BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat mengeram lagi (Sudarmono, 2003). Ayam tipe petelur memiliki karakteristik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk akhir ayam ras (Sudaryani dan Santoso, 2002). Ayam petelur dibagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981).

BAB III MATERI DAN METODE. sangat baik, karena produk yang dihasilkan mempunyai nilai gizi yang tinggi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan makhluk hidup yang tidak lepas dari waktu. Kenyataan ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

I. PENDAHULUAN. karena kondisi alamnya yang sangat mendukung. Tingkat produksi telur di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure Line atau ayam

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DI KECAMATAN AMBUNTEN, KABUPATEN SUMENEP

TINJAUAN PUSTAKA. ini akan dinilai apakah pantas atau layak dilaksanakan didasarkan kepada

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

Simon Candra, Hari Dwi Utami and Budi Hartono Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya. Malang ABSTRACT

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

I. PENDAHULUAN. biaya dalam wujud investasi (modal investasi) maupun biaya produksi. Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

III. KERANGKA PEMIKIRAN

D Praditia, W. Sarengat dan M. Handayani* Program S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan PertanianUniversitas Diponegoro Semarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).

Lokakarya Fungsional Non Peneiti 1997 Sistem Perkandangan 1. Dari umur sehari sampai dengan umur 2 mingggu digunakan kandang triplek + kawat ukuran 1

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS

I. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

TINJAUAN PUSTAKA. memperbaiki hasil usaha dari usaha ternak itu sendiri. Dari analisi ini dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

VII. ANALISIS PENDAPATAN

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. usaha pembibitan sapi potong di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

I Peternakan Ayam Broiler

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

I. PENDAHULUAN. peternakan seperti telur dan daging dari tahun ke tahun semakin meningkat.

ANALISIS USAHA TERNAK ITIK PETELUR Studi Kasus Kec. Bandar Khalifah Kab. Serdang Bedagai

Analisis Profitabilitas Perusahaan Ayam Petelur PT Suni Tama Perdana Desa Kertosari Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal

PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan

Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. induk yang menghasilkan telur tetas untuk mendapatkan Day Old Chick (DOC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. medium (dwiguna). Tipe petelur memiliki ciri-ciri tubuh ramping, cuping telinga

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan

MODUL 13 PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012,

Analisis Usaha Peternakan Ayam Broiler pada Peternakan Rakyat di Desa Karya Bakti, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit merupakan ayam penghasil bibit final stock pada ayam

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA AYAM RAS PETELUR DI KABUPATEN WONOSOBO ABSTRAK

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

VII. ANALISIS FINANSIAL

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 49/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL YANG BAIK (GOOD NATIVE CHICKEN BREEDING PRACTICE)

BAB I PENDAHULUAN. pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ringan ini mempunyai badan yang ramping/kurus mungil/kecil dan mata

Transkripsi:

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Break Even Point (BEP) Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total cost. Terjadinya titik pulang pokok tergantung pada lama arus penerimaan sebuah proyek dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya. Selama perusahaan masih berada di bawah titik BEP, selama itu juga perusahaan masih menderita kerugian. Semakin lama sebuah perusahaan mencapai titik pulang pokok, semakin besar saldo rugi karena keuntungan yang diterima masih menutupi biaya yang dikeluarkan (Ibrahim, 2003). Dalam rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik barang maupun jasa, perlu terlebih dahulu merencanakan berapa besar laba yang ingin diperoleh. Artinya dalam hal ini besar laba merupakan prioritas yang harus dicapai, di samping hal-hal yang lainnya. Agar perolehan laba mudah ditentukan salah satu caranya adalah harus mengetahui terlebih dahulu berapa nilai BEP nya (Kasmir, 2009). Sigit, (1990) menyatakan bahwa analisa BEP adalah suatu teknik untuk mengetahui kaitan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya lainnya yang variabel dan tetap, serta laba rugi. Riyanto (2013) menyatakan bahwa untuk mencari BEP dapat digunakan rumus sebagai berikut : BEP (dalam unit produk) =

4 BEP (dalam Rupiah) = 2.1.1. Biaya Tetap Biaya tetap untuk peternakan ayam adalah biaya yang tidak berubah besarnya meskipun volume produksi berubah. Biaya jenis ini pada umumnya ditentukan atas dasar waktu atau periode tertentu (Gitosudarmo, 1992). Sedangkan menurut Mulyadi (1993), biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan ada atau tidaknya ayam dikandang tidak perduli banyaknya ayam di kandang, biaya ini harus tetap dikeluarkan dan biaya tetap merupakan biaya tidak langsung berkaitan dengan jumlah ayam yang dipelihara atau dengan kata lain komponen-komponen biaya tetap tidak berubah dengan perubahan perubahan output dan tidak mempunyai pengaruh terhadap keputusan-keputusan yang berhubungan dengan kenaikan atau penurunan produksi. Contoh dari biaya tetap adalah gaji pegawai, penyusutan, bunga atas modal, pajak bumi dan bangunan. 2.1.2. Biaya Tidak Tetap Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk barang-barang yang habis dalam satu produksi dan besar kecilnya tergantung dari jumlah ayam atau jumlah-jumlah produksi atau biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan tingkat produksi yang ada di dalam perusahaan yang bersangkutan (Mulyadi, 1993). Contoh dari biaya tidak tetap adalah biaya pakan, biaya pemeliharaan, biaya obat dan vaksin, biaya transportasi serta biaya penunjang produksi (Mariyah, 2010).

5 2.2. R/C Ratio Dalam menganalisis laporan finansial suatu perusahaan, seorang penganalisa finansial memerlukan adanya ukuran. Ukuran yang sering digunakan dalam analisa finansial adalah rasio. Rasio adalah alat yang dinyatakan dalam arithmatical terms yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua data finansial. (Riyanto 2013). Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu (1 tahun) apakah menguntungkan: R/C = TR/TC Keterangan: TR = Penerimaan total (total revenue) TC = Biaya total (total cost) Dengan kriteria : R/C > 1 : Usaha menguntungkan R/C = 1 : Usaha impas R/C < 1 : Usaha rugi. R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematik hal ini dituliskan : a = R/C Keterangan: a = pembanding (nisbah) antara penerimaan dan biaya. R = penerimaan. C = Biaya. Kriteria uji: jika R/C > 1, layak untuk diusahakan. Jika R/C < 1, tidak layak untuk diusahakan (Soekartawi, 2002). Perusahaan dalam keadaan likuid apabila rasio lancar ini 1 : 1 atau 100% ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jikaberada diatas 1 atau berada diatas 1005, artinya bahwa aktiva lancar harus jauh diatas hutang lancar. Sedangkan quick rasio, semakain

6 besar rasio ini maka semakin baik. Rasio ini tidak harus 100% atau 1: 1 (Harahap, 2002). 2.2.1. BiayaProduksi Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap jual, misalnya biaya bahan baku, dan biaya gaji karyawan yang langsung maupun tidak langsung terlibat dealam proses produksi (Mulyadi, 1993). Sedangkan menurut helmiati (2005) biaya adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan petani, dimana biaya yang dikeluarkan oleh petani tergantung oleh jumlah pakan yang dipakai, berarti semakin banyak biaya pakan yang dibutuhkan, dengan demikian biaya oprasianal akan bertambah. Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang harus dikeluarkan produsen untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan penunjang lainnya yang dapat digunakan agar produk tertentu yang telah direncanakan, sehingga dapat terwujud dengan baik dan biaya adalah jumlah anggaran yang dilakukan untuk kegiatan proses produksi, sedangkan produksi sendiri adalah proses penggunaan sumber daya untuk menghasilkan barang, jasa (keduanya). 2.2.2. Penerimaan Penerimaan adalah nilai produk yang dihasilkan dari suatu usaha. Penerimaan usaha ternak dibedakan menjadi penerimaan tunai dan penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan tunai di dasarkan pada hasil penjualan produksi usaha tunai, baik berupa tanaman atau ternak. Soekartawi (1994) menyatakan

7 bahwa penerimaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu penerimaan tunai dan penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan tunai berdasarkan hasil penjualan produk baik berupa tanaman, ternak atau hasil sampingan. 2.2.3. Pendapatan Pendapatan merupakan jumlah yang dibebankan kepada langganan atas penjualan barang atau penyerahan jasa yang dilakukan (Soemarsono, 2005). Menurut Chariri dan Ghazali (2001) menyatakan bahwa pendapatan adalah sesuatu yang dihasilkan oleh potensi jasa (cost) yang dimiliki oleh perusahaan. Pendapatan berupa pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor merupakan seluruh pendapatan yang diterima dari semua cabang dan sumber dalam suatu usaha selama satu tahun yang dapat dihitung dari hasil penjualan. Pendapatan bersih dihitung dengan jalan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya produksi. Laporan rugi laba merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Laporan rugi laba yang biasa dipergunakan mempunyai dua bentuk, yaitu bentuksingle stepdan bentuk multiple step. Bentuk single step yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok, sehingga untuk menghitung rugi/laba bersih hanya memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan. Bentuk multiple step yaitu dengan melakukan pengelompokan yang lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum (Munawar, 1991).

8 2.3. Tata laksana Pemeliharaan Ayam Petelur Aspek teknis tata laksana pemeliharaan harus benar-benar diperhatikan, karena sangat menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan. Tata laksana pemeliharaan ayam petelur meliputi : bibit, pakan dan minum, perkandangan, pencegahan penyakit dan, sanitasi, pengelolaan pasca produksi (Rasyaf, 2003). Sudaryani dan Santoso (2000) sistem pemeliharaan secara umum ada dua yaitu : 1.) Sistem pemeliharaan semi intensif, dimana semua pemenuhan kebutuhan ayam tidak tergantung pada pemelihara, ayam masih mendapatkan pakan dan minum sendiri dikandang. 2.) Sistem pemeliharaan intensif, dimana kehidupan ternak ayam dikendalikan sepenuhnya oleh si pemelihara, pakan dan minum sangat diperhatikan dan pemenuhannya diusahakan sebaik mungkin. 2.3.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan jenis ayam yang paling efisien untuk diternakkan sebagai penghasil telur. Ayam petelur dikenal mempunyai ukuran badan yang kecil dan sangat aktif serta mudah terkejut, cepat dewasa (mulai berproduksi) dan tidak mempunyai sifat mengeram lagi (Sudarmono, 2003). Ayam tipe petelur memiliki karakteristik bersifat nervous atau mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping telinga berwarna putih. Karakteristik lainnya ialah efisiensi dalam penggunaan ransum untuk membentuk telur, produksi telur tinggi dan tidak memiliki sifat mengeram (Suprijatna et al. 2008). Produktifitas ayam petelur dapat diukur dengan produksi harian dan bulanan. Tujuan pengukuran

9 produksi telur adalah untuk mengetahui jumlah telur yang dihasilkan oleh sekelompok ayam pada umur tertentu (Nurcholis et al. 2009). 2.3.2. Bibit Bibit ayam petelur yang baik mempunyai bobot badan yang seragam, warna bulu yang seragam, tidak terdapat cacat pada tubuh, keadaan bulu halus, kering dan mengkilap serta pusar kering dan tertutup (Kusno, 1989). Anak ayam yang baik sebaiknya memiliki ukuran dan bobot tubuh yang cukup. Bobot Day Old Chick (DOC) yang baik sekitar 38-42 gram/ ekor. Bobot dan ukuran DOC sangat ditentukan oleh ukuran telur tetas (Widjaja dan Said, 2003). Memilih bibit yang baik hendaknya peternak ayam mengetahui pedoman pemilihan ayam yaitu, DOC berasal dari induk yang sehat, bulu tampak halus dan penuh, pertumbuhan baik, punya nafsu makan yang bagus, tidak ada letakan kotoran di duburnya dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan setempat (Herman, 2000). Jenis ayam petelur yang banyak dipelihara di Indonesia yaitu jenis 402 platinum dan lohman karena produksinya tinggi dan tahan dengan cuaca panas (Halim, 2007). 2.3.3. Pakan Pakan adalah campuran berbagai macam bahan baik organik maupun anorganik yang diberikan kepada ternak guna memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan serta produksi. Kandungan nutrisi dalam pakan harus sesuai dengan kebutuhan ayam agar ayam

10 dapat berproduksi secara maksimal (Sudaryani, et al., 2001). Pakan berperan penting, kebutuhan biaya untuk pakan sangat tinggi, yaitu dapat mencapai 70% dari total biaya produksi (Suprijatna, 2005). Pemberian pakan sebaiknya sedikit demi sedikit agar ayam terangsang dengan jumlah pakan yang dimakan dapat lebih baik (Blakely dan Bade, 1998). Pakan seimbang adalah pakan yang mengandung zat-zat yang cukup untuk kesehatan, pertumbuhan dan produksi (Anggorodi, 1995). 2.3.4. Perkandangan Kandang adalah unsur penting dalam menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan ayam, karena kandang merupakan tepat hidup ayam sejak usia awal sampai berproduksi (Priyatno, 2002). Letak kandang harus memungkinkan sinar matahari pagi leluasa masuk kedalam kandang dan bahan atap kandang yang baik adalah genting karena genting dapat menyerap panas (Herman dan Zamrowi, 2000). Kandang dalam peternakan ayam petelur dibagi menjadi tiga kelompok yang berbeda, pengelompokan tersebut disesuaikan dengan umur dan fase periode ternak. Kandang starter digunakan ternak pada umur 0-3 minggu sedangkan kandang grower digunakan ternak pada umur 4-15 minggu dan kandang layer digunakan ternak pada umur 16-80 minggu. Kandang yang digunakan berbeda untuk masing masing periode, untuk periode starter kandang yang digunakan menggunakan sistem indukan yaitu kandang dengan pemanas agar ayam tidak kedinginan dengan ukuran 20-25 ekor per m 2 (Priyatno, 1994).

11 2.3.5. Produksi Telur Ayam ras umumnya bertelur pada umur empat bulan. Tipe ringan rata-rata akan bertelur pada umur 16 minggu,sedangkan tipe medium mulia bertelur pada umur 19-20 minggu. Satu atau dua minggu pertama, produksi telur masih belum stabil dan masih kecil-kecil ukurannya. Menjelang minggu ketiga atau keempat semenjak awal betelur, produksi sudah mulai stabil. Satu bulan hingga dua bulan setelahnya laju produksi mulai positif dan besar. Kemudian mencapai puncaknya dan turun perlahan-lahan hingga tiba saatnya untuk diafkir (Rasyaf, 2003). Produksi ayam petelur biasanya diukur menggunakan Hen day, dirumusakna sebagai berikut : Hen Day = JT x 100% JA Dimana: JT = JumlahTelur JA = JumlahAyam Kemampuan bertelur dari tiap macam unggas dipengaruhi oleh factor- factor sebagai berikut, yaitu: keinginan unggas untuk menyesuaikan dengan lingkungan, dan kemampuan genetiknya. Unggas yang mampu menyesuaikan dengan lingkungannya, maka produksi telurnya akan tinggi (Rasyaf,2003).