BAB II PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM MATERI HUKUM ARCHIMEDES

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Mempelajari masalah : Prinsip hukum Archimedes Prinsip keseimbangan dan kestabilan Menghitung besar gaya apung dan letak pusat apung Mengevaluasi

HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATERI USAHA DAN ENERGI DI KELAS XI SMA N 1 UKUI

HASIL BELAJAR SAINS FISIKA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 UKUI.

III. TUJUAN Miniatur Jembatan Ponton 1

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

siswa mampu menentukan hubungan tekanan, gaya yang bekerja dan luas permukaan. tanah liat, nampan, balok kayu, balok besi, balok alumunium.

MODEL PEMBELAJARAN. : 2 x 40 menit. Siswa mampu menerapkan konsep gaya dan tekanan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PSIKOMOTOR FISIKA SISWA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 UKUI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

STRUKTURISASI MATERI. Fluida statis ALFIAH INDRIASTUTI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Hukum Archimedes dan Penerapannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dengan P = selisih tekanan. Gambar 2.2 Bejana Berhubungan (2.1) (2.2) (2.3)

Hukum Archimedes. Tenggelam

BAB II REMEDIASI HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Atik Sukmawati, 2013

I. PENDAHULUAN. Hukum Archimedes adalah sebuah hukum tentang prinsip pengapungan di atas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

F L U I D A TIM FISIKA

FLUIDA. Alfiah indriastuti

MENGUKUR MASSA JENIS AIR DAN MINYAK TANAH DENGAN MENGGUNAKAN HUKUM ARCHIMEDES

Fluida adalah suatu zat yang dapat berubah bentuk sesuai dengan wadahnya dan dapat mengalir (cair dan gas).

BAB FLUIDA. 7.1 Massa Jenis, Tekanan, dan Tekanan Hidrostatis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

STANDAR KOMPETENSI :

SMP kelas 8 - FISIKA BAB 5. TEKANANLatihan Soal 5.2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

IPA 1 SMA N 7 Kupang yang mencakup: perencanaan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya. Hamalik (Jihad dan Haris, 2012: 15) mengatakan tujuan belajar adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

contoh, jika batu jatuh ke bawah itu disebabkan oleh adanya gaya tarik bumi, tetapi mengapa balon karet mainan anak-anak yang diisi udara ringan itu

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

RANGKUMAN MATERI TEKANAN MATA PELAJARAN IPA TERPADU KELAS 8 SMP NEGERI 55 JAKARTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

FLUIDA STATIS 15B08001 ALFIAH INDRIASTUTI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

F L U I D A. Besaran MKS CGS W Newton Dyne. D n/m 3 dyne/cm 3 g m/det 2 cm/det 2

BAB II KAJIAN TEORI. yang dikenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah

FIsika KTSP & K-13 FLUIDA STATIS. K e l a s. A. Fluida

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENGUASAAN KONSEP-KONSEP FISIKA. M. Gade ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

MODUL FISIKA SMA Kelas 10

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning. suatu pendekatan metode dan teknik pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

FLUIDA. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia

RENPEL TEKANAN PADA BENDA PADAT, CAIR DAN GAS NAMA SEKOLAH : MATA PELAJARAN : KELAS/SEMESTER : ALOKASI WAKTU : 6 JAM PELAJARAN

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK ( LKPD )

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan guru dalam mengembangkan kemampuan siswa SD khususnya. bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat diperlukan.

HUKUM ARCHIMEDES KEGIATAN BELAJAR 2 A. LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung

LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA I TEKANAN FLUIDA DAN HUKUM PASCAL (FL 2 )

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 pasal 3. (2005:56) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak. diperbincangkan, diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

Archimedes (Massa Jenis dan Gaya Angkat)

SET 04 MEKANIKA FLUIDA. Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan memberikan sedikit hambatan terhadap perubahan bentuk ketika ditekan.

SKRIPSI. Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika pada Universitas Negeri Semarang. oleh Widya Septiani

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari empat keterampilan berbahasa. Dilihat dari proses pemerolehan

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

PERTEMUAN III HIDROSTATISTIKA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

TEKANAN. Tahukah kamu apakah Tekanan itu? Sebelum mengetahui definisi tekanan, marilah kita memahami

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODUL MATA PELAJARAN IPA

Jurnal Publikasi. Oleh: WINDARTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rasa puas ini (atau lebih tepat barangkali. membangkitkan rasa ingin tahu lebih lanjut yang memerlukan pemuas.

SILABUS PEMBELAJARAN

Fisika Umum (MA101) Zat Padat dan Fluida Kerapatan dan Tekanan Gaya Apung Prinsip Archimedes Gerak Fluida

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakekat Hasil Belajar Perubahan Lingkungan Fisik

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh :

BAB FLUIDA A. 150 N.

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. keluaran ( Output ) dengan kompetensi tertentu. Proses belajar dan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial,

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Prasyarat Untuk Mengikuti Ujian Skripsi SI Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Pada Fakultas Ilmu Pendidikan O L E H :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Transkripsi:

12 BAB II PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM MATERI HUKUM ARCHIMEDES A. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Kontekstual (Contextual) berasal dari kata Context yang berarti hubungan, konteks, suasana dan keadaan. Sehingga Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. Secara umum Contekstual mengandung arti: yang berkenaan, relevan, yang membawa maksud, makna dan kepentingan. Kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sanjaya (2006) Contextual Teaching and Learning (CTL), adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang di pelajari dan menghubungkannya dengan situasi dan kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Menurut Depdiknas (2003:5) Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa

13 membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pendekatan pembelajaran yang mengkaitkan isi pelajaran dengan lingkungan sekitar siswa atau dunia nyata siswa, sehingga akan membuat pembelajaran lebih bermakna (meaningful learning), karena siswa mengetahui pelajaran yang diperoleh di kelas akan bermanfaat dalam kehidupannya sehari-hari. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan berbagai kegiatannya menyebabkan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa, juga dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar (Nur M. 2003 ). Pendekatan CTL bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan meteri tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi dan sosial) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara mudah dapat diterapkan dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya (Kunandar, 2007). Menurut Jhonson (2006), pembelajaran CTL dikembangkan dengan memperhatikan lima unsur pokok yang disingkat dengan REACT yakni: 1. Relating, yaitu belajar dikaikan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata 2. Experiencing, yakni pembelajaran dikaitkan dengan penggalian (eksplorasi), penemuan (discovery) dan penciptaan (invention).

14 3. Appliying, yaitu presentasi pengetahuan dalam konteks pemanfaatannya. 4. Cooperating, yaitu belajar dalam bentuk kontak interpersonal dan kerjasama. 5. Transfering, yaitu belajar melalui pemanfaatan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) melibatkan tujuh komponen utama dalam pembelajaran yang efektif, yakni: konstruktivisme, penemuan (Inquiri), bertanya, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penilaian otentik (Dikdasmen, 2006). B. METODE EKSPERIMEN metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari (Sudirman, 1991:193) Metode eksperimen atau percobaan dapat diartikan juga sebagai suatu metode pemberian kesempatan kepada siswa perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan (Syaiful dalam Mastin, 2013). Metode eksperimen ini siswa mencoba mempraktekkan suatu proses guru hanya sebagai pengarah atau pembimbing bagi siswa. Tujuan utama metode ini bukan hanya hasil belajar, namun juga proses pembelajaran dan pemahaman konsep materi pelajaran.

15 Dari pengertian metode eksperimen di atas dapat disimpulkan secara umum bahwa metode eksperimen merupakan salah satu cara mengajar siswa untuk berlatih melakukan pengamatan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati obyek, mengalisa hasil pengamatan, kemudian menyampaikan hasil pengamatan di kelas dan dievaluasi oleh guru serta dapat menarik kesimpulan sendiri. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode eksperimen adalah: a. Persiapan/perencanaan eksperimen 1) Tujuan eksperimen harus jelas, agar pelaksanaan eksperimen dapat berjalan dengan baik. 2) Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk eksperimen. 3) Mempersiapkan tempat duduk siswa untuk melakukan eksperimen. 4) Mempertimbangkan jumlah siswa sesuai dengan alat yang tersedia. 5) Memperhatikan disiplin atau tata tertib, terutama dalam menjaga peralatan dan bahan yang akan digunakan, agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan eksperimen. 6) Memberikan penjelasan tentang tahapan-tahapan yang harus dilakukan siswa dalam eksperimen. b. Pelaksanaan eksperimen 1) Membuat struktur kelompok (ketua dan anggota). 2) Membagi-bagi tugas dalam eksperimen.

16 3) Merangsang seluruh peserta untuk berpartisipasi dalam melakukan eksperimen. 4) Mencatat ide-ide / saran-saran yang penting. 5) Menghargai setiap pendapat yang diajukan peserta. 6) Menciptakan situasi yang menyenangkan. c. Tindak lanjut eksperimen 1) Membuat hasil-hasil / kesimpulan dari eksperimen. 2) Membacakan kembali hasilnya untuk diadakan koreksi seperlunya. 3) Membuat penilaian terhadap pelaksanaan eksperimen tersebut untuk dijadikan bahan pertimbangan dan perbaikan pada eksperimen yang akan datang. Menurut Mufarrokah (2009:97-98) metode eksperimen mempunyai kebaikan dan kekurangan sebagai berikut: a. Kelebihan Metode Eksperimen Metode eksperimen mengandung beberapa kebaikan antara lain: 1) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan sendiri dari pada hanya menerima penjelasan dari guru/buku. 2) Siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian.

17 3) Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif dan realistis. 4) Mengembangkan sikap berpikir ilmiah. 5) Hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi. b. Kekurangan Metode Eksperimen Metode eksperimen mengandung beberapa kekurangan, antara lain: 1) Memerlukan peralatan percobaan yang komplit. 2) Dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang memerlukan waktu yang lama. 3) Menimbulkan kesulitan guru dan siswa, apabila kurang berpengalaman dalam penelitian. 4) Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen berakibat pada kesalahan dalam menyimpulkan. C. Hasil Belajar Jihad dan Haris (2013: 14) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Selanjutnya hasil belajar dapat dikelompokan ke dalam dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan. Menurut Zuldafrial (2014:166) Evaluasi hasil belajar di sekolah meliputi tiga domain, yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif adalah kemampuan dalam berfikir, domain afektif adalah

18 kemampuan dalam bersikap, dan domain psikomotor adalah kemampuan motorik. Bentuk perilaku yang diukur berdasarkan tingkat kemampuan domain masing-masing sesuai dengan ranah tujuan pembelajaran sebagai berikut. a) Cognitive domain 1) Pengetahuan Merupakan kemampuan siswa mengenal atau mengingat materi energi yang telah mereka pelajari. 2) Pemahaman Aspek ini mengacu pada kemampuan siswa untuk memahami makna materi energi. 3) Penerapan Mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan pengetahuan yang sudah dimiliki pada situasi yang baru. 4) Analisis Mengacu pada kemampuan menguraikan atau mengkaji komponenkomponen materi energi lebih spesifik. 5) Sintesis Mengacu pada kemampuan memadukan berbagai konsep atau komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.

19 6) Evaluasi Mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan atau penilaian terhadap proses belajar. Misalnya mengomentari ketika teman kelompok lain presentasi di depan kelas. b) Affective domain 1) Kemauan menerima atau penerimaan 2) Kemampuan menanggapi atau pemberian respon 3) Berkeyakinan atau penghargaan 4) Penerapan karya atau pengorganisasian 5) Ketekunan / ketelitian / karakterisasi c) Psychomotor domain 1) Persepsi Aspek ini untuk memperoleh kesadaran akan suatu objek atau gerakan dan mengalihkannya dalam kegiatan atau perbuatan. 2) Kesiapan Merupakan kesiapan memberikan respon secara mental, fisik, maupun perasaan untuk suatu kegiatan pembelajaran. 3) Respon terbimbing Respon yang sesuai dengan contoh perilaku yang di demonstrasikan oleh guru. 4) Mekanisme Mengacu pada respon fisik yang dipelajari telah menjadi kebiasaan.

20 5) Respon yang kompleks Merupakan pemberian respon atau penampilan perilaku yang cukup rumit dengan kata lain demontrasi tentang materi energi. 6) Adaptasi Kemampuan menyesuaikan respon, perilaku, gerakan dengan situasi baru. 7) Organisasi Kemampuan untuk menampilkan gerakan atau respon baru. D. Hukum Archimedes Buku SMA Gaya ke atas disebut juga sebagai gaya apung, yaitu suatu gaya ke atas yang dikerjakan oleh zat cair pada benda. Munculnya gaya apung adalah akibat adri tekana zat cair yang meningkat dengan kedalaman. Dengan demikian berlaku: Gaya apung = berat benda di udara berat benda dalam zat cair atau F a =W u - W a...(2.1a) Keterangan: F a = Gaya apung W u = Berat benda di udara W a = Berat benda di air

21 Hukum Archimedes menyatakan Gaya apung yang bekerja pada suatu yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam suatu fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut. Jadi gaya apung dapat dirumuskan sebagai F a = M f. g, dengan F a adalah gaya apung M f = massa fluida dipindahkan dan g = berat benda. Atau, F a = f. V bf. g, dengan f adalah massa jenis fluida dan V bf volume benda yang tercelup dalam fluida. 1. Mengapung, Tenggelam dan Melayang Suatu benda mengapung, tenggelam atau melayang hanya ditentukan oleh massa jenis benda dan massa jenis zat cair. Jika massa jenis benda lebih kecil dari pada massa jenis zat cair benda akan mengapung. jika massa jenis benda lebih besar dari pada mass jenis zat cair benda akan tenggelam. Dan jika massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair maka benda akan melayang. Jadi, syarat mengapung benda < fluida, syarat tenggelam benda > fluida dan syarat melayang benda = fluida. Peristiwa mengapung, tenggelam dan melayang juga dapat dijelaskan berdasarkan konsep gaya apung dan berat benda. Pada suatu benda yang tercelup seluruh atau sebagian atau seluruhnya dalam zat cair, bekerja gaya apung (F a ). Dengan demikian, pada yang tercelup

22 dalam zat cair bekerja dua buah gaya: gaya berat w dan gaya apung F a seperti pada (Gambar 2.1) Gambar 2.1 Dua buah gaya yang bekerja pada benda yang tercelup dalam zat cair Pada benda yang mengapung dan melayang terjadi keseimbangan antara berat benda w dan gaya apung F a, sehingga berlaku: F = 0...(2.2A) F a w = 0 atau w = F a...(2.3a) Keterangan: F = jumlah gaya yang bekerja F a = gaya apung w = gaya berat benda Pada benda yang tenggelam, berat benda w lebih besar dari pada gaya apung F a. Jadi, syarat mengapung atau melayang w = F a dan syarat tenggelam w > F a. Syarat benda mengapung dan syarat melayang, yaitu berat benda sama dengan gaya apung (w = F a ). Perbedaannya terletak pada volume yang tercelup dalam zat cair (V bf ). Pada peristiwa

23 mengapung, hanya sebagian yang tercelup dalam zat cait, sehingga V bf < V b dan peristiwa melayang, seluruh benda tercelup dalam zat cair, sehingga V bf = V b seperti pada (Gambar 2.2). a b Gambar 2.2 (a) mengapung, (b) melayang 2. Penerapan Hukum Archimedes Dalam Kehidupan Sehari-hari a) Hidrometer Hidrometer adalah alat yang dipakai untuk mengukur massa jenis cairan. Nilai massa jenis cairan dapat diketahui dengan membaca pada skala pada hidrometer yang ditempatkan mengapung pada zat cairan. Hidrometer terbuat dari tabung kaca. Supaya tabung kaca terapung tegak di dalam zat cair, bagian bawah tabung debebani dengan butiran timbal. Tangki tabung kaca didesain mungkin supaya perubahan kecil dalam berat benda yang dipindahkan(berkaitkandengan perubahan kecil dalam massa jenis cairan) menghasilkan perubahan besar pada kedalaman tangki yang tercelup didalam cairan. Ini berakti perbedaan bacaan pada skala untuk berbagai jenis cairan menjadi lebih jelas.

24 Gambar 2.3 Hidrometer Rums Hidrometer terapung di dalam cairan, sebagai berikut : Gaya ke tas = berat hidrometer V bf. f. g = w, dengan berat hidrometer w tetap...(2.4a) (Ah bf ) f g = mg, sebab V bf = Ah bf...(2.5a) Persamaan hidrometer h bf m...(2.6a) A f Keterangan: h bf = Tinggi hidrometer yang tercelup m = Massa hidrometer A = Luas tangkai hidrometer f = massa jenis cairan Massa hidrometer dan luas tangkai adalah tetap, sehingga tinggi tangkai yang tercelup di dalam cairan h bf berbanding terbalik dengan massa jenis cairanv f. jika massa jenis cairan kecil (V f kecil),

25 tinggi hidrometer yang tercelup di dalam cairan besar (h bf besar). Akan didapat bacaan skala yang menunjikan angka yang lebih kecil. Jika massa jenis cairan besar (V f besar), tinggi hidrometer yang tercelup didalam cairan kecil (h bf kecil). Akan didapat bacaan skala yang menunjukan angka yang lebih besar. b) Kapal Laut Massa jenis besi lebih besar dari pada massa jenis air laut, jadi badan kapal yang terbuat dari besi dibuat berongga. Ini menyebabkan volume air laut yang dipindahkan oleh badan kapal menjadi sangat besar. Gaya apung sebanding dengan volume air yang dipindahkan, sehingga gaya apung menjadi sangat besar. Gaya apung mengatasi gaya total kapal sehingga kapal laut mengapung dipermukaan laut. Jika dijelaskan bedasarkan konsep massa jenis, massa jenis rata-rata besi berongga dan udara yang menempati rongga masih lebih kecil dari pada massa jenis air laut itulah sebabnya kapal mengapung, seperti pada Gambar 2.4. Gaya apung Rongga berisi udara Gaya berat Gambar 2.4 Gaya apung yang dialami kapal laut

26 c) Kapal Selam Sebuah kapal selam memiliki tangki pemberat yang terletak di antara lambung sebelah dalam dan lambung sebelah luar. Tangki ini dapat di isi udara atau air. Tentu saja udara lebih ringan dari pada air. Mengatur isi tangki pemberat berarti mengatur berat total kapal. Sesuai dengan konsep gaya apung, berat total kapal selam akan menetukan apakah kapal akan mengapung atau menyelam, seperti pada Gambar 2.5 Gambar 2.5 Sistem kerja lambung kapal Selam saat menyelam d) Balon Udara Seperti halnya zat cair, udara (termasuk fluida) juga melakukan gaya apung pada benda. Gaya apung yang dilakukan udara pada benda sama dengan berat udara yang dipindahkan oleh benda. Rumus gaya apung yang dilakukan udara sama seperti rumus terapung atau melayang w = F a. Hanya saja disini f adalah massa jenis udara.prinsip gaya apung inilah yang dimanfaatkan pada balon udara, seperti pada gambar 2.6.

27 Gambar 2.6 Gaya apung pada balon udara (Kanginan, 2010:100-119) E. Hukum Archimedes Buku Universitas Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan fenomena-fenomena hukum Archimedes. Misalnya sebuah benda yang dimasukkan ke dalam fluida tampaknya mempunyai berat yang lebih kecil daripada saat berada di luar fluida tersebut. Akibatnya benda yang berada di dalam air akan lebih mudah diangkat daripada benda yang di darat. Hal tersebut dikarenakan adanya gaya apung ke atas yang dilakukan oleh air tersebut. Gaya apung yang terjadi karena tekanan pada fluida bertambah terhadap kedalaman. Dengan demikian tekanan ke atas pada permukaan bawah benda yang dibenamkan lebih besar dari tekanan ke bawah pada permukaan atasnya. Penemuan Archimedes tersebut kemudian dinyatakan sebagai berikut; Pertama, benda yang tercelup sebagian atau keseluruhan di dalam zat cair mengalami gaya apung yang besarnya sebanding dengan volume zat yang dipindahkan oleh benda itu; Kedua, Hukum Archimedes yaitu gaya apung

28 yang bekerja pada suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam suatu fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut. Dalam materi pokok ini, akan dibahas beberapa materi pokok yang meliputi peristiwa mengapung, melayang dan tenggelam suatu benda pada zat cair atau fluida. 1. Mengapung Suatu benda dikatakan mengapung apabila ada bagian benda yang muncul di atas permukaan fluida. Pada saat mengapung, besarnya gaya apung sama dengan berat benda, w benda < F a ρ b v b g < ρ c v bc g...(2.1b)...(2.2b) Oleh karena hanya sebagian benda yang tercelup di dalam fluida, maka volume fluida yang dipindahkan lebih kecil dari volume total benda. Berdasarkan hasil ini diperoleh hubungan antara masa jenis benda dengan masa jenis fluida yaitu : ρ f > ρ b 2. Melayang Suatu benda dikatakan melayang jika benda tersebut tidak terletak di dasar bejana dan tidak ada bagian yang muncul di atas permukaan fluida. Dalam keadaan ini berat benda sama dengan gaya tekan ke atas dan volume benda tercelup sama dengan volume zat cair yang dipindahkan, w benda = F a...(2.3b)

29 ρ b v b g = ρ c v bc g...(2.4b) sehingga diperoleh, ρ b = ρ c 3. Tenggelam Benda dikatakan tenggelam jika benda turun sampai ke dasar. Hal ini terjadi karena berat benda lebih besar dari gaya tekan ke atas, atau dapat dituliskan: w benda > F a ρ b v b g > ρ c v bc g ; ρ c < ρ b...(2.5b)...(2.6b) Sehingga diperoleh, ρ b > ρ c (Giancoli, 2001:333)