Jurnal PGSD : FKIP UMUS ISSN : 2442-3432 e-issn : 2442-3432 Vol. 2, no 1 April 2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI TEKNIK PERMAINAN BAHASA MELENGKAPI CERITA DAN PENGGUNAAN KARTU KATA BERGAMBAR KELAS I SDN MARGADANA 01 KOTA TEGAL Rizki Umi Nurbaeti rizkiuminurbaeti@gmail.com Universitas Muhadi Setiabudi Abstrak Pembelajaran keterampilan membaca pada dasarnya lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses belajar secara aktif untuk dapat meningkatkan kemampuan membaca agar dapat memahami pelajaran lain maupun materi yang disampaikan guru. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan penggunaan teknik permainan bahasa melengkapi cerita dan kartu bergambar dalam meningkatkan kemampuan membaca peserta didik kelas I SDN Margadana 01; (2) Mendeskripsikan penggunaan teknik permainan bahasa melengkapi cerita dan kartu bergambar dalam meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas I SDN Margadana 01. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: terjadi peningkatan kemampuan membaca dan aktivitas belajar peserta didik kelas I SDN Margadana 01 dengan penggunaan teknik permainan bahasa melengkapi cerita dan kartu bergambar. Kata Kunci: Kemampuan Membaca, Permainan Bahasa Melengkapi Cerita, Kartu Bergambar PENDAHULUAN Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. 24
Meningkatkan Kemampuan Membaca Melalui Teknik Permainan Bahasa Melengkapi Cerita Dan Penggunaan Kartu Kata Bergambar Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar komunikasi. Dengan pendekatan komunikatif ini siswa harus diberi kesempatan untuk melakukan komunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Supaya siswa mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka siswa perlu dilatih sebanyak-banyaknya atau diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan kegiatan berkomunikasi. Dengan mempertimbangkan karakteristik anak yang lebih memperhatikan terhadap sesuatu yang menarik perhatian mereka, membangkitkan minat dan motivasi belajar serta melatih imajinasi anak, maka teknik permainan bahasa melengkapi cerita dan penggunaan kartu kata bergambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya untuk meningkatkan kemampuan bercerita anak dapat dilakukan secara optimal. Proses belajar tidak akan bisa dilepaskan dari kehidupan setiap manusia. Karena belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan,keterampilan, atau sikapnya. Kegiatan yang menarik dan menyenangkan merupakan suatu bagian penting dalam mendorong perkembangan bahasa, karena anak harus mampu mengungkapkan dan menggunakan kata-kata, untuk mendorong anak agar mampu mengungkapkan diri dengan kata-kata, maka kegiatan yang akan dilakukan adalah melalui permainan bahasa dalam bentuk permainan berbicara atau permainan deskriptif. Permainan deskriptif adalah permainan yang menuntut anak anak untuk menguraikan benda dengan mendorong anak untuk mencari kata-kata dan membantu mereka berbicara serta berpikir dengan lebih jelas, salah satu contohnya permainan pemberian gambar. Salah satu fokus pembelajaran Bahasa di Sekolah Dasar yang memegang peranan penting ialah pembelajaran membaca, tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini, anak akan mengalami kesulitan belajar dikemudian hari. Kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak saja pembelajaran bahasa sendiri, tetapi juga bagi pembelajaran mata pelajaran lain. Dengan membaca siswa akan Jurnal PGSD UMUS, Vol. 2, No. 1 April 2015 25
Rizki Umi Nurbaeti memperoleh pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial dan emosional. Peranan guru kelas I memegang peranan penting dalam bidang pengajaran Bahasa Indonesia khususnya membaca. Tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini maka anak akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari. Kemampuan membaca menjadi dasar yang utama tidak saja bagi pengajaran Bahasa Indonesia sendiri, akan tetapi juga bagi pengajaran mata pelajaran lain. Saat ini masih banyak guru yang belum melakukan fungsinya sebagai guru yang profesional. Masih banyak yang melalaikan tugas sebagai guru. Guru hanya bertugas menyelesaikan target materi dalam kurikulum setiap akhir semester atau setiap tahun. Namun, tidak memperhatikan masih terdapat ketidakseimbangan antara target kurikulum dengan daya serap yang dicapai peserta didik. Guru kurang mengenal siswa secara menyeluruh sehingga tidak bisa membedakan antara siswa yang lemah dengan siswa yang pandai dalam menerima pelajaran. Pembagian tugas mengajar kelas harus betul-betul sesuai kemampuan guru, khususnya guru kelas I harus guru yang bisa mengenal siswa secara keseluruhan. Prestasi yang dicapai siswa dalam pembelajaran tidak selalu memuaskan. Hal ini disebabkan setiap siswa mempunyai latar belakang, kemampuan dasar, minat dan kepekaan yang berbeda-beda. Demikian pula pada pihak guru, keterbatasan pengetahuan guru, kurang tepatnya guru dalam menggunakan media pembelajaran. Hal ini ditandai adanya kecenderungan guru dalam mengajarkan materi tersebut dengan metode ceramah secara klasikal. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang diterapkan di sekolah belum memanfaatkan media pembelajaran sebagai penunjang kegiatan pembelajaran. Dengan demikian perlu pemanfaatan media pembelajaran agar siswa mudah menangkap dan mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan adalah media gambar. Media gambar ini menarik bagi siswa karena dari media tersebut banyak tema yang dapat dipilih untuk dikembangkan dan semua siswa memperoleh kesempatan yang sama selain itu mereka mendapatkan pengalaman yang berharga dan secara tidak langsung dapat meningkatkan minat mereka terhadap pembelajaran membaca, maka peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tindakan kelas ini. 26 Syntax Literate, Vol. 2, No. 3Maret 2017
Meningkatkan Kemampuan Membaca Melalui Teknik Permainan Bahasa Melengkapi Cerita Dan Penggunaan Kartu Kata Bergambar Dalam penelitian ini, penulis mengambil mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai objek penelitian. Sebagaimana diketahui bahwa Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam Ujian Nasional (UN) di tingkat sekolah dasar, oleh sebab itu guru dituntut untuk mampu meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Di sisi lain antusias peserta didik terhadap mata pelajaran ini sangat minim dibanding dengan mata pelajaran lain seperti pelajaran olahraga, kesenian dan ketrampilan. Untuk mengantisipasi kegagalan siswa dalam pembelajaran, maka diperlukan adanya strategi pembelajaran yang bisa menarik perhatian siswa sehingga timbul antusias yang tinggi selama proses pembelajaran berlangsung. Dari masalah-masalah seperti diungkapkan di atas, maka dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil judul Meningkatkan Kemampuan Membaca melaluiteknik Permainan Bahasa Melengkapi Cerita dan Penggunaan Kartu Kata Bergambar Kelas I SDN Margadana 01 Kota Tegal METODE PENELITIAN Prosedur tindakan pada siklus I terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pada tahap perencanaan disusun dengan tujuan untuk mencapai proses dan hasil pembelajaran yang diharapkan. Dalam tahap perencanaan dipersiapkan proses pembelajaran dengan langkah-langkah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan media gambar, menyusun instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa tes pilihan ganda beserta penilaiannya. Instrumen nontes berupa lembar observasi dan performansi guru, berkolaborasi dengan teman sejawat tentang kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Observasi yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I difokuskan pada kehadiran siswa, kesiapan siswa dalam pembelajaran media kartu kata bergambar, kerja sama dalam kelompok, keaktifan siswa dalam bertanya, tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas; perfomansi guru dalam proses pembelajaran yang mencakup penguasaan materi dan kelas; hasil belajar siswa yang mencakup nilai rata-rata kelas 70; dan banyaknya siswa yang tuntas belajar minimal 70% siswa yang memperoleh nilai akhir 70. Pada tahap refleksi peneliti akan melihat hasil dari tahap tindakan dan pengamatan pada siklus I. Dari hasil tersebut jika masih banyak siswa yang bersikap Jurnal PGSD UMUS, Vol. 2, No. 1 April 2015 27
Rizki Umi Nurbaeti negatif terhadap proses pembelajaran atau kekurangan seperti yang dijelaskan dalam hasil observasi, hal ini dapat dijadikan sebagai bahan perbaikan untuk tindakan pada siklus II. Hasil yang positif dalam siklus I akan dikembangkan pada siklus II. Dari hasil evaluasi yang dapat dijadikan refleksi yaitu mengungkapkan kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran, mengungkapkan hasil pengamatan peneliti, mengungkapkan tindakan yang telah dilakukan oleh siswa, dan mengungkapkan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran. Pada siklus I ditemukan kekurangan atau kesalahan yang dilakukan oleh siswa dan peneliti dalam kegiatan pembelajaran, sehingga pada siklus II akan ditindaklanjuti dan dilakukan perbaikan. Prosedur tindakan pada siklus II terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Perencanaan yang dilakukan pada siklus II merupakan penyempurnaan dari perencanaan siklus I. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap perencanaan siklus II yaitu menyusun perbaikan rencana pelaksanaan pembelajaran dan menyusun perbaikan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa tes pilihan ganda beserta penilaiannya. Instrumen nontes berupa lembar observasi dan performansi guru. Tindakan yang dilakukan pada siklus II adalah tindakan yang merupakan perbaikan dari siklus I, yaitu memperbaiki kekurangan dan kesalahan, serta berusaha memperbaiki proses pembelajaran pada siklus II. Tindakan yang dilakukan terdiri atas kegiatan awal, inti, dan akhir. Pada kegiatan awal, peneliti mengkondisikan siswa agar siap untuk mengikuti pembelajaran dengan menanyakan kembali materi yang telah diberikan peneliti pada pertemuan yang lalu. Peneliti menyuruh siswa untuk lebih konsentrasi dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti memotivasi siswa agar dapat meningkatkan keaktifan saat diskusi. Pada kegiatan inti siklus II, peneliti hanya melakukan perbaikan kegiatan pada siklus I yaitu menjelaskan kembali materi. Setelah itu, siswa diminta untuk berdiskusi sesuai kelompok serta mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru berupa lembar kerja siswa. Selesai diskusi dan mengerjakan lembar kerja siswa, setiap kelompok maju untuk membacakan jawabannya. Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Kemudian guru memberikan soal evaluasi dan memberikan penilaian 28 Syntax Literate, Vol. 2, No. 3Maret 2017
Meningkatkan Kemampuan Membaca Melalui Teknik Permainan Bahasa Melengkapi Cerita Dan Penggunaan Kartu Kata Bergambar untuk masing-masing siswa. Kegiatan selanjutnya guru bersama siswa merefleksi kegiatan pembelajaran. Observasi yang dilakukan pada siklus II difokuskan pada kehadiran siswa, kesiapan siswa dalam pembelajaran, kerjasama dalam kelompok, keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru, tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas; perfomansi guru dalam proses pembelajaran yang mencakup penguasaan materi dan kelas; serta hasil belajar siswa yang mencakup nilai rata-rata kelas 70 dan banyaknya siswa yang tuntas belajar minimal 70% siswa yang memperoleh nilai akhir 70. Tujuan refleksi pada siklus II untuk membuat simpulan dari pelaksanaan kegiatan dan tindakan serta sikap yang terjadi selama pembelajaran pada siklus II. Pada tahap refleksi diharapkan dapat mengetahui peningkatan dan perubahan tingkah laku siswa terhadap pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik kuantitatif dan kualitatif. Teknik kuantitatif dipakai untuk menganalisis data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes pada siklus I dan siklus II. Analisis data tes secara kuantitatif dihitung dengan cara persentase melalui langkahlangkah merekap nilai yang diperoleh siswa, menghitung nilai akhir dari hasil belajar siswa, menghitung nilai rata-rata kelas, dan menghitung persentase. Hasil tes siswa pada siklus I dan siklus II yang mencakup nilai akhir hasil belajar siswa, nilai rata-rata kelas, persentase tuntas belajar klasikal siswa dibandingkan. Hasil dari perbandingan tersebut akan diketahui peningkatan hasil belajar IPA dari siklus I ke siklus II. Teknik kualitatif untuk memberi gambaran perubahan perilaku siswa yang mengacu pada data nontes yang ada yaitu berupa lembar observasi dan performansi guru. Data yang diperoleh dari siklus I dan siklus II dibandingkan dengan cara melihat hasil tes dan nontes, sehingga akan dapat diketahui adanya perubahan perilaku siswa dan peningkatan pembelajaran. Indikator keberhasilan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar dalam penelitian ini yaitu dengan melihat hasil belajar siswa dan aktivitas belajar siswa. Hasil belajar siswa mengalami keberhasilan jika rata-rata kelas sekurang-kurangnya 75; persentase tuntas klasikal sekurang-kurangnya 75%; dan tuntas belajar pada Jurnal PGSD UMUS, Vol. 2, No. 1 April 2015 29
Rizki Umi Nurbaeti masing-masing individu sekurang-kurangnya 70 sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). HASIL DAN PEMBAHASAN Pada kegiatan prasiklus, diperoleh hasil yang kurang memuaskan. Masih banyak siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan Kriteria Ketuntasan Minimal 70, dari jumlah siswa kelas I diperoleh data 15 siswa (57,69 %) mendapat nilai dibawah KKM, dan 11 (42,30 %) siswa telah tuntas. Secara umum dapat dikatakan bahwa pembelajaran kemampuan membaca, pada prasiklus belum berjalan dengan baik (berhasil) dengan nilai rata-rata kelas 64,03. Siklus 1 Proses pelaksanan perbaikan pembelajaran siklus I pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi Suku Kata dan Menyusun kata melalui penggunaan media kartu bergambar di Kelas I SD Negeri Margadana 01 berjalan dengan lancar. Walaupun belum ada peningkatan dalam pembelajaran sebelumnya (prasiklus), baik nilai tes, tingkat ketuntasan, atau tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran, tetapi pada siklus 1 memperoleh hasil yang memuaskan sesuai yang diinginkan penyusun. Seperti yang terlihat dalam tabel hasil nilai perbaikan pembelajaran siklus I, terdapat peningkatan yang cukup siginifikan, baik nilai rata-rata ataupun tingkat ketuntasan belajarnya. Dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa (77 %) dari sebelum dilakukan perbaikan yang hanya sebanyak 12 siswa (55 %) Maka ini adalah hasil kerja yang dilakukan secara optimal dan profesional. Karena telah menggunakan semua kemampuan yang ada untuk dapat meningkatkan kemampuan dan potensi yang ada pada diri siswa. Ada dua kemungkinan yang menjadi penyebab kekurang pahaman siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru. Pertama faktor dari siswa, yang kedua adalah faktor dari guru. Yang menjadi masalah adalah bagaimana peran seorang guru untuk menutup segala kekurangan yang ada pada diri siswanya. Disinilah pentingnya penggunaan metode dan media pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran. 30 Syntax Literate, Vol. 2, No. 3Maret 2017
Meningkatkan Kemampuan Membaca Melalui Teknik Permainan Bahasa Melengkapi Cerita Dan Penggunaan Kartu Kata Bergambar Penggunaan mediapembelajaran mempermudah guru untuk menyampaikan materi. Seperti pendapat Rachmat (19 94),Media gambar adalah penyajian visual 2 dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip rancangan gambar, yang berisi unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia, benda-benda, binatang, peristiwa, tempat dan lain sebagainya. Dengan media ini guru akan menjadi terampil dan cerdas dalam menyampaikan materi ajar untuk mencapai hasil pembelajaran yang diharapkan. Dan guru yang cerdas cerdas tentunyakan cerdas pula menggunakan media. SIMPULAN Penggunaan alat media permainan kartu bergambar yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat merangsang siswa dalam belajar membaca dan memfokuskan perhatian siswa pada guru sehingga dapat berpikir secara kritis dan kreatif. Penggunaan alat media permainan kartu bergambar dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar peserta didik. Hasil rata-rata dari pembelajaran siklus I 70,5 dengan tingkat ketuntasan 70%, siklus II rata-rata 82,5 dengan tingkat ketuntasan 80%. Jurnal PGSD UMUS, Vol. 2, No. 1 April 2015 31
Rizki Umi Nurbaeti DAFTAR PUSTAKA Abdurahman. 1999. Kesulitan Siswa Membaca Permulaan. Jakarta: Rineka Cipta. Ahmad Djauzak. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia di SekolahDasar. Jakarta: Depdikbud. Asep Herry Hernawan. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Depdiknas. 2000. Permainan Membaca dan Menulis di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas. Djago Tarigan. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas Rendah. Jakarta: Universitas Terbuka. Djamarah, Bahri Syaiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hasan Wallinomo. 1991. Pengajaran Membaca dan Menulis Kelas I, II di SD. Jakarta: Dekdikbud. 32 Syntax Literate, Vol. 2, No. 3Maret 2017