Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

dokumen-dokumen yang mirip
PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA. Naskah Publikasi

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

MAKNA REFERENSIAL PADA NAMA LAUNDRY DI KELURAHAN GONILAN, KECAMATAN KARTASURA, KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

PENERAPAN MAKSIM TUTUR DALAM TINDAK TUTUR CERAMAH PENGAJIAN RUTIN HARI MINGGU MALAM SENIN DI MASJID BAITURROHMAN BULAN JANUARI JUNI TAHUN 2014

ANALISIS KESANTUNAN IMPERATIF DALAM TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AT TAUBAH: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

ANALISIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA TRANSAKSI TAWAR MENAWAR PENJUAL DAN PEMBELI LAIN JENIS KELAMIN DI PASAR TRADISONAL KOTA BATU SKRIPSI

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

KESANTUNAN BERTUTUR DI KALANGAN AWAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOYOLALI: TINJAUAN PRAGMATIK

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

TINDAK TUTUR LOKUSI DAN PERLOKUSI DALAM NOVEL SURAT KECIL UNTUK TUHAN KARYA AGNES DAVONAR

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menunjukkan cermin pribadi seseorang. Karakter, watak, atau pribadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

REALISASI TINDAK KESANTUNAN KOMISIF DI KALANGAN MASYARAKAT PEDAGANG PASAR TRADISIONAL NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA PADA LAPORAN WAWANCARA YANG DITULIS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 TERAS. Diajukan Oleh: Ana Maria A

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. saling memahami apa yang mereka bicarakan. Fenomena ini terjadi di

OLEH: SURAHMAT NPM:

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO

TUTURAN EKSPRESIF PADA PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI BEBERAPA SD NEGERI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK)

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK.

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER. Suci Indah Karunia

BENTUK DAN POSISI TINDAK PERSUASIF DALAM WACANA SPANDUK DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN KOTA SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

IMPLIKATUR DAN KESANTUNAN POSITIF DALAM WACANA RAPAT DINAS DI LINGKUNGAN KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNANLEECH DALAM DIALOG FILM MY STUPID BOSSKARYA UPI AVIANTODAN RELEVANSINYATERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

MODUS DAN IMPLIKATUR PADA IKLAN HANDPHONE DI TABLOID PULSA EDISI MEI-JULI 2011 NASKAH PUBLIKASI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi

BAB V PENUTUP. serta berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, tuturan ekspresif dalam

Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA DI LINGKUNGAN TERMINAL SEKITAR WILAYAH BOJONEGORO DENGAN PRINSIP KESANTUNAN LEECH

TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

KESANTUNAN BERBAHASA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAANGKATAN DENGAN KARYAWAN UNESA. Pembimbing Dra.

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010

ANALISIS CAMPUR KODE DALAM TABLOID SOCCER EDISI DESEMBER Naskah Publikasi

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR INDUK MODERN PUSPA AGRO SIDOARJO SKRIPSI

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA WACANA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7

TINDAK TUTUR KOMISIF PADA WACANA KAMPANYE TERBUKA DI KALANGAN BAKAL CALON KEPALA DESA DI KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

REALISASI BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF MENYURUH DAN MENASIHATI GURU-MURID DI KALANGAN ANDIK TK DI KECAMATAN SRAGEN WETAN. Naskah Publikasi Ilmiah

PENYIMPANGAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN PADA WACANA KARTUN DALAM KARTUN TOM AND JERRY KARYA OSCAR MARTIN (KAJIAN PRAGMATIK)

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO

KESANTUNAN BERBAHASA PADA TUTURAN SISWA SMP

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA TUTURAN ANAK USIA EMPAT- -ENAM TAHUN DESA GENTING PULUR KECAMATAN JEMAJA TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu

ANALISIS DAN KOREKSI KESALAHAN PENALARAN PADA PENGGUNAAN BAHASA PAPAN PERINGATAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA SKRIPSI

OLEH: DENIS WAHYUNI NPM:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat

BENTUK-BENTUK PENGACUAN (REFERENSI) DALAM LAGU SERINGAI PADA ALBUM SERIGALA MILITIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

SKRIPSI. Oleh Izza Maulida NIM

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARA GURU MURID. DI MTs SUNAN KALIJAGA KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,

PENERAPAN PRINSIP KERJASAMA DALAM DIALOG ILC (INDONESIA LAWYERS CLUB), TINJAUAN PRAGMATIK

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN SANTRI PUTRI DALAM BERINTERAKSI DENGAN MASYARAKAT PESANTREN DI PONPES AL MA UN SROYO KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial, di dalam dirinya

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI

FUNGSI BASA-BASI DALAM TINDAK BAHASA DI KALANGAN MASYARAKAT JAWA (KAJIAN PRAGMATIK)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

Transkripsi:

KESANTUNAN BERBICARA PENYIAR RADIO SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A 310110163 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FEBRUARI 2015

ii

ABSTRAK KESANTUNAN BERBICARA PENYIAR RADIO SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK Rizka Rahma Pradana, A310110163, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta Tujuan dari penelitian ini terdiri menjadi tiga. (1) Menjelaskan tingkat kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta. (2) Mendeskripsikan pola kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta. (3) Menggali faktor yang mempengaruhi kesantunan berbicara pada penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik simak dan teknik catat. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan intralingual dengan menghubungbandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual dan padan ekstralingual dengan menghubungbandingkan unsur-unsur bahasa yang berupa bentuk itu dengan hal yang di luar bahasa. Hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesantunan berbicara dikelompokan menjadi empat kategori (kategori menyapa, menginformasikan, menghimbau, dan mengajak) dan empat prinsip kesantuan (maksim kebijaksanaan, maksim kerendahan hati, maksim penerimaan, dan maksim kemurahan). Pola kesantunan berbicara didominasi kategori menyapa sebanyak enam belas data dengan persentase 42%, kategori mangajak mendapatkan sembilan data dengan persentase 16%, kategori menginformasikan memperoleh empat belas data dengan persentase 38%, data terendah diperoleh kategori menghimbau mendapatkan tiga data dengan persentase 4%. Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi penelitian ini dialek, konteks, dan jarak sosial. Dialek sebagai faktor yang mempengaruhi kesantunan karena penutur tidak hanya berasal dari satu daerah melainkan berbagai tempat dan setiap daerah memiliki dialek yang berbeda. Konteks merupakan faktor yang mempengaruhi maksud tuturan berhubungan situasi dengan suatu kejadian. Jarak sosial berkaitan dengan hubungan antara penutur dengan mitra tutur dan pada faktor ini jarak usia antara penutur dengan mitra tutur sangat mempengaruhi kesantunan penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta. Kata Kunci: kesantunan berbicara, pragmatik

Pendahuluan Yule (2006:3) pragmatik merupakan studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) yang ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibat studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturanya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus dan terutama sekali memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial performansi bahasa dapat mempengaruhi tafsiran atau interpretasi.bahasa secara umum digunakan sebagai sarana komunikasi antar penutur dengan mitra tutur. Bahasa juga sebagai media untuk mengekspresikan diri yang dapat memberikan ciri khas suatu kelompok. Penggunaan bahasa yang digunakan penutur sering tidak mengidahkan kesantunan berbahasa. Hal tersebut sering dilupakan penutur dalam bertutur sehingga bahasa penutur kurang menghormati mitra tutur. Penutur akan dihormati mitra tutur apabila dalam berkomunikasi dapat menerapkan kesantunan berbahasa dengan baik. Kesantunan berbahasa lebih berkenaan dengan substansi bahasanya, maka etika berbahasa lebih berkenan dengan perilaku atau tingkah laku dalam bertutur. Tingkah laku dalam berbahasa haruslah disertai norma-norma yang berlaku dalam budaya. Beberapa menyebutkan norma budaya tersebut sebagai etika berbahasa atau tata cara berbahasa. Brown dan Levinson (dalam Chaer, 2010:49) mengatakan teori kesantunan berbahasa berkisar pada nosi muka (face). Terbagi menjadi dua segi muka yaitu muka negatif dan muka positif. Muka negatif mengacu pada citra diri setiap orang rasioanal yang berkeinginan untuk dihargai dengan jalan membiarkannya bebas melakukan tindakan atau membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu. Sedangkan yang dimaksud dengan muka positif adalah sebaliknya, yakni mengacu pada citra diri setiap orang yang rasional. Penutur berkeinginan agar yang dilakukannya, apa yang dimilikinya, atau apa yang dilakukannya diakui orang lain sebagai hal yang baik, menyenangkan, dan patut dihargai. Kesantunan positif adalah tindakan penyeimbang yang diarahkan untuk menjaga muka positif mitra tutur dilakukan penutur dengan cara menunjukan bahwa

penutur menghargai keinginan dan kebutuhan mitra tutur. Sebaliknya, kesantunan negatif adalah tindakan penyeimbang yang diarahkan untuk menjaga muka negatif mitra tutur dilakukan dengan cara menunjukan niat penutur yang tidak bermaksud memperdaya mitra tutur melalui pembatasan terhadap tindakan mitra tutur. Leech (dalam Chaer, 2010:56) teori kesantunan berdasarkan prinsip kesantunan, yang dijabarkan menjadi maksim (ketentuan atau ajaran). Keenam maksim adalah maksim kebijaksanaan (Tact), penerimaan (Generosity), kemurahan (Approbation), kerendahan hati (Modesty), kecocokan (Agreement), kesimpatian (Sympathy). Berikut penjelasan mengenai keenam maksim. Maksim kebijaksanakan menggariskan bahwa setiap peserta pertuturan harus meminimalkan keuntungan bagi orang lain. Maksim penerimaan menghendaki setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri dan meminimalkan keuntungan diri sendiri. Maksim kemurahan menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain. Maksim kerendahan hati menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri. Maksim kecocokan menghendaki agar setiap penutur dan lawan tutur memaksimalkan kesetujuan di antara mereka dan meminimalkan ketidaksetujuan di antara mereka. Maksim kesimpatian mengharuskan semua peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa antipasti kepada lawan tuturnya. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan tingkat, pola, dan faktor kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa (Moleong, 2011:6). Penelitian ini menggunakan desain studi kasus untuk memperoleh data secara mendalam dan sangat tergantung terhadap kedudukan peneliti. Lokasi penelitian difokuskan di wilayah Se-Eks Karesidenan Surakarta meliputi Sragen, Sukoharjo, Boyolali,

Karanganyar, dan Surakarta. Waktu penelitian ini berlangsung selama tiga bulan yaitu dari bulan November 2014 hingga Januari 2015. Objek penelitian adalah unsurunsur yang bersama dengan sasaran penelitian membentuk data dan konteks data (Sudaryanto, 1993:30). Objek dalam penelitian ini adalah tuturan dari penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta. Data yang diperlukan dalam penelitian kualitatif dapat diperoleh dari beberapa sumber data, yaitu informan atau responden, tempat, peristiwa, arsip, dan dokumen yang diperlukan. Data pada penelitian ini berupa data lisan dan tertulis. Sumber data pada penelitian ini adalah data secara lisan dari tuturan penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik simak dan teknik catat. Teknik simak adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunakan bahasa (Mahsun, 2013:92). Teknik simak dalam hal ini berhubungan dengan penggunaan bahasa secara lisan penyiar radio. Teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan metode simak dengan teknik lanjutan (Mahsun, 2013:93). Pencatatan dilakukan ketika peneliti menemukan gejala-gejala yang berhubungan penelitian dari tuturan informan (kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta). Metode analisis data penelitian ini menggunakan metode padan intralingual dan padan ekstralingual. Mahsun (2013:118) menjelaskan padan intralingual adalah metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda, sedangkan metode padan ekstralingual adalah metode analisis dengan menghubungkan unsur-unsur bahasa yang berupa bentuk itu dengan hal yang di luar bahasa atau membandingkan hal yang di luar bahasa itu, makna dengan makna. Teknik penyajian data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik informal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993:145). Pengolahan data berupa kesantunan bicara secara lisan. Hasil data yang telah diperoleh diolah sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji. Hasil analisis data dalam penelitian ini berupa kesantunan bicara penyiar radio Se- Eks Karesidenan Surakarta dengan kajian pragmatik.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Jumlah data yang diperoleh terdapat 29 data yaitu dua belas data termasuk dalam kategori kesantunan menyapa, sebelas data termasuk dalam kategori kesantunan menginformasikan, empat data termasuk dalam kategori kesantunan menghimbau, dan dua data termasuk dalam kategori kesantunan mengajak. Kata sapaan yang sering digunakan penyiar radio untuk menyapa mitra tutur, yang paling banyak ialah assalamualaikum diikuti dengan kata hallo, selamat pagi atau siang,dan hei. Menurut maksim kemurahan, maksim ini menuntut setiap penutur untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain. Ujaran assalamualaikum dan selamat pagi atau siang yang digunakan untuk menyapa mitra tutur dengan harapan diberikan keselamatan dan kesehatan karena ujaran assalamualaikum mengandung doa. Sedangkan ujaran hallo digunakan penyiar radio untuk mengawali pembicaraan dan ujaran hei digunakan untuk menyapa tetapi ujaran tersebut kurang santun bila diucapkan terhadap orang tua karena ujaran tersebut bersifat tidak formal. Persentase jumlah data dari pemakain kategori kesantunan positif penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta ditunjukan pada gambar 1 di bawah ini. 38% 42% 4% 16% kategori 1 kategori 2 kategori 3 kategori 4

Gambar 1. Kategori kesantunan positif penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta Keterangan Kategori 1 Kategori 2 Kategori 3 Kategori 4 : Kategori menanyakan. : Kategori mengajak. : Kategori menghimbau. : Kategori menginformasikan. Berdasarkan tabel 2 pola kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta didominasi oleh kategori menyapa sebanyak enam belas data dengan persentase 42%. Kategori mangajak mendapatkan sembilan data dengan persentase 16%, kategori menginformasikan memperoleh empat belas data dengan persentase 38%. Sebaliknya data terendah diperoleh kategori menghimbau mendapatkan tiga data dengan persentase 4%. Hasil persentase kesantunan berbicara penyiar radio Se- Eks Karesidenan Surakarta yang diperoleh berdasarkan dari penelitian bahwa kesantunan penyiar radio dalam menyapa mita tutur memiliki tingkatan tertinggi. Sedangkan kategori kesantunan menginformasikan dan mengajak memiliki persentase sedang. Kesantuan penyiar radio dalam menghimbau mitra tutur kurang baik dibuktikan dari pemerolehan persentase terendah.

Berdasarkan analisis data penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta menggunakan strategi kesantunan menurut Brown dan Levinson ditemukan persentase data pada gambar 2 di bawah ini. strategi 4 3% kosong 13% strategi 3 10% strategi 1 47% strategi 2 27% Gambar 2. Strategi Kesantunan Positif Penyiar Radio Se-Eks Karesidenan Surakarta Keterangan Strategi 1 : Melibatkan penutur dan lawan tutur dalam aktivitas. Strategi 2 : Menggunakan penanda identitas kelompok (seperti sapaan, dialek, jargon atau slang). Strategi 3 : Memberikan pertanyaan atau meminta alasan. Strategi 4 : Memberikan tawaran atau janji. Kosong : Tidak termasuk dalam strategi. Hasil persentase dari strategi kesantunan positif dari 29 data ditemukan bahwa empat belas data masuk dalam strategi kesantunan yang melibatkan penutur dan

lawan tutur dalam aktivitas dengan persentase 47%, delapan data masuk dalam strategi kesantunan yang menggunakan penanda identitas kelompok (seperti sapaan, dialek, jargon atau slang) dengan persentase 27%, tiga data masuk dalam strategi kesantunan memberikan pertanyaan atau meminta alasan dengan persentase 10%, satu data masuk dalam strategi kesantuan memberikan tawaran atau janji dengan persentase 3%, dan empat data tidak termasuk dalam strategi kesantunan atau kosong dengan persentase 13%. Terdapat satu data yang termasuk strategi kesantunan yang menggunakan penanda identitas kelompok dan strategi kesantuan memberikan tawaran atau janji yaitu data delapan. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian sesuai dengan pembahasan mengenai tingkat kesantunan berbicara, pola kesantunan berbicara, dan faktor yang mempengaruhi kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta. Peneliti menyimpulkan sebagai berikut. 1. Tingkat kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta dikelompokan menjadi empat kategori dan empat prinsip kesantuan. Berikut kategori dan prinsip kesantunan yang mempengaruhi. a. Kategori yang mempengaruhi tingkat kesantunan, yaitu kategori menyapa, menginformasikan, menghimbau, dan mengajak. b. Prinsip kesantunan yang mempengaruhi, yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kerendahan hati, maksim penerimaan, dan maksim kemurahan. Berdasarkan data tersebut bahasa yang sering digunakan penutur mengunakan bahasa tidak baku. Ketidakbakuan bahasa yang digunakan penutur untuk berkomunikasi dengan mitra tutur sebagai wujud kedekatan antara penutur dengan mitra tutur. Akan tetapi, ketidakbakuan bahasa yang digunakan penutur untuk berkomunikasi menjadikan kesantuan berbahasa menjadi pudar. 2. Pola kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta didominasi oleh hasil persentase penelitian sebagai berikut. a. Kategori menyapa sebanyak enam belas data dengan persentase 42%. b. Kategori mangajak mendapatkan sembilan data dengan persentase 16%.

c. Kategori menginformasikan memperoleh empat belas data dengan persentase 38%. d. Data terendah diperoleh kategori menghimbau mendapatkan tiga data dengan persentase 4%. Hasil persentase kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta yang diperoleh berdasarkan dari penelitian bahwa kesantunan penyiar radio dalam menyapa mitra tutur memiliki tingkatan tertinggi. Kategori kesantunan menginformasikan dan mengajak memiliki persentase sedang. Kesantuan penyiar radio dalam menghimbau mitra tutur kurang baik dibuktikan dari pemerolehan persentase terendah. Berdasarkan pola kesantunan ditemukan bahwa penutur cenderung menggunakan kategori kesantunan postif dalam berkomunikasi dengan pendengar atau mitra tutur. 3. Faktor yang mempengaruhi kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta berdasarkan data yang dianalisis mengenai kategori dan pola kesantunan berbicara ditemukan tiga faktor utama. Berikut tiga faktor utama yang mempengaruhi kesantunan berbicara. a. Dialek sebagai faktor yang mempengaruhi kesantunan karena penutur tidak hanya berasal dari satu daerah melainkan berbagai tempat dan setiap daerah memiliki dialek yang berbeda. b. Konteks merupakan faktor yang mempengaruhi maksud tuturan berhubungan situasi dengan suatu kejadian. Jarak sosial berkaitan dengan hubungan antara penutur dengan mitra tutur dan pada faktor ini jarak usia antara penutur dengan mitra tutur sangat mempengaruhi kesantunan penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta.

DAFTAR PUSTAKA Afifudin dan Beni Ahmad Saebani. 2009. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia. Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Kisyani dan Laksono. 2011. Ketidaksantunan Berbahasa di Lingkungan Pendidikan dan dampaknya dalam Pembentukan Karakter. Prosiding Seminar Nasional Ketidaksantunan Berbahasa dan Dampaknya dalam Pembentukan Karakter. ISBN: 978-979-636-156-4, (halaman 42-48). Lestariani, Ni Putu Ayu Nita, dkk. 2014. Kesantunan Bahasa Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Selemadeg dalam Debat Pada Pembelajaran Berbicara. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol 2, Nomer 1, 2014 (halaman 1-10). Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa Tahapan strategi, metode, dan tekniknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Moleong, J. Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulatsih, Sri. 2011. Ketidaksantunan Berbahasa Pada Pesan Singkat (SMS) Mahasiswa ke Dosen. Prosiding Seminar Nasional Ketidaksantunan Berbahasa dan Dampaknya dalam Pembentukan Karakter. ISBN: 978-979-636-156-4, (halaman 81-88). Murtiyasa, Budi, dkk. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta: BP- FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ngalim, Abdul. 2011. Ketidaksantunan dan Kesantunan Berbahasa dalam Prespektif Terhadap Pembentukan Karakter. Prosiding Seminar Nasional Ketidaksantunan Berbahasa dan Dampaknya dalam Pembentukan Karakter. ISBN: 978-979-636-156-4, (halaman 159-165). Pardi. 2011. Bahasa dan Perilaku Santun Menuju Budaya Santun. Prosiding Seminar Nasional Ketidaksantunan Berbahasa dan Dampaknya dalam Pembentukan Karakter. ISBN: 978-979-636-156-4, (halaman 96-104). Rahardi, R. Kunjana. 2010. PRAGMATIK Kesantantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Rohmadi, Muhammad. 2010. PRAGMATIK: Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana Unviversity Press. Suharso dan Ana Retnoningsih. 2011. KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. Semarang: Widya Karya. Sutopo, HB. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: University Sebelas Maret Press. Suyono. 2003. Pragmatik Dasar-dasar dan pengajarannya. Malang: Y A3. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Prgmatik. Yogyakarta: Andi. Wikipedia. 2014. Sejarah Radio Indonesia. Jakarta. Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.