BAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi

BAB V PENUTUP. yakni menjadi seorang muslim yang tidak menanggalkan identitas sebagai orang Batak Toba. Sebab untuk saat ini dan akan datang

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bentuk imajinasi dan ide ide kreatif yang diwujudkan dalam

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat setiap suku. Kebudayaan sebagai warisan leluhur dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Suku Batak dari sekian banyak suku yang ada di negeri ini termasuk salah satu suku yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I. Pendahuluan. pertama (gewesten) dan keresidenan Tapanuli merupakan salah satunya.

bersikap kolot, dan lebih mudah menerima perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terutama pada perempuan yang tidak menikah ini.

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

I. PENDAHULUAN. tidak hilang seiring dengan kemajuan zaman, karena budaya merupakan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. dan yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari yaitu dengan bercocok

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adat Batak Toba atau yang disebut (Jabu) juga sangat sangat banyak ditemukan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang

BAB I PENDAHULUAN. ada suatu peristiwa, tetapi hanya peristiwa yang banyak mengubah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. cukup banyak dengan beribu-ribu pulau, keanekaragaman pesona alam, suku,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di Pulau Nias. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Sumatera dan Suku Mandailing adalah salah satu sub suku Batak

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

Bab I PENDAHULUAN. sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghargai dan melestarikan warisan budaya leluhur adalah sebuah tugas mulia yang harus kita emban sebagai generasi penerus. Keterpurukan dan kepunahan warisan budaya leluhur adalah sebuah simbol kegagalan kita dalam melestarikan budaya tersebut. Namun kadangkala memang adakalanya kita terbuai dalam sebuah harmonisasi modernisasi yang saat ini melanda. Kemudahan dan tingkat kesimpelan hidup yang ditawarkan saat ini membuat kita menjadi seakan lupa dengan identitas asli kita. Hal ini juga bisa terjadi karena kita tidak mampu memadukan antara budaya tradisional dengan budaya yang lahir dimasa belakangan ini. Banyak nilai-nilai tradisional yang dapat kita jadikan sebagai pedoman hidup dalam menghadapi tantangan globalisasi saat ini. Bius merupakan sebuah organisasi masyarakat yang berasal dan diterapkan di Tanah Batak pada jaman dulu. Bius didirikan oleh beberapa kelompok marga dalam satu wilayah tertentu. Organisasi ini memiliki konsep dan hukum yang mampu mengakomodir kebutuhan masyarkat dalam segala bidang, baik pada bidang religi,ekonomi dan sosial. Menurut T.G Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa Batak yaitu Bius Pusuk Buhit yang terletak di pusat Tanah Batak yaitu Pusuk Buhit, Bius Bakkara yang terletak di lembah Bakkara dan Bius Lontung yang terletak Pulau Samosir. Namun seiring perkembangan dan persebaran masyarakat batak khususnya batak toba organisasi bius berdiri hampir di setiap penjuru tano batak. Salah satunya adalah Bius Si Tolu Tali yang terletak di daerah Simanindo. Bius ini didirikan oleh 3 kelompok marga yaitu Sidauruk, Turnip dan Sitio serta Malau sebagai Borunya ( Pihak penerima istri ). Pusat Bius ini tepatnya terletak di Desa Simanindo, kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir. Bius

sitolu Tali dipimpin oleh 3 Raja Dapoton yang berasal dari Raja-raja kelompok marga yang termasuk dalam anggota paguyuban ini atau yang dinamakan Raja Horja. Dalam organisasi Bius ini terdapat sebuah upacara yang mereka lakukan sekali dalam setahun, upacara tersebut dinamakan Mangase Taon atau Mamele Taon. Upacara ini dilakukan dengan cara memberi persembahan kepada roh leluhur sebagai permohonan dan doa kepada Mula Jadi Na Bolon ( Tuhan Sang Pencipta) agar hasil panen dan kehidupan yang harmonis tercipta di lingkungan masyarakat. Pada saat upacara ini dilakukan seekor kerbau akan disembelih sebagai kurban yang dinamakan Horbo Bius (Kerbau yang dijadikan kurban). Segala tali perselisihan juga harus dihapuskan pada saat itu juga. Upacara ini dipimpin Oleh Parbaringin. Parbaringin adalah tokoh dalam Bius yang bertugas dan memiliki kewenangan dalam segala aspek penyembahan ( kepercayaan). Namun saat ini bius sitolu tali itu sudah punah oleh jaman yang berkembang. Setelah Belanda masuk ketanah batak sekitar tahun 1800. Belanda pun mengganti sistem bius tersebut dengan sistem yang disebut Kenegerian. Hal ini akan kita bahas lebih lanjut pada bab berikutnya. Jadi saat ini yang tersisa di simanindo adalah situs-situs peninggalan bius tersebut berupa Partukkoan (Tempat rapat yang biasanya dibuat di bawah sebuah pohon besar) yang sering digunakan sebgai tempat musyawarah oleh para raja bius, kemudian Parbiusan yakni sebuah tempat yang dijadikan oleh masyarakat untuk melakukan upacara Mangase Taon. Namun dibalik semua itu tujuan Bius ini dibentuk adalah agar tercapai tujuan hidup yang selalu diidam-idamkan oleh hampir semua orang Batak yaitu Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon ( Kekayaan, Berketurunan, Kehormatan) Konsep-konsep bius dan situs-situs tersebutlah yang menjadi daya tarik bagi penulis untuk melakukan penelitian tentang Bius Si Tolu Tali tersebut sebagai objek penelitian bagi penulis. Penelitian Bius Si Tolu Tali ini juga didasari oleh rasa peduli peneliti terhadap

kelestarian budaya Batak Toba di Simanindo. Kemudian nilai-nilai seperti pengambilan keputusan yang dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat merupakan suatu nilai yang sangat baik diterapkan dalam sistem pola pemerintahan saat ini khususnya pemerintah desa. Pengairan pertanian yang diusahakan dan dirawat bersama oleh masyarakat desa otonom ini juga dapat ditarik menjadi sebuah kebijakan yang dapat memajukan kehidupan masyarakat desa pada saat ini. Dalam sistem organisasi Bius, para raja yang berperan sebagai pemerintah juga turut campur dalam pelaksanaan ritual-ritual yang bersifat adat dan agama, jadi dalam hal ini pemerintah desa yang saat ini juga dapat membuat program-program yang berusaha menciptakan keharmonisan manusia dengan alam dan lingkungannya dengan turut menggalakkan ritual-ritual adat dan ritual keagamaan. Hal ini juga akan berdampak baik pada perbaikan moral dan keharmonisan yang tercipta di dalam masyarakat. Kemudian hal yang menjadi daya tarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian Bius ini adalah penulis merasa tertarik untuk mengkaji dan mengaitkan nilai-nilai kearifan lokal dengan sistem-sistem kekuasaan yang saat ini ada di Tanah Batak khususnya di desa Simanindo. Kearifan-kearifan lokal tersebut menjadi sebuah daya tari bagi penulis dimana sistem pembagian lokasi-lokasi perekonomian dan sistem pengaturan segala sistem adat dan religi yang ada dalam Bius. 1.2. Identifikasi Masalah Adapun masalah-masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah : 1. Sejarah berdirinya bius Si Tolu Tali 2. Struktur kekuasaan yang ada dalam Bius Si Tolu Tali 3. Evolusi sistem kemasyarakatan dalam masyarakat Simanindo

4. Hukum dan Upacara yang berlaku dalam bius Si Tolu Tali 5. Faktor-faktor yang menyebabkan punahnya Bius Si Tolu Tali 6. Kearifan lokal sebagai wujud peninggalan Bius si Tolu Tali 1.3. Perumusan masalah Agar memudahkan penelitian ini maka penulis membuah sebuah perumusan masalah sebagai modal awal untuk melakukan penelitian ini. Adapun perumusan masalahnya adalah : 1. Bagaimana sejarah berdirinya Bius sitolu tali? 2. Bagaimana struktur kekuasaan yang ada dalam Bius Si Tolu Tali? 3. Apa saja hukum-hukum dan upacara yang berlaku dalam Bius Si Tolu Tali tersebut 4. Faktor-faktor apa saja yang membuat Bius Si Tolu Tali ini mengalamki kepunahan? 5. Apa saja kearifan lokal yang masih eksis sampai saat ini sebagai wujud peninggalan Bius Si Tolu Tali 1.4. Tujuan penelitian Berdasakan rumusan masalah diatas maka tujuan peneltian ini dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sejarah bius si Tolu Tali di simanindo, kecamatan Simanindo, kabupaten Samosir

2. Untuk mengetahui upacara-upacara dan hukum- hukum yang berlaku dalam Bius Sitolu tali 3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi punahnya Bius Si Tolu Tali. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini akan bermanfaat untuk mengkaji bagaimana evolusi kekuasaan yang ada dalam Masyarakat Batak Toba di Simanindo 2. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sebuah penambah wawasan dalam mengetahui keberagam suku di Indonesia Khususny untuk memahami Suku Batak Toba 3. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi sikap bagai para generasi muda sebagai calon-calon pemimpin. 4. Penelitian juga diharapkan mampu menjadi referensi bagi penelitian lebih lanjut terhadap sejarah Bius di Tanah Batak khususnya Di Samosir.