BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan perekonomian dunia serta meningkatnya dampak pemanasan global yang mengindikasikan pengaruh buruk sentra-sentra perekonomian khususnya perindustrian terhadap lingkungan menuntut negara-negara pelaku industri untuk menerapkan industri ramah lingkungan, artinya kegiatan industri harus turut melakukan pelestarian lingkungan dengan pengolahan limbah secara terpadu. Pasar Eropa hanya membeli produk-produk yang dalam prosesnya menerapkan industri ramah lingkungan. Indonesia sebagai negara berkembang dengan GDP (Gross Domestic Product) dari sektor perindustrian sebesar 30,6%; pertanian sebesar 14,7% dan jasa sebesar 54,6% juga turut memperoleh dampak tersebut. Jadi penerapan industri ramah lingkungan akhirnya menjadi salah satu fokus pemerintah untuk meningkatkan devisa dari sektor ekspor (The World Factbook, 2007). Kelapa sawit sebagai salah satu tanaman komoditas eksport unggulan negara Indonesia yang akan dijual ke pasar dunia dalam bentuk CPO dan PKO merupakan produk utama dari pengolahan kelapa sawit di Indonesia. Industri hulu kelapa sawit ini sangat diperlukan oleh industri-industri besar di dunia khususnya Eropa seperti industri kosmetik, sabun, biodiesel, dan lain sebagainya.
Penerapan industri ramah lingkungan dalam industri kelapa sawit dilakukan dengan menjalankan industri hilir yang memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Limbah kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan seperti batang, daun, pelepah daun, akar, tandan buah kosong, dan lainlain untuk diproduksi menjadi produk yang bermanfaat seperti briket, kompos, tikar, sapu lidi, dan lain sebagainya. CV Chantiqa Handycraft merupakan suatu perusahaan lokal yang berada di kawasan Kampung Lalang Sumatera Utara yang bergerak dalam pengolahan limbah pertanian seperti eceng gondok, pandan duri, batok kelapa, pelepah daun kelapa sawit, bambu, dan lain-lain yang diproduksi menjadi aneka perabotan rumah tangga dan hiasan seperti tempat sabun, keranjang, tikar, meja, kursi, dan sapu lidi hias. CV Chantiqa Handycraft telah melakukan upaya menerapkan pelestarian lingkungan khususnya pada produk sapu lidi hias. Sapu lidi hias tidak hanya produk yang ramah lingkungan karena terbuat dari limbah kelapa sawit tetapi juga memiliki nilai budaya yang tinggi karena terdapat ukiran anyaman khas budaya setempat yaitu budaya melayu. Untuk memperingati detik-detik proklamasi, pada bulan Agustus CV Chantiqa Handycraft memproduksi sapu lidi hias dengan warna merah putih yang melambangkan kecintaan terhadap tanah air Indonesia. Sebagai perusahaan lokal yang masih tergolong sederhana, CV Chantiqa Handycraft melakukan proses produksi pada tempat kerja yang tidak terpusat yang ditunjukkan penempatan stasiun-stasiun kerja yang berada di lokasi yang berbeda
seperti stasiun sortasi, pewarnaan, penjemuran dan finishing (penyelesaian) dilakukan di gedung CV Chantiqa Handycraft sedangkan untuk stasiun penyerutan dan penganyaman dilakukan di rumah-rumah pengrajin yang jaraknya cukup jauh. Adapun jarak dari workshop ke rumah-rumah pengrajin yakni stasiun penyerutan dan stasiun penganyaman masing-masing 2 km. Penguraian jarak antar stasiun kerja meliputi: Penyerutan pewarnaan 2 km Penyortiran penganyaman 2 km Penganyaman finishing 2 km Hal ini menyebabkan perusahaan harus mengirim bahan baku ke pengrajin lalu mengambil kembali setelah menjadi barang setengah jadi secara berulang-ulang sehingga terjadi back tracking transportation (aktivitas transportasi yang terjadi bolak balik) yang menyebabkan waktu transportasi yang cukup panjang yang menimbulkan biaya transportasi yang tinggi. Tempat kerja yang tidak terpusat dan back tracking transportation tidak memenuhi tujuan utama dan ciri-ciri tataletak yang baik yaitu memudahkan proses manufaktur dan meminimumkan pemindahan material (JT.Black,1991) serta meminimumkan langkah balik (backtrack) (Hadiguna, 2008). Fasilitas yang kurang memadai juga turut mewarnai aktivitas produksi pada CV Chantiqa Handycraft yang berhubungan dengan tingkat produktivitas seperti
proses penganyaman yang dilakukan tanpa fasilitas kerja yang memadai yang menimbulkan keluhan sakit pada otot pekerja. 1.2. Perumusan Masalah Setelah melakukan pengamatan pendahuluan pada CV Chantiqa Handycraft, peneliti menemukan beberapa fenomena yang terjadi di lantai produksi yaitu diantaranya: Proses produksi yang dilakukan tidak berada dalam satu lokasi yang terpusat, selama ini beberapa proses dilakukan di rumah-rumah pengrajin bukan di gedung khusus milik Chantika Handycraft seperti pada proses penyerutan dan penganyaman, tataletak komponen yang tidak sesuai dengan pola aliran bahan serta fasilitas kerja yang kurang memadai. Tempat kerja yang tidak terpusat menyebabkan lemahnya kontrol dari perusahaan terhadap proses produksi yang dilakukan di rumah-rumah pengrajin. Fasilitas kerja yang kurang memadai menyebabkan tingkat produktivitas yang rendah sehingga tidak mampu memenuhi permintaan pasar sapu lidi hias. Tata letak yang tidak tidak sesuai dengan pola aliran bahan sehingga terjadi back tracking transportation pada proses produksi yang menyebabkan waktu transportasi yang relatif tinggi. Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah dapat dirumuskan pokok permasalahan yaitu tempat kerja yang tidak terpusat pada satu lokasi dan
tataletak yang tidak sesuai dengan pola aliran bahan serta tidak tersedianya fasilitas kerja yang mendukung. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Merancang metode kerja yang ergonomis berdasarkan fasilitas kerja usulan 2. Merancang tempat kerja yang terpusat untuk mengurangi waktu transportasi dalam upaya peningkatan produktivitas. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis Perancangan tataletak yang terpusat dapat memenuhi tujuan utama dari tataletak yaitu memudahkan proses manufaktur dan meminimumkan pemindahan material (JT. Black 1991). 2. Secara aplikasi Pada thesis ini rancangan tempat kerja dan perbaikan tata letak dilakukan dengan perancangan fasilitas kerja dan tata letak komponen untuk mengurangi keluhan musculoskeletal, mengeliminasi non value added activities sehingga diperoleh prosedur kerja yang ergonomis dan dapat mempersingkat waktu operasi sehingga diperoleh waktu siklus produksi yang lebih singkat.
1.5. Ruang Lingkup Masalah Dalam melakukan penelitian, dilakukan pembatasan yaitu tidak membahas mengenai biaya perubahan tata letak yang direncanakan. 1.6. Sistematika Penulisan Draft Tesis Sistematika yang digunakan dalam penulisan draft thesis ini terdiri atas beberapa bagian. Bab I Pendahuluan Menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup dan asumsi penelitian dan sistematika penulisan laporan penelitian. Bab II Gambaran Umum Perusahaan Menguraikan tentang gambaran umum perusahaan seperti sejarah perusahaan, ruang lingkup usaha, uraian proses produksi. Bab III Landasan Teori Menguraikan tentang literatur yang melandasi dan mendukung penelitian ini. Memberikan pemahaman singkat melalui penjelasan umum, uraian pengertian dan teori-teori. Bab IV Metodologi Penelitian Menguraikan tentang metodologi penelitan sebagai kerangka pemecahan masalah baik dalam mengumpulkan data ataupun dalam menganalisis data yang diperoleh.
Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data Menguraikan tentang data-data yang dikumpulkan untuk kepentingan penelitian dan pengolahan data sesuai dengan metodologi penelitian. Bab VI Hasil Perancangan Menguraikan tentang analisis dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan. Bab VII Kesimpulan dan Saran Menguraikan tentang kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.