUT/ ARAH

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud yaitu:

PRAKTIKUM PERALATAN SURVEY

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Maksud dan Tujuan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Modul 10 Garis Kontur

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENGUASAAN PERALATAN UKUR

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station

4.1.3 PERALATAN PENDUKUNG SURVEY UKUR TANAH

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

DAFTAR ISI. Hal Kata Pengantar... i Daftar Isi BAB I KONSEP PENILAIAN Latar Belakang Tujuan Metoda Penilaian...

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum

Pematokan/Stake out adalah memindahkan atau mentransfer titik-titik yang ada dipeta perencanaan kelapangan (permukaan bumi).

Kesalahan Sistematis ( Systhematical error ) Kesalahan acak ( Random error ) Kesalahan besar ( Blunder )

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG STAKE OUT DAN MONITORING

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

ba - bb j Gambar Pembacaan benang jarak pada bak ukur

Contoh soal : Hitung Beda Tinggi dan Jarak Psw-Titik Horisontal apabila diketahui : TITIK A BA= 1,691 BT = 1,480 BB = 1,296 ta = 1,530 Z = 90'51'02"

PENGUKURAN SUDUT, BEDA TINGGI DAN JARAK

VISUALISASI 3D LAHAN RENCANA PROYEK UNTUK PERHITUNGAN VOLUME GALIAN DAN TIMBUNAN

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 3 : METODE PENGUKURAN JARAK

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI

Materi : Bab VII. PENGUKURAN JARAK Pengajar : Danar Guruh Pratomo, ST

Kerangka kontrol horizontal

Can be accessed on:

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PEMBUATAN LAPORAN PENGUKURAN

TEKNIK SURVEI JILID 3 SMK. Iskandar Muda

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

MODUL PROGRAM KEAHLIAN MEKANISASI PERTANIAN KODE MODUL SMKP2K01MKP

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyarat. C. Petunjuk Penggunaan Modul

Transkripsi:

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH MEI 2014 TIM PENYUSUN Pujiana (41113120068) Rohmat Indi Wibowo (41113120067) Gilang Aditya Permana (41113120125) Santi Octaviani Erna Erviyana Lutvia wahyu (41113120077) (41113120071) (41113120124)

KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas Berkah, Rahmat Dan Hidayah Nyalah sehingga laporan praktikum Mata kuliah Pemetaan dan SIG yang merupakan bagian dari Jurusan Teknik Sipil Universitas mercu Buana Jakarta ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.laporan ini adalah hasil praktikum di lapangan yang dilaksanakan dalam waktu kurang lebih dua kali pertemuan dan dikerjakan perkelompok. Adapun jenis jenis praktikum yang dilaksanakan, yaitu: 1.Pengukuran Sipat Datar (Waterpass) 2.Topografi (Total Station ) Atas tersusunnya laporan ini, tak lupa penyusun mengucapkanterima kasih kepada : 1.Dosen Kelas Karyawan Mata Kuliah Perpetaan dan SIG 2.Para Asisten Dosen yang telah membimbing dan memberi pengarahan sejak awal sampai tersusunnya laporan ini. 3.Serta semua teman teman yang telah memberi sumbangsih dan sarannya sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dalam hal teknik penulisan, tata bahasa maupun isinya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapakan demi penyempurnaan laporan ini pada masa yang akan datang. Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya para pembaca sekalian. Hormat kami, Penyusun i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 2 I.2 Maksud & Tujuan... 2 I.3 Manfaat Praktium... 2 BAB II PEMBAHASAN... 3 II.1 Peralatan... 4 II.2 Teori Dasar... 4 II.2.1 Pengukuran Beda Tinggi... 6 II.2.2 Rumus Dasar Waterpassing... 6 II.3 Langkah Kerja / Praktikum & Pengolahan Data.. 8 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN... 12 DAFTAR PUSTAKA... 13 ii

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ilmu ukur tanah adalah bagian rendah dari ilmu Geodesi, yang merupakan suatu ilmu yang mempelajari ukuran dan bentuk bumi dan menyajikannya dalam bentuk tertentu. Ilmu Geodesi ini berguna bagi pekerjaan perencanaan yang membutuhkan data data koordinat dan ketinggian titik lapangan Berdasarkan ketelitian pengukurannya, ilmu Geodesi terbagi atas dua macam, yaitu : 1.Geodetic Surveying, yaitu suatu survey yang memperhitungkan kelengkungan bumi atau kondisi sebenarnya. Geodetic Surveying ini digunakan dalam pengukuran daerah yang luas dengan menggunakan bidang hitung yaitu bidang lengkung (bola/ellipsoid). 2.Plane Surveying, yaitu suatu survey yang mengabaikan kelengkungan bumi dan mengasumsikan bumi adalah bidang datar. Plane Surveying ini digunakan untuk pengukuran daerah yang tidak luas dengan menggunakan bidang hitung yaitu bidang datar. Dalam praktikum ini kita memakai Ilmu Ukur Tanah (Plane Surveying) Ilmu Ukur tanah dianggap sebagai disiplin ilmu, teknik dan seni yang meliputi semua metoda untuk pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang permukaan bumi dan lingkungan fisik bumi yang menganggap bumi sebagai bidang datar, sehingga dapat ditentukan posisi titik titik di permukaan bumi. Dari titik yang telah didapatkan tersebut dapat disajikan dalam bentuk peta. Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ini mahasiswa akan berlatih melakukan pekerjaan pekerjaan survey, dengan tujuan agar Ilmu Ukur Tanah yang didapat dibangku kuliah dapat diterapkan di lapangan, dengan demikian diharapkan mahasiswa dapat memahami dengan baik aspek diatas. Dengan praktikum ini diharapkan dapat melatih mahasiswa melakukan pemetaan situasi teritris. Hal ini ditempuh mengingat bahwa peta situasi pada umumnya diperlukan untuk berbagai keperluan perencanaan teknis atau keperluan keperluan lainnya yang menggunakan peta sebagai acuan. 1

Menentukan jarak optis dari patok utama ke patak utama berikutnya misal(p0 P1) dan menentukan jarak optis dari patok utama ke detail di sekitarnya misal (P0 a). 1.Menentukan beda tinggi antara patok satu dengan patok yang lainnya di permukaan bumi. 2.Menentukan koreksi kesalahan antara patok 3.Menentukan tinggi patok antara patok sebelumnya ke patok selanjutnya 4.Menentukan kemiringan setiap patok. I.2.Maksud Dan Tujuan Praktikum Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini dimaksudkan sebagai aplikasi lapangan dari teori teori dasar Ilmu Ukur Tanah yang didapatkan oleh praktikan di bangku kuliah seperti poligon, alat dan penggunaannya, sampai pada pembuatan peta. Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum Ilmu Ukur Tanah ini adalah sbb: 1.Praktikan dapat memahami cara menentukan jarak optis patok utama dan detail, 2.Memahami cara menentukan beda tinggi, 3.Memahami cara menentukan koreksi kesalahan, 4.Memahami cara menentukan tinggi patok, dan 5.Memahami cara mentukan kemiringan patok. I.3.Manfaat Praktikum Manfaatnya adalah agar praktikan bisa memahami ilmu pengukuran, prosedu pelaksanaan langkah langkah yang di lakukan. Sehingga ketika praktikan selesai dari Perguruan Tinggi ( Universitas), terjun kedunia industri praktikan bisa langsung mengaplikasikan. 2

BAB II PEMBAHASAN II.1 PERALATAN Peralatan yang digunakan dalam pratek pengukuran beda tinggi, meliputi : Waterpass + Tripod/Statip Rambu/bak ukur Meteran Palu Patok Unting Unting Gambar 1. Pesawat Gambar 2. Tripod/Statip Gambar 3. Rambu/Bak Ukur Gambar 6. Patok Gambar 4. Meteran Gambar 5. Palu II.2 TEORI DASAR II.2.1. Teori Pengukuran Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan beda tinggi antara dua titik atau lebih. Pengukuran waterpass ini sangat penting gunanya untuk mendapatkan data sebagai keperluan pemetaan, perencanaan ataupun untuk pekerjaan konstruksi. Hasil hasil dari pengukuran waterpass di antaranya digunakan untuk perencanaan jalan, jalan kereta api, saluran, penentuan letak bangunan gedung yang didasarkan atas elevasi tanah yang ada, perhitungan urugan dan galian tanah, penelitian terhadap saluran saluran yang sudah ada, dan lain lain. 3

Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu : a. Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum dianggap sama dengan garis unting unting. b. Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap titik. Bidang horisontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut. c. Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk ketinggian, misalnya permukaan laut rata rata. d. Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum. e. Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya terhadap datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah sekelilingnya. Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu teropong horisontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horisontal adalah nivo, yang berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya. Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syaratsyarat sbb : f. Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo. g. Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I. h. Benang silang horisontal harus tegak lurus sumbu I. II.2.2. Kegunaan alat. 2.1 Fungsi utama. a. Memperoleh pandangan mendatar atau mendapat garis bidikan yang sama tinggi, sehingga titik titik yang tepat garis bidikan/ bidik memiliki ketinggian yang sama. b. Dengan pandangan mendatar ini dan diketahui jarak dari garis bidik yang dapat dinyatakan sebagai ketinggian garis bidik terhadap titik titik tertentu, maka akan diketahui atau ditentukan beda tinggi atau ketinggian dari titik titik tersebut. 2.2 Tambahan alat Alat ini dapat ditambah fungsi atau kegunaannya dengan menambah bagian alat lainnya. Umumnya alat ukur waterpass ditambah bagian alat lain, seperti : a. Benang stadia, yaitu dua buah benag yang berada di atas dan dibawah serta sejajar dan dengan jarak yang sama dari benang diafragma mendatar. Dengan adanya benang stadia dan bantuan alat ukur waterpass berupa rambu atau bak ukur alat ini dapat digunakan sebagai alat ukur jarak horizontal atau mendatar. Pengukuran jarak dengan cara seperti ini dikenal dengan jarak optik. 4

b. Lingkaran berskala, yaitu lingkaran di badan alat yang dilengkapi dengan skala ukuran sudut. Dengan adanya lingkaran berskala ini arah yang dinyatakan dengan bacaan sudut dari bidikan yang ditunjukkan oleh benang diafragma tegak dapat diketahui, sehingga bila dibidikkan ke dua buah titik, sudut antara ke dua titik tersebut dengan alat dapat ditentukan atau dengan kata lain dapat difungsikan sebagai alat pengukur sudut horizontal. Yang dimaksud dengan waterpassing adalah suatu cara pengukuran beda tinggi dimana selisih tinggi tinggi antara titik yang berdekatan ditentukan dengan garis garis vizir horizontal yang ditunjukkan ke rambu rambu yang diletakkan vertical di ats ketinggian titik yang bersangkutan. Gambar 7. Gambar Yang Terlihat Saat Meneropong Gambar 8. Bak Ukur II.2.3 Pengukuran Beda Tinggi Dalam pengukuran beda tinggi, sebenarnya terdapat 3 (tiga) cara yaitu: 1. Waterpassing (Sifat Datar). 2. Trigonometris. 3. Barometris. Dari ketiga jenis pengukuran di atas hanya Waterpassing saja yang akan dijelaskan dalam kesempatan ini. II.2.4 Rumus Dasar Waterpassing Dengan pertolongan suatu nivo yang terdapat pada alat waterpass maka garis vizir dapat dibuat horizontal.bersama garis vizir horizontal tersebut, teropong diarahkan pada kedua rambu yang ditempatkan pada titik yang akan ditentukan selisih tingginya. 5

Pembacaan benang semuanya dalam satuan meter. Pembacaan adalah benar jika ; Benang Tengah = (benang atas + benang bawah )/2; dengan toleransi ± 0,0015M. Jarak = (benang atas benang bawah) x 100 _ dalam satuan Meter. Beda Tinggi dari A ke B = Selisih tinggi selalu diperoleh dari hasil pengukuran ke rambu belakang minus muka, dengan ketentuan ; Jika, ha hb = positif berarti muka permukaan menaik. Jika, ha hb = negatif berarti muka permukaan menurun. Syarat syarat pengukuran beda tinggi (sifat datar) dengan waterpass ; 1. Garis bidik harus sejajar dengan nivo. 2. Usahakan alat ukur ditempatkan di sekitar pertengahan rambu belakang & rambu muka, untuk tepat di tengah tengah agak sukar & memakan waktu. 3. Bak ukur harus berdiri tegak dari arah depan maupun arah samping. 4. Jumlah sektor antara titik ujung harus genap. 5. Penempatan bak ukur harus selang seling. 6

6. Setelah pengukuran selesai, jumlah jarak ke bak belakang harus sama dengan ke bak muka. 7. Menancapkan statip hrs kuat, tancapkan ketiga kakinya ke tanah dengan baik & kencangkan sekrup ketiganya. 8. Letakkan rambu dengan tegak di atas patok yang diberi paku. 9. Gunakan payung jika alat terkena sinar matahari yang terlalu panas. 10. Jarak sebaiknya maksimal 75 M antara alat & rambu, baik muka maupun belakang II.3 LANGKAH KERJA / PRAKTIKUM & PENGOLAHAN DATA 1. Memasang Patok I (A), jarak patok yang di atas permukaan tanah antara 5 10 cm. 2. Pasang paku di atas patok, sisakan 1 cm dari permukaan patok. Dalam percobaan ini area yang kita akan kita ukur beda tingginya adalah 2C M, di sini kita membagi menjadi 4 sektor, dimana masing masing sektor berjarak 5 M. Lakukan pemasangan patok sampai patok terakhir yaitu Patok ke E. 3. Letakkan statip pada tempat yang ditentukan (di tengah tengah antara 2 patok),pasang pesawat pada statip kemudian unting unting dipasang. Sebelumnya di bawah pesawat sudah dipasang patok untuk memudahkan pengukuran jarak dari pesawat ke rambu muka maupun belakang dan juga untuk memposisikan unting unting agar tepat berada satu garis lurus dengan paku. Posisikan statip agar gelembung kecil dalam nivo kotak terletak mendekati lingkaran tengah. 4. Atur nivo kotak dengan memutar 3 buah sekrup yang disesuaikan agar gelembung udara berada di tengah tengah lingkaran. Buatlah 2 buah sekrup nivo tabung sejajar dengan pesawat. Putar sekrup 7

tsb ke arah yang sama (ke dalam / keluar), atur sekrup yang satu lagi sehingga gelembung udara memasuki lingkaran tengah nivo kotak. 5. Putar pesawat 90 terhadap posisi semula, apakah gelembung udara masih ada di tengah. Kalau alatnya masih presisi/baik, gelembung udara tidak akan berubah walaupun pesawat diputar putar, ini menandakan bahwa sumbu putar horizontal sudah pada keadaan vertikal. 6. Arahkan pesawat dengan menggunakan fizir sebagai pedoman, gunakan pengatur halus horizontal untuk menempatkan teropong pada garis tengah bak ukur. Gunakan pengatur fokus untuk memperjelas gambar dari bak ukur supaya dapat jelas dibaca. Perhatikan garis silang (garis diafragma) bila belum tampak, maka diatur supaya benang benar benar terlihat hitam jelas. Bila benang tengah diafragma kurang tepat berada di tengah bak ukur maka dapat diatur dengan sekrup halus horizontal. 7. sebelum mengadakan pembacaan pada bak ukur, kedudukan nivo tabung harus horizontal. Ini bisa dibuat dengan mengatur sekrup pengatur nivo tabung, & untuk mendapat cahaya yang cukup kita putar reflektor sampai cahaya cukup. Nivo tabung dalam pesawat kita atur sampai membentuk huruf U sempurna. 8. Lakukan pembacaan dengan membaca benang tengah, benang atas dan benang bawah. Untuk kontrol BT = (BA + BB) / 2 ±0.0015 9. Pembacaan dilakukan pergi pulang. 8

9

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil praktikum yang kami lakukan maka dapat kami simpulkan bahwa : 1. Waterpass adalah alat ruang yang digunakan untuk beda tinggi titik di permukaan tanah. 2. Untuk mendapatkan hasil yang benar maka beda tinggi titik harus mendapatkan koreksi dengan ketentuan tidak melebihi batas toleransi. 3. Untuk mendapatkan tinggi titik di permukaan tanah guna penggambaran peta kontur maka diperlukan pengukuran beda tinggi 10

DAFTAR PUSTAKA www.google.com Iskandar muda P. 2008. Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 1,2,3. Jakarta http://www.scribd.com 11