BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I, peneliti memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, uraian masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam masyarakat diglosia, bahasa digunakan oleh penutur yang heterogen,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut KBBI kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

2015 KOLOKASI LEKSIKON PADA RANAH PEMILU: KAJIAN SEMANTIK LEKSIKAL

BAB I PENDAHULUAN. dalam berkomunikasi menjadi sangat penting. Hal ini ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari ilmu linguistik. Cabang-cabang ilmu linguistik tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia memiliki daya pikat tersendiri bagi peneliti asing. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Era

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Secara rutin manusia pasti berintaraksi dengan lingkungan sekitar. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. tindakan. Komunikasi dalam bentuk ujaran mungkin wujudnya berupa kalimat

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan sebagainya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seperti pendapat Kridalaksana (1982: 17) bahwa bahasa (language)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selalu mengalami perubahan dari masa ke masa sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya. membutuhkan sistem komunikasi. Adapun sistem komunikasi dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya. Bahasa terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat.

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini peranan bahasa sebagai alat komunikasi masih sangat penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi antar anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah media atau alat komunikasi yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. bahasa. Bahasa sebagai alat yang digunakan untuk berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa selalu melibatkan unsur-unsur seperti materi, guru, siswa,

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

AMBIGUITAS FRASA NOMINA PADA JUDUL ARTIKEL SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS SEPTEMBER-OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dari makhluk-makhluk lain (Poerwadarminta, 2005: 106).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif yang disajikan oleh majalah Oto Plus. Majalah ini terbit setiap

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum

Buku ini memuat kumpulan tulisan penulis dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi perlu memperhatikan pilihan kalimat yang digunakan agar. penutur baik secara lisan maupun tulisan.

I. PENDAHULUAN. Bahasa merupakan ciri khas yang hanya dimiliki oleh manusia. Dengan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyampaikan ide atau gagasan pada orang lain, baik secara lisan maupun

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekedar memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat dan kedua hal tersebut

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya.

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan. paling utama adalah sebagai sarana komunikasi.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, konvensional, dan memiliki makna. Sifat dinamis itu muncul karena manusia sebagai pengguna bahasa mengalami perkembangan sehingga bahasa pun demikian. Seiring dengan perkembangan manusia, berkembang pula bahasanya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Badudu (dalam Putrayasa, 2008:1) yang menyebutkan bahwa masyarakat yang sedang berkembang pada segala bidang kehidupannya, seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya, biasanya akan diikuti pula oleh perkembangan bahasa. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin maju suatu bangsa serta semakin modern kehidupannya, semakin berkembang pula bahasanya. Perkembangan bahasa harus sejalan dan seiring dengan kemajuan dan kebudayaan serta peradaban bangsa sebagai pemilik dan pemakai bahasa tersebut. Bahasa terus berkembang sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Pemakaian bahasa dapat diwujudkan dalam bentuk kalimat. Manusialah yang menggunakan kata dan kalimat itu. Manusia pulalah yang menambah kosakata yang sesuai dengan kebutuhannya. Sejalan dengan itu, kata dan kalimat terus berubah, dengan sendirinya maknanya pun berubah. Perubahan makna terjadi karena manusia sebagai pemakai bahasa menginginkannya (Pateda, 2010: 158). 1

2 Dalam skripsi Santosa (2007:1) disebutkan, Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang sekarang menjadi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menuliskan bahwa kontak bahasa yang terjadi antara bahasa Indonesia dan bahasa asing akan menyebabkan terjadinya proses saling memengaruhi keduanya sehingga beberapa kosakata bahasa asing akan diserap ke dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut didasarkan kurang memadainya khazanah kata yang dimiliki oleh bahasa Indonesia dan anggota masyarakat pemakai bahasa tertentu merasa lebih bangga menggunakan kosakata di luar bahasanya. Bahasa berkembang seiring dengan pemakai bahasanya, dan ini menyangkut pula penggunaannya pada bidang khusus. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung telah memperkaya kosakata dan istilah bahasa Indonesia. Semua perkembangan itu diusahakan bisa diungkapkan dengan bahasa Indonesia. Artinya, penutur bahasa Indonesia bisa mengungkapkan ide, gagasan, dan pendapatnya dengan khazanah bahasanya sendiri bukan dari bahasa lain. Salahsatu istilah yang merupakan sarana pengungkap ilmu pengetahuan dan teknologi adalah istilah kehutanan. Dalam berkomunikasi, terkadang ditemukan kata-kata yang kurang dipahami maknanya, termasuk istilah bidang kehutanan. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, istilah ini belum tersosialisasikan dengan baik di masyarakat, contohnya istilah logging. Penutur bahasa Indonesia masih bingung untuk mendefinisikan istilah tersebut dengan benar. Dari segi makna, baik leksikal maupun kontekstual istilah tersebut tentunya memiliki interpretasi yang berbeda antara penutur yang satu dengan yang lain.

3 Contoh perubahan makna kata dan makna istilah terjadi pada kata illegal logging. Secara leksikal kata ini bermakna penebangan hutan secara liar, pembalakan liar. Istilah illegal logging diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi pembalakan liar. Adapun makna kata pembalakan liar sebagai berikut; pembalakan adalah kegiatan penebangan hutan untuk mendapatkan kayu bulat dan makna kata liar ialah tanah terbuka; tanah garapan. Sementara itu, makna istilah pembalakan liar adalah membawa hasil penebangan yang dilakukan tanpa izin resmi atau secara tidak sah. Terjadi perubahan makna kata pada pembalakan liar dan makna istilah pada pembalakan liar. Makna kata pembalakan diartikan kegiatan menebang, sedangkan pada makna istilah diartikan sebagai kegiatan membawa hasil tebangan. Contoh lainnya dalam istilah kehutanan terdapat kata relogging yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi tebang cuci mangkok yang artinya perambahan kawasan hutan oleh masyarakat yang datang setelah jalanjalan hutan terbuka. Setelah berdiskusi dengan salah seorang pegawai dinas kehutanan, istilah relogging sama dengan pembalakan liar. Apabila ditelaah secara leksikal relogging terdiri atas re dan logging, re memiliki arti lagi atau kembali, sedangkan logging dapat diartikan sebagai batang kayu, pekerjaan memotong kayu. Apabila digabungkan, istilah relogging ialah kegiatan memotong kayu lagi atau kembali, secara kontekstual makna yang berkembang sama seperti istilah pembalakan liar. Pertanyaannya mengapa muncul istilah tebang cuci mangkok jika sudah ada istilah pembalakan liar? Hal tersebut menarik minat peneliti untuk menelaah

4 pembentukan istilah kehutanan lebih dalam. Dari beberapa contoh yang sudah dipaparkan, terdapat perubahan makna kata dan makna istilah. Oleh karena itu, selain peneliti tertarik untuk mengetahui seluk-beluk bentuk istilah bidang kehutanan, peneliti juga tertarik untuk menelaah makna istilah bidang kehutanan tersebut. Seperti diketahui, istilah kehutanan sudah sering digunakan dalam berita, artikel, dan tulisan lain. Namun, peneliti berhipotesis sebagian istilah kehutanan tersebut belum tersosialisasikan dengan baik. Pembahasan tentang istilah tidak hanya melibatkan ranah morfologi, tetapi juga melibatkan ranah sintaksis karena bentuk lingual istilah hadir baik dalam wujud kata maupun frasa. Sebagai penunjang penelitian, peneliti menggunakan teori di antaranya pendapat Putrayasa (2008:5) dalam ilmu morfologi. Salah satu proses morfologis ialah afiksasi. Putrayasa dalam bukunya mengungkapkan afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks. Untuk mengkaji segi semantik istilah kehutanan, peneliti menggunakan pendapat Pateda (2010) mengenai jenis makna. Selain itu, untuk menunjang penelitian, peneliti juga memanfaatkan Pedoman Umum Pembentukan Istilah edisi ketiga. Permasalahan mengenai istilah tidak hanya terjadi pada istilah bidang kehutanan. Hal tersebut dipertegas oleh penelitian Santosa (2007) tentang istilah broadcasting. Hasil penelitiannya menunjukkan bentuk istilah broadcasting yang sering digunakan oleh pemakai bahasa Indonesia: bentuk frasa bahasa Indonesia berjumlah 38%, bentuk frasa bahasa asing berjumlah 10%, bentuk kata istilah

5 asing 21%, dan bentuk kata bahasa Indonesia berjumlah 31%. Makna istilah broadcasting mengutamakan kesamaan dan kepadanan konsep bukan bentuk luar atau harfiah. Istilah broadcasting yang berasal dari bahasa Indonesia yang sering digunakan di media cetak dan elektronik berjumlah 42%. Istilah yang telah dikodifikasi berjumlah 52%. Istilah broadcasting yang sering digunakan oleh pemakai bahasa Indonesia adalah media elektronik berjumlah 63% dan di media cetak 37%. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Prajawati (2009) tentang penggunaan istilah olahraga. Hasil penelitian mengenai penggunaan istilah olahraga di media cetak berdasar proses pembentukan istilah, sebagian besar berupa istilah serapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal. Bentuk istilah olahraga yang sering digunakan oleh pemakai bahasa Indonesia: bentuk frasa bahasa Indonesia berjumlah 17%, bentuk frasa asing berjumlah 13%, bentuk kata istilah asing 30%, dan bentuk kata bahasa Indonesia berjumlah 40%. Jadi, penggunaan istilah olahraga di media cetak berdasar bentuk, sebagian besar merupakan bentuk kata bahasa Indonesia. Berdasarkan pengggunaan makna, dapat diketahui bahwa istilah olahraga merupakan istilah sinonim, polisemi, dan homograf. Berdasarkan tingkat kodifikasi dapat diketahui istilah olahraga di media yang telah terkodifikasi sebesar 41%, dan istilah yang belum terkodifikasi sebesar 59%. Berdasarkan uraian di atas, penelitian terdahulu lebih menitikberatkan pada penyerapan istilah asing dan proses kodifikasi. Sementara itu, penelitian aspek bentuk, pembentukan, makna, tingkat kodifikasi, dan respons pembaca terhadap penggunaan istilah bidang kehutanan pada majalah Surili belum dilakukan.

6 Berkenaan dengan hal tersebut, peneliti mengajukan sebuah penelitian deskriptif kualitatif yang berjudul Karakteristik Istilah Bidang Kehutanan pada Majalah Surili. Di dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah, definisi istilah adalah kata dan frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang serta dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Beragam istilah dan banyaknya istilah asing yang digunakan dalam peristilahan kehutanan membuat peneliti tertarik untuk meneliti masalah ini. Perkembangan bahasa yang ada tentu saja menarik untuk diteliti dan diobservasi untuk proses pembinaan bahasa, penyusunan materi pelajaran bahasa, dan penyusunan kamus. Adapun bahasa yang sedang berkembang, seperti bahasa Indonesia, hal ini dapat dipakai untuk memantau perkembangan kosakata asing yang memiliki peran dalam perkembangan kosakata tersebut. Selain itu, hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan pengembangan istilah dan kosakata pada umumnya. 1.2 Masalah Penelitian 1.2.1 Identifikasi Masalah Peneliti mengidentifikasi masalah penelitian ini sebagai berikut. 1) Penyerapan kosakata pada majalah Surili memiliki makna yang mewakili istilah khusus bidang kehutanan. 2) Istilah kehutanan memiliki makna umum dan makna khusus.

7 3) Pembentukan istilah kehutanan pada majalah Surili memiliki karakteristik yang khas. 1.2.2 Batasan Masalah Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada beberapa aspek berikut: 1) istilah kehutanan pada majalah Surili periode tahun 2006-2010, 2) bentuk lingual istilah bidang kehutanan pada majalah Surili, 3) karakteristik proses pembentukan istilah bidang kehutanan pada majalah Surili, 4) makna istilah bidang kehutanan pada majalah Surili, 5) tingkat kodifikasi istilah bidang kehutanan pada majalah Surili, dan 6) respons pembaca terhadap istilah kehutanan pada majalah Surili. 1.2.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagaimana bentuk lingual istilah bidang kehutanan pada majalah Surili? 2) Bagaimana proses pembentukan istilah bidang kehutanan pada majalah Surili? 3) Bagaimana makna istilah bidang kehutanan pada majalah Surili? 4) Bagaimana tingkat kodifikasi istilah bidang kehutanan pada majalah Surili? 5) Bagaimana respons pembaca terhadap terhadap penggunaan istilah bidang kehutanan pada majalah Surili?

8 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hal-hal sebagai berikut: 1) bentuk lingual istilah bidang kehutanan pada majalah Surili, 2) proses pembentukan istilah bidang kehutanan pada majalah Surili, 3) makna bidang istilah kehutanan pada majalah Surili, 4) tingkat kodifikasi istilah bidang kehutanan pada majalah Surili, dan 5) respons pembaca terhadap penggunaan istilah bidang kehutanan pada majalah Surili. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) menambah pengetahuan mengenai perbendaharaan kosakata berkaitan dengan bidang kehutanan; 2) mengetahui dan memahami seluk beluk morfologi bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia; 3) mengetahui proses pembentukan istilah bidang kehutanan. Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) memberikan arahan dalam penggunaan kosakata istilah bidang kehutanan sesuai dengan konteks yang benar; 2) menggunakan istilah bidang kehutanan dengan tepat, baik dari segi bentuk maupun maknanya;

9 3) menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah yang dihadapi, khususnya permasalahan istilah bidang kehutanan pada majalah Surili; 4) memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang istilah bidang kehutanan pada majalah Surili. 1.5 Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman antara peneliti dan pembaca, peneliti mendefinisikan secara operasional karakteristik istilah bidang kehutanan pada majalah Surili. Beberapa konsep dasar dari penelitian ini adalah seperti berikut. 1) Karakteristik istilah adalah ciri-ciri khusus dari suatu istilah berdasarkan aspek formal, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. 2) Istilah bidang kehutanan adalah kata atau gabungan kata yang digunakan pada bidang kehutanan baik yang berbentuk serapan maupun istilah asli bahasa Indonesia. 3) Majalah Surili adalah majalah triwulanan yang berisi suara, liputan, dan berita dari berbagai pegawai kehutanan di Indonesia dan diterbitkan oleh lembaga kehutanan Jawa Barat.