III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Mei 2011 di Stasiun Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di perkebunan kopi Sumber Rejo Way Heni

III. METODE PENELITIAN. dilakukan pada bulan Desember Maret Penelitian dilaksanakan di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi kelelawar menurut Corbet and Hill ( 1992) Kelelawar memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi dan menempati

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelelawar masuk ke dalam ordo Chiroptera yang berarti mempunyai sayap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian dasar atau basic research yang

I. PENDAHULUAN. adanya berbagai nama. Di Indonesia bagian timur kelelawar disebut dengan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan

BAB III BAHAN DAN METODE

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 9 bulan dimulai dari bulan Agustus 2011

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Harpiocephalus harpia Serangga Rhinolophus keyensis Serangga Hipposideros cervinus Serangga

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan secara langsung dengan menggunakan metode eksploratif pada setiap

BAB III METODE PENELITIAN

METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2014,

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, November 2011

BAB IV METODE PENELITIAN

3 BAHAN DAN METODE. KAWASAN TITIK STASIUN SPOT PENYELAMAN 1 Deudap * 2 Lamteng * 3 Lapeng 4 Leun Balee 1* PULAU ACEH

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

IV. METODE PENELITIAN

III. Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Youth Camp Tahura WAR pada bulan Maret sampai

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian adalah indeks keanekaragaman (H ) dari Shannon, indeks

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITAN

51 INDIVIDU BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Resort Pemerihan Taman

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

3 METODOLOGI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELTIAN. Penelitian tentang keberadaan populasi kokah (Presbytis siamensis) dilaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan sampel secara langsung dari lokasi pengamatan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2014 di

KAJIAN KONSTRUKSI DAN LOKASI JARING WARING TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN TERPERANGKAP IKAN HIU PAUS (Rhincodon typus) DI SELAT MADURA

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

3. METODE PENELITIAN. Penelitian tentang ukuran kelompok simpai telah dilakukan di hutan Desa Cugung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

HASIL TRACKING KELOMPOK 8

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

BANDUNG AEROMODELING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

4 METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di

BAHAN DAN METODE. = pengamatan minggu kedua = Pengamatan minggu berikutnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang, sub

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

nyamuk bio.unsoed.ac.id

REKOR TEMUAN INDIVIDU BARU HIU PAUS (Rhincodon typus S.) DI PERAIRAN KWATISORE, TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH, PAPUA

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

PROTOKOL PEMANTAUAN PENDARATAN IKAN

3.3.2 Perencanaan Jalur Terbang Perencanaan Pemotretan Condong Perencanaan Penerbangan Tahap Akuisisi Data...

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENILITIAN. Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu metode yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITAN

3 METODOLOGI. Tabel 5 Jenis alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

Transkripsi:

17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2011 bertempat di Stasiun Pusat Penelitian dan Pelatihan Konservasi Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Desa Suka Raja dan Desa Suka Banjar. Penelitian dilaksanakan berada di bawah program penelitian S3 Chun Chia Huang dari Department of Biology Texas Tech University,USA dan bekerja sama dengan Wildlife Conservation Society Indonesia Program (WCS-IP). B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Alat penangkap harp trap (perangkap harpa) sebanyak empat buah dengan dua tipe yaitu dua buah perangkap ukuran besar dan dua buah perangkap kecil dan Mist net 9 dan 12 meter untuk menangkap kelelawar. 2. Alat pengukur yaitu adalah pesola digunakan untuk menimbang berat kelelawar, kaliper untuk mengukur panjang lengan bawah, papan ukur untuk mengukur luas morfologi sayap

18 3. Alat tulis berupa pensil pena untuk mencatat, lembar data, kantung kelelawar, buku identifikasi kelelawar Bats of Krau (Kingston, 2006), head lamp untuk penerangan, kamera digital Olympus tipe ls130 untuk pemotretan, Quadrapot untuk tempat memasang kamera, program analisis foto Image J, bendera penandaan perangkap pada titik pemasangan harp trap, sebagai penandaan daerah pemasangan trap, GPS (Global Positioning System) digunakan untuk menandai titik koordinat pemasangan trap. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelelawar. C. Metode kerja 1. Lokasi perangkap harpa Penelitian ini akan dilakukan di Plot Penelitian Selatan Way Canguk dengan 66 titik usaha penangkapan menggunakan harp trap dengan jarak antar titik adalah 100 meter. Metode harp trap ini menyesuaikan dengan kondisi plot yang memiliki jalan setapak di plot yang merupakan jalur terbang kelelawar. Perangkap harpa diletakkan melintang pada jalur dan jarak antar perangkap sejauh 100 m. Posisi perangkap ditandai menggunakan bendera putih yang telah diberi nomor. Pemasangan harp trap dilakukan pada siang hari pukul 10.00 WIB, dan pengecekan harp dilakukan pada malam hari pada pukul 19.00 WIB dan pada pukul 07.00 WIB keesokan hari ( Kunz, 2009). Kelelawar yang tertangkap di kantong harp trap di masukan dalam kantong kelelawar, dengan satu kantong berisi satu kelelawar. Kantung kelelawar

19 diberi nomor sesuai dengan nomor posisi perangkap. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pelepasan kelelawar (Prastianingrum, 2008). Individu kelelawar yang telah selesai dianalisis dilepaskan kembali pada titik usaha penangkapan. 2. Teknik Identifikasi Kelelawar yang tertangkap pada harp trap perlu ditangani dengan hati-hati. Penanganan individu kelelawar dilakukan dengan dua metode yaitu: metode mengapit (pinch grip) dan mengenggam (palm grip). Metode mengapit adalah memegang kelelawar dengan kedua lengan bawah ke belakang menggunakan ibu jari dan jari tangah. Metode ini baik digunakan pada saat melihat muka, jenis kelamin. Metode berikutnya adalah metode menggengam yang dilakukan dengan menggengam kelelawar pada telapak tangan dengan jari-jari menutupi tubuh kelelawar agar tubuh kelelawar tidak mudah bergerak. Metode ini umumnya dilakukan untuk mengukur panjang lengan dan identifikasi jenis (Prastianingrum, 2008). Proses identifikasi dilakukan dengan menggunakan buku Bats of Krau (Kingston, 2006). Panjang lengan bawah (forearm), betis (tibia), telinga (ear), ekor (tail) di ukur dan dicatat. 3. Pengambilan foto sayap Pengambilan foto dilakukan untuk mengetahui luas area sayap. Proses pemoretan sayap kelelawar dilakukan dengan membentangkan sayap kelelawar pada papan petak ukur dan direkatkan menggunakan isolasi transparan. Papan petak ukur ini memiliki sisi 1x1 cm 2. Penggunaan isolasi

20 transparan adalah untuk membantu proses pengukuran dan menghambat pergerakan dari sayap kelelawar sehingga pada saat pengambilan foto dapat diperoleh foto yang baik. Gambar yang baik akan diperoleh jika sayap kelelawar terbentang dengan baik dan maksimal dan tidak ada kerutan di selaput sayap (Gambar 5). Kerutan pada sayap kelelawar dapat menyebabkan kesalahan luas ukuran sayap pada saat penghitungan ( Kusuma, 2010). Gambar 5. Foto sayap kelelawar dengan indikasi dimensi sayap ( Juliana, 2004). B : Wingspan ( Bentang sayap) LAW : Arm-wing length (Panjang lengan sayap) LHW : Hand-wing length (Panjang tangan sayap) AAW : Arm-wing area ( Luas lengan sayap) AHW : Hand-wing area ( luas tangan sayap)

21 Pada saat pengambilan gambar, di atas sayap yang telah dibentangkan dan direkatkan pada papan ukur diberi label nama, panjang lengan bawah dan nomor penangkapan. Label ini berfungsi sebagai penanda sehingga pada saat pengukuran dan pemberian nama dapat diketahui jenis kelelawar yang diukur. Pengambilan gambar dilakukan paling lama 12 jam setelah tertangkap, hal ini bertujuan agar kelelawar tidak mengalami stress ( Kusuma, 2010). Pada setiap upaya penangkapan diambil satu pasang individu kelelawar dari setiap jenis yang tertangkap dengan mengambil sampel kelelawar jantan dan betina setiap spesies yang tertangkap tiap satu kali usaha pengangkapan (Huang, personal comm., 2010). Kelelawar yang difoto merupakan kelelawar dewasa dan sedang tidak dalam masa gestasi. Sebab pada usia anakan pertumbuhan sayap belum maksimal, dan kelelawar yang dalam masa gestasi tidak dilakukan karena pada saat pengambilan gambar badan kelelawar harus sedikit ditekan, hal ini dikhawatirkan dapat mengganggu proses gestasi (Huang, personal comm., 2010). 4. Proses pengukuran dan analisis Pengukuran dilakukan menggunakan program Image J. Pengukuran dilakukan dengan mengatur skala ukuran dari satuan pixel menjadi meter. Pengukuran dilakukan dengan membentuk garis yang mengikuti sisi tepi sayap kelelawar dan separuh morfologi tubuh kelelawar (Gambar 6). Dari garis yang saling terhubung dan membentuk gambar sayap, dilakukan pengukuran dengan menekan tombol measure yang ada pada Image J maka akan diperoleh luas ukuran dan bentang sayap kelelawar.

22 L3 L1 A1 L2 A4 A3 A2 Gambar 6. Morfologi sayap kelelawar dikutip dari ( Huang, 2010). : A :Area yang dihitung L : Panjang Paramenters:Wing Span= 2*(L1+L2+L3) Wing area (luas sayap) = 2*(A2+A3+A4) Length of arm wing (panjang sayap lengan) = L2 Arm Wing Area (luas sayap lengan) = A3 Length of hand wing (panjang sayap tangan) = L3 Menurut Norberg and Rayner (1987) untuk menentukan wing loading adalah Wing loading(newton/m 2 )= M*9.81(m/sec 2 )/S 1. M : berat tubuh 2. S : luas sayap Adapun untuk menghitung aspek ratio dapat di peroleh membagi bentang sayap di bagi oleh luas sayap. Aspect ratio)= B 2 /S

23 B: Bentang sayap S: Wing area Penghitungan Indeks ujung sayap dapat diketahui dengan mengukur panjang sayap tangan dan panjang lengan sayap. Rumus untuk menghitung indeks ujung sayap adalah Wing tip= Ts/(Tl-Ts) Ts = Shw /Saw Tl = lhw /law Shw: Luas tangan sayap Saw : Luas lengan sayap Law : panjang lengan sayap Lhw: panjang tangan sayap