GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

dokumen-dokumen yang mirip
Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women

Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun , pemerintah mengakui masih rendahnya kualitas sumberdaya

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman kebutuhan kelompok dan individu masyarakat, tak terkecuali

BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG KABUPATEN LAYAK ANAK

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR TAHUN 2010 TENTANG

STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELATIHAN KESADARAN GENDER DI 4 KABUPATEN (PURWOREJO, WONOSOBO, PEMALANG DAN REMBANG)

BAB II LANDASAN TEORI

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

TEKNIK ANALISIS GENDER. Oleh: Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender

PEMBANGUNAN NASIONAL BERWAWASAN GENDER

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam. memberdayakan manusia menuju pembangunan adalah pendidikan.

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KELUARGA TAHUN 2017

Asesmen Gender Indonesia

B A B I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI BULUNGAN TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BULUNGAN.

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sambutan Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial RI

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

KERANGKA ACUAN KEGIATAN RAPAT KOORDINASI PENDIDIKAN KEMASYARAKATAN DI 4 KABUPATEN (PURWOREJO, WONOSOBO, PEMALANG DAN REMBANG)

Gender, Social Inclusion & Livelihood

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

POLICY BRIEF NO. 005/DKK.PB/2017

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sofware dalam hidup dan kehidupan manusia darinya manusia hidup, tumbuh

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PENGARUSUTAMAAN GENDER DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

KERANGKA ACUAN MENAKAR KEPEMIMPINAN PEREMPUAN TAHUN 2017

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (INPRES) NOMOR 9 TAHUN 2000 (9/2000)

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

PENGAKUAN DAN PENGUATAN PERAN PEREMPUAN DALAM IMPLEMENTASI UU DESA NO 6 TAHUN 2014

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Against Women (CEDAW) dalam bentuk Undang-undang Nomor 7 Tahun

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG)

PEREMPUAN DALAM PEMANFAATAN AIR SUNGAI KAPUAS KOTA PONTIANAK TUGAS AKHIR

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini membahas tentang bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan;

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IX KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia.

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

Kebijakan Jender. The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 1.0

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN KABUPATEN LAYAK ANAK

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Transkripsi:

G E N D E R B R I E F S E R I E S NO. 1 GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN The Australia-Indonesia Partnership for Reconstruction and Development Local Governance and Community Infrastructure for Communities in Aceh 2007

1 Tentang Gender Brief Series AIPRD-LOGICA Gender Brief Series ini diterbitkan sebagai sarana pendidikan dan sosialisasi gender bagi berbagai kalangan. Materi yang dipaparkan disusun berdasarkan hasil riset, diskusi, dan pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan bersama masyarakat desa. Dengan adanya Gender Brief Series ini diharapkan fasilitator dan kader LOGICA maupun dan lembaga-lembaga lain yang bermaksud menyelenggarakan pendidikan dan sosialisasi isu gender dapat memanfaatkan materi-materi yang tersedia dalam panduan ini. Terbitan ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi masyarakat umum dalam melakukan kegiatan-kegiatan serupa, secara sistematis, efektif, dan tepat sasaran. AIPRD LOGICA merupakan lembaga yang mengedepankan dan menjadikan isu gender sebagai salah satu isu yang penting dalam rekonstruksi dan pembangunan di Nangroe Aceh Darussalam. Semua dalam publikasi ini dapat digandakan untuk kepentingan pendidikan, pembangunan, dan tujuan-tujuan kemanusiaan, asalkan disebutkan sumbernya. Pemberitahuan akan sangat dihargai. 2 Pengertian Umum Istilah Gender biasanya merujuk pada peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang dikonstruksi secara sosial, dalam suatu wilayah atau konteks budaya. Hal inilah yang membedakannya dengan istilah sex yang merujuk pada perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki. Bersifat permanen dan universal. Peran tersebut dipengaruhi oleh persepsi dan harapan yang dibangun dari faktor budaya, politik, lingkungan, ekonomi, sosial, agama dan juga kebiasaan, hukum, strata kelas, etnisitas, bahkan termasuk juga di dalamnya bias individu maupun institusi. Sifat dan perilaku gender merupakan sesuatu yang dibangun, dipelajari, dan dapat diubah/berubah. Situasi apa saja yang menyebabkan pembedaan gender? Sosial. Persepsi yang berbeda antar perempuan dan laki-laki mengenai peran sosialnya. Misalnya, perempuan sebagai pengurus rumah tangga, laki-laki-laki sebagai kepala rumah tangga; perempuan sebagai pengasuh anak, pengurus rumah tangga, sosok yang lemah; sedangkan laki-laki sebagai pelindung, penjaga keamanan, figur yang kuat, dsb. Politik. Pembedaan cara dimana laki-laki dan perempuan berbagi kekuasaan dan otoritas di ruang publik. Biasanya lakilaki berkiprah di level politik nasional dan politik tingkat tinggi; sedangkan perempuan lebih banyak bergerak di level politik lokal dan aktivitas yang berkaitan dengan peran domestik.

Pendidikan. Pembedaan dalam hal kesempatan mendapatkan pendidikan antara anak laki-laki dan perempuan. Kebanyakan sumber keuangan keluarga diarahkan bagi pendidikan anak laki-laki, sementara anak perempuan tidak diarahkan untuk mendapatkan tantangan akademik. Ekonomi. Pembedaan akses antara perempuan dan laki-laki dalam hal pencapaian karir dan kontrol terhadap sumber daya maupun pengelolaan keuangan, serta sumber-sumber produktif lainnya, misalnya kredit, pinjaman, atau kepemilikan tanah. 3 Peran & Analisis Gender Perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan tidak dapat secara normal/alamiah terjadi. Tetapi karakteristik yang dimiliki, peran dan tanggung jawab yang dibebankan pada mereka bisa berbeda-beda dari suatu masyarakat, budaya, dan periode historis. Peran gender (gender roles) merupakan aktivitas yang dibebankan kepada perempuan dan laki-laki atas dasar pembedaan yang diterimanya. Selama ini, dalam masyarakat, peran, tugas dan pembagian kerja laki-laki dan perempuan diterapkan secara ketat atas dasar karakteristik gender dan atribut-atributnya, dan bukan atas dasar kemampuan dan keterampilan. Misalnya, peran laki-laki: Peran Produktif dan Pengembangan Masyarakat laki-laki bekerja di wilayah alat-alat berat, mengorganisasi massa, menyusun strategi sedangkan perempuan di wilayah berhitung, di balik meja, atau berhadapan dengan klien. Laki-laki umumnya tidak terlibat dalam urusan domestik dan rumah tangga. Waktu luang mereka digunakan untuk terlibat dalam arena politik, kelompok hobi, memimpin masyarakat. Peran perempuan, dijabarkan sebagai peran produktif, reproduktif, pengembangan masyarakat, menunjukkan peran berganda perempuan. Sayangnya, peran tersebut tidak dinilai setara dengan peran yang dilakukan oleh laki-laki, tidak diakui kontribusinya dan tidak diperhitungkan karena dianggap tidak menghasilkan pendapatan. Pada taraf tertentu tiadanya pengakuan yang setara tersebut menyebabkan ketidakadilan gender, baik dalam bentuk subordinasi, diskriminasi, marginalisasi, dan kekerasan. Dengan Analisis Gender, maka ketidakadilan gender dapat diuraikan agar struktur dan relasi yang tidak seimbang tersebut dapat diperbaiki, karena analisis gender membantu: menyingkap perbedaan di antara perempuan dan laki-laki, dan perbedaan identitas dari kelompok-kelompok gender yang beragam (berkaitan dengan, misalnya, kelas, ras, etnis, usia, kemampuan dan orientasi seksual) melihat masalah tidak dalam isolasi (ruang vakum) tanpa mengaitkannya dengan konteks sejarah, politik, sosial, maupun ekonomi. menganalisis bagaimana perbedaan ini telah membawa ketidaksetaraan / ketidakadilan, terutama bagi perempuan.

4 Mengapa Gender Penting dalam Proyek Pembangunan? Masalah pembangunan tidak dapat dilepaskan dari dimensi gender. Pada dasarnya, laki-laki dan perempuan mempunyai peranan dan tanggungjawab yang berbeda dalam rumah tangga dan masyarakat, sehingga wujud kemiskinan yang dialami juga berbeda. Dalam konteks pembangunan, sebagai akibat konstruksi sosial dan ekonomi yang tidak setara, ditambah pelabelan dan beban kerja yang tidak seimbang, laki-laki dan perempuan mempunyai akses, partisipasi dan kontrol yang berbeda dalam pemenuhan hak-hak ekonomi, sosial dan politik. Hal ini tercermin dari terbatasnya akses sebagian besar perempuan terhadap layanan kesehatan yang baik, pendidikan yang lebih tinggi, dan keterlibatan dalam kegiatan publik yang luas, terutama dalam pengambilan keputusan, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Masalah mendasar lainnya adalah kesenjangan partisipasi politik kaum perempuan yang bersumber dari ketimpangan struktur sosial dan budaya masyarakat. Problem lain dari ketidakadilan gender juga terlihat dari rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan, tingginya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, rendahnya angka Indeks Pembangunan Gender dan angka Indeks Pemberdayaan Gender. Belum lagi berbagai peraturan perundang-undangan, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang bias gender, diskriminatif terhadap perempuan, dan atau peduli anak. Hal ini menunjukkan lemahnya kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender, terutama dalam berbagai program pembangunan. Perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan peranan, kebutuhankebutuhan dan persepsi terhadap Pembangunan. Upaya yang sadar untuk memahami pandangan mereka akan mengarahkan pada desain dan kinerja proyek yang lebih baik. Dialog yang berkesinambungan antara pengambil keputusan dan pemimpin maupun pelaksana proyek pembangunan dan kaum perempuan dan laki-laki penerima manfaat menjadi penting. Para penerima manfaat dari proyek ini kemungkinan akan memiliki rasa memiliki yang lebih kuat apabila proyek memberi waktu yang cukup, fleksibilitas desain, dan otoritas untuk mengambil tindakan-tindakan perbaikan. 5 Fokus pada gender memiliki Efek Berganda Memberi perhatian pada masalah gender akan memberi manfaat lebih dari sekedar pelaksanaan proyek pembangunan yang baik dan adil. Tapi di lain pihak kesadaran untuk menempatkan isu gender sebagai mainstream pembangunan akan berbuah ganda dan memberi pengaruh pada: Manfaat ekonomi: Akses yang setara bagi laki-laki dan perempuan yang lebih baik untuk memanfaatkan infrastruktur pembangunan memberikan kondisi hidup yang lebih baik, yang berarti meningkatkan kesehatan dan produktivitas keluarga secara keseluruhan. Hal ini akan mendorong kegiatan-kegiatan yang mendatangkan pendapatan, perawatan anggota keluarga, atau kesejahteraan dan minat mereka sendiri.

Manfaat bagi anak-anak: pembangunan infrastruktur yang responsif gender akan mengurangi beban anak-anak, terutama anakanak perempuan dari kewajiban mengurus beban rumah tangga, sehingga memberi kesempatan yang lebih besar bagi mereka untuk dapat bersekolah. Kesehatan fisik dan keterbukaan wawasan mereka pun akan meningkat. Dengan demikian, diperkirakan dampaknya merupakan dampak berkelanjutan antar generasi. Pemberdayaan kaum perempuan: Keterlibatan dalam proyekproyek pembangunan yang memberdayakan kaum perempuan, terutama apabila aktivitas proyek tersebut terkait dengan kegiatankegiatan yang mendatangkan pendapatan dan sumber daya produktif. Oleh karena itu, Isu gender bisa diselesaikan dengan lebih baik melalui pendekatan yang responsif pada kebutuhan-kebutuhan kaum miskin, terutama dari kelompok perempuan dan perempuan yang menjadi kepala keluarga, dan mendorong partisipasi mereka untuk lebih terlibat dalam pembangunan. Dalam mendorong partisipasi tersebut, pendekatan berbasis komunitas menjadi sangat relevan. 6 Pendekatan Gender dan Pembangunan bertujuan untuk memastikan distribusi kesempatan, sumber daya, dan keuntungan yang setara untuk kelompok masyarakat yang berbeda yang diintervensi oleh suatu project/program pembangunan. Tantangan utama yang di hadapi kaum perempuan akhir-akhir ini, terutama berkaitan dengan masalah Kemiskinan, Pengangguran, Rendahnya pendidikan, Kurangnya perlindungan dan jaminan sosial, Meningkatnya tindak kekerasan dan Rendahnya kedudukan dan peranan perempuan dalam pembangunan. Penerapan pendekatan Pembangunan yang responsif gender akan membantu perencana program / pelaksana proyek pembangunan untuk mengidentifikasi perbedaan dan pembedaan peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki, dan menggunakan informasi tersebut untuk merencanakan kebijakan, program, maupun proyek yang lebih efektif dan responsif gender. Pendekatan ini harus diterapkan dalam segala tahap sejak merancang proyek, perencanaan, pelaksananaan, monitoring, dan evaluasi. Pertanyaan kuncinya adalah: Siapa melakukan apa? Pertanyaan ini untuk mengidentifikasi berbagai aktivitas yang berbeda yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dalam kelompok yang ditargetkan. Contoh: Dalam Pertanian, pekerjaan memanen adalah pekerjaan yang diasumsikan paling banyak dilakukan perempuan. Siapa yang memiliki akses (boleh menggunakan)? Untuk menggali sejauhmana anggota kelompok dapat menggunakan sumberdaya, manfaat, dan kesempatan yang tersedia atau yang akan dibangun melalui proyek/program. Akses ini meliputi akses atas tanah dan sumberdaya alam, finansial, kredit, pendidikan, informasi, pekerjaan, dsb.

Siapa yang mengontrol dan menentukan capaian dari sumberdaya yang digunakan). Pertanyaan ini menggali sejauh mana kelompok laki-laki dan perempuan dapat memutuskan bagaimana menggunakan sumber daya, manfaat, dan kesempatan serta menentukan capaian dari sumberdaya yang digunakan. Sebagian kelompok hanya bisa mengakses tapi tidak bisa mengontrol. Dengan Analisis ini juga dapat membantu perencana/pelaksana untuk menemukan intervensi yang tepat yaang memberi pengaruh dan dampak yang berbeda bagi masing-masing kelompok. Jika diperlukan, langkah-langkah perbaikan dapat dilakukan untuk memastikan program / proyek memenuhi kebutuhan kelompok secara setara. 7 Partisipasi Perempuan dalam Pembangunan, seberapa penting? Absennya atau kurangnya keterwakilan perempuan dalam lembagalembaga pengambil keputusan baik di tingkat eksekutif, legislatif maupun yudikatif membuat mereka tidak dapat memperoleh informasi dan tidak dapat menyuarakan kebutuhan mereka. Hal ini juga berakibat perumusan kebijakan, porgram dan anggaran menjadi tidak responsif gender dan mengabaikan permasalahan yang dihadapi oleh kaum perempuan khususnya perempuan miskin. Rendahnya partisipasi perempuan dalam perumusan kebijakan juga disebabkan oleh kurangnya informasi baik mengenai kebijakan yang akan dirumuskan maupun mekanisme perumusan yang memungkinkan keterlibatan mereka. Partisipasi perempuan dalam proses pengambilan keputusan, sebenarnya telah diatur melalui kebijakan, terutama dalam UU No.7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi. Kebijakan tersebut merupakan salah satu kebijakan yang diharapkan mampu mengubah tatanan politik nasional dengan mengutamakan keterlibatan perempuan dalam menjalankan institusi politik. Di dalam kebijakan tersebut tercantum bahwa perubahan yang diharapkan bukan semata pada jumlah perempuan yang terlibat dalam lingkar pengambil keputusan, tetapi juga pada representasi kepentingan dan kebutuhan perempuan dalam penyelenggaraan politik tersebut. Selain itu, ada pula Inpres No. 9 tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasional, yang semestinya dapat dimanfaatkan untuk mendorong pelaksanaan pengarusutamaan karena kebijakan itu tidak dalam bentuk Keputusan Presiden atau UU. Oleh karena itu, salah satu upaya peningkatan status kesejahteraan masyarakat adalah adanya jaminan bahwa perempuan dan laki-laki dapat berpartisipasi secara setara dan utuh, terutama dalam pengambilan keputusan di berbagai lini, baik politik, ekonomi dan sosial. Secara spesifik prioritas untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam pembangunan adalah melalui: 1. Meningkatkan peran perempuan dalam bidang politik dan pengambil kebijakan 2. Meningkatkan taraf pendidikan dan kesehatan serta bidang pembangunan lanilla untuk mempertinggi koalitas hidup dan

8 Perbedaan Paradigma 9 Kepemimpinan Perempuan sumber daya kaum perempuan 3. Meningkatkan gerakan anti kekerasan terhadap perempuan dan anak 4. Meningkatkan produktifitas ekonomi perempuan 5. Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan perempuan dan anak 6. Menyempurnakan perangkat hukum yang lebih lengkap dalam melindungi individu dari berbagai tindak kekerasan, eksploitasi, diskriminasi termasuk kekerasan dalam rumah tangga 7. Memperkuat kelembagaan, koordinasi dan jaringan pengarustamaan gender dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari berbagai kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di segala bidan, termasuk pemenuhan komitmen komitmen internasional, serta peningkatan partisipasi masyarakat. Women In Development (WID) Perempuan dalam Pembangunan (WID) Fokus: Perempuan Problem: Perempuan tidak diikutsertakan dalam proses pembangunan Tujuan: Pembangunan yang lebih efektif dan efisien Strategi: Proyek-proyek Perempuan; Komponen Perempuan; Meningkatkan pendapatan perempuan;meningkatkan keterampilan perempuan mengurus rumah tangga Gender And Development (GAD) Perempuan dan Pembangunan (GAD) Fokus: Relasi Perempuan dan laki-laki Problem: Relasi kekuasaan yang tidak seimbang menghalangi pembangunan yang adil dan partisipasi seluruh kalangan Tujuan:Equitable, perempuan dan laki-laki berbagi kekuasaan secara setara, seimbang, berkelanjutan Strategi:Mengidentifikasi kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang yang diputuskan secara bersama-sama oleh kelompok laki-laki dan perempuan, dan mengatasinya untuk memperbaiki kondisi tersebut. Kepemimpinan perempuan dalam pemerintahan, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional meskipun sangat jarang namun bukan pengalaman baru dalam sejarah Indonesia. Dalam sejarah Aceh, peran perempuan sebagai pemimpin dapat ditemukan dari berbagai catatan dan literatur. Ada empat sultanah yang ikut memerintah kerajaan Aceh, termasuk di masa kejayaan Aceh seperti Sultanah Tajul Alam Safiatuddin. Lebih dari itu ada sejumlah nama tokoh perempuan lainnya yang ikut menghiasi lembara sejarah Aceh lewat peran-peran penting di berbagai bidang, termasuk memimpin pasukan perang seperti Lasksamana Malahayati atau Tjut Nyak Dien.