digilib.uns.ac.id 41 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Parameter Masukan Tabel 4.1. Data parameter tanah yang digunakan pada analisis ini adalah γ b, γ saturated, φ,dan c. Tabel 4.1 Hasil Tanah. Parameter Satuan Hasil w % 19,38 b kn/m 3 17,81 sat kn/m 3 19,15 G s - 2,66 o 37,47 c kn/m 2 0 h sat m 0,473 e - 0,744 Gravel % 13,42 Sand % 50,48 Silt % 9,46 Clay % 26,64 (Sumber : Widyo, 2015) 4.2. Analisis Stabilitas Lereng Metode Statik. 4.2.1. Lereng dengan sudut(α)30 o Analisis stabilitas lereng metode statik ini terdiri dari beban sendiri dan beban hujan, pada perhitunganya menggunakan program Geo-Studio dengan fitur Slope/W untuk memudahkan dalam menganalisa safety factor/faktor keamanan lereng. Geometri lereng di modelkan dengan sudut kemiringan α = 30 o, kemudian memasukan properti tanah yang commit meliputi:γ to saturated user (berat isi tanah jenuh), γ b (berat
digilib.uns.ac.id 42 volume basah), φ (sudut geser dalam), c(kohesi)dan terakhir dilakukan solve analyses.outputseperti yang ditunjukan pada gambar 4.1 dengan menggunakan tipe slip surface grid and radius. Ketebalan tanah jenuh akibat hujan 2 harian diasumsikan konstan (0,473 m) baik untuk kondisi permukaan tanah datar maupun miring sedangkan tanah asli (20 m). Gambar 4.1. Analisis Geo-Slopepada lereng 30 0 setelah hujanmenggunakan slip surface option grid and radius. 4.2.2. Lereng dengan sudut(α) 45 o Analisis stabilitas lereng metode statik ini terdiri dari beban sendiri dan beban hujan, dalam perhitunganya menggunakan program Geo-Studio dengan fitur Slope/W untuk memudahkan dalam menganalisa safety factor/faktor keamanan lereng. Geometri lereng di modelkan dengan sudut kemiringan α = 45 o, kemudian memasukan properti tanah yang meliputi: commit to γuser saturated (berat isi tanah jenuh), γ b (berat
digilib.uns.ac.id 43 volume basah), φ (sudut geser dalam), c(kohesi)dan terakhir dilakukan solve analyses. Output seperti yang ditunjukan pada gambar 4.2 dengan menggunakan tipe slip surface grid and radius. Ketebalan tanah jenuh akibat hujan 2 harian diasumsikan konstan (0,473 m) baik untuk kondisi permukaan tanah datar maupun miring sedangkan tanah asli (20 m). Gambar 4.2. Analisis Geo-Slopepada lereng 45 0 setelah hujan. 4.2.3. Lereng dengan sudut(α)60 o Analisis stabilitas lereng metode statik ini menggunakan program Geo-Studio dengan fitur Slope/W untuk memudahkan dalam menganalisa safety factor/faktor keamanan lereng. Geometri lereng di modelkan dengan sudut kemiringan α = 60 o, kemudian memasukan properti tanah yang meliputi: γ saturated (berat isi tanah jenuh), γ b (berat volume basah), φ (sudut geser dalam), c(kohesi)dan terakhir dilakukan solve analyses. Output seperti yang ditunjukan pada gambar 4.3 dengan menggunakan tipe slip surface grid and radius. Ketebalan tanah jenuh akibat hujan 2 harian diasumsikan konstan (0,473 m) baik untuk kondisi permukaan tanah datar maupun miring sedangkan tanah asli (20 m).
digilib.uns.ac.id 44 Gambar 4.3. Analisis Geo-Slopepada lereng 60 0 setelah hujan. Analisis stabilitas lerengmetode statik dengan menggunakan programslope/wini didapatkan hasiluntuk lereng α 30 o sebesar 1,33, sedangkan α 45 o sebesar 0,78 dan α 60 o sebesar 0,47. Analisis stabilitas lereng metode statik dengan penambahan beban hujan ini didapatkan kondisi lereng kritis pada α 45 o dan α 60 o karena lereng tersebut termasuk dalam golongan lereng yang curam. Rekapitulasi nilaianalisis stabilitas lereng metode statik terhadap nilai safety factor (SF) yang disajikan padatabel 4.2 Tabel 4.2. Rekapitulasi nilai saefety factor lereng akibat pengaruh statik. Sudut Lereng Safety Factor 30 o 1,33 45 o 0,78 60 o 0,47
digilib.uns.ac.id 45 4.3. Analisis Stabilitas Lereng Metode Pseudo Statik Nilai percepatan gempa dasar didapatkan dari peta zona gempa Indonesia (SNI2012) yang dipakai sebagai acuan dalam merencanakan bangunan gedung dan non gedung. Analisis ini diambil data sekunder tanah yang digolongkan dengan kelas situs SC (pasir berlempung). Mencari nilai koefisien gempa dengan menggunakan metode pseudo statik ditunjukan pada gambar 4.4 peta zona gempa Indonesia 2012 dan gambar 4.5 menunjukan tipkal lereng di DAS Tirtomoyo. Gambar 4.4.Peta zona gempa Indonesia 2012. 60 10 20 10 21,23 5,77 15 42 Gambar 4.5.Tipikallereng di DAS Tirtomoyo (60 o ).
digilib.uns.ac.id 46 Gambar 4.4 peta zona gempa Indonesia untuk daerah Kabupaten Wonogiri didapatkan percepatan gempa permukaan terkoreksi (ad) sebesar 0,8 g 0,9 g dan diambil nilai sebesar 0,9 g, setelah itu dicari koefisien pseudo statik (k h ) dengan menggunakan Persamaan 2.12. k h = a d g k h = 0,9 9,81 k h = 0,092 Penelitian ini didapatkan nilai koefisien gempa dengan metode pseudo statiknilai sebesar k h = 0,092,setelah itu di input ke seismic loaddan seperti yang disajikan pada gambar 4.6. Gambar 4.6. Input coefficient Seimic Load. 4.3.1. Lereng dengan sudut (α)30 o Analisis stabilitas lereng metode pseudo statik dengan parameter masukanya properti tanah yang meliputi:γ saturated (berat isi tanah jenuh), γ b (berat volume basah), φ(sudut geser dalam), c (kohesi)dan terakhir memasukan koefisien pseudo statik horisontal pada keyln seismic load, setelah itu solve analysismaka didapatkan output seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.7 dengan menggunakan tipe slip surface grid and radius. Metode ini percepatan gempa vertikal diabaikan, karena pada umumnya percepatan gempa vertikal lebih kecil dari percepatan gempa horisontal, sehingga percepatan gempa vertikal tidak begitu menentukan dalam perhitungan gaya lateral yang bekerja pada lereng. Analisis ini ketebalan tanah jenuh akibat hujan 2 harian diasumsikan konstan (0,473 m) baik untuk kondisi permukaan tanah datar maupun miring sedangkan tanah asli (20m).
digilib.uns.ac.id 47 Gambar 4.7. Analisis Geo-Slopepada lereng 30 o setelah hujan dan beban gempa. 4.3.2. Lereng dengan sudut (α)45 o Analisis stabilitas lereng metode pseudo statik dengan parameter masukanya properti tanah yang meliputi: γ saturated (berat isi tanah jenuh), γ b (berat volume basah), φ (sudut geser dalam), c (kohesi)dan terakhir memasukan koefisien pseudo statik horisontal pada keyln seismic load, setelah itu solve analysismaka didapatkan output seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.8 dengan menggunakan tipe slip surface grid and radius. Metode ini percepatan gempa vertikal diabaikan, karena pada umumnya percepatan gempa vertikal lebih kecil dari percepatan gempa horisontal, sehingga percepatan gempa vertikal tidak begitu menentukan dalam perhitungan gaya lateral yang bekerja pada lereng. Analisis ini ketebalan tanah jenuh akibat hujan 2 harian diasumsikan konstan (0,473 m) baik untuk kondisi permukaan tanah datar maupun miring sedangkan tanah asli (20 m).
digilib.uns.ac.id 48 Gambar 4.8. Analisis Geo-Slopepada lereng 45 o setelah hujan dan beban gempa. 4.3.3. Lereng dengan sudut (α)60 o Analisis stabilitas lereng metode pseudo statik dengan parameter masukanya properti tanah yang meliputi: γ saturated (berat isi tanah jenuh), γ b (berat volume basah), φ (sudut geser dalam), c (kohesi) dan terakhir memasukan koefisien pseudo statik horisontal pada keyln seismic load, setelah itu solve analysismaka didapatkan output seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.9 dengan menggunakan tipe slip surface grid and radius. Metode ini percepatan gempa vertikal diabaikan, karena pada umumnya percepatan gempa vertikal lebih kecil dari percepatan gempa horisontal, sehingga percepatan gempa vertikal tidak begitu menentukan dalam perhitungan gaya lateral yang bekerja pada lereng. Analisis ini ketebalan tanah jenuh akibat hujan 2 harian diasumsikan konstan (0,473 m) baik untuk kondisi permukaan tanah datar maupun miring sedangkan tanah asli (20 m).
digilib.uns.ac.id 49 Gambar 4.9. Analisis Geo-Slopepada lereng 60 o setelah hujan dan beban gempa. Analisis stabilitas lereng metode pseudo statik dengan menggunakan program Slope/W ini didapatkan hasil untuk lereng α 30 o sebesar 1,09, sedangkan α 45 o sebesar 0,64 dan α 60 o sebesar 0,38. Analisis stabilitas lereng metode pseudo statik dengan penambahan beban hujan ini didapatkan kondisi lereng kritis semua, karena ada penambahan beban gempa pada lereng tersebut sehingga meningkatkan faktor kelongsoran. Rekapitulasi nilai analisis stabilitas lereng metode pseudo statik terhadap nilai safety factor (SF) yang disajikan pada tabel 4.3. Tabel 4.3. Rekapitulasi nilai saefety factor lereng akibatbeban gempa dengan menggunakan metode pseudo statik. Sudut Lereng Safety Factor 30 o 1,09 45 o 0,64 60 o 0,38
digilib.uns.ac.id 50 4.4. Analisis Stabilitas Lereng Metode Dinamik Nilai parameter masukan metode dinamik antara lain: modulus geser maksimum (G maks ), poisson ratio (v), dan damping ratio (ξ), dan didapat nilai: Mencari nilai massa tanah (ρ) dengan menggunakan Persamaan (2.14.) ρ = 1,952 kn/m 3 Mencari nilai modulus geser (G) dengan menggunakan Persamaan (2.15.) G = 1923.077 kn/m 2 Mencari nilai gelombang geser (V S ) dengan menggunakan Persamaan (2.16.) Vs = 31.388m/det Mencari nilai tegangan geser ( )dengan menggunakan Persamaan (2.17.) = 9,058 kn/m 2 Mencari nilai regangan geser (ᵞ) dengan menggunkan Persamaan (2.18.) ᵞ = 4,7161 x 10-3 Mencari nilai damping ratio (ξ) dengan menggunakan Persamaan (2.19.) ξ = 0,22 kn/m 2 Mencari nilai modulus geser maksimum (G maks ) dengan menggunakan Persamaan (2.20.) G maks = 1923,123 kn/m 2 4.4.1. Lereng dengan sudut (α)30 o Analisis stabilitas lereng metode dinamik parameter masukanya meliputi: modulus geser (G maks ), poisson ratio (v), dan damping ratio (ξ), setelah itu solve analysis.pada fitur Quake/wdibutuhkan earthquake record untuk menjalarkan gempa, karena didaerah wonogiri tidak ada earthquake record sehingga diambil data dari fitur Quake/W yang ditunjukan pada Gambar 4.10 dan diplacement seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.11dan selanjutnya sub analysis pada fitur Slope/Wdengan menggunakan tipe commit slip surface to user grid and radius yang ditunjukan
digilib.uns.ac.id 51 pada Gambar 4.12. Penelitian ini ketebalan tanah jenuh akibat hujan 2 harian diasumsikan konstan (0,473 m) baik untuk kondisi permukaan tanah datar maupun miring sedangkan tanah asli (20 m). Gambar 4.10. earthquake record. Analisis stabilitas lereng metode dinamik dengan program Quake/W ini digunakan untuk mencari stabilitas lereng kibat beban gempa. ProgramSlope/Wtidak mengakomodasi akibat beban gempa maka dari itu penelitian ini memakai fitur Quake/W sebagai parent analyses dan Slope/W sebagai sun analyses. Dampak pengaru beban gempa disajikan pada Gambar 4.11.
digilib.uns.ac.id 52 Gambar 4.11. Displacementpada lereng 30 o setelah hujan dan beban gempa. Hasil safety factor pada analisis stabilitas lereng metode dinamik ini pada sudut α 30 o didapatkan nilai sebesar 1,27 seperti yang disajikan Gambar 4.12. Gambar 4.12. Analisis Geo-Slopepada lereng 30 o setelah hujan dan beban gempa. 4.4.2. Lereng dengan sudut (α)45 o Analisis stabilitas lereng metode dinamik parameter masukanya meliputi: modulus geser maksimum (G maks ), poisson ratio (v), dan damping ratio (ξ), setelah itu solve analysespada fitur Quake/wmaka didapatkan diplacement seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.13 dan selanjutnya sub analysis pada fitur Slope/Wdengan menggunakan tipe slip surface grid and radius yang ditunjukan pada Gambar 4.14. Penelitian ini ketebalan tanah jenuh akibat hujan 2 harian diasumsikan konstan (0,473 m) baik untuk kondisi permukaan tanah datar maupun miring sedangkan tanah asli commit (20 m). to user
digilib.uns.ac.id 53 Gambar 4.13. Displacementpada lereng 45 o setelah hujan dan beban gempa. Hasil safety factor pada analisis stabilitas lereng metode dinamik ini pada sudut α 30 o didapatkan nilai sebesar 0,70 seperti yang disajikan Gambar 4.14. Gambar 4.14. Analisis Geo-Slopepada lereng 45 o setelah hujan dan beban gempa. 4.4.3. Lereng dengan sudut (α)60 o Analisis stabilitas lereng metode dinamik parameter masukanya meliputi: modulus geser (G maks ), poisson ratio commit (v), to dan user damping ratio (ξ), setelah itu solve
digilib.uns.ac.id 54 analysispada fitur Quake/wmaka didapatkan diplacement seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.15 dan selanjutnya sub analysis pada fitur Slope/Wdengan menggunakan tipe slip surface grid and radius yang ditunjukan pada Gambar 4.16. Penelitian ini ketebalan tanah jenuh akibat hujan 2 harian diasumsikan konstan (0,473 m) baik untuk kondisi permukaan tanah datar maupun miring sedangkan tanah asli (20 m). Gambar 4.15. Displacementpada lereng 60 o setelah hujan dan beban gempa. Hasil safety factor pada analisis stabilitas lereng metode dinamik ini pada sudut α 45 o didapatkan nilai sebesar 0,40 seperti yang disajikan Gambar 4.16.
digilib.uns.ac.id 55 Gambar 4.16. Analisis Geo-Slope pada lereng 60 o setelah hujan dan beban gempa. Analisis stabilitas lereng metode dinamik dengan menggunakan program Quake/W sebagai parent analysis dan Slope/W sebagai sub analysis ini didapatkan hasil untuk lereng α 30 o sebesar 1,27, sedangkan α 45 o sebesar 0,70 dan α 60 o sebesar 0,40. Analisis stabilitas lereng metode dinamik dengan penambahan beban hujan ini didapatkan kondisi lereng kritis semua, karena ada penambahan beban gempa pada lereng tersebut sehingga meningkatkan faktor kelongsoran. Rekapitulasi nilai analisis stabilitas lereng metode dinamik terhadap nilai safety factor (SF) yang disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Rekapitulasi nilai saefety factor lereng akibatbeban gempa dengan menggunakan metode dinamik. Sudut Lereng Safety Factor 30 o 1,27 45 o 0,70 60 o 0,40 Analisis stabilitas lereng dengan metode statik, pseudo statik dan dinamik dapat disimpulkan bahwa nilai faktor keamanan lereng pada metode pseudo statik berada paling kritis diantara metode statik maupun dinamik, karena metode ini arah gaya gempanya dianggap ke arah luar lereng yang meningkatan faktor kelongsoran. Rekapitulasi nilaisafety factor lereng akibat statik, pseudo statik dan dinamik disajikan pada tabel 4.5. Tabel 4.5. Rekapitulasi nilai safety factor lereng akibat statik, pseudo statik dan dinamik. Sudut Lereng Beban sendiri + beban hujan Beban sendiri + beban hujan + beban gempa SF Statik SF Pseudostatik SF Dinamik 30 o 1,33 1,09 1,27 45 o 0,77 0,64 0,70 60 o 0,47 0,38 0,40
digilib.uns.ac.id 56 4.5. Pengaruh SF terhadap nilai parameter masukan 4.5.1. Pengaruh nilai kohesi (c) terhadap nilai SF Grafik pengaruh hubungan antara nilai kohesi (c) terhadap nilai safety factor (SF) untuk metode statik, pseudo statik dan dinamik ditunjukan pada Gambar 4.17. An gk a Ke am an an SF 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 DINAMIK STATIK PSEUDOSTATIK 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 kohesi(c) Gambar 4.17.Pengaruh perubahannilai c (kohesi) terhadap nilai SF. Pengaruh nilai kohesi (c) terhadap nilai SF sangat berpengaruh terhadap longsoran karena semakin tinggi nilai kohesi (c) pada material lereng akan menimbulkan longsoran dalam, sehingga nilai SF akan semakin aman. Ketiga analisis yaitu: metode statik, pseudo statik dan dinamik didapatkan nilai SF pada analisis pseudo statik berada di paling kritis karena arah gaya gempa dianggap ke arah luar lereng yang dapat meningkatkan gaya longsor. Arah gaya gempa sebenarnya bekerja bersifat transient (arah gaya bergantian ke luar dan masuk lereng sesuai riwayat percepatan gempa). Metode dinamik dipengaruhi oleh material tanah itu sendiri, semakin nilai kohesi (c) tinggi akan meningkatkan nilai safety factor/faktor keamanan, sehingga jenis tanah berperan penting pada stabilitas lereng terhadap beban gempa. Metode pseudo statik dipengaruhi oleh letak daerah pada peta zonasi gempa 2012 jadi metode pseudo statik tidak terpengaruh oleh jenis tanah. pengaruh nilai c (kohesi) terhadap nilai SFdisajikan pada Tabel 4.6.
digilib.uns.ac.id 57 Tabel 4.6. Perbandingan pengaruh nilai c (kohesi) terhadap nilai SF c (kn/m 2 ) Beban sendiri + beban hujan Beban sendiri + beban hujan + beban gempa SF Statik SF Pseudo statik SF Dinamik Keterangan 0 1,33 1,09 1,27 existing 10 2,19 1,67 1,83 simulasi 20 2,75 2,08 2,26 simulasi 30 3,23 2,44 2,62 simulasi 40 3,67 2,79 2,91 simulasi 4.5.2. Pengaruh nilai ϕ O (sudut geser dalam) terhadap nilai SF Grafik pengaruh hubungan antara nilai sudut geser dalam (ϕ O ) terhadap nilai safety factor (SF) untuk metode statik, pseudo statik dan dinamik ditunjukan pada Gambar 4.18. 2 DINAMIK STATIK PSEUDOSTATIK An gk a Ke am an an SF 1.5 1 0.5 0 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 sudut geser dalam(ϕ O ) Gambar 4.18. Pengaruh Perubahan nilaiϕ O (sudut geser dalam) terhadap nilai SF. Grafik pengaruh hubungan antara nilai ϕ O terhadap nilai safety factor (SF) untuk statik sangat berpengaruh terhadap longsoran karena semakin kecil nilai ϕ O pada material lereng akan menimbulkan longsoran dangkal, sehingga nilai SF akan semakin tidak aman. Pengaruhnya untuk pseudo statik sama seperti statik semakin kecil nilai ϕ O semakin rendah nilai SFbegitu juga dengan dinamik. Pengaruh nilai ϕ O pada ketiga analisis ini akan commit mempengaruhi to user longsoran lereng dimana nilai
digilib.uns.ac.id 58 ϕ O kecil akan menimmbulkan nilai SF yang semakin kritis karena kemampuan tanah untuk menahan tekanan semakin kecil, sehingga longsor menjadi tidak aman, seperti ditunjukan pada perbandingan pengaruh nilai ϕ O (sudut geser dalam) terhadap nilai SF pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Perbandingan pengaruh nilai ϕ O (sudut geser dalam) terhadap nilai SF ϕ O Beban sendiri + beban hujan Beban sendiri + beban hujan + beban gempa SF Statik SF Pseudo statik SF Dinamik Keterangan 10 0,31 0,23 0,29 existing 20 0,63 0,47 0,60 existing 30 1,00 0,75 0,96 existing 37,47 1,33 1,00 1,27 simulasi 40 1,46 1,09 1,39 existing 4.5.3. Pengaruh nilai modulus geser maksimum (G maks ) terhadap nilai SF Grafik pengaruh hubungan antara nilai sudut modulus geser maksimum (G maks ) terhadap nilai safety factor (SF) untuk metode statik, pseudo statik dan dinamik ditunjukan pada Gambar 4.19. 1.5 A n g ka K ea m an 1 0.5 DINAMIK STATIK PSEUDOSTATIK 0 0 1000 2000 3000 4000 5000 modulus geser maksimum (G maks ) Gambar 4.19. Pengaruh Perubahan nilai G maks (modulus geser maksimum) terhadap commit nilai to user SF.
digilib.uns.ac.id 59 Grafik pengaruh hubungan antara nilai G maks (modulus geser) terhadap nilai safety factor (SF) untuk statik dan pseudo statik tidak berpengaruh, karena analisis ini tidak membutuhkan parameter masukan untuk menjalarkan getaran akibat beban gempa, sehingga nilai SF tidak terpengaruh. Nilai modulus geser maksimum dipengaruhi oleh jenis tanah setempat, dan didapatkan pendekatan nilai modulus elasitas tanah (E), poisson ratio (v) dan berat jenis tanah ( selanjutnya ketiga parameter tersebut didapatkan nilai ρ(massa tanah) dan Vs (kecepatan gelombang geser). Sehingga jika nilai massa tanah semakin besar dan kecepatan gelombang gesernya semakin besar maka nilai G maks juga akan semakin besar. Sedangkan untuk dinamik nilai G maks mempengaruhi bentuk longsoran semakin tinggi nilai G maks stabilitas lereng akan semakin tidak aman, seperti ditunjukan pada perbandingan pengaruh nilai G maks (modulus geser maksimum) terhadap nilai SFdisajikan pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Perbandingan pengaruh nilai G maks (modulus geser maksimum) terhadap nilai SF G maks (kn/m 2 ) Beban sendiri + beban hujan Beban sendiri + beban hujan + beban gempa SF Statik SF Pseudo statik SF Dinamik Keterangan 1923,123 1,33 1,00 1,27 existing 2000 1,33 1,00 1,26 simulasi 3000 1,33 1,00 1,25 simulasi 4000 1,33 1,00 1,24 simulasi 4.5.4. Pengaruh nilai ξ (damping ratio) terhadap nilai SF Grafik pengaruh hubungan antara nilai ξ(damping ratio) terhadap nilai safety factor (SF) untuk metode statik dan pseudo statik tidak berpengaruh karena analisis ini tidak membutuhkan parameter masukan untuk meredam energi getaran akibat beban gempa, sehingga nilai SF tidak terpengaruh. Nilai damping ratio dipengaruhi oleh parameter masukanya yaitu: modulus elasitas tanah (E), poisson ratio (v), berat jenis tanah ( dan kedalaman tinjauan tanah (z). Beberapa parameter tersebut didapatkan nilai modulus geser dan tegangan geser yang selanjutnya untuk mencari nilai commit regangan to gesernya. user Grafik pengaruh hubungan
digilib.uns.ac.id 60 antara nilai sudut modulus geser maksimum (G maks ) terhadap nilai safety factor (SF) untuk metode statik, pseudo statik dan dinamik ditunjukan pada Gambar 4.20. 1.5 An gk a Ke am an an SF 1 0.5 DINAMIK STATIK PSEUDOSTATIK 0 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 ξ (damping ratio) Gambar 4.20. Pengaruh Perubahan nilai ξ (damping ratio) terhadap nilai SF. Analisa stabilitas lereng metode dinamik nilai ξ (damping ratio) mempengaruhi bentuk longsoran semakin tinggi nilai ξ longsoran akan semakin dalam, sehingga lereng semakin aman, seperti ditunjukan pada Gambar 4.20 dan Perbandingan pengaruh nilai ξ (damping ratio) terhadap SFdisajikan pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Perbandingan pengaruh nilai ξ (damping ratio) terhadap SF ξ Beban sendiri + beban hujan Beban sendiri + beban hujan + beban gempa SF Statik SF Pseudo statik SF Dinamik Keterangan 0,1 1,33 1,00 1,21 simulasi 0,15 1,33 1,00 1,25 simulasi 0,2 1,33 1,00 1,26 simulasi 0,22 1,33 1,00 1,27 existing 0,3 1,33 1,00 1,27 simulasi
digilib.uns.ac.id 61