BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart, 2002). Skizofrenia merupakan bentuk gangguan psikotik (penyakit mental berat) yang relatif sering. Prevalensi seumur hidup hampir mencapai 1 %, insidens setiap tahunnya sekitar 10-15 per 100.000 dan skizofrenia merupakan sindrom dengan berbagai presentasi dan satu variabel, perjalanan penyakit umumnya jangka panjang, serta sering mengalami kambuh (Davies, 2009). Skizofrenia sering disalah artikan sebagai Kepribadian terbelah (Split personality), diagnosisnya memiliki kesahihan yang baik, bahkan pada berbagai usia dan budaya, meskipun tidak ada penanda biokimia. Biasanya onset timbul sebelum usia 30 tahun, laki laki menunjukkan gejala empat tahun lebih awal dari pada perempuan. Bukti keterlibatan genetik sebagai penyebab skizofrenia semakin kuat hingga 50% kembar identik (homozigotik) menderita diagnosis yang sama, di bandingkan dengan sekitar 15% kembar non-identik (dizigotik). Kekuatan faktor genetik bervariasi pada setiap keluarga, tetapi sekitar 10% kerabat langsung pasien (orang tua, saudara kandung, dan anak) juga menderota
skizofrenia, demikian pula pada 50% anak yang kedua orang tuanya menderita skizofrenia. Data statistik yang dikemukakan oleh WHO menyebutkan bahwa setiap 1% dari penduduk di dunia berada dalam keadaan membutuhkan pertolongan untuk suatu gangguan jiwa. Sementara itu 10% dari penduduk memerlukan pertolongan kedokteran jiwa pada suatu waktu dalam hidupnya (Hawari, 2001). Skizofrenia mempunyai faktor penyebab diantaranya faktor biologis, genetika, dan faktor psikososial. Penyebab faktor biologis skizofrenia tidak diketahui. Tetapi dalam dekade yang lalu semakin banyak penelitian telah melibatkan peranan patofisiologis untuk daerah tertentu di otak, termasuk system limbic, korteks frontalis, dan ganglia basalis. Ketiga daerah tersebut saling berhubungan sehingga disfungsi pada salah satu daerah mungkin melibatkan patologi primer lainnya (Kaplan & Sadock, 2010). Sedangkan faktor genetik skizofrenia adalah menurut Durand (2007) ketidakseimbangan neurotransmitter, kerusakan struktural otak yang disebabkan oleh infeksi virus prenatal atau kecelakaan dalam proses persalinan, dan stressor psikologis. Pasien skizofrenia sering mengalami kekambuhan dimana setiap tahunnya 35% penderita penyakit skizofrenia mengalami kekambuhan, kekambuhan tersebut di alami pasien akibat tidak teraturnya pasien untuk minum obat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 25 persen sampai 50 persen pasien yang pulang dari rumah sakit jiwa tidak memakan obat secara teratur Appleton, (1982 dalam Keliat,1996). Dan hal inilah yang sering menyebabkan kekambuhan / relaps pada pasien gangguan jiwa.
Penyebab pasien skizofrenia tidak teratur memakan obatnya adalah karena adanya gangguan realitas dan ketidakmampuan mengambil keputusan. Di mana hospitalisasi yang lama memberi konsekuensi kemunduran pada klien yang di tandai dengan hilangnya motivasi dan tanggung jawab, apatis, menghindar dari kegiatan dan hubungan sosial, kemampuan dasar sering terganggu, seperti perawatan mandiri dan aktifitas hidup seharian (ADL). Situasi tersebut mengakibatkan klien gangguan jiwa kronis tidak dapat berperan sesuai harapan lingkungan dimana ia berada (Keliat, 1996). Oleh sebab itu pentingnya keluarga berperan dalam merawat pasien gangguan jiwa agar pasien teratur dalam melaksanakan terapi dan untuk kesembuhan pasien tersebut. Keluarga yang merupakan orang terdekat dengan pasien mempunyai peranan penting dalam kesembuhan pasien salah satunya yaitu dukungan informasi dimana jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama yaitu termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran atau umpan balik tentang apa yang dilakukan seseorang, selain itu keluarga sebagai menyediakan informasi untuk melakukan konsultasi yang teratur ke rumah sakit dan terapi yang baik bagi dirinya dan tindakan spesifik bagi pasien untuk melawan stressor (Niven, 2002). Keluarga sebagai orang yang dekat dengan pasien harus mengetahui prinsip 5 benar dalam minum obat yaitu pasien yang benar, obat yang benar, dosis yang benar, cara/rute pemberian yang benar, dan waktu pemberian obat yang benar dimana kepatuhan terjadi bila aturan pakai dalam obat yang diresepkan serta pemberiannya di rumah sakit di ikuti dengan benar. Jika terapi ini dilanjutkan
setelah pasien pulang penting agar pasien mengerti dan dapat meneruskan terapi tersebut dengan benar tanpa pengawasan, ini sangat penting terutama pada penyakit-penyakit menahun termasuk salah satunya adalah penyakit gangguan jiwa (Tambayong, 2002). Oleh karena itu di perlukan peran keluarga untuk selalu memonitor pasien dalam mengkonsumsi obat secara teratur dan rutin setiap hari sehingga pasien patuh dalam mengkonsumsi obatnya. Ketidakpatuhan terhadap minum obat merupakan masalah utama dalam pengobatan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dalam minum obat yaitu kurang pahamnya pasien tentang tujuan pengobatan, tidak mengertinya tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang di tetapkan sehubungan dengan prognosisnya, sukarnya memperoleh obat diluar rumah sakit, mahalnya harga obat, dan kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga yang mungkin bertanggung jawab atas pembelian atau pemberian obat itu kepada pasien (Tambayong, 2002). Menurut data yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, pasien gangguan jiwa yang dirawat jalan berjumlah 15.720 orang, dari jumlah tersebut pasien yang menderita skizofrenia adalah sebanyak 12.021 orang, pasien yang mengalami gannguan jiwa di rawat inap berjumlah 1.949 orang, dari jumlah tersebut penderita skizofrenia sebanyak 1.758 orang, dan peneliti mengambil data pada bulan mei bahwa pasien skizofrenia yang berobat jalan di unit rawat jalan pada bulan mei 2011 adalah sebanyak 949 orang. Dari data di atas dapat dilihat tingginya angka pasien yang menderita skizofrenia pada tahun 2010 dan banyaknya pasien berobat pada bulan
tersebut di unit rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. (Medical Record RSJ Daerah Provinsi Sumatera Utara, 2010). Pada survey awal yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan pada bulan Maret 2011 pada keluarga pasien skizofrenia, peneliti menemukan pengetahuan keluarga tentang pengobatan pasien skizofrenia menunjukkan bahwa sejumlah keluarga tidak memahami seluruhnya tentang pengobatan pasien skizofrenia tersebut dan pada sejumlah pasien yang dalam pengobatannya harus di kontrol oleh keluarga dalam minum obat. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Keluarga dengan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan 2. Tujuan Penelitian 2.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan keluarga dengan tingkat kepatuhan pasien skizofrenia minum obat. 2.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui pengetahuan keluarga tentang pengobatan pasien skizofrenia. 2.Untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien skizofrenia dalam minum obat. 3. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan tingkat kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia.
3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui adakah hubungan pengetahuan keluarga dengan tingkat kepatuhan minum obat pasien skizofrenia Di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. 4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan banyak manfaat kepada berbagai pihak yaitu: 4.1 Praktek Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber bagi pengembangan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan hubungan pengetahuan keluarga dengan tingkat kepatuhan minum obat pasien skizofrenia. 4.2 Penelitian Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar bagi pengembangan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan hubungan pengetahuan keluarga dengan tingkat kepatuhan minum obat pasien skizofrenia. 4.3 Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi peserta didik di institusi pendidikan dan diintegrasikan pada ilmu keperawatan jiwa yang berkaitan dengan hubungan pengetahuan keluarga dengan tingkat kepatuhan minum obat pasien skizofrenia.