Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN :

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI APLIKASI ALAT PELINDUNG DIRI SEBAGAI FAKTOR RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN KARYAWAN UNIT PRODUKSI PT. SEMEN TONASA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Keywords : Noise Intensity, Hearing Threshold Values, Ground Handling Labor

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PEKERJA LAUNDRY RUMAH SAKIT KOTA MAKASSAR

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 464,2 TWh pada tahun 2024 dengan rata-rata pertumbuhan 8,7% per

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TIMBULNYA GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING PADA TENAGA KERJA DI PT

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Kholid Ubaidilah NIM : J

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PETUGAS GROUND HANDLING PT. GAPURA ANGKASA BANDARA ADI SOEMARMO BOYOLALI SKRIPSI

Hubungan Paparan Kebisingan Dengan Gangguan Pendengaran Pada Pekerja Industri Kerajinan Pandai Besi Di Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat. memicu terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL).

DINASTI TUNGGAL DEWI J

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN NILAI AMBANG DENGAR ANTARA TENAGA KERJA DI BAGIAN PENGECATAN, PENGELASAN DAN BONGKAR PASANG MOBIL DI CV.

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI

PERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

BAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA DI PT.INKA (PERSERO) MADIUN

Dian Pratiwi*), Ir. Irawan Wisnu Wardhana, MS dan Sri Sumiyati, ST, MSi. **)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Bandara Internasional Adisucipto Yogyakarta

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi

ABSTRAK. Pembimbing I : July Ivone,dr., M.K.K., MPd.Ked. Pembimbing II: Drs. Pinandojo Djojosoewarno,dr.,AIF.

Gangguan pendengaran akibat bising pada pekerja perusahaan baja di pulau Jawa

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI COLOMADU KARANGANYAR

Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Gangguan Pendengaran pada Karyawan Tambang

PERBEDAAN GETARAN MESIN GERINDA DAN MESIN AMPLAS TERHADAP KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA CV.MANGGALA JATI KLATEN

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN NILAI AMBANG DENGAR TENAGA KERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT. PUTRA KARANGETANG POPONTOLEN MINAHASA SELATAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci : intensitas kebisingan, nilai ambang dengar, tenaga kerja bagian produksi

BAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin

DINASTI TUNGGAL DEWI J

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.

Kata Kunci: Kelelahan Kerja, Shift Kerja, PLTD.

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah penyebab utama dari penurunan pendengaran. Sekitar 15 persen dari orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN DURASI TERPAPAR BISING DENGAN KEJADIAN NOISE INDUCED HEARING LOSS PADA PEKERJA PABRIK SPEAKER X DI PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. industri untuk senantiasa memperhatikan manusia sebagai human center dari

BAB I PENDAHULUAN. guna tenaga kerja dengan mengusahakan pekerjaan dan lingkungan kerja yang lebih

PENGARUH BISING TERHADAP AMBANG PENDENGARAN PADA KARYAWAN YANG BEKERJA DI TEMPAT MAINAN ANAK MANADO TOWN SQUARE

PERBEDAAN GETARAN MESIN GERINDA DAN MESIN AMPLAS TERHADAP KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA CV.MANGGALA JATI KLATEN

I. PENDAHULUAN. serasi dan manusiawi. Pelaksanaannya diterapkan melalui undang- undang No. 13

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian

BAB I PENDAHULUAN. (UU) No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN MUSIK DISKOTIK DAN MASA KERJA DENGAN FUNGSI PENDENGARAN KARYAWAN DISKOTIK DI PONTIANAK TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN

Erman, D., Sukendi., Suyanto 2014:8 (2)

TINGKAT KEBISINGAN PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI COLOMADU KARANGANYAR

METODE PENELITIAN III.

Suryani., Mulyadi, A., Afandi, D 2015 : 9 (1)

ABSTRAK HUBUNGAN TOTAL LAMA KERJA DENGAN STATUS PENDENGARAN PADA PENERBANG TNI AU

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN DAN LAMA TINGGAL TERHADAP DERAJAT GANGGUAN PENDENGARAN MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN PLTD TELAGA KOTA GORONTALO

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN LAMA TINGGAL DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA MASYARAKAT YANG TERPAPAR BISING JALAN RAYA DI SURAKARTA

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN PENURUNAN DAYA DENGAR TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT WIJAYA KARYA BETON Tbk PPB MAJALENGKA

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PENGGERGAJIAN KAYU

GAMBARAN INTENSITAS KEBISINGAN DAN NILAI AMBANG DENGAR PEKERJA DI DISKOTIK CLOUD9, HOLLYWOOD, KOWLOON MANADO TAHUN 2015

SKRIPSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NOISE INDUCED HEARING LOSS DAN TINITUS PADA PEKERJA BENGKEL MESIN TERPAPAR BISING DI PT DOK DAN PERKAPALAN SURABAYA

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI PT. PUTRA NUGRAHA TRYAGAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN EARPHONE DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA SISWA SMA NEGERI 9 MANADO.

NASKAH PUBLIKASI. Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat.

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA DI PG. POERWODADIE MAGETAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

TINGKAT KEBISINGAN DAN TAJAM DENGAR PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin

Kata Kunci: Lama Kerja, Penggunaan Alat Pelindung Diri, Kapasitas Vital Paru

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA KANTOR BANDARA DOMINI EDUARD OSOK SORONG

STUDI HEARING LOSS TENAGA KERJA DAN MASYARAKAT DI WILAYAH BANDARA HASANUDDIN MAKASSAR

HUBUNGAN PAPARAN PARTIKEL DEBU KAYU DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI UD. SURYA ABADI FURNITURE, GATAK, SUKOHARJO

Bagian Kesehatan Kerja FKIK UIN Alauddin Makassar 2. Bagian Kesehatan Lingkungan FKIK UIN Alauddin Makassar

PENGARUH PAPARAN KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI PENGOLAHAN KAYU DI PT

STUDI KEJADIAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA MASINIS UPT CREW KERETA API SOLO BALAPAN TAHUN 2012

PERBEDAAN STRES KERJA PADA KARYAWAN TERPAPAR KEBISINGAN DI ATAS DAN DI BAWAH NAB PADA BAGIAN PABRIKASI DI PG. TRANGKIL PATI


PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI PABRIK IB PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang

SKRIPSI HUBUNGAN TEMPERATUR DAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN SUBJEKTIF INDIVIDU DI PT X JAKARTA

Studi Analisis Pengaruh Kebisingan dan Karakteristik Pekerja Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja di Bagian Produksi

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA DI PG. POERWODADIE MAGETAN

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN BERDASARKAN VARIASI KEBISINGAN PADA PEKERJA PEMBUAT KOMPONEN-KOMPONEN TEKSTIL DI CV.AKBAR JAYA KIARACONDONG KOTA BANDUNG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

PERBEDAAN GANGGUAN PENDENGARAN PEKERJA TERPAPAR BISING INDUSTRI DI SURAKARTA ANTARA PEKERJA MEMAKAI ALAT PELINDUNG TELINGA DAN PEKERJA TIDAK MEMAKAI ALAT PELINDUNG TELINGA DIFFERENCE OF NOISE INDUCED HEARING LOSS IN SURAKARTA BETWEEN EMPLOYEES THAT USE EAR PROTECTIVE EQUIPMENT AND EMPLOYEE THAT NOT USE EAR PROTECTIVE EQUIPMENT Seviana Rinawati*, Siti Utari, Sumardiyono Program Studi D Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jl. Kol. Sutarto 50K Surakarta, 576 Telp. (07) 6589 *Email : shevie.ana@gmail.com ABSTRAK Bising yang melebihi Nilai Ambang Batas pada industri dapat berisiko gangguan pendengaran terutama pada pekerja tidak memakai alat pelindung telinga yang disediakan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perbedaan Gangguan Pendengaran Pekerja Terpapar Bising Industri di Surakarta antara Pekerja Memakai Alat Pelindung Telinga dan Pekerja Tidak Memakai Alat Pelindung Telinga. Metode Penelitian yang digunakan merupakan penelitian survey analitik, desain cross sectional. Populasi : 05 pekerja dengan sampel penelitian secara purposive sampling (kriteria inklusi dan eksklusi) sejumlah orang masing-masing pada pekerja memakai dan tidak memakai APT. Analisis data menggunakan uji Mann- Whitney (ρ<0,05). Hasil Penelitian Menunjukkan gangguan pendengaran tinggi pada pekerja tidak memakai APT, memiliki risiko gangguan pendengaran,5 kali lebih besar daripada yang memakai APT dan adanya perbedaan tersebut ditunjukkan dengan nilai p = 0,00. Dari penelitian menunjukkan ada Perbedaan Gangguan Pendengaran Pekerja Terpapar Bising Industri di Surakarta antara Pekerja Memakai APT dan Pekerja Tidak Memakai APT. Disarankan seleksi masuk pekerja dilakukan tes kesehatan telinga dan disiplin memakai APT Kata Kunci : Alat Pelindung Telinga, Bising industri, Gangguan pendengaran ABSTRACT Noise that exceeds the Threshold Limit Values in the industry can be risk to hearing loss, especially for employees that not use EPE. The aims of study to determine difference of NIHL in Surakarta between employees that use EPE and who that not use it. This type of research is analytic survey study with cross-sectional design. The population: 05 workers, sample by purposive sampling (inclusion and exclusion criteria) : workers each on who that use and not use EPE. Data analysis used Mann Whitney Test (ρ <0.05). the results shows that the high NIHL in who that not use EPE and at risk of developing NIHL by,5 times greater than employee that use it and the difference is indicated by p = 0.00,.This study showed that there is difference of NIHL in Surakarta between employees that use EPE and employee that not use it. It is advisable to admission test employee with hearing test and disciplined to use EPE. Keywords : Ear Protection Equipment, Industrial Noise, Hearing loss

PENDAHULUAN Faktor fisik lingkungan kerja penyebab munculnya stressor yang mengenai gangguan pendengaran adalah kebisingan dan dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung (Rusiyanti, 0). Pemakaian mesin sebagai alat kerja dan mekanisasi dalam industri dapat ditimbulkan kebisingan di tempat kerja. Dimana proses industri dipercepat untuk memperoleh hasil produksi yang paling baik sehingga berdampak pula pada peningkatan intensitas bisingnya. Kebisingan di tempat kerja dapat mengganggu daya dengar pekerja, mulai dari gangguan konsentrasi, komunikasi hingga tingkat kenyamanan dalam bekerja. Kebisingan di tempat kerja dapat menimbulkan penyakit akibat kerja berupa penurunan daya dengar kepada pekerja (Roestam, 0). Kebisingan di lingkungan kerja dapat menyebabkan gangguan kesehatan non pendengaran dan pendengaran. Munculnya keluhan kesehatan seperti tuli akibat kebisingan terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Hal ini sering tidak disadari oleh penderitanya, sehingga pada saat penderita mulai mengeluh berkurang pendengarannya biasanya sudah dalam stadium irreversible (Arini, 005). Timbulnya gangguan pendengaran ini dipengaruhi oleh intensitas kebisingan, umur, lama paparan, masa kerja dan penggunaan alat pelindung telinga. Semakin lama pekerja tersebut terpapar bising tanpa menggunakan alat pelindung diri maka akan semakin tinggi akumulasi trauma bising pada pekerja yang pada akhirnya akan menyebabkan ketulian. World Health Organization (WHO) tahun 007 menyatakan bahwa prevalensi ketulian mencapai,% di Indonesia. Menurut Sucipto (0) lebih dari 50% pekerja di industri tekstil mengalami NHIL dengan masa kerja -0 tahun berdasarkan hasil pemeriksaan audiometer pada frekuensi 000 dan 000 Hertz. Penggunaan alat pelindung diri (APD) berupa alat pelindung telinga (APT) merupakan salah satu cara untuk mengurangi paparan bising terhadap pekerja di tempat kerja. Berdasarkan kontinuitas dan jenis APT memiliki pengaruh besarnya gangguan pendengaran pekerja akibat paparan bising di tempat kerja. Penggunaan APT yang sesuai standar disertai kontinuitas optimal dapat mengurangi risiko terjadinya NHIL. Hasil penelitian pendahuluan di 5 industri tekstil di wilayah Surakarta menunjukkan dari 6 pekerja terpapar bising industri dengan intensitas 80-99 dba/ sehari pada 8 pekerja memakai APT diperoleh pekerja mengalami gangguan pendengaran dan 5 pekerja kondisi normal. Sedang pada 8 pekerja tidak memakai APT hanya pekerja dalam kondisi normal. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis menentukan rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada Perbedaan Gangguan Pendengaran Pekerja Terpapar Bising Industri di Surakarta antara Pekerja Memakai Alat Pelindung Telinga dan Pekerja Tidak Memakai Alat Pelindung Telinga. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik, desain cross sectional. Dilaksanakan pada industri tekstil di wilayah Surakarta meliputi : kota Surakarta, Klaten, Boyolali, Karanganyar, Sragen dan Sukoharjo. Pengambilan data pada bulan Februari Juli 05. Populasi sejumlah 05 pekerja dengan sampel penelitian secara purposive sampling (kriteria inklusi = lama kerja > tahun, intensitas bising > 85 dba/ sehari, umur produktif kerja, tingkat pendidikan SMP dan SMA/Sederajat, bersedia menjadi responden dan eksklusi = tidak bersedia menjadi responden tidak berada di tempat saat penelitian berlangsung) sejumlah pekerja masing-masing pada pekerja memakai dan tidak memakai APT. Pengambilan data dengan cara wawancara melalui kuesioner tentang identitas diri, riwayat penyakit dahulu, tempat tinggal, beberapa pertanyaan tentang keluhan gangguan pendengaran. Pemeriksaan intensitas bising diukur dengan instrumen Sound Level Meter merk NA- RION di tempat kerja selama /hari dan pemeriksaan gangguan pendengaran pekerja dengan instrumen Audiometer pada pekerja yang memakai APT dan pekerja yang tidak memakai APT. Analisis data menggunakan uji Mann - Whitney (ρ<0,05). HASIL DAN PEMBAHASAN Perusahaan industri tekstil,,, dan 5 yang berlokasi di kawasan Surakarta. Pekerja semua perempuan ( 00%), berpendidikan SMP dan SMU/sederajat, responden dalam umur produktif, masa kerja > tahun (tabel.). pekerja merasa terganggu akibat bising yang ditimbulkan oleh mesin industri

tekstil. Intensitas kebisingan di industri tersebut terpapar pada pekerja selama kerja per hari adalah 80-99 db(a) seperti tertera pada tabel. Tabel. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Industri Surakarta No Variabel Rerata ± Sd Min - Max N (jumlah) 5,9 ± 8,870, ± 9,08 9 8 0 Umur Masa kerja Pendidikan : SMP SMU Memakai APT Tidak memakai APT 9 (%) 05 (78%) Karakteristik umur pekerja sebagian besar < 0 tahun, tenaga kerja yang berumur 0 tahun dalam hal ini digolongkan dalam usia muda maupun > 0 tahun yang digolongkan dalam usia tua, memiliki risiko yang sama untuk mengalami gangguan pendengaran apabila bekerja dilingkungan bising. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa secara umum semakin bertambahnya umur seseorang maka akan diikuti dengan penurunan tajam penglihatan, penurunan pendengaran, kecepatan membedakan sesuatu menjadi lamban, lamban dalam membuat keputusan dan kemampuan mengingat jangka pendek (Yuni, 006). Menurut WHO (00) menyatakan bahwa pada umumnya gangguan pendengaran yang disebabkan oleh bising timbul setelah bertahun-tahun paparan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 5 responden yang masa kerjanya <5 tahun mengalami gangguan pendengaran selebihnya gangguan pendnegaran dialami oleh masa kerja > 5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa berarti bahwa setiap responden yang masa kerjanya lama (>5 tahun) maupun yang masa kerjanya ( 5 tahun), memiliki risiko yang sama untuk mengalami gangguan pendengaran apabila bekerja dilingkungan bising. Hasil penelitian menunjukkan data pendidikan terendah responden adalah SMP dan SMA/sederajat lebih besar. Hal ini dapat berdampak pada kemampuan pekerja dalam melakukan pekerjaan dan pemahaman terhadap arti pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja bagi diri sendiri, terutama terkait kesadaran dalam pemakaian APD. Dan hasil data responden menunjukkan sebagian besar adalah pendidikan SMA/sederajat yaitu 05 pekerja. Tabel. Intensitas Kebisingan di industri tekstil wilayah Surakarta No Perusahaan Rerata ± sd Kebisingan Min - Max Kebisingan Lama kerja/hari 5 PT. A PT. B PT. C PT. D PT. E 89,9 ±,89 86,0 ±,60 87, ±,8 80,8 ±,6 9,06 ± 7, 8 9 dba 85 89 dba 8 96 dba 80 87 dba 8 99 dba Permenakertrans No. Per./Men/X/0 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja dan NIOSH menetapkan 85 dba sebagai Nilai Ambang Batas. Menurut NIOSH (998) untuk 85 dba waktu yang diperkenankan untuk bekerja sebesar untuk 00 dba hanya 5 menit dan 0 dba hanya menit dalam sehari. Sehingga paparan intensitas kebisingan berdasarkan tabel tersebut termasuk melebihi NAB, hal ini sesuai menurut Alberti (99) menyatakan bahwa bising yang bersifat menetap lebih merusak dibandingkan bising terus menerus. Jadi dari intensitas, sifat bising, waktu kerja melebihi batas yang diperkenankan maka bising industri ini dapat menimbulkan gangguan pendengaran yang bekerja disekitarnya. Responden penelitian orang yang terpapar bising melebihi NAB dilakukan pemeriksaan gangguan pendengaran dengan audiometer pada pekerja yang memakai Alat pelindung Telinga (APT) dan pekerja yang tidak memakai APT. APT yang disediakan oleh perusahaan namun 76% pekerja menyatakan telah mendapatkan APT saat masuk kerja namun sisanya tidak menerima secara langsung atau bahkan ada yang tidak mendapatkan APT. Hal ini ditemukan pada salah satu industri yang belum menyediakan APT meskipun pekerja tersebut bekerja di tempat yang bising. Dari responden, diperoleh hasil normal sebanyak 5 orang dan 6 orang mengalami gangguan pendnegaran (NIHL) pada

pekerja yang memakai APT. Sedang pada pekerja yang tidak memakai APT diperoleh orang dinyatakan normal dan selebihnya mengalami gangguan pendengaran. Hasil selengkapnya tersaji pada tabel. Tabel. Distribusi Hasil Pemeriksaan Pendengaran dengan Audiometri pada Telinga Kanan dan Telinga Kiri Responden yang memakai APT dan tidak memakai APT No Kategori rujukan Normal Tuli Ringan Tuli Sedang Tuli Berat Audiometri Pekerja Memakai APT Audiometri Pekerja Tidak Memakai APT Telinga Kanan Telinga Kiri Telinga Kanan Telinga Kiri 7 0 5 9 0 0 0 8 8 7 Jumlah Hasil terhadap pemakaian APT pada pekerja yang terpapar bising melebihi NAB terlihat dalam tabel menunjukkan hasil audiometri pekerja memakai APT masih terdapat kali kondisi normal dibanding pekerja yang tidak memakai APT hal ini menunjukkan bahwa APT mempunyai pengaruh terhadap besarnya paparan intensitas kebisingan yang diterima pekerja karena dengan memakai APT akan mengurangi besarnya paparan bising yang diterima pekerja tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Setiadi yang menyebutkan bahwa besarnya hubungan gangguan pendengaran terhadap perilaku pemakaian APT yang terjadi pada pekerja sebesar,5%. Sejalan juga menurut penelitian Mikhdar (0) di PT Semen Tonasa terdapat,6% responden yang bekerja tidak memakai APT dan mengalami gangguan pendnegaran akibat bising (NIHL). Namun ditemukan tuli sedang lebih besar pada pekerja yang memakai APT, hal ini dimungkinkan karena perilaku pekerja dalam mengguanakan APT tidak sepenuhnya, hanya kadang-kadang atau sama sekali tidak menggunakan sewaktu bekerja. Beberapa hal yang menyebabkan pekerja tidak menggunakan APT saat bekerja antara lain karena tidak tersedianya APT di tempat kerja, kurang nyaman saat menggunakan APT, bahan APT dan cara pemakaian perlu diperhatikan. Ketersediaan APT di tempat kerja merupakan faktor penting yang mempengaruhi sikap pekerja dalam menggunakan APT, jika APT tidak tersedia di tempat kerja maka pekerja terpaksa melakukan pekerjaannya dengan risiko terpapar bising yang dapat menimbulkan gangguan pendengaran atau gangguan kesehatan lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Taha ( 000) bahwa alasan utama yang diberikan responden untuk tidak menggunakan APD adalah tidak tersedianya perlatan dan peralatan itu terlalu berat sehingga menyebabkan ketidaknyamanan. Perbedaan hasil pemeriksaan gangguan pendengaran pada pekerja yang memakai APT dan tidak memakai APT yang terpapar intensitas kebisingan di industri tekstil dapat dilihat pada hasil uji statistik menggunakan Mann Whitney. Hasil selengkapnya tersaji pada tabel. Tabel. Perbedaan Gangguan Pendengaran Pekerja Terpapar Bising Industri di Surakarta antara Pekerja Memakai Alat Pelindung Telinga dan Pekerja Tidak Memakai Alat Pelindung Telinga Variabel N Mean Rank p value Gangguan Pendengaran terpapar bising industri Pekerja Memakai Alat Pelindung Telinga Pekerja Tidak Memakai Alat Pelindung Telinga 86,8 8,78 0,00 Dari Nilai uji Mann-Whitney, dapat dilihat pada output Test Statisticb dimana nilai statistik uji Z yang kecil yaitu -,50 dan nilai sig.-tailed adalah 0,00 > 0,05. Karena itu hasil uji dinyatakan signifikan secara statistik, dengan demikian kita dapat menerima Ho dimana ada Perbedaan Gangguan Pendengaran Pekerja Terpapar Bising Industri di Surakarta antara Pekerja Memakai Alat Pelindung Telinga dan Pekerja Tidak Memakai Alat Pelindung Telinga. Dan berdasarkan uji tersebut dapat dikatakan bahwa gangguan pendengaran akibat bising (NIHL) pada pekerja yang tidak memakai APT memiliki risikolebih besar daripada pekerja yang memakai APT.

Berdasarkan hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi intensitas kebisingan di lingkungan kerja maka semakin naik pula nilai ambang dengar pekerja yang bekerja di lingkungan tersebut, semakin disiplin dalam memakai APT secara tepat dan benar maka semakin turun gangguan pendengaran akibat bising terjadi pada pekerja. Hasil penelitian serupa dilakukan oleh St. Nurmia (0 ) dengan menunjukkan hasil bahwa pekerja dengan intensitas bising melebihi NAB yang mengalami gangguan sebanyak orang (9,7%) dan orang (6,7%) yang intensitas bising tidak melebihi NAB nilai p value = 0,. Terdapat 9 pekerja (9,%) dengan penggunaan APT tidak sesuai yang mengalami gangguan pendengaran dan orang dengan penggunaan APT sesuai nilai p value = 0,0, pekerja yang tingkat pengetahuan kurang yang mengalami gangguan pendengaran pekerja (6,7%) dan 0 orang (8,%). Penelitian serupa oleh Asriyani (0) yang menyatakan bahwa pekerja yang tidak memakai APD saat bekerja merasa kurang nyaman dan membuat pekerjaan menjadi terhambat. Pendapat ini sejalan menurut penelitian yang dilakukan Intan ( 0) hasil uji statistik dengan perhitungan Odd Ratio (OR) terhadap faktor risiko penggunaan APD pada tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai OR,7, menunjukkan bahwa orang yang tidak menggunakan APD daat bekerja,7 kali lebih berisiko terkena gangguan pendengaran dibandingkan dengan orang yang menggunakan APD saat bekerja. Penelitian yang sejalan menurut Kawatu (0) tentang adanya perbedaan yang sangat signifikan pada nilai ambang dengar antara tenaga kerja ground handling dengan pegawai administrasi dio bandar udara sam ratulangi manado nilai p=0,000). Penelitian-penelitian tersebut menguatkan pendapat bahwa pemakaian APD (alat pelindung telinga) yang sesuai memiliki dampak pada gangguan pendengaran akibat bising (NIHL). Alat pelindung telinga merupakan alat yang digunakan untuk mengurangi tingkat kebisingan yang diterima oleh pekerja sehingga akan mengurangi tingkat kerusakan telinga (penurunan daya dengar). KESIMPULAN Intensitas kebisingan industri tekstil di wilayah Surakarta yang melebihi NAB antara 80 99 dba/ sehari dan menimbulkan gangguan pendnegaran akibat bising (NIHL) pada pekerja industri tekstil serta NIHL meningkat pada pekerja yang tidak memakai APT. Sehingga ada Perbedaan Gangguan Pendengaran Pekerja Terpapar Bising Industri di Surakarta antara Pekerja Memakai Alat Pelindung Telinga dan Pekerja Tidak Memakai Alat Pelindung Telinga (p = 0,00). Perlu untuk memperhatikan lama kerja yang diperkenankan sesuai paparan intensitas bising berdasar Permenakertrans RI no Tahun 0 atau NIOSH. Memperhatikan kualitas APT para tenaga kerja dan pengawasan dalam disiplin pemakaian APT. Memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada pekerja secara rutin mengenai dampak dari kebisingan terhadap kesehatan dan memantau intensitas kebisingan di lingkungan kerja serta pemeriksaan audiometer pada pekerja secara rutin pula. UCAPAN TERIMA KASIH Atas bantuan berbagai pihak selama proses dan pembuatan laporan penelitian, kami mengucapkan terima kasih khususnya kepada direktur masing-masing perusahaan tekstil wilayah Surakarta yang telah memberikan kesempatan dalam penelitian. DAFTAR PUSTAKA Alberti PW. Occupational hearing loss, disease of the ear nose and throat in: Head neck surgery. th ed. hiladelphia, 99. p. 05-66. Arini E.Y. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Pendengaran Tipe Sensorineural Tenaga Kerja Unit Produksi di PT.Kurnia Jati Utama Semarang. Tesis. Semarang : Universitas Diponegoro; 005 Asriyani. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Sikap penggunaan Alat pelindung Diri (APD) pada Pekerja Bagian Sistem Telepon Otomatis (STO) di PT. Telekomunikasi, Tbk Riau -Daratan Kota Pekan Baru Tahun 0. Skripsi. Jakarta ; Universitas Pembangunan Nasional Veteran; 0 5

Intan Puspitasari.Studi Aplikasi Alat Pelindung Diri Sebagai Faktor Risiko Gangguan Pendengaran Karyawan Unit Produksi PT Semen Tonasa. Skripsi.Makasar; Unhas Kawatu, Paul.0. Perbedaan Nilai Ambang Dengar Antara Tenaga Kerja Ground Handling Dengan Pegawai Administrasi Di Bandar Udara Sam Ratulangi Manado.Tesis. Manado ; universitas sam ratulangi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Nomor /MEN/X/0 tentang nilai ambang batas fisika dan faktor kimia di tempat Kerja. Jakarta: Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia; 0 Mikhdar M. Gambaran Noise Induced Hearing Loss (NIHL) pada tenaga kerja Bagian Produksi PT. Semen Tonasa Pangkep Tahun 0. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia. 0 National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). Occupational noise. Exposure revised criteria 998. Cincinnati, Ohio; 998 Roestam, A.W. Program Konservasi Pendengaran di Tempat Kerja. http://www.telmed.fkumi.net, diakses 5 Maret 0 Rusiyanti, Nurjazuli, Suhartono. Hubungan Paparan Kebisingan dengan Gangguan Pendengaran pada Pekerja Industri Kerajinan Pandai Besi di Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. No. ; 0 Sucipto, Hoediono, Ronald Sanrota. Noise Induced Hearing Loss pada pekerja-pekerja tekstil di Semarang Kongres Perhati III, Yogyakarta. 0 St. Nurmia. 0. Faktor yang berhubungan dengan timbulnya gangguan pendnegaran akibat bising pada tenaga kerja di PT. PLN Wilayah Sulselrabar Unit PLTD Pembangkitan Tello Makasar. Makasar: Universitas Hasanudin. Tata. Knowledge and Practice of Preventive Measures in Small Industries in Al- Khobar. Saudi Medical Journal. 000; (8); 70-75 WHO (007). Hypertension Report. Geneva: WHO Technical Report Series. WHO. Deafness and Hearing Imprairment. Diktat Kedokteran. 00; 7 () Yuni, Tri. Pengaruh kebisingan terhadap kelelahan pada tenaga kerja industry pengolahan kayu bruntung perum Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang; 006 6