BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Bali sebelum tahun 1980 terfokus pada sektor pertanian.

dokumen-dokumen yang mirip
dari laut serta karangnya sampai kepada keindahan panorama gunung yang masyarakat lokal sampai kepada tradisi adat istiadat masyarakat Bali.

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam, sehingga keadaan

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional merupakan bagian kehidupan

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali, merupakan barometer perkembangan pariwisata nasional. Pulau

Perkembangan luas panen buah-buahan di Indonesia dalam. lain disebabkan terjadinya peremajaan tanaman tua yang tidak produktif

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akan terlindas oleh era globalisasi dan perdagangan bebas.

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (1990) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. (2.392 meter) dan Gunung Lamongan (1.600 meter), serta di bagian Selatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pola Konsumsi Buah di Indonesia Tahun 2012

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Sibangkaja merupakan suatu desa yang terletak di Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tidak sepet, tidak masam dan halus daging buahnya. (Gaertner) Voss yang telah lama dibudidayakan di Bali, terutama di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan

I. PENDAHULUAN. Dalam kurun waktu yang sangat panjang perhatian pembangunan pertanian

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik wisata tersebut berada mendapat pemasukan dan pendapatan.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

I. PENDAHULUAN. Program pembangunan nasional yang dilaksanakan pada berbagai sektor

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Oleh : Slamet Heri Winarno

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting di Indonesia, oleh sebab itu

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu tanaman buah- buahan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasikan sektor-sektor produktif lainnya (Pendit,

I. PENDAHULUAN. dengan besarnya jumlah penduduk yang ada. Banyaknya penduduk yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN KAWASAN DESA WISATA DI KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG,

BAB I PENDAHULUAN. daya hayati tropis yang tidak hanya sangat beragam tetapi juga unik. Keragaman

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber mata pencarian mayoritas penduduknya. Dengan demikian,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

Perkembangan Ekonomi Makro

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuan penyelenggaraan agrowisata

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata adalah dunia yang universal, artinya siapapun akan menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. subur, dan mendapat julukan sebagai Negara Agraris membuat beberapa. memiliki prospek yang menjanjikan dan menguntungkan.

I. PENDAHULUAN. berusaha di pedesaan (Abdurrahman et al, 1999). Hampir sebagian besar. dalam arti sebagai sumber pendapatan (Sumaryanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

II. TINJAUAN PUSTAKA. memegang peranan penting bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Fungsi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan alam Indonesia sangat melimpah, tak heran jika banyak aneka jenis

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

PENDAHULUAN. Setelah peluang pasar diperoleh, baru beranjak ke ketersediaan modal. Dua hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun

LAPORAN SEMINAR TUGAS AKHIR Pusat Pengolahan dan Kedai Kopi di Rendang, Karangasem BAB I PENDAHULUAN

2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. wilayah-wilayah tertentu yang mempunyai potensi wisata.dengan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kegiatan wisata bukan lagi menjadi sesuatu yang tergolong barang

BAB I PENDAHULUAN. nyata bagi kita semua bahwa masih adanya ciri khas yang ada pada setiap daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia sejumlah pulau (Joko Christanto, 2010: 1). Pulaupulau

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI)

PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang sedang. berkembang, sebagian besar penduduknya hidup bergantung pada bidang

UPAYA PELESTARIAN SALAK GULA PASIR MELALUI PELATIHAN DAN PEMBINAAN PETANI DENGAN TEKNIK PENCANGKOKAN DI DESA SIBETAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Seperti halnya di Indonesia, sektor pariwisata diharapkan dapat

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


DATA JUMLAH POHON, POHON PANEN, PRODUKSI,PROVITAS DAN HARGA TANAMAN BUAH-BUAHAN TAHUNAN DI PACITAN TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) AGROPOLITAN PONCOKUSUMO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tempat kerja, di rumah, maupun di tempat lain. Aktivitas rutin tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya mengalami perkembangan yang positif. Keselarasan antara

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pariwisata di Indonesia mendapat perhatian cukup besar dari

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

BAB I PENDAHULUAN. buahan juga bersifat spesifik lokasi, responsif terhadap teknologi maju, produk

Pusat Wisata Kopi Sidikalang BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anies Taufik Anggakusumah, 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Bali sebelum tahun 1980 terfokus pada sektor pertanian. Masyarakat Bali aktif berperan serta dalam pembangunan sektor pertanian. Menginjak tahun 1980 masyarakat Bali mulai beralih pada sektor pariwisata. Pembangunan sektor pariwisata berkembang dengan pesat. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan sektor pariwisata, di antaranya menggali potensi masing-masing daerah, seperti keindahan alam, budaya dan agrowisata. Agrowisata menjadi salah satu daya tarik yang bisa dikembangkan untuk menjadi tujuan wisata para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.kebun salak merupakan salah satu agrowisata yang bisa menarik wisatawan. Salak Bali telah banyak dikenal wisatawan, khususnya domestik. Sebagai daya tarik wisata, kebun salak dapat memberi manfaat ekonomis bagi masyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) salak merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku Arecacea dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Snakes skin fruit, merupakan tanaman dengan batangnya yang tertutup rapat oleh plepah daun dan berduri pada pelepah dan tangkai daunnya. Salak mempunyai daging berwarna putih dan berbiji keras dan berwarna coklat kehitamhitaman(salacca edulis). Salak Bali berbeda dengan salak lainnya seperti salak pondoh, salak pondoh adalah salak yang berbuah kecil-kecil dengan rasanya gurih dan manis. 1 Tanaman salak dalam bahasa latinnya salacca edulis Reinw sinonim 1 (http://kbbi.web.id, diunduh tangggal 13 November 2014) 1

2 dari Sallaca Zalacca yang dibudidayakan di Bali, terutama di Kabupaten Karangasem sebagai varietas ambonensis (Sallaca Zalacca Var.Ambonensis) dan lebih dikenal sebagai salak Bali (Guntoro dkk.,1998:3). Masyarakat Bali disamping memanfaatkan buah salak untuk dikonsumsi dan bernilai ekonomi yang cukup tinggi, juga untuk pengembangan dan meningkatkan daya tarik wisata dan menjadi kegiatan agrowisata. Dengan demikian kebun salak sebagai daya tarik wisata memberikan kepada wisatawan untuk terlibat langsung bagaimana cara penanaman dan pemetikan buah salak dan dengan cara ini akan menambah ketertarikan dari para wisatawan untuk menikmati sajian yang ditawarkan destinasi yang termasuk paket kebun. Atraksi wisata lain yang bisa ditawarkan yaitu jasa kuliner, trekking, round village/keliling desa serta menikmati aktivitas masyarakat keseharian. Adapun aktivitas masyarakat, contohnya adalah berkebun, sosial budaya serta kegiatan keagamaan yang bisa dirangkum dalam satu paket wisata kebun.berdasarkan data yang diperoleh sekitar 81,120% atau 1.125.000 hektar wilayah desa ini digunakan sebagai areal perkebunan salak 2 sebagai tanaman buah mempunyai daya tarik sendiri untuk dikembangkan dengan memanfaatkan kebun salak. Dalam Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mewajibkan Pemerintah Provinsi Bali untuk mengembangkan sumber daya produktif daerah. Dengan mengembangkan sumber daya produktif daerah, akan menambah destinasi yang akan dikunjungi oleh para wisatawan. Ketertarikan wisatawan untuk mengunjungi Bali, disamping melihat dan menyaksikan seni budaya juga 2 Agro Kebun Salak Sibetan www.http://balibaguss.blogspot.com/2011/05/agro-kebun-salak-sibetan.html diunduh tanggal 10 Januari 2015

3 dapat menikmati wisata kebun. Melalui wisata kebun, petani buah salak tidak hanya memikirkan bagaimana pemasaran buah salak, karena pada saat panen raya mengalami penjualan dengan harga yang sangat rendah. Selain buah salak buah lokal Bali yang dikembangkan dan dibudidayakan di Bali seperti alpukat, mangga, rambutan, duku, jeruk, siem/keprok, belimbing, manggis, nangka, durian, jambu biji, jambu air, jambu bol, sawo, pepaya, pisang, nenas, anggur, sukun, sirsak dan melinjo juga mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai kebutuhan untuk konsumsi masyarakat juga untuk para wisatawan. Keragaman buah yang dimiliki Bali sebagai potensi untuk ditingkatkan juga menambah beragam bentuk pemenuhan kebutuhan masyarakat dan para wisatawan. Pemenuhan kebutuhan untuk masyarakat disamping kegunaannya untuk konsumsi juga sebagai keperluan upacara keagamaan di Bali. Untuk para wisatawan pemenuhan kebutuhannya sangat bermanfaat sekali karena mengetahui dan merasakan buah lokal sebagai buah khas Bali salah satunya adalah salak. Buah salak Bali mempunyai rasa khas dan unik. Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional, rencana induk pembangunan kepariwisataan provinsi, dan rencana induk pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota sebagaimana tertuang dalam pasal 6 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Dengan adanya Undang-undang Kepariwisataan maka usaha wisata dengan potensi buah lokal dapat dipakai sebagai daya tarik wisata. Potensi buah lokal yang dapat dikembangkan adalah kebun salak dan didalamnya termasuk berbagai kegiatan berkebun dari petani

4 salak mulai dari penanaman bibit sampai olahan buah. Selama ini dengan menjual buah salak pada saat musim raya harga sangat murah dan para petani penghasilannya menjadi kecil. Untuk pengembangan potensi buah lokal yang dimiliki Bali sebagai daya tarik wisata diartikan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran tujuan kunjungan wisatawan. Dengan keunikan yang dimiliki dimana masyarakat Bali pada umumnya menggantungkan hidupnya dari pertanian, dapat memahami potensi yang dimiliki. Dengan mengetahui potensi yang dimiliki akan menjadi pemikiran positif untuk pengembangan buah lokal sebagai kegiatan atau usaha untuk menarik wisatawan untuk datang. Ternyata, buah lokal disamping memiliki keunikan juga memiliki keindahan, ini tercermin dari penggunaan buah lokal sebagai sarana upacara keagamaan di Bali. Kebutuhan buah lokal masyarakat Bali dan wisatawan sangat tinggi, berdasarkan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, produksi buah andalan Bali pada akhir 2012 untuk jeruk sebanyak 129.265 ton, mangga 40.372 ton, dan salak sebanyak 34.060 ton. Data tersebut memperlihatkan buah lokal seperti jeruk, mangga, dan salak mempunyai potensi untuk memenuhi konsumsi buah lokal untuk masyarakat dan wisatawan. Dalam industri pariwisata mensyaratkan buah harus berkualitas dan memenuhi persyaratan tertentu menyebabkan penyerapan buah lokal rendah 3 dengan meningkatkan potensi kebun buah menjadi alternatif positip untuk sebagai strategi pemasaran. Untuk membuat 3 (http://bali.bisnis.comdiunduh tanggal 5 Oktober 2014)

5 daya tarik wisata maka diperlukan upaya untuk mengetahui potensi yang dimiliki perkebunan buah di Bali. Dengan potensi geografis serta kepedulian masyarakat terhadap budi daya buah lokal yang dimilikinya maka diperlukandalam meningkatkan pengembangan kebun buah lokal sebagai daya tarik wisata. Pengembangan kebun buah lokal yang mempunyai potensi untuk dikembangkan adalah kebun salak, karena kebun salak merupakan hamparan kebun yang luas yang ada di Desa Sibetan memerlukan pengembangan untuk menjadi daya tarik wisata. Terkenalnya Bali sebagai daya tarik wisata di bidang seni budaya dan agama juga dari buah lokal yang dihasilkan seperti buah salak, para wisatawan manca negara maupun wisatawan nusantara begitu mendengar buah salak maka langsung menyebut Desa Sibetan sebagai pusat buah salak.desa Sibetan adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem memiliki ketinggian sekitar 500-600 meter di atas permukaan laut, merupakan daerah lahan kering beriklim basah dengan jenis tanah yang dominan laterit (Guntoro, dkk., 1998). Salak Sibetan sampai hari ini masih menjadi primadona walaupun salak telah berkembang di daerah-daerah sekitarnya dan beberapa kabupaten di luar Kabupaten Karangasem, seperti Gianyar, Bangli, Badung, Tabanan, dan Buleleng, namun kenyataannya salak Sibetan tetap merupakan primadona, karena rasa buahnya berbeda dengan buah salak daerah lainnya seperti salak pondoh yang ada di Yogyakarta.

6 Menurut sebuah sumber dari tokoh masyarakat Desa Sibetan I Nyoman Sepel Dyantara (45 tahun) menyebutkan Lontar peninggalan Ki Dukuh Sakti yang menyebutkan sejarah asal mula salak Bali terdapat dalam lontar yang tersimpan di Pura Penataran Desa Adat Sibetan, masyarakat sangat menghormatinya dan sampai sekarang kebun salak masih berkembang dan lestari di Desa Sibetan (wawancara 12 Januari 2015). Lontar yang tersimpan di Pura Penataran Desa Adat Sibetan menyebutkan lebih lanjut salak pertama kali ditanam di Desa Sibetan dari jenis-jenis salak liar, oleh seorang pertapa bernama Ki Dukuh Sakti, di Dusun Dukuh, ujung selatan Desa Sibetan. Dengan adanya sumber lontar tersebut kebun salak yang sebagian besar dimiliki masyarakat Desa Sibetan akan tetap bertahan dan berkelanjutan. Sesuai dengan perkembangan pembangunan pertanian yang berorientasi agribisnis, salak merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan daerah Bali. Pertanian dengan komoditas buah salak sebagai buah unggulan di daerah Bali sebagai potensi yang dapat dikembangkan. Selama ini buah salak hanya dikembangkan dalam pemasaran buah dan olahan buah, namun dengan perkembangan pariwisata Bali saat ini, sangat berpeluang untuk pengembangan kebun salak sebagai salah satu upaya menambah daya tarik destinasi wisata. Pengembangan kebun salak sebagai destinasi wisata sangat berpeluang besar. Kebun salak yang ada di Desa Sibetan sebagian besar dimiliki warga masyarakat setempat terlihat sebelah kanan dan kiri jalan terhampar kebun buah salak. 4 Dengan potensi kebun salak yang ada serta produksi salak dengan sedikitnya terdiri atas 15 jenis varietas buah salak. Dengan 15 jenis buah salak 4 (Kebun Salak. Pertiwi F., 2014, http://travel.kompas.com, diunduh tanggal 4 Nopember 2014)

7 juga masing-masing yang ada saat ini seperti salak Gula Pasir memiliki keunggulan dengan harga 3 sampai 4 kali dari harga salak biasa. Potensi alam yang dimiliki Desa Sibetan tersebut belum dikembangkandengan baik sebagai daya tarik wisata. Upaya-upaya pengembangan kebun salak sebagai daya tarik wisata sudah dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat seperti Kelihan Adat dan pelaku wisata lokal Desa Sibetan sebagai pengelola agrowisata yang tergabung dalam satu kelompok Tani Dukuh Lestari. Potensi yang dimiliki Desa Sibetan dan telah dikembangkan sebagai agrowisata mulai awal tahun 1997 belum dikembangkan dengan baik, dengan pengembangan saat ini yang bergabung dengan Jaringan Ekowisata Desa (JED) mulai tahun 2002 sampai sekarang dapat meningkatkan kebun salak sebagai daya tarik wisata. Di samping itu kondisi lingkungan internal dan eksternal kebun salak di Desa Sibetan sangat berpengaruh dalam pengembangannya sebagai daya tarik wisata. Terlebih lagi kekuatan internal dengan adanya pararem yang dikeluarkan Parajuru Adat Desa Sibetan untuk pelestarian dan penggunaan buah lokal menjadikan kebun salak mempunyai perlindungan terhadap pelestariannya. Dengan adanya pararem masyarakat secara langsung akan mentaatinya. Keberadaan dari kebun salak secara internal sangat kuat untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Partisipasi masyarakat, lingkungan alam yang berbukit, pemandangan dengan view ke laut serta kondisi tanah yang subur dan pararem menjadi sebuah kekuatan internal yang dapat dikembangkan. Namun dari kekuatan internal yang dimiliki belum ada usaha-usaha untuk meningkatkan

8 kekuatan yang dimiliki. Bila kekuatan internal yang dimiliki terus dikembangkan maka Desa Sibetan akan menjadi sebuah destinasi daya tarik wisata yang cukup andal. Dengan mengetahui kondisi lingkungan internal menjadi sebuah kajian lebih mendalam untuk pengembangannnya sebagai daya tarik wisata. Lingkungan eksternal dari kebun salak yang menjadi ancaman adanya faktor-faktor yang berpengaruh kepada masyarakat terutama penyediaan akomodasi wisata dengan alih fungsi lahan. Dengan berkembangnya masyarakat serta kebutuhan lahan maka alih fungsi lahan dengan penyediaan akomodasi wisata menjadi ancaman yang perlu mendapatkan perhatian. Disamping kurangnya perhatian pemerintah terhadap pelestarian lingkungan kebun salak. Adanya alih fungsi lahan yang dimanfaatkan investor untuk usaha dan juga adanya pengembangan lahan menjadi rumah dan perumhan sebagai dampak dari perkembangan wilayah dan persebaran penduduk yang mulai mendapat pengaruh dari luar. Dengan perkembangan pariwisata yang sangat pesat saat ini dimana kedatangan wisatawan mancanegara ke Bali dari tahun 2014 sekitar 3.766.638 orang 5 berdasarkan data ini dapat dikatakan adanya potensi yang dapat dikembangkan seperti wisata kebun, dengan wisata kebun maka wisatawan akan diajak untuk melakoni sebagai petani kebun salak, memetik buah salak serta merasakan enaknya buah salak, disamping itu dengan program paket wisata kebun akan menjadikan kebun salak mempunyai daya tarik wisata untuk dikembangkan. Saat ini strategi yang diterapkan belum maksimal sehingga diperlukan strategi dan 5 (http://bali.bps.go.id/tabel.php? id =11 diunduh tanggal 27 Maret 2015)

9 program yang relevan dalam pengembangan kebun buah salak menjadi daya tarik wisata. Dalam laporan akhir tahun 2013 Jaringan Ekowisata Desa yang dimiliki oleh masyarakat Kiadan Plaga, Dukuh Sibetan, Tenganan Pageringsingan, Nusa Ceningan dan sebuah yayasan lingkungan hidup yaitu Yayasan Wisnu, sebuah unit yang dimiliki bersama bergerak di bidang pariwisata berbasis masyarakat dan lingkungan. Dalam laporan akhir tahun 2013 jumlah kunjungan wisatawan di empat desa tersebut yang tergabung dalam Jaringan Ekowisata Desa (JED) sebanyak 464 orang tahun 2013, wisatawan yang berkunjung ke Desa Sibetan sebanyak 44 wisatawan. Sebagai perbandingan dalam laporan akhir tahun tersebut data kunjungan ke Desa Sibetan tahun 2011 sebanyak 35 wisatawan, tahun 2012 sebanyak 27 wisatawan dan tahun 2013 sebanyak 44 wisatawan dan tahun 2014 sebanyak 25 orang wisatawan (Laporan Akhir JED tahun 2014). Melihat data dari kunjungan wisatawan ke Desa Sibetan yang tidak ada kenaikan dalam perkembangannya memerlukan strategi dan program yang relevan menjadi sangat penting, karena dapat meningkatkan partisipasi serta keterlibatan masyarakat untuk mendukung pengembangan kebun buah salak menjadi daya tarik wisata di Desa Sibetan. Pemerintah Provinsi Bali telah mengeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Buah Lokal. Dengan adanya peraturan ini, adanya kepedulian Pemerintah Bali terhadap kawasan buah lokal. Buah salak sebagai salah satu monokultur yang terdapat di Desa Sibetan menjadi pertimbangan untuk terus dikembangkan. Dengan pengembangan yang

10 lebih mengarah kepada potensi serta meningkatkan peran serta masyarakat sehingga strategi dan program relevan akan dapat dikembangkan lebih lanjut. Namun potensi yang dimiliki Desa Sibetan yaitu kebun salak belum berkembang dengan baik menjadi daya tarik wisata, kondisi lingkungan internal dan eksternal kebun salak dan strategi dan program yang relevan sebagai daya tarik wisata belum dapat dikembangkan dengan baik. Potensi yang dimiliki belum dikembangkan dengan baik tersebut perlu diadakan penelitian untuk pengembangan kebun salak dalam meningkatkan daya tarik wisata di Desa Sibetan, Kabupaten Karangasem. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakondisi lingkungan internal kebun salak di Desa Sibetan untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata? 2. Bagaimana kondisi lingkungan eksternal kebun salak di Desa Sibetan untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata? 3. Bagaimana strategi dan program pengembangan yang relevan dalam pengembangan kebun salak menjadi daya tarik wisata di Desa Sibetan, Kabupaten Karangasem? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan kedua pokok permasalahan tersebut di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai tersebut di bawah ini.

11 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi dan program pengembangan kebun salak dalam meningkatkan daya tarik wisata di Desa Sibetan, Kabupaten Karangasem. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasikondisi lingkungan internal kebun salak di Desa Sibetan untuk dikembangkan menjadi daya tarik wisata. 2. Mengidentifikasi kondisi lingkungan eksternal kebun salak di Desa Sibetan untuk dikembangkan menjadi daya tarik wisata. 3. Merumuskan strategi dan program yang relevan dalam pengembangan kebun salak menjadi daya tarik wisata di Desa Sibetan, Kabupaten Karangasem. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Secara teoritis terpentingdalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam menambah wawasan pengetahuan tentang pengembangan kebun salak sebagai daya tarik wisata dan juga menambah pengetahuan tentang peran masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan (Community Based Tourism Development). 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan secara konseptual tentang keragaman produk wisata dengan memanfaatkan peran pemerintah, masyarakat/partisipasi masyarakat serta pelaku pariwisata dalam pengembangan kebun salak sebagai daya tarik wisata.

12 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bisa menemukan produk wisata baru khususnya di Desa Sibetansehingga menambah keanekaragaman produk wisata atau diversifikasi daya tarik wisata di Kabupaten Karangasem. Keanekaragaman produk wisata atau diversifikasi daya tarik wisata bermanfaat bagi masyarakat Desa Sibetan. Hasil penelitian ini diharapkan juga menjadi bahan masukan bagi instansi terkait, khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karangasem dalam menentukan kebijakan mengembangkan kebun salak dalam meningkatkan daya tarik wisata di Desa Sibetan, Kabupaten Karangasem.