BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. berdasarkan hasil riset lebih dari 500 kajian di seluruh dunia. Kecerdasan adversitas ini

mengembangkan Sekolah Bertaraf Internasional (Septikasari, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, dan sumber daya manusia (SDM). Untuk memenuhi hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan peningkatan mutu pendidikan diarahkan pada pencapaian mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA BERPRESTASI

PENERAPAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DI INDONESIA. Oleh Judyanto Sirait (Fisika, PMIPA, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)

BAB I PENDAHULUAN. awal untuk meningkatkan sumber daya manusia. adalah satu bidang yang tidak mungkin bisa lepas dari kemajuan IPTEK, maka

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. saing secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perekonomian yang cukup sulit bagi sebagian lapisan masyarakat mendorong mahasiswa

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan dari Sekolah Bertaraf Internasional

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam

BAB I PENDAHULUAN. Era teknologi ditandai dengan adanya persaingan yang sangat kuat dalam

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun

BABI PENDAHULUAN. Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) berhubungan erat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Untuk itu perlu langkah strategis pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah dan sekitarnya. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. PISA atau Program for International Student Assessment yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni,

BAB I PENDAHULUAN. mempertajam keterampilan yang dimiliki serta menjalin pertemanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang

BAB. I PENDAHULUAN. Milenium ketiga merupakan tonggak bagi bangsa-bangsa untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan upaya. pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dengan segala kemajuan teknologi yang mengikutinya,

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

1. Latar Belakang Kemunculannya

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2006: ) No. 22 tahun 2006 tujuan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang Refleksi Program Rintisan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam pembangunan, karena

PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang, yang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. (skill), sikap hidup (attitude) sehingga dapat bergaul dengan baik di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang)

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan diri, pendidikan merupakan upaya meningkatkan derajat. kompetensi dengan tujuan agar pesertanya adaptable

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan. meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh.

PENGEMBANGAN KURIKULUM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (STUDI DI SMP NEGERI 3 PETERONGAN JOMBANG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata adversity berasal dari bahasa Inggris yang berarti kegagalan atau kemalangan

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua menginginkan pendidikan mengedepakan pendidikan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. lebih sistematis, rasional, dan kritis terhadap permasalahan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel yang diamati, yaitu: b. Kecerdasan Adversitas

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua yang menyekolahkan anaknya menginginkan anaknya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang telah diajarkan

memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keterkaitan secara sinergis, antara lain kebijakan, kurikulum, tenaga pendidik dan


PENDAHULUAN Latar Belakang

SBI adalah sekolah yang telah memenuhi SNP dan diperkaya dengan keungulan mutu tertentu dari negara maju.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

Tantangan LPTK-PTK. Universitas Pendidikan Indonesia

I. PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. matematika mempunyai peranan yang sangat esensial untuk ilmu lain, utamanya sains

I. PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas merupakan pendidikan yang dapat menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

SBI = (SNP + X) Pengembangan PTD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEACE International School. -Sekolah Bertaraf Internasional- BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan manusia dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok utama, sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

Studi Deskriptif Mengenai Adversity Quotient pada Guru di Madrasah Aliyah Al-Mursyid Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anissa Dwi Ratna Aulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

2016 MANAJEMEN SISTEM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM LAYANAN AKADEMIK SEKOLAH MENENGAH ATAS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk mendapatkan pengetahuan atau wawasan, mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju kesuksesan (Kartono, 1992). Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam proses pembangunan nasional. Oleh karena itu upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah merupakan upaya strategis dalam meningkatkan sumber daya manusia. Sejalan dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika global yang begitu cepat, menuntut agar setiap sekolah mampu menyesuaikan diri. Salah satu program yang dilaksanakan pemerintah agar perubahan dan perkembangan tersebut dapat direspon dengan cepat adalah dengan meningkatkan kualitas atau mutu sekolah dengan mengembangkan Sekolah Bertaraf Internasional (Septikasari, 2009). Selain untuk meningkatkan kualitas atau mutu sekolah, penyelenggaraan program pendidikan bertaraf internasional, baik untuk sekolah negeri maupun swasta juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas efisiensi, relevansi dan peningkatan daya saing secara nasional sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 50 ayat 3 dan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 61 ayat 1, yang menyatakan bahwa pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Munculnya Sekolah Bertaraf International (SBI) di Indonesia dianggap sebagai

langkah maju tumbuhnya perkembangan pendidikan (Triyono, 2009). Kebijakan ini pun kemudian banyak direspon oleh sekolah-sekolah di Tanah Air. Saat ini SBI sudah tersebar di sejumlah kabupaten/kota di Tanah Air. Dengan mempertimbangkan hal di atas maka pada Tahun Ajaran 2009/2010 Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi menjadikan SMA Negeri 1 Sidikalang sebagai Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2009 tentang penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, SBI adalah sekolah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang diperkaya, diperkuat, dikembangkan, diperdalam, diperluas melalui adaptasi atau adopsi standar pendidikan dari salah satu anggota OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) seperti penggunaan bahasa Inggris dalam proses belajar mengajar di kelas sebagai bahasa pengantar. Adaptasi standar pendidikan ini juga dapat dilakukan dari negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan serta diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, dan lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional. Dengan harapan bahwa poin - poin tertentu yang baik dari sistem pendidikan negara maju tersebut dapat diadaptasikan dan diterapkan di sekolah yang bersangkutan dan selanjutnya akan dikembangkan ke sekolah lain. Adapun Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang harus dipenuhi oleh suatu sekolah untuk dapat dijadikan sebagai SBI adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ruang lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi: 1) standar isi; 2) standar proses; 3) standar kompetensi lulusan; 4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; 5) standar sarana dan prasarana; 6) standar pengelolaan; 7) standar pembiayaan; 8) standar penilaian pendidikan (Tilaar, 2006). Dalam pelaksanaannya, kurikulum SBI disusun berdasarkan standar isi dan standar

kompetensi kelulusan yang diperkaya dengan standar dari negara anggota OECD. Proses pembelajaran dalam SBI menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan kontekstual. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2009 tentang penyelenggaraan SBI. Ketentuan inilah yang membedakan Sekolah Bertaraf Internasional dengan sekolah pada umumnya. Sebagai satu-satunya sekolah yang telah disahkan menjadi Sekolah Bertaraf Internasional di Kabupaten Dairi, siswa kelas X SMA Negeri 1 Tahun Ajaran 2009/2010 mengikuti sistem pembelajaran yang berbeda dari sekolah lain. Sebagai siswa SBI, mereka juga dijadikan sebagai acuan untuk mengadakan Sekolah Bertaraf Internasional lainnya di Kabupaten Dairi. Mereka memiliki tuntutan akademik yang berbeda dibandingkan dengan siswa lain yang masih menggunakan kurikulum yang lama. Adapun yang menjadi perbedaan dalam proses belajar mengajar mereka seperti, penggunaan buku bahasa Inggris terutama untuk mata pelajaran science, penggunaan bahasa Inggris dalam berkomunikasi saat proses belajar mengajar antara guru dengan siswa pada awal pelajaran, serta standar kelulusan nilai setiap mata pelajaran di atas angka 8. Dalam hal standarisasi output, siswa SBI harusnya lebih memiliki education skill tinggi mengingat proses kegiatan belajar mengajar didalamnya mengunggulkan pada program science dan matematik (Triyono, 2009). Hal ini juga didukung oleh pernyataan Haryana (2009) yang menyatakan bahwa siswa SBI diharapkan harus mampu menunjukkan prestasi akademik yang lebih tinggi dibandingkan siswa lain. Namun, siswa SBI ternyata tidak semua mampu memahami mata pelajaran yang ada. Proses kegiatan belajar mengajar yang menggunakan konsep bilingual cenderung mengalami kendala yang disebabkan karena siswa SBI kurang bisa mencerna proses belajar dengan menggunakan bahasa Inggris. Apalagi dalam kehidupan sehari hari, mereka terbiasa menggunakan bahasa daerah dalam

berkomunikasi. Walaupun tuntutan akademik yang dimiliki siswa SBI terbilang tinggi namun pihak sekolah tetap mengharapkan agar siswa harus mampu beradaptasi dan mengikuti sistem pembelajaran yang diberlakukan. Dan pada akhirnya, siswa SBI benar benar menunjukkan prestasi akademik yang jauh lebih baik dibandingkan dengan siswa sekolah reguler pada umumnya. Martin (2003) mengatakan bahwa talenta, pengetahuan dan kemampuan dapat dijadikan modal mencapai kesuksesan. Namun, kenyataannya bukan hanya ketiga hal ini saja yang diperlukan dalam mencapai kesuksesan. Orang yang sukses biasanya memiliki persamaan, yakni fokus pada tujuan, berkomitmen untuk mencapai tujuan dan memiliki keseimbangan emosi yang tinggi. Keseimbangan emosi ini menggambarkan kecerdasan yang seharusnya dimiliki oleh seseorang yang ingin mencapai puncak kesuksesan. Dalam proses mencapai kesuksesan akademik, seorang individu tidak cukup hanya memiliki IQ yang tinggi. Menurut Stoltz (2000) walaupun seorang individu memiliki IQ yang tinggi namun ada juga beberapa di antaranya yang tidak mampu mewujudkan potensi tersebut. Padahal, IQ sebagai kecerdasan yang terukur secara ilmiah dan dipengaruhi oleh faktor keturunan, telah lama dianggap oleh para orang tua dan guru sebagai peramal kesuksesan. Stoltz (2000) menyatakan bahwa IQ berpengaruh pada kesuksesan seseorang dalam kondisi dan situasi yang normal, namun tidak terlalu berperan pada situasi yang sulit. Sehingga untuk meraih kesuksesan dapat dijawab dengan kerangka berpikir yang disebutnya dengan kecerdasan adversitas (kecerdasan menghadapi tantangan). Semakin lama, kecerdasan adversitas ini semakin penting seiring dengan meningkatnya kesulitan dalam kehidupan sehari hari (Martin, 2003). Oleh karena itu, saat ini kecerdasan adversitas telah mendasari semua segi kehidupan. Kecerdasan adversitas ini

dapat diartikan sebagai kemampuan siap menghadapi tantangan dan problema hidup, berupa motivasi, dorongan dari dalam diri serta sikap pantang menyerah. Kecerdasan adversitas adalah kemampuan yang dimiliki individu dalam mengatasi situasi sulit. Kecerdasan adversitas merupakan sebuah bentuk kemampuan yang memberikan ketahanan terhadap stres (daya resiliensi) tinggi, kemampuan merespon stres (coping mechanism) yang baik serta membangkitkan kemauan dan kemampuan untuk mencapai puncak prestasi. Seseorang yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi merasa memiliki kendali atas apa yang terjadi dan percaya bahwa ia mampu melakukan sesuatu untuk memperbaiki situasi yang sulit (Stoltz, 2000). Kecerdasan adversitas yang dikemukakan oleh Stoltz (2000) memiliki empat dimensi yang akan menentukan kecerdasan adversitas seorang individu secara keseluruhan. Empat dimensi kecerdasan adversitas, yaitu: 1). control yang menunjukkan tingkat kendali dan respon seseorang terhadap peristiwa-peristiwa yang sulit; 2). origin and ownership menunjukkan cara individu memandang asal kesulitan serta besarnya tanggung jawab seseorang dalam kehidupan sehari-hari; 3). reach menunjukkan besarnya jangkauan kesulitan mempengaruhi aspek kehidupan yang lain; dan 4). endurance menunjukkan daya tahan seseorang dalam menghadapi kesulitan. Kecerdasan adversitas ini harusnya dimiliki oleh siswa termasuk siswa di Sekolah Bertaraf Internasional untuk mencapai kesuksesan akademik. Meskipun tuntutan akademik di SBI tinggi, tugas tugas sekolah banyak, standar kelulusannya tinggi, tuntutan untuk menguasai pelajaran dalam bahasa Inggris akan dapat diatasi jika siswa SBI memiliki kecerdasan adversitas yang tinggi. Karena menurut Stoltz (2000) kecerdasan adversitas ini dapat mempengaruhi tingkat kinerja individu dalam berusaha. Selain itu, kecerdasan adversitas juga dapat membantu individu mencapai kesuksesan di mana saja termasuk dalam bidang akademik.

Alasan lain mengapa kecerdasan adversitas penting bagi siswa SBI adalah karena siswa yang memiliki kecerdasan adversitas memiliki sifat optimis dalam dirinya, menunjukkan usaha dan ketekunan serta memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam menghadapi tugas yang sulit. Siswa yang optimis akan mengungguli siswa yang pesimis. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Dwek (dalam Stoltz, 2000) yang membuktikan bahwa anak dengan respon yang pesimis terhadap kesulitan tidak akan banyak belajar dan beradaptasi jika dibandingkan dengan anak yang memiliki pola pola yang lebih optimis. Dengan kecerdasan adversitas siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi tuntutan akademik di SBI serta meraih kesuksesan (Stoltz, 2000). Stoltz (2000) menyatakan bahwa semakin tinggi kecerdasan adversitas seseorang, semakin baik performansinya dan individu tersebut juga mampu mempertahankan performansinya. Individu yang memiliki kecerdasan adversitas yang tinggi mampu mengatasi tantangan. Sementara semakin rendah kecerdasan adversitas seseorang, maka individu tersebut tidak akan dapat memaksimalkan potensinya. Penelitian lainnya juga menemukan hal yang sama seperti yang dinyatakan oleh Stoltz. Inc (dalam Lazaro, 2004) mengungkapkan bahwa kecerdasan adversitas berkorelasi positif dengan performansi. Kecerdasan adversitas juga merupakan sebuah prediktor performansi individu. Hasil temuan ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi lebih baik performansinya dibandingkan dengan individu yang memiliki kecerdasan adversitas rendah. Hasil penelitian Lazaro (2004) juga menunjukkan bahwa kecerdasan adversitas memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat performansi seseorang. Stoltz (dalam Tee & Crawford, 2000) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan adversitas dengan kesuksesan akademik. Jika siswa berusaha untuk mengatasi masalah akademik dan melakukan hal yang positif untuk menyelesaikannya dengan sebuah

rencana yang terstruktur maka siswa dapat meningkatkan harga diri, motivasi untuk mengerjakan tugas, dan kemampuan untuk sukses dalam prestasi akademik. Berdasarkan uraian penjelasan di atas, maka penulis ingin mengadakan penelitian untuk mengetahui bagaimanakah gambaran kecerdasan adversitas pada siswa Sekolah Bertaraf Internasional SMA Negeri 1 Sidikalang kelas X. B. Pertanyaan Penelitian Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian yaitu: Bagaimanakah gambaran kecerdasan adversitas siswa Sekolah Bertaraf Internasional SMA Negeri 1 Sidikalang kelas X? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kecerdasan adversitas siswa Sekolah Bertaraf Internasional SMA Negeri 1 Sidikalang kelas X. D. Manfaat Penelitian lain: Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti, antara 1. Bagi siswa SMA Negeri 1 Sidikalang Memberikan masukan pada siswa yang mengikuti Sekolah Bertaraf Internasional SMA agar meningkatkan kecerdasan adversitas apabila ternyata masih rendah dan mempertahankannya apabila sudah tinggi dalam proses belajar untuk mencapai prestasi

akademik yang tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara terus mengasah kemampuan untuk mengatasi situasi yang sulit. 2. Bagi SMA Negeri 1 Sidikalang Memberikan masukan pada pihak sekolah untuk memperhatikan kecerdasan adversitas selain kecerdasan intelektual murid dalam meningkatkan prestasi akademik mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan motivasi kepada murid dalam mengatasi situasi yang sulit. 3. Bagi kalangan Psikologi Diharapkan mampu memberikan masukan dan bahan pertimbangan serta tambahan informasi yang berarti bagi ilmuan psikologi khususnya psikologi pendidikan. E. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah: Bab I: Pendahuluan Bab ini menjelaskan latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II: Landasan Teori Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori teori yang dinyatakan adalah teori teori yang berhubungan dengan kecerdasan adversitas. Bab III: Metode Penelitian Pada bab ini dijelaskan mengenai identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji daya beda butir pernyataan dan realibilitas, serta metode analisis data.

Bab IV: Analisa Data Bab ini memuat tentang gambaran subjek penelitian, hasil penelitian, interpretasi data dan pembahasan. Bab V: Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian.