BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang mantap sesuai dengan tujuan dan harapan harapan awal dengan

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Supply Chain Management menurut para ahli, antara lain :

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. konstruksi yang memiliki jabatan antara lain sebagai project manager, site

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and

STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

Pembahasan Materi #1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab II Tinjauan Pustaka

1.1 Latar Belakang Masalah

POLA-POLA PENGEMBANGAN SISTIM RANTAI PASOK PERUSAHAAN DALAM MEMBANGUN DAYA SAING USAHA JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA. Manajemen Bisnis Konstruksi

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS STRUKTUR RANTAI PASOK KONTRUKSI PADA PEKERJAAN JEMBATAN ABSTRAK

Pengaruh Rantai Pasok terhadap Kinerja Kontraktor Bangunan Gedung di Jember. Sutoyo Soepiadhy NRP

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management) pada sebuah pabrik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. proyek ini adalah metode kontrak umum (generally contract method), dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Deskripsi Mata Kuliah

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan

BAB 1 PENDAHULUAN. % pada tahun 2013 lalu. Tertinggi kedua setelah China. Indikasi ini juga dinyatakan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai lapisan atas struktur jalan selain aspal atau beton. Paving block dibuat dari

BAB I PENDAHULUAN. konsumen dan konsumen juga menjadi lebih selektif dalam memilih produk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau

Nilai Konstruksi DIY (juta rupiah)

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.

BAB I PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang industri semen, dengan kapasitas total produksi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bawang merah belum terasa nikmat (Rahayu, 1998).

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan

BAB I PENDAHULUAN. diera informasi ini, perilaku konsumen akan semakin diperhatikan. Hal ini

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB I PENDAHULUAN. proyek, termasuk menyiapkan dan menangani dokumen (Raharjo, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SIH Standar Industri Hijau

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleks. Terlebih lagi semakin banyaknya perusahaan konstruksi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Manajemen Rantai Pasokan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

I. PENDAHULUAN. Menurut Saragih (2001), pengembangan sektor agribisnis pada. masa yang akan datang menghadapi sejumlah tantangan besar yang

Analisa Rantai Pasok Material Pada Kawasan Industri Maritim Terhadap Produktivitas Industri Perkapalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

Pembahasan Materi #5

BAB I PENDAHULUAN. portland atau semen hidrolik yang lain, dan air, kadang-kadang dengan bahan tambahan

menambatkan kapal untuk melakukan bongkar-muat bahan baku, batu bara, pupuk impact, dan pupuk curah. Selain untuk kegiatan impor bahan baku, dermaga

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu jenis batu yang biasanya digunakan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management

STUDI KASUS HARGA SATUAN UPAH DAN BAHAN UNTUK PROYEK BANGUNAN SATU LANTAI

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, maka pelaku bisnis perlu menerapkan suatu strategi yang tepat agar dapat

ANALISIS BULLWHIP EFFECT DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer

TUGAS AKHIR ANALISA BULLWHIP EFFECT DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA PT. MONDRIAN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada masa sekarang ini industri manufaktur telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. logistik yang pekerjaan hariannya menyatukan data-data persediaan bahan baku,

hendak dicapai, maka diskusi antara insinyur perencana dan pemborong pekerjaan

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang bersifat khusus untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu, dan sumber daya yang terbatas (Ilmu Manajemen Konstruksi, 1998). Proyek pada hakekatnya adalah proses mengubah sumber daya, dan dana tertentu secara terorganisasi menjadi hasil pembangunan yang mantap sesuai dengan tujuan dan harapan harapan awal dengan menggunakan anggaran dana serta sumberdaya yang tersedia dalam jangka waktu tertentu (Dipohusodo, 1996). Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu dalam batasan waktu, biaya dan mutu tertentu. Selain itu proyek konstruksi memiliki 3 (tiga) karakteristik yaitu: bersifat unik, membutuhkan sumber daya (uang, mesin, metoda, dan material), dan membutuhkan organisasi (Ervianto, 2002). Proyek konstruksi selalu memerlukan resources (sumber daya) yaitu man (manusia), material (bahan bangunan), machine (peralatan), method (metode pelaksanaan), money (uang), information (informasi),dan time (waktu). 2.2.1 Ciri ciri Proyek Konstruksi berikut : Menurut Soeharto (1995), proyek konstruksi memiliki ciri-ciri sebagai 6

7 1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir. 2. Bersifat sementara, dimulai dari awal proyek dan diakhiri dengan akhir proyek, serta mempunyai jangka waktu terbatas. 3. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan telah ditentukan. 4. Non rutin, tidak berulang ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung. Jadi tidak ada dua atau lebih proyek yang identik, tetapi proyek yang sejenis 2.2 Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management) 2.2.1 Rantai Pasok Rantai pasok atau Supply Chain adalah pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah menjadi barang dalam proses atau barang setengah jadi dan barang jadi kemudian mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui sistem distribusi. Kegiatan-kegiatan ini mencangkup fungsi pembelian tradisional ditambah kegiatan penting lainnya yang berhubungan antara pemasok dengan distributor (Heizer & Render, 2004). Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2006) rantai pasok yaitu suatu jaringan dari organisasi yang saling tergantung dan dihubungkan satu sama lain dan bekerja sama untuk mengendalikan, mengatur dan meningkatkan aliran material dan informasi dari para penyalur ke pemakai akhir.

8 2.2.2 Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management) Manajemen rantai pasok atau Supply Chain Management adalah suatu metode atau pendekatan integrative untuk mengelola aliran produk, informasi dan uang secara terintegrasi yang melibatkan pihak-pihak mulai dari hulu ke hilir yang terdiri dari supplier, pabrik, jaringan distribusi maupun jasa-jasa logistik (Pujawan, 2005). Menurut Tampubolon (2014) Supply Chain Management (SCM) adalah pengawasan bahan, informasi, dan keuangan sebagai pergerakan dalam suatu proses dari pemasok ke produsen ke grosir ke pengecer kepada konsumen. Dalam bukunya yang berjudul Manajemen Operasi dan Rantai Pemasok, Tampubolon (2014) menyebutkan bahwa arus manajemen rantai pasok dapat dibagi menjadi tiga aliran utama yaitu aliran produk, aliran informasi, dan aliran keuangan. Aliran produk adalah pergerakan barang dari pemasok ke pelanggan, serta kembali ke setiap pelanggan atau kebutuhan layanan. Arus informasi melibatkan transmisi pesanan dan memperbarui status pengiriman. Aliran keuangan merupakan persyaratan yang terdiri dari kredit, jadwal pembayaran, dan pengaturan hak kepemilikannya. 2.2.3 Tujuan Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management) Ling Li (2007 : 3) menjelaskan bahwa manajemen rantai pasok lebih menekankan pada semua aktivitas dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang di dalamnya terdapat aliran dan transformasi barang mulai dari bahan baku sampai ke konsumen akhir dan disertai dengan aliran informasi dan uang. Rantai pasok memiliki sifat yang dinamis namun melibatkan tiga aliran yang konstan, yaitu aliran

9 informasi, produk dan uang (Chopra and Meindl, 2007: 20). Chopra and Meindl juga menjelaskan bahwa tujuan utama dari setiap rantai pasok adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan menghasilkan keuntungan. Sedangkan menurut Siagian (2005) salah satu tujuan utama dari pengelolaan rantai pasok adalah mengelola aliran persediaan dengan tepat. Aliran yang tepat artinya persediaan dapat tiba pada saat dibutuhkan dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan terkirim ke tempat yang memang membutuhkan. Anwar (2011) menyebutkan terdapat lima tujuan dari manajemen rantai pasok, yaitu : 1. Penyerahan atau pengiriman produk secara tepat waktu demi memuaskan konsumen 2. Mengurangi biaya 3. Meningkatkan segala hasil dari seluruh supply chain (bukan hanya satu perusahaan) 4. Mengurangi waktu 5. Memusatkan kegiatan perencanaan dan distribusi 2.2.4 Pelaku-Pelaku Rantai Pasok O Brien (2002) menggambarkan bahwa di luar lokasi proyek terdapat pihak-pihak seperti supplier, subcontractor, designers, dan owner yang secara langsung maupun tidak langsung bekerjasama sehingga membentuk rantai pasok atau supply chain yang mendukung kelancaran dari kegiatan di dalam lokasi proyek tersebut.

10 Supplier Supplier Sub Designers Supplier Supplier Supplier Sub Project-Site Activity Procende Network Contractor Owner Sumber : O Brien, 2002 Gambar 2.1. Gambar Pelaku Supply Chain Management Konstruksi 1. Owner Proses rantai pasok dimulai dari inisiatif owner yang memprakarsai dibuatnya produk konstruksi bangunan dan berakhir pada owner ketika produk tersebut selesai diproduksi (Vrijhoef, 1999:138). Peran owner ada dalam setiap tahapan, sejak tahap perencanaan, pengadaan, pelaksanaan, operasi, proses produksi, dan pemeliharaan. 2. Kontraktor Kontraktor adalah suatu organisasi konstruksi yang memberikan layanan pekerjaan pelaksanaan konstruksi berdasarkan perencanaan teknis dan spesifikasi yang telah ditetapkan. Kontraktor secara kontinu dan langsung akan mempunyai hubungan garis komando terhadap owner yang tugasnya mewujudkan keinginan dari owner (Vaidyanathan, 2001). 3. Subkontraktor Menurut KBBI Subkontraktor adalah kontraktor yang menerima pekerjaan pemborongan dari kontraktor lain yang lebih bonafide. Subkontraktor adalah orang

11 yang dipekerjakan oleh kontraktor umum atau kontraktor utama untuk melakukan tugas tertentu sebagai bagian dari proyek secara keseluruhan. 4. Pemasok (Supplier) Supplier bertugas mendistribusikan material yang diperoleh kepada pengguna. Dari jenis material yang didistribusikan supplier dapat dibedakan menjadi supplier komponen bangunan dan supplier material alam. Pemasok atau supplier memegang peranan penting dalam menjamin ketersediaan barang pasokan yang dibutuhkan oleh owner. Berdasarkan uraian di atas, maka terlihat bahwa rantai pasok di konstruksi merupakan jaringan rantai yang kompleks yang menunjang kelancaran proyek dari awal hingga akhir dan merupakan jaringan supply yang menyangkut proses produksi suatu material dari awal pembuatan hingga berakhir di pembeli. Bertelsen (1993) menunjukkan bahwa desain supply chain yang buruk memiliki potensi untuk meningkatkan biaya proyek hingga 10%. 2.3 Material Konstruksi Menurut Asnuddin (2012) material konstruksi adalah bahan bangunan yang digunakan untuk proyek konstruksi. Sumber material konstruksi dapat diperoleh dari sekitar lokasi proyek (material alam) atau diangkut dari luar lingkungan proyek, yang dapat berupa hasil produksi industri atau material alam yang tidak tersedia di sekitar proyek. Material dalam konstruksi meliputi seluruh bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan pada suatu proses

12 konstruksi. Dalam proyek konstruksi, material yang digunakan digolongkan menjadi dua bagian (Gavilan, 1994), yaitu : 1. Consumable Material merupakan material yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari struktur fisik bangunan misalnya : semen, pasir, krikil, batu batu, besi tulangan, baja, dan lain-lain. 2. Non-Consumable Material merupakan material penunjang dalam proses konstruksi dan bukan merupakan bagian fisik dari bangunan setelah bangunan tersebut selesai, misalnya : perancah, bekisting, dan dinding penahan sementara. 2.4 Semen Semen merupakan salah satu material konstruksi yang paling banyak digunakan dalam suatu proyek pembangunan. Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun bahan bangunan lainnya. Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang artinya "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan" (Wikipedia, Indonesia) Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang dikandungnya. Adapun bahan utama yang dikandung semen adalah kapur (CaO), silikat (SiO2), alumunia (Al2O3), ferro oksida (Fe2O3), magnesit (MgO), serta oksida lain dalam jumlah kecil (Lea and Desch, 1940) Fungsi semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat. Peranan semen menjadi penting terlebih untuk pengerjaan beton yang disesuaikan dengan spesifikasi teknis dan kekuatan yang telah direncanakan.

13 2.4.1 Tipe-tipe Semen Ada 5 tipe semen semen portland (OPC = Ordinary Portland Cement) menurut SNI 15-2049-2004 yaitu : 1. Tipe I yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain. Aplikasi : Gedung Bertingkat, Jalan Raya, Perumahan, Jembatan, dan Lapangan Terbang. 2. Tipe II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang. Aplikasi : Bendungan atau Dam dan Dermaga. 3. Tipe III semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi. Aplikasi : Jalan Raya, Jembatan, Lapangan Terbang. 4. Tipe IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor hidrasi rendah. Aplikasi : Bendungan atau Dam. 5. Tipe V yaitu semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat. Aplikasi : Dermaga, Industri Kimia, dan Break Water. 2.5 Persebaran Material Semen Berdasarkan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia (KPPU) perusahaan-perusahaan semen yang memasarkan semen ke wilayah D.I. Yogyakarta antara lain PT. Indocement Tunggal Prakarsa (Semen Tiga Roda), PT.

14 Holcim Indonesia (Semen Holcim), PT. Semen Gresik (Semen Gresik). Peta persebaran pabrik serta distributor semen disajikan dalam gambar berikut. Pabrik Semen Distributor Semen Tiga Roda Distributor Semen Holcim Distributor Semen Gresik Sumber : Data diolah dari KPPU, 2010 Gambar 2.2 Peta Persebaran Pabrik dan Distributor Semen di Indonesia Berdasarkan Gambar 2.2, PT. Indocement Tunggal Prakarsa memiliki 13 pabrik semen yang terletak di Bogor (Jawa Barat) sebanyak 10 pabrik, 2 pabrik berada di Cirebon (Jawa Barat) dan 1 pabrik di Tarjun (Kalimantan Selatan). PT. Holcim Indonesia memiliki pabrik yang berlokasi di Narogong & Ciwadan (Jawa Barat), Cilacap (Jawa Tengah), dan Tuban (Jawa Timur). Pabrik PT. Semen Gresik berlokasi di Gresik (Jawa Timur). 2.6 Pola Rantai Pasok Semen Dalam rantai pasok semen terdapat beberapa skenario atau alternatif pola rantai pasok yang dapat terjadi seperti yang disajikan berikut.

15 1 Pabrik Konsumen 2 Pabrik Distributor Konsumen 3 Pabrik Distributor Sub Distributor Konsumen 4 Sub Pabrik Distributor Pengecer Konsumen Distributor Sumber : Ircham, 2011 Gambar 2.3 Pola Rantai Pasok Material Semen Berdasarkan gambar 2.3 dapat terlihat ada empat skenario yang dapat terjadi, dari skenario terpendek hingga yang cukup panjang. Yang pertama adalah pengiriman semen dari pabrik semen langsung kepada konsumen yang dalam hal ini adalah proyek-proyek konstruksi. Sebagai contoh pengiriman semen Tiga Roda dari pabrik di Jawa Barat yang kemudian dikirim ke proyek konstruksi di Yogyakarta, pengiriman semen Holcim dari pabrik di Jawa Tengah dikirim ke proyek konstruksi di Yogyakarta, atau pengiriman semen Gresik dari pabrik di Jawa Timur dikirim ke proyek konstruksi di Yogyakarta. Skenario yang kedua adalah pengiriman semen dari pabrik lalu ke distributor dan yang terakhir ke konsumen yaitu proyek konstruksi. Contohnya adalah pengiriman semen Tiga Roda dari pabrik di Jawa Barat ke distributor di Yogyakarta/Jawa Tengah lalu dikirim ke proyek konstruksi di Yogyakarta, pengiriman semen Holcim dari pabrik di Jawa Tengah dikirim ke distributor di

16 Yogyakarta/Jawa Tengah lalu ke proyek konstruksi di Yogyakarta, atau pengiriman semen Gresik dari pabrik di Jawa Timur dikirim ke distributor di Yogyakarta/Jawa Tengah lalu ke proyek konstruksi di Yogyakarta. Skenario yang ketiga yaitu pengiriman semen dari pabrik ke distributor lalu ke sub distributor dan kemudian yang terakhir dikirim ke konsumen (proyek konstruksi). Contohnya adalah pengiriman semen Tiga Roda dari pabrik di Jawa Barat ke distributor di Jawa Tengah lalu ke distributor Yogyakarta dan dikirim ke proyek konstruksi di Yogyakarta, pengiriman semen Holcim dari pabrik di Jawa Tengah dikirim ke distributor Jawa Tengah lalu ke distributor Yogyakarta kemudian ke proyek konstruksi di Yogyakarta, atau pengiriman semen Gresik dari pabrik di Jawa Timur dikirim ke distributor Jawa Tengah lalu ke distributor di Yogyakarta dan kemudian ke proyek konstruksi di Yogyakarta. Skenario yang keempat merupakan skenario yang paling panjang diantara skenario-skenario rantai pasok yang lain yaitu pengiriman semen dari pabrik ke distributor lalu ke sub distributor kemudian ke pengecer atau supplier dan yang terakhir ke konsumen (proyek konstruksi). Dalam hal ini pengecer atau supplier yang dimaksud adalah toko-toko bangunan yang ada di satu wilayah yang sama dengan proyek konstruksi. Contohnya adalah pengiriman semen Tiga Roda dari pabrik di Jawa Barat ke distributor di Jawa Tengah lalu ke distributor Yogyakarta kemudian ke toko-toko bangunan lalu dikirim ke proyek konstruksi di Yogyakarta, pengiriman semen Holcim dari pabrik di Jawa Tengah dikirim ke distributor Jawa Tengah lalu ke distributor Yogyakarta kemudian ke toko-toko bangunan lalu dikirim ke proyek konstruksi di Yogyakarta, atau pengiriman semen Gresik dari

17 pabrik di Jawa Timur dikirim ke distributor Jawa Tengah lalu ke distributor di Yogyakarta dan kemudian ke toko-toko bangunan lalu ke proyek konstruksi di Yogyakarta.