MEKANISME FAGOSITOSIS. oleh: DAVID CHRISTIANTO

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sirih merah merupakan salah satu tanaman yang sudah dikenal luas di

MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

Migrasi Lekosit dan Inflamasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

BAB 1 PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Terjadinya diabetes melitus ini

BAB I PENDAHULUAN. Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 Sebutkan macam-macam klas sel limfosit dan apa fungsi dasar masingmasing limfosit tersebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan pada

RESPON PERTAHANAN TERHADAP MIKROBIA PATOGEN

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

BAB III SISTEM SELAPUT SITOPLASMIK

Tahapan Respon Sistem Imun Respon Imune Innate Respon Imunitas Spesifik

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. Pemberian asam lemak trans dosis 5 % dan 10 % selama 8 minggu dapat

Mekanisme Pembentukan Kekebalan Tubuh

BAB I PENDAHULUAN. mengenai saluran cerna. Diagnosis demam tifoid bisa dilakukan dengan

Respon imun adaptif : Respon humoral

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM

PANDUAN PRAKTIKUM HISTOLOGI II MODUL 2.3 KARDIOVASKULER DAN HEMATOLOGI DARAH

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

TRANSPORTASI. Dr. Refli., MSc Jurusan Biologi FST UNDANA Kupang, 2015

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui

BIOLOGI SEL. Chapter IV Sifat Membran Plasma (Transportasi pada Membran)

DAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit. Tumbuh subur pada

ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan.

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

BAB I PENDAHULUAN. reaksi imun berupa plak eritematosa, skuama berwarna putih keperakan berlapislapis,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiki 2 sistem imun yaitu sistem imun bawaan. (innate immunity) dan sistem imun adaptif (adaptive

MEMBRAN SEL DAN TRANSPORT. Agustina Setiawati, M.Sc., Apt

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

- Difusi air melintasi membrane permeabel aktif dinamakan osmosis. Keseimbangan air pada sel tak berdinding Jika suatu sel tanpa dinding direndam

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan

Tujuan Instruksional. Umum. Khusus

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Imunologi Agung Dwi Wahyu Widodo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Multidrug-Resistant Tuberculosis (MDR-TB) yang resisten terhadap dua Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini pertama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

B A B I PENDAHULUAN. penyakit akibat pajanan debu tersebut antara lain asma, rhinitis alergi dan penyakit paru

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Manifestasi penyakit infeksi akibat langsung DARI pathogen mikrobial, DAN interaksinya dengan system imun pejamu. Macam respons imun dan penyebab

GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Histologi jaringan usus halus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)

SEL. SMA Regina Pacis Jakarta. Ms. Evy Anggraeny

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dan manfaat tanaman mahkota dewa. Sistematika tanaman mahkota dewa adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di. negara-negara maju maupun berkembang, telah banyak penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

KOMPLEMEN. Tabel 1 : Protein Sistem Komplemen Kaskade klasik Kaskade lektin Kaskade alternatif Kaskade lisis Protein fungsional: Clqrs C2 C3 C4

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nitric oxide (NO) adalah molekul radikal yang sangat reaktif, memainkan

Pemberian preparat daun G. procumbens peroral kepada mencit kelompok. Pengamatan terhadap jumlali makrofag intraperitoneal dilakukan pada hari

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebiasaan merokok berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diinfeksi Klebsiella pneumoniae, diperoleh hasil sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. hanya dari segi medis namun juga psikososial, sedangkan bagi masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Makrofag Makrofag merupakan sel fagosit mononuklear yang utama di jaringan

Imunitas Innate dan Adaptif pada Kulit Adapted from Fitzpatrick s Dermatology in General Medicine, 8th Edition

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah sel Neutrofil pada proses. Tabel 1. Hasil Perhitungan Angka Neutrofil

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Harty,2003). Perlukaan sering terjadi di dalam rongga mulut, khususnya pada gingiva (Newman dkk, 2002). Luka merupakan kerusakan

Secretory iga sebagai bagian reaksi sistem imunitas mukosa oral akibat aplikasi material kurang tepat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri gram positif, katalase

HASIL DAN PEMBAHASAN

IMUNOLOGI DASAR. Sistem pertahanan tubuh terbagi atas : Sistem imun nonspesifik ( natural / innate ) Sistem imun spesifik ( adaptive / acquired

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

Transkripsi:

MEKANISME FAGOSITOSIS oleh: DAVID CHRISTIANTO 136070100011013 PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 1

DAFTAR ISI SAMPUL... 1 DAFTAR ISI... 2 BAB I. PENDAHULUAN... 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 4 BAB III. PENUTUP... 8 DAFTAR PUSTAKA... 9 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fagositosis merupakan respon imunitas non spesifik (innate immunity) yang diperankan oleh sel mononuklear (monosit dan makrofag) dan juga sel polimorfonuklear. Dalam melakukan fungsinya, sel fagosit juga berinteraksi dengan komplemen dan sistem immun spesifik (adaptive immunity). Selain ada juga pinositosis, yaitu proses memakan zat-zat non partikel. Proses fagositosis maupun pinositosis mulai dari terbentuknya suatu kantong pada membran sel, dan diikuti dengan pengambilan partikel atau terisi oleh cairan. Kantong ini kemudian melipat ke dalam dan membentuk vakuola yang berisi partikel atau cairan yang akan dicerna lebih lanjut. Baik fagositosis maupun pinositosis, merupakan suatu proses endositosis. Mikroorganisme yang mudah mengalami fagositosis dan mati, pada umumnya merupakan parasit yang tidak berhasil menyebabkan sakit pada inangnya. Sebaliknya, banyak bakteri yang berhasil melawan aktivitas fagositosis ini. Untuk lebih memahami tentang bagaimana bakteri dapat menghindar dari fagositosis atau selamat dari proses fagositosis, maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai tahap-tahap fagositosis dan berbagai cara bakteri dalam mengatasi atau menghindari aktivitas fagositosis. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tahap Fagositosis Fagositosis merupakan proses yang melibatkan kemotaksisdiapedesis, perlekatan dan pengenalan mikroba ke sel fagosit, penangkapan antigen/mikroba masuk ke dalam sel, pembentukan fagosom, pembentukan fagolisosom, degradasi/penghancuran, eksositosis. 2.1.1 Kemotaksis dan diapedesis Kemotaksis adalah gerakan fagosit ke tempat infeksi sebagai respon terhadap berbagai faktor seperti produk bakteri dan faktor biokimiawi yang dilepas pada aktivasi komplemen. Jaringan yang rusak atau mati dapat pula melepas faktor kemotaktik. Pajanan dengan patogen pada tempat infeksi menyebabkan pelepasan leukotrin, komplemen, NCF, TNF ά, dan interleukin yang bersifat kemotaksis terhadap neutrofil dan monosit. Molekul ini akan menarik Neutrofil dan monosit ke tempat terjadinya infeksi. IL-1 dan TNF ά akan menyebabkan sel endotel teraktivasi dan melepaskan molekul adhesi yaitu selektin ke dalam lumen dan memungkinkan lekosit berjalan /rolling di sepanjang endotel, kemudian molekul adhesi lainnya yaitu integrin akan diaktifkan sehingga lekosit dapat melekat di dinding vaskuler,selanjutnya PE- CAM yang ditemukan pada sel fagosit dan sel endotel akan berinteraksi sehingga secara efektif menarik sel fagosit melewati endothel. Sel fagosit akan mengeluarkan enzim protease untuk mendegradasi membran basal sel endotel sehingga memungkinkan sel fagosit melakukan ekstravasasi, proses ini disebut diapedesis. Diapedesis ini dipermudah oleh peningkatan permeabilitas vaskuler akibat pelepasan mediator inflamasi. Setelah berada 4

di cairan interstitial /di luar vaskuler, sel fagosit kemudian bermigrasi sesuai gradien kemotaktik menuju lokasi infeksi. 2.1.2 Perlekatan dan Pengenalan Mikroba oleh Sel Fagosit Interaksi antara mikroorganisme dan sel fagosit dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Langsung dimulai dengan pengenalan langsung reseptor pada sel fagosit terhadap molekul antigen misalnya karbohidrat pada permukaan sel antigen, peptidoglikan atau lipoprotein. Sedangkan tidak langsung tidak langsung, yaitu perlekatan yang dimediasi oleh opsonin. Opsonin, berupa Immunoglobulin dan complement akan meningkatkan efisiensi fagositosis. 2.1.3 Penangkapan Mikroba Masuk ke Dalam Sel Fagosit Partikel/mikroba yang terpajan dengan reseptor pada membran sel atau reseptor opsonin akan ditelan masuk ke dalam sel dengan cara endositosis. 2.1.4 Pembentukan Fagosom Setelah ditelan, membran sel fagosit akan menutup, partikel digerakkan ke sitoplasma sel dan terbentuk vesikel intraseluler yang disebut fagosom. Partikel yang ditelan tadi berada dalam fagosom ini. 2.1.5 Pembentukan Fagolisosom Di dalam sel fagosit, ditemukan kantong-kantong yang berisi enzim penghancur yang disebut lisosom. Lisosom berfusi dengan fagosom membentuk fagolisosom. Terjadinya fusi ini sedemekian rupa sehingga tidak terjadi kebocoran enzim dari lisosom yang dapat menghancurkan sel fagosit sendiri. Pada saat bersamaan dengan proses terbentuknya fagolisosom, reseptor di permukaan sel fagosit akan mengeluarkan sinyal untuk mengaktivasi enzim di dalam fagolisosom. 5

2.1.6 Degradasi Partikel/Mikroba Degradasi partikel/mikroba terjadi dalam fagolisosom, efek microbicidal fagosom dimungkinkan oleh : a b c Keasaman fagosom Peran ini dijalankan oleh enzim Vacuolar ATPase. Enzim ini berfungsi terutama untuk mengasamkan fagosom. Dengan bantuan Vacuolar ATP-ase, memungkinkan sel fagosit menggunakan energi untuk melawan gradient konsentrasi untuk memasukkan ion H + ke dalam fagosom. Keasaman fagosom menciptakan lingkungan yang tidak kondusif bagi mikroba untuk hidup dan membantu enzim-enzim fagosit lain menjalankan fungsinya. Pembentukan reaktive oxygen species (ROS)/Reaktive oxygen intermediate(roi) dan reactive nitrogen species (RNS) Pembentukan ROS/ROI diperankan oleh enzim NADPH oxidase atau fagosit oxidase. Enzim ini mengkatalisis perubahan oksigen menjadi anion superoksida dan radikal bebas hydroxil. ROI ini bersifat sangat toksik terhadap mikroba dalam fagolisosom. Pembentukan RNS difasilitasi oleh enzim inducible nitric oxide (NO) synthase (inos). Enzim ini mengkatalisis pembentukan nitric oxide (NO) yang juga bersifat mikrobicidal. Dengan demikian, ROS dan RNS secara sinergis memberikan efek yang lebih toksik terhadap mikroba. Sebagai hasilnya, ptotein mikroba hancur, terjadi kerusakan DNA permanen menyebabkan kegagalan metabolisme mikroba dan dengan sendirinya menghambat replikasi. Penghancuran komponen mikroba oleh enzim proteolisis dan hydrolase. Fagolisosom juga dilengkapi oleh enzim-enzim endopeptidase, exopeptidase dan hydrolase yang mendegradasi berbagai komponen mikroba. Selain itu, dalam sel fagosit juga terdapat 6

defensin, suatu potein yang bersifat melawan mikroba dengan mengikat membran sel mikroba. 2.1.6 Eksositosis Tahap akhir dari rangkaian fagositosis adalah pengeluaran partikel yang telah dihancurkan. Hasil degradasi akan dikeluarkan melalui proses eksositosis. 7

BAB III PENUTUP Fagositosis merupakan mekanisme pertahanan tubuh inang yang bersifat non spesifik yang terutama dilakukan oleh sel Polimorfonuklear (PMN) dan monosit atau makrofag serta sebagian kecil oleh sel eosinofil. Proses fagositosis dimaksudkan untuk menghancurkan atau membunuh partikel atau mikroorganisme yeng menginfeksi inang. Beberapa tahap fagositosis meliputi : 1). Interaksi sel fagosit dengan induk semang ; 2). Perlekatan sel fagosit ; 3). Ingesti dan pembentukan fagosom ; 4). Pembentukan fagolisosom ; 5). Proses pembunuhan intraseluler dan 6). Proses digesti intraseluler. Dilihat dari tahap-tahap fagositosis ini, jelaslah bahwa hasil fagositosis ditentukan oleh seperangkat faktor yang rumit, termasuk sifat khusus mikroorganisme, susunan genetik dan fungsional sel-sel fagosit dan pra-kondisi sel fagosit. Beberapa bakteri patogen yang berhasil menyebabkan penyakit pada inangnya memberikan gambaran bahwa bakteri dapat terhindar dari semua tahap fagositosis. 8

DAFTAR PUSTAKA 1 Abbas, A. K., et al. 2016. Basic Immunology Functions and Disorders of The Immune System. Fifth Edition. Elsevier. Canada. p. 1 307. 2 Brawijaya, Karmen. 2006. Imunologi Dasar. Balai Penerbit FK-UI. Jakarta. 3 Handzel, Z. T. 2013. The Immune Response to Mycobacterium tuberculosis Infection in Humans, Tuberculosis - Current Issues in Diagnosis and Management. http://www.intechopen.com/books/tuberculosis-current-issues-in- diagnosis-and-management/the-immune-response-to- mycobacterium-tuberculosis-infection-in-humans. Kunjungan pada 12 November 2016. 4 Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta. p. 6 7. 5 Serafino, R. and Med, T. 2013. Tuberculosis 2 : Pathophysiology and microbiology of pulmonary tuberculosis. South Sudan Medical Journey. 6(1): 10 12. 6 Shi, R. dan Sugawara, I. 2013. Pathophysiology of Tuberculosis. Tuberculosis - Current Issues in Diagnosis and Management. p. 130. 9