KESANTUNAN BERBICARA PENYIAR RADIO SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A 310110163 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FEBRUARI 2015
ii
ABSTRAK KESANTUNAN BERBICARA PENYIAR RADIO SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK Rizka Rahma Pradana, A310110163, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta Tujuan dari penelitian ini terdiri menjadi tiga. (1) Menjelaskan tingkat kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta. (2) Mendeskripsikan pola kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta. (3) Menggali faktor yang mempengaruhi kesantunan berbicara pada penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik simak dan teknik catat. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan intralingual dengan menghubungbandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual dan padan ekstralingual dengan menghubungbandingkan unsur-unsur bahasa yang berupa bentuk itu dengan hal yang di luar bahasa. Hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesantunan berbicara dikelompokan menjadi empat kategori (kategori menyapa, menginformasikan, menghimbau, dan mengajak) dan empat prinsip kesantuan (maksim kebijaksanaan, maksim kerendahan hati, maksim penerimaan, dan maksim kemurahan). Pola kesantunan berbicara didominasi kategori menyapa sebanyak enam belas data dengan persentase 42%, kategori mangajak mendapatkan sembilan data dengan persentase 16%, kategori menginformasikan memperoleh empat belas data dengan persentase 38%, data terendah diperoleh kategori menghimbau mendapatkan tiga data dengan persentase 4%. Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi penelitian ini dialek, konteks, dan jarak sosial. Dialek sebagai faktor yang mempengaruhi kesantunan karena penutur tidak hanya berasal dari satu daerah melainkan berbagai tempat dan setiap daerah memiliki dialek yang berbeda. Konteks merupakan faktor yang mempengaruhi maksud tuturan berhubungan situasi dengan suatu kejadian. Jarak sosial berkaitan dengan hubungan antara penutur dengan mitra tutur dan pada faktor ini jarak usia antara penutur dengan mitra tutur sangat mempengaruhi kesantunan penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta. Kata Kunci: kesantunan berbicara, pragmatik
Pendahuluan Yule (2006:3) pragmatik merupakan studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) yang ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibat studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturanya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus dan terutama sekali memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial performansi bahasa dapat mempengaruhi tafsiran atau interpretasi.bahasa secara umum digunakan sebagai sarana komunikasi antar penutur dengan mitra tutur. Bahasa juga sebagai media untuk mengekspresikan diri yang dapat memberikan ciri khas suatu kelompok. Penggunaan bahasa yang digunakan penutur sering tidak mengidahkan kesantunan berbahasa. Hal tersebut sering dilupakan penutur dalam bertutur sehingga bahasa penutur kurang menghormati mitra tutur. Penutur akan dihormati mitra tutur apabila dalam berkomunikasi dapat menerapkan kesantunan berbahasa dengan baik. Kesantunan berbahasa lebih berkenaan dengan substansi bahasanya, maka etika berbahasa lebih berkenan dengan perilaku atau tingkah laku dalam bertutur. Tingkah laku dalam berbahasa haruslah disertai norma-norma yang berlaku dalam budaya. Beberapa menyebutkan norma budaya tersebut sebagai etika berbahasa atau tata cara berbahasa. Brown dan Levinson (dalam Chaer, 2010:49) mengatakan teori kesantunan berbahasa berkisar pada nosi muka (face). Terbagi menjadi dua segi muka yaitu muka negatif dan muka positif. Muka negatif mengacu pada citra diri setiap orang rasioanal yang berkeinginan untuk dihargai dengan jalan membiarkannya bebas melakukan tindakan atau membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu. Sedangkan yang dimaksud dengan muka positif adalah sebaliknya, yakni mengacu pada citra diri setiap orang yang rasional. Penutur berkeinginan agar yang dilakukannya, apa yang dimilikinya, atau apa yang dilakukannya diakui orang lain sebagai hal yang baik, menyenangkan, dan patut dihargai. Kesantunan positif adalah tindakan penyeimbang yang diarahkan untuk menjaga muka positif mitra tutur dilakukan penutur dengan cara menunjukan bahwa
penutur menghargai keinginan dan kebutuhan mitra tutur. Sebaliknya, kesantunan negatif adalah tindakan penyeimbang yang diarahkan untuk menjaga muka negatif mitra tutur dilakukan dengan cara menunjukan niat penutur yang tidak bermaksud memperdaya mitra tutur melalui pembatasan terhadap tindakan mitra tutur. Leech (dalam Chaer, 2010:56) teori kesantunan berdasarkan prinsip kesantunan, yang dijabarkan menjadi maksim (ketentuan atau ajaran). Keenam maksim adalah maksim kebijaksanaan (Tact), penerimaan (Generosity), kemurahan (Approbation), kerendahan hati (Modesty), kecocokan (Agreement), kesimpatian (Sympathy). Berikut penjelasan mengenai keenam maksim. Maksim kebijaksanakan menggariskan bahwa setiap peserta pertuturan harus meminimalkan keuntungan bagi orang lain. Maksim penerimaan menghendaki setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri dan meminimalkan keuntungan diri sendiri. Maksim kemurahan menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain. Maksim kerendahan hati menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri. Maksim kecocokan menghendaki agar setiap penutur dan lawan tutur memaksimalkan kesetujuan di antara mereka dan meminimalkan ketidaksetujuan di antara mereka. Maksim kesimpatian mengharuskan semua peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa antipasti kepada lawan tuturnya. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan tingkat, pola, dan faktor kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa (Moleong, 2011:6). Penelitian ini menggunakan desain studi kasus untuk memperoleh data secara mendalam dan sangat tergantung terhadap kedudukan peneliti. Lokasi penelitian difokuskan di wilayah Se-Eks Karesidenan Surakarta meliputi Sragen, Sukoharjo, Boyolali,
Karanganyar, dan Surakarta. Waktu penelitian ini berlangsung selama tiga bulan yaitu dari bulan November 2014 hingga Januari 2015. Objek penelitian adalah unsurunsur yang bersama dengan sasaran penelitian membentuk data dan konteks data (Sudaryanto, 1993:30). Objek dalam penelitian ini adalah tuturan dari penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta. Data yang diperlukan dalam penelitian kualitatif dapat diperoleh dari beberapa sumber data, yaitu informan atau responden, tempat, peristiwa, arsip, dan dokumen yang diperlukan. Data pada penelitian ini berupa data lisan dan tertulis. Sumber data pada penelitian ini adalah data secara lisan dari tuturan penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik simak dan teknik catat. Teknik simak adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunakan bahasa (Mahsun, 2013:92). Teknik simak dalam hal ini berhubungan dengan penggunaan bahasa secara lisan penyiar radio. Teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan metode simak dengan teknik lanjutan (Mahsun, 2013:93). Pencatatan dilakukan ketika peneliti menemukan gejala-gejala yang berhubungan penelitian dari tuturan informan (kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta). Metode analisis data penelitian ini menggunakan metode padan intralingual dan padan ekstralingual. Mahsun (2013:118) menjelaskan padan intralingual adalah metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda, sedangkan metode padan ekstralingual adalah metode analisis dengan menghubungkan unsur-unsur bahasa yang berupa bentuk itu dengan hal yang di luar bahasa atau membandingkan hal yang di luar bahasa itu, makna dengan makna. Teknik penyajian data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik informal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993:145). Pengolahan data berupa kesantunan bicara secara lisan. Hasil data yang telah diperoleh diolah sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji. Hasil analisis data dalam penelitian ini berupa kesantunan bicara penyiar radio Se- Eks Karesidenan Surakarta dengan kajian pragmatik.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Jumlah data yang diperoleh terdapat 29 data yaitu dua belas data termasuk dalam kategori kesantunan menyapa, sebelas data termasuk dalam kategori kesantunan menginformasikan, empat data termasuk dalam kategori kesantunan menghimbau, dan dua data termasuk dalam kategori kesantunan mengajak. Kata sapaan yang sering digunakan penyiar radio untuk menyapa mitra tutur, yang paling banyak ialah assalamualaikum diikuti dengan kata hallo, selamat pagi atau siang,dan hei. Menurut maksim kemurahan, maksim ini menuntut setiap penutur untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain. Ujaran assalamualaikum dan selamat pagi atau siang yang digunakan untuk menyapa mitra tutur dengan harapan diberikan keselamatan dan kesehatan karena ujaran assalamualaikum mengandung doa. Sedangkan ujaran hallo digunakan penyiar radio untuk mengawali pembicaraan dan ujaran hei digunakan untuk menyapa tetapi ujaran tersebut kurang santun bila diucapkan terhadap orang tua karena ujaran tersebut bersifat tidak formal. Persentase jumlah data dari pemakain kategori kesantunan positif penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta ditunjukan pada gambar 1 di bawah ini. 38% 42% 4% 16% kategori 1 kategori 2 kategori 3 kategori 4
Gambar 1. Kategori kesantunan positif penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta Keterangan Kategori 1 Kategori 2 Kategori 3 Kategori 4 : Kategori menanyakan. : Kategori mengajak. : Kategori menghimbau. : Kategori menginformasikan. Berdasarkan tabel 2 pola kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta didominasi oleh kategori menyapa sebanyak enam belas data dengan persentase 42%. Kategori mangajak mendapatkan sembilan data dengan persentase 16%, kategori menginformasikan memperoleh empat belas data dengan persentase 38%. Sebaliknya data terendah diperoleh kategori menghimbau mendapatkan tiga data dengan persentase 4%. Hasil persentase kesantunan berbicara penyiar radio Se- Eks Karesidenan Surakarta yang diperoleh berdasarkan dari penelitian bahwa kesantunan penyiar radio dalam menyapa mita tutur memiliki tingkatan tertinggi. Sedangkan kategori kesantunan menginformasikan dan mengajak memiliki persentase sedang. Kesantuan penyiar radio dalam menghimbau mitra tutur kurang baik dibuktikan dari pemerolehan persentase terendah.
Berdasarkan analisis data penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta menggunakan strategi kesantunan menurut Brown dan Levinson ditemukan persentase data pada gambar 2 di bawah ini. strategi 4 3% kosong 13% strategi 3 10% strategi 1 47% strategi 2 27% Gambar 2. Strategi Kesantunan Positif Penyiar Radio Se-Eks Karesidenan Surakarta Keterangan Strategi 1 : Melibatkan penutur dan lawan tutur dalam aktivitas. Strategi 2 : Menggunakan penanda identitas kelompok (seperti sapaan, dialek, jargon atau slang). Strategi 3 : Memberikan pertanyaan atau meminta alasan. Strategi 4 : Memberikan tawaran atau janji. Kosong : Tidak termasuk dalam strategi. Hasil persentase dari strategi kesantunan positif dari 29 data ditemukan bahwa empat belas data masuk dalam strategi kesantunan yang melibatkan penutur dan
lawan tutur dalam aktivitas dengan persentase 47%, delapan data masuk dalam strategi kesantunan yang menggunakan penanda identitas kelompok (seperti sapaan, dialek, jargon atau slang) dengan persentase 27%, tiga data masuk dalam strategi kesantunan memberikan pertanyaan atau meminta alasan dengan persentase 10%, satu data masuk dalam strategi kesantuan memberikan tawaran atau janji dengan persentase 3%, dan empat data tidak termasuk dalam strategi kesantunan atau kosong dengan persentase 13%. Terdapat satu data yang termasuk strategi kesantunan yang menggunakan penanda identitas kelompok dan strategi kesantuan memberikan tawaran atau janji yaitu data delapan. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian sesuai dengan pembahasan mengenai tingkat kesantunan berbicara, pola kesantunan berbicara, dan faktor yang mempengaruhi kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta. Peneliti menyimpulkan sebagai berikut. 1. Tingkat kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta dikelompokan menjadi empat kategori dan empat prinsip kesantuan. Berikut kategori dan prinsip kesantunan yang mempengaruhi. a. Kategori yang mempengaruhi tingkat kesantunan, yaitu kategori menyapa, menginformasikan, menghimbau, dan mengajak. b. Prinsip kesantunan yang mempengaruhi, yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kerendahan hati, maksim penerimaan, dan maksim kemurahan. Berdasarkan data tersebut bahasa yang sering digunakan penutur mengunakan bahasa tidak baku. Ketidakbakuan bahasa yang digunakan penutur untuk berkomunikasi dengan mitra tutur sebagai wujud kedekatan antara penutur dengan mitra tutur. Akan tetapi, ketidakbakuan bahasa yang digunakan penutur untuk berkomunikasi menjadikan kesantuan berbahasa menjadi pudar. 2. Pola kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta didominasi oleh hasil persentase penelitian sebagai berikut. a. Kategori menyapa sebanyak enam belas data dengan persentase 42%. b. Kategori mangajak mendapatkan sembilan data dengan persentase 16%.
c. Kategori menginformasikan memperoleh empat belas data dengan persentase 38%. d. Data terendah diperoleh kategori menghimbau mendapatkan tiga data dengan persentase 4%. Hasil persentase kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta yang diperoleh berdasarkan dari penelitian bahwa kesantunan penyiar radio dalam menyapa mitra tutur memiliki tingkatan tertinggi. Kategori kesantunan menginformasikan dan mengajak memiliki persentase sedang. Kesantuan penyiar radio dalam menghimbau mitra tutur kurang baik dibuktikan dari pemerolehan persentase terendah. Berdasarkan pola kesantunan ditemukan bahwa penutur cenderung menggunakan kategori kesantunan postif dalam berkomunikasi dengan pendengar atau mitra tutur. 3. Faktor yang mempengaruhi kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta berdasarkan data yang dianalisis mengenai kategori dan pola kesantunan berbicara ditemukan tiga faktor utama. Berikut tiga faktor utama yang mempengaruhi kesantunan berbicara. a. Dialek sebagai faktor yang mempengaruhi kesantunan karena penutur tidak hanya berasal dari satu daerah melainkan berbagai tempat dan setiap daerah memiliki dialek yang berbeda. b. Konteks merupakan faktor yang mempengaruhi maksud tuturan berhubungan situasi dengan suatu kejadian. Jarak sosial berkaitan dengan hubungan antara penutur dengan mitra tutur dan pada faktor ini jarak usia antara penutur dengan mitra tutur sangat mempengaruhi kesantunan penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA Afifudin dan Beni Ahmad Saebani. 2009. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia. Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Kisyani dan Laksono. 2011. Ketidaksantunan Berbahasa di Lingkungan Pendidikan dan dampaknya dalam Pembentukan Karakter. Prosiding Seminar Nasional Ketidaksantunan Berbahasa dan Dampaknya dalam Pembentukan Karakter. ISBN: 978-979-636-156-4, (halaman 42-48). Lestariani, Ni Putu Ayu Nita, dkk. 2014. Kesantunan Bahasa Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Selemadeg dalam Debat Pada Pembelajaran Berbicara. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol 2, Nomer 1, 2014 (halaman 1-10). Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa Tahapan strategi, metode, dan tekniknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Moleong, J. Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulatsih, Sri. 2011. Ketidaksantunan Berbahasa Pada Pesan Singkat (SMS) Mahasiswa ke Dosen. Prosiding Seminar Nasional Ketidaksantunan Berbahasa dan Dampaknya dalam Pembentukan Karakter. ISBN: 978-979-636-156-4, (halaman 81-88). Murtiyasa, Budi, dkk. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta: BP- FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ngalim, Abdul. 2011. Ketidaksantunan dan Kesantunan Berbahasa dalam Prespektif Terhadap Pembentukan Karakter. Prosiding Seminar Nasional Ketidaksantunan Berbahasa dan Dampaknya dalam Pembentukan Karakter. ISBN: 978-979-636-156-4, (halaman 159-165). Pardi. 2011. Bahasa dan Perilaku Santun Menuju Budaya Santun. Prosiding Seminar Nasional Ketidaksantunan Berbahasa dan Dampaknya dalam Pembentukan Karakter. ISBN: 978-979-636-156-4, (halaman 96-104). Rahardi, R. Kunjana. 2010. PRAGMATIK Kesantantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Rohmadi, Muhammad. 2010. PRAGMATIK: Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana Unviversity Press. Suharso dan Ana Retnoningsih. 2011. KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. Semarang: Widya Karya. Sutopo, HB. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: University Sebelas Maret Press. Suyono. 2003. Pragmatik Dasar-dasar dan pengajarannya. Malang: Y A3. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Prgmatik. Yogyakarta: Andi. Wikipedia. 2014. Sejarah Radio Indonesia. Jakarta. Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.