BAB I PENDAHULUAN. bersama. Pelayan publik (public service) oleh birokrasi publik merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. semangat para Penyelenggara Negara dan pemimpin pemerintahan. 1 Penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan layanan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 /PM.4/2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS TAHUN PENGADILAN AGAMA KOTABUMI

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

RANCANGAN UNDANG UNDANG RANCANGAN UNDANG UNDANG

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang terdiri atas latar

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

4.1. Profil Badan Pengawas Provinsi Riau

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945)

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

Pelayanan Publik yang Berorientasi pada Pelanggan. Oleh: Marita Ahdiyana

PENEGAKAN HUKUM DAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK 1

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membangun, dan mempunyai tipe welfare state, yaitu negara yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

PRINSIP GOOD UNIVERSITY GOVERNANCE PADA STAKPN (SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN PROTESTAN NEGERI) AMBON. Tesis. Diajukan kepada

Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sejarah Indonesia, khusususnya pada Era Orde Baru terdapat berbagai

BAHAN PENUNJANG MATERI MATA DIKLAT SANKRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

PEMBENAHAN KINERJA APARATUR PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BAB III VISI, MISI DAN NILAI

Bab I Pendahuluan Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. informasi dan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat. Kemampuan tersebut

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara hukum, penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. publik. Pemahaman mengenai good governance berbeda-beda, namun sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan nasional merupakan upaya untuk meningkatkan

Pendidikan Kewarganegaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis

BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan ilmu

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

Good Governance. Etika Bisnis

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN DI KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Strategi Implementasi..., Baragina Widyaningrum, Program Pascasarjana, 2008

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan sarana

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap Negara memiliki tujuannya masing-masing. Tujuan Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN. Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, maka penulis

BAB I PENGANTAR. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta pelayanan

BAB I LATAR BELAKANG

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI

dipersyaratkan untuk terselenggaranya tata kelola pemerintahan secara efektif dan efisien serta mampu mendorong terciptanya daya saing daerah pada tin

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya pelayanan tidak jelas bagi para pengguna pelayanan. Hal ini terjadi

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas berada pada ilmu sosial yang menyangkut berbagai cabang ilmu

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELAYANAN PUBLIK. menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi serta nilai-nilai budaya dalam bentuk kegiatan pembelajaran, baik. formal di sekolah maupun non formal di masyarakat.

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. sehinga dapat memberikan kualitas pelayanan prima terutama dalam rangka

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BAB I PENDAHULUAN. berperan untuk mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik, guru

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro)

I. PENDAHULUAN. aspiratif terhadap berbagai tuntutan masyarakat yang dilayani. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan

1 UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAYA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

Mata Kuliah Kewarganegaraan GOOD GOVERNANCE

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang dan masyarakat yang mempunyai kepentingan dan organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Pemerintah pada hakekatnya adalah pelayan masyarakat, ia tidak berfungsi untuk melayani dirinya sendiri tetapi melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama. Pelayan publik (public service) oleh birokrasi publik merupakan perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat. Pelayanan publik oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk mensejahterakan rakyat (warga negara). Sementara itu kondisi masyarakat saat ini terjadi suatu perkembangan yang sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin baik merupakan indikasi dari yang dialami oleh masyarakat. Hal ini mengakibatkan masyarakat semakin sadar akan apa yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai warga negara dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Masyarakat semakin berani

mengajukan tuntutan, keinginannya dan aspirasinya kepada pemerintah. Masyarakat semakin kritis dan semakin berani untuk melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh pemerintahnya. Pelayanan merupakan tugas utama yang hakiki dari sosok aparatur sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Tugas dan tanggung jawab tersebut telah jelas digariskan dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang meliputi empat aspek pelayanan pokok aparatur terhadap masyarakat, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Penjelasan tersebut diperjelas lagi dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.63 tahun 2003 yang menjelaskan pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik. Peraturan tersebut dilatar belakangi oleh semakin menurunnya tingkat pelayanan publik. Ketetapan MPR-RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), mengamanatkan agar aparatur negara mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara profesional, produktif, transparan dan bebas dari KKN.

Perwujudan nyata dari sikap aparatur negara dalam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai yang diamanatkan oleh TAP MPR tersebut antara lain tercermin dari penyelenggara pelayanan publik. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatan kinerja aparatur dalam penyelenggaraan pelayanan publik terus dilakukan. Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan, aparatur negara hendaknya memberikan pelayanan dengan berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan penerima pelayanan. Pendidikan merupakan salah satu alat untuk mengukur bagaimana suatu negara dapat dikatakan berkembang, maju atau bahkan yang tertinggal degan negara-negara lainnya. Pendidikan juga merupakan sarana untuk meningkatkan daya saing sumber daya mausia yang ada di dalamnya yang dapat memberikan dampak positif. Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan yang digunakan sebagai tolak ukur bagaimana kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan. Berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, dapat juga diharapkan memberi dampak yang baik terhadap peningkatan pelayanan pada sektor pendidikan, dapat mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang. Melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, negara telah memberikan kerangka yang jelas kepada Pemerintah

dalam penyelenggaraan pendidikan nasional yang sesuai dengan amanat Pasal 31 ayat 3 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penyelenggaraan pendidikan nasional yang sesuai dengan amanat pasal 31 ayat 3 UUD Negara Republik Indonesia. Disamping itu dalam rangka menghadapi perkembangan dunia yang makin mengutamakan basis ilmu pengetahuan, pendidikan tinggi diharapkan mampu menjalankan peran startegi dalam memajukan peradaban dan kesejahteraan manusia. Adapun salah satu konsep yang saat ini sedang menjadi mainstream dalam penyelenggaraan perguruan tinggi adalah konsep good university governance. Konsep ini sebenarnya merupakan turunan dari konsep tata kepemerintahan yang lebih umum, yaitu good governance. Good University Governance dapat dipahami sebagai struktur, sistem dan proses yang digunakan oleh organ-organ universitas secara berkesinambungan dalam jangka panjang. Penerpan Good University Governance meliputi ke tujuh prinsip yang terdapat dalam asas umum pemerintahan yang baik dalam hal ini terkait pada bidang pendidikan yaitu : 1 1. Kepastian Hukum 1 Dwiyanto Agus dkk, Revormasi Good Governance, Jakarta 2006, hlm.210

Pelaksanaan fungsi-fungsi perguruan tinggi tidak dapat berjalan dengan kondusif apabila tidak ada hukum atau peraturan yang di tegakan dalam penyelenggaraannya. 2. Transparansi Transparansi atau keterbukaan merupakan sebuah prasyarat dasar untuk menunjang adanya partisipasi dan menjaga akuntabilitas institusi. Proses partisipasi memerlukan ketersediaan informasi yang memadai dan kemudahan bagi seluruh stakeholder dalam mengakses suatu informasi. 3. Berkeadilan Seluruh prinsip-prinsip yang terdapat pada sebuah perguruan tinggi dapat terwujud apabila ada satu kesepahaman persamaan derajat (equity) setiap entitas stakeholder. Artinya paradigma yang digunakan bukanlah hierarkikal atau mengutamakan kepentingan suatu kelompok tertentu, melainkan paradigma yang digunakan adalah persamaan derajat dan adanya pemahaman bersama bahwa perbedaan antar stakeholder sebenarnya terletak pada peranan, tanggung jawab, dan amanat yang diemban. Dengan begitu akan tercipta rasa saling menghargai dan menghormati antar stakeholders, mengingat penyelenggaraan PTN tidak akan berjalan dengan baik apabila salah satu dari peran masing-masing stakeholder tidak berfungsi.

4. Efektif dan Efisien Efektifitas dan efisiensi. Output dari seluruh proses penyelenggaraan atau program-program yang digariskan harus tepat sasaran (efektif) atau sesuai dengan kebutuhan dan harapan stakeholder. Yang terutama adalah efektif dalam menunjang fungsi-fungsi pendidikan, khususnya dalam hal peningkatan mutu akademik dan riset. Selain itu, penyelenggaraan PTN juga harus efisien dalam pemanfaatan sumber daya untuk melakukannya. 5. Tanggung Jawab Tugas dan tanggung jawab masing-masing stakeholder. Hal ini harus didahului dengan pembangunan kesadaran dalam diri seluruh stakeholder bahwa mereka memiliki kepentingan dan karenanya harus turut berpartisipasi dalam penyelenggaraan PTN. 6. Akuntabilitas Institusi PTN harus mampu mempertanggungjawabkan seluruh rangkaian proses penyelenggaraan PTN terhadap seluruh stakeholder, baik internal maupun eksternal. 7. Tidak Menyalahgunakan Wewenang Penyelenggaraan Perguruan Tinggi merupakan tanggung jawab dari seluruh civitas akademik, sehingga dalam proses penyelenggaraan dituntut pihak yang bertanggung jawab dan tidak menyalahgunakan wewenang yang ada demi kepentingan pribadi maupun kelompok tertentu.

Berdasarkan Keputusan Presiden No.19 Tahun 1999 tentang pendirian merupakan Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri, STAKPN sebuah Perguruan Tinggi Negeri yang bernaung pada Kementrian Agama RI. Dalam penyelenggaraan aktivitas akademika, penerapan Good University Governance sebagai standar untuk meningkatkan tugas, tanggung jawab serta mutu Perguruan Tinggi sangatlah diharapkan. Selain tugas dan tanggung jawab dari masing-masing stakeholder, peraturanpraturan yang terdapat di dalamnya diharapkan mampu memenuhi ke tujuh asas-asas umum pemerintahan yang baik yang mencakup pada bidang pendidikan, sehingga prinsip Good University Governance yang dicitacitakan dapat sepenuhnya terwujud. Dari uraian latar belakang yang penulis kemukakan, penulis ingin mengkaji tentang berbagai aturan-aturan pada STAKPN Ambon yang mencakup prinsip Good University Governance dan keterkaitan stakeholder dalam pembuatan aturan-aturan tersebut. Oleh karena itu good governance yang merupakan pedoman penyelenggaraan negara yang baik menjadi dasar dalam penelitian ini, dalam mewujudkan pemerintahan yang baik melalui Good University Governance. Peraturan merupakan bentuk keputusan yang di buat dan dilaksanakan dalam rangka pengembangan lembaga pendidikan tinggi. Peraturan mempunyai dampak bagi penyelenggaraan civitas akademika,

dimana dalam peraturan yang berlaku sebagai dasar tuntunan dan pedoman civitas akademika dalam pelaksanaan tugas dan fungsi. Pelaksanan peraturan pada STAKPN merupakan salah satu bentuk otonmi pendidikan tinggi yang dapat menciptakan peraturan-peraturan terkait dengan pengembangan lembaga pendidikan tinggi. B. Rumusan Masalah 1. Apakah peraturan dalam STAKPN berdasarkan pada prinsip Good University Governance? 2. Bagaimana partisipasi stakeholder dalam penyusunan peraturan tersebut? C. Manfaat dan Tujuan Penelitian 1. Manfaat Penelitian a. Pada Tataran Teoritis Meletakan prinsip Good University Governance dalam penyusunan peraturan pada STAKPN Ambon b. Pada Tataran Praktis Memberikan masukan mengenai prinsip Good University Governance sebagai dasar pelaksanaan pelayanan publik pada bidang pendidikan khususnya di STAKPN Ambon.

2. Tujuan Penelitian Mewujudkan Good University Governance pada STAKPN Ambon melalui penyusunan peraturan, keterlibatan stakeholder yang terlibat demi kemajuan civitas Akademika. D. Landasan Teori 1. Pengertian Pelayanan Publik Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) kepentingan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada suatu organisasi sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Pemerintah pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat, ia tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri melainkan untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama. Karena birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan yang baik dan profesional. Pelayanan publik (public service) oleh birokrasi publik adalah merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat disamping sebagai abdi negara. Pelayanan publik (public service) oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk mensejahterakan rakyat (warga negara) dari suatu negara kesejahteraan (welfare state). Pelayanan

umum oleh Lembaga Administrasi Negara diartikan sebagai segala pembentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara/daerah dalam bentuk barang dan jasa, baik dalam rangka upaya kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan. Pelayanan publik dengan demikian dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi tersebut sesuai aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Pelayanan publik menjadi fokus studi disiplin ilmu Administrasi Publik di Indonesia, masih menjadi persoalan yang perlu memperoleh perhatian dan penyelesaian yang komperhensif. Harus diakui bahwa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat terus mengalami pembaruan baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan seiring dengan meningkatnya tuntutan masyarakat dan perubahan di dalam pemerintah itu sendiri. Meskipun demikian, pembaruan dilihat dari kedua sisi tersebut belumlah memuaskan, bahkan masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang tidak berdaya dan termarginalkan dalam kerangka pelayanan. 2 2 Agung Kurniawan, Transformasi Pelayanan Publik, Yogyakarta:Pembaruan, 2005, hlm.22

Pada dasarnya manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. 3. Hal senada yang dikemukakan Budiman Rusli 4 yang berpendapat bahwa selama hidupnya, manusia selalu membutuhkan pelayanan. Masyarakat setiap waktu selalu menuntut pelayanan publik yang berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan tersebut sering tidak sesuai dengan harapan karena kenyataannya pelayanan publik yang terjadi selama ini masih bercirikan berbelit-belit, lambat, mahal dan melelahkan. Kecenderungan seperti ini terjadi karena masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang melayani bukan yang dilayani. Oleh karena itu, pada dasarnya dibutuhkan reformasi pelayanan publik dengan mengembalikan dan mendudukan pelayanan pelayan dan yang dilayani ke pengertian yang sesungguhnya. Pelayanan yang seharusnya ditujukan kepada masyarakat umum kadang dibalik menjadi pelayanan masyarakat terhadap negara, 5 meskipun negara berdiri sesungguhnya adalah untuk kepentingan masyarakat yang mendirikannya, artinya birokrat yang sesungguhnya haruslah memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. 3 L.P.Sinambela,Ilmu Budaya Dasar,Perkembangan Ilmu Administrasi Negara, Edisi Desember 1992,hlm.198 4 Budiman Rusli,Pelayanan Publik di Era Reformasi,www.pikiran-rakyat.com edisi 7 Juni 2004 5 Inu Kencana Syaffie dkk, Ilmu Administrasi Publik, Kencana, Jakarta, 2005, hlm.119

Osborne dan Plastrik mencirikan pemerintahan (birokrat) sebagaimana diharapkan di atas adalah pemerintahan milik masyarakat, 6 yakni pemerintahan (birokrat) yang mengalihkan wewenang kontrol yang di milikinya kepada masyarakat. Masyarakat diberdayakan sehingga mampu mengontrol pelayanan yang diberikan oleh birokrasi. Dengan adanya kontrol dari masyarakat pelayanan publik akan lebih baik karena mereka akan memiliki komitmen yang lebih baik, lebih peduli, dan lebih kreatif dalam memecahkan masalah. Pelayanan yang diberikan oleh birokrat ditafsirkan sebagai kewajiban bukan hak karena mereka di angkat oleh pemerintah untuk melayani masyarakat, oleh karena itu harus dibangun komitmen yang kuat untuk melayani sehingga pelayanan akan dapat menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat dan dapat merancang model pelayanan yang lebih kreatif serta lebih efisien. 2. Good Governance Good Governance bila dianalisis "Good" maknanya adalah nilai-nilai yang menjunjung tinggi kehendak rakyat dan meningkatkan kemampuannya dalam pencapaian tujuan serta berdayaguna & berhasil guna dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut. "Governance" maknanya pemerintahan berfungsi secara efektif dan efisien dalam upaya 6 DavidOsborne,Peter Plastrik,Memangkas Birokrasi:Lima Strategi Menuju Pemerintahan,Terjemahan Abdul Rosyid&Ramelan,(Jakarta:PPM 2004),hlm.58

mencapai tujuan nasional yang telah digariskan, dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945. 7 Terminologi Good Governance dalam bahasa dan pemahaman masyarakat termasuk di sebagian elite politik, sering rancu. Setidaknya beberapa terminologi yang sering rancu yaitu antara Good Governance (tata pemerintahan yang baik) dan Good Goverment (Pemerintahan yang baik). Perbedaan paling pokok antara konsep government dan governance terletak pada bagaimana cara penyelenggaraan otoritas politik, ekonomi dan administrasi dalam pengelolaan urusan suatu bangsa. Konsep pemerintahan berkonotasi peranan pemerintah yang lebih dominan dalam penyelenggaran berbagai otoritas tadi. Sedangkan dalam governance mengandung makna bagaimana cara suatu bangsa mendistribusikan kekuasaan dan mengelola sumberdaya dan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat. Dengan kata lain, dalam konsep governance terkandung unsur demokratis, adil, transparan, rule of law, partisipatiof dan kemitraan. Good Governance merupakan wacana baru dalam kosa kata ilmu politik. Ia muncul pada awal 1990-an. Secara umum istilah clean and good governance memiliki pengertian akan segala hal yang terkait dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan atau 7 Agus Dwiyanto dkk, Mewujudkan Good Governance, Bandung 2006, hlm.43

mempengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini, pengertian Good governance tidak sebatas pengelolaan lembaga pemerintah semata, tetapi menyangkut semua lembaga baik pemerintah maupun pada sektor pendidikan. Menurut Andi Faisal Bakti, istilah good governance memiliki pengertian pengejewantahan nilai-nilai luhur dalam mengarahkan warga Negara (citizens) kepada masyarakat dan pemerintahan yang berkeadaban melalui wujud pemerintahan yang suci dan damai. Dalam kontek Indonesia substansi wacana good governance dapat dipadankan dengan istilah pemerintahan yang baik bersih dan berwibawa. Prinsip demokrasi yang bertumpu pada peran sentral warga Negara dalam proses sosial dan politik bertemu dengan prinsip-prinsip dasar good governance, yaitu pengelolaan pemerintahan yang bersih dan berwibawa yang dirumuskan bersama oleh pemerintah dan komponen masyarakat madani. Prinsip-Prinsip Dalam Good Governance. 8 1. Akuntabilitas Meningkatkan kualitas pengambil keputusan di segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat. 2. Pengawasan 8 Dwiyanto Agus dkk, Revormasi Good Governance, Jakarta 2006, hlm.210

Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan swasta dan masyarakat. 3. Daya Tanggap Meningkatkan kepekaan para penyelenggaraan pemerintah terhadap aspirasi masyarakat tanpa terkecuali. 4. Efisiensi dan Efektifitas Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab. 5. Transparansi Menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi. 6. Partisipasi Mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang menyangkut kepentingan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. 7. Penegakan Hukum Mewujudkan penegakan hukum yang adil bagi semua pihak, tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dam memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

3. Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik Sistem penyelenggaraan pemerintahan negara merupakan unsur penting dalam suatu negara. Oleh karena itu, maka tidak berlebihan apabila salah satu faktor penentu krisis nasional dan berbagai persoalan yang melanda bangsa Indonesia bersumber dari kelemahan di bidang manajemen pemerintahan, terutama birokrasi,yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik. 9 Asas-asas umum pemerintahan yang baik merupakan jembatan antara norma hukum dan norma etika. Asas-asas tersebut ada yang tertulis dan tidak tertulis. Asas ini sebagai perwujudan pemerintahan yang baik, baik dari sistem dan pelaksanaan pemerintahan. Pada awalnya dengan adanya kewenangan bagi administrasi negara untuk bertindak secara bebas dalam melaksanakan tugas-tugasnya maka ada kemungkinan bahwa administrasi negara melakukan perbuatan yang menyimpang dari peraturan yang berlaku sehingga merugikan masyarakat luas. Oleh sebab itu perlu adanya asas-asas untuk membatasi dari wewenang administrasi tersebut sehingga terhindar dari pelampauan wewenang. Dalam Perundangan-undangan formal kita yang tertulis dalam sebuah naskah UU. Di dalam UU sudah ada mengatur tentang 9 Prof DR M Dimyatii Hartono SH, Lima Langkah Membangun Pemerintahan Yang Baik,Jakarta 1997,hal.12

asas-asas umum pemerintahan yang baik yaitu dalam UU RI No. 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN, dan UU RI No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Di dalam UU RI No.28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN Pasal 1 (6) yaitu Asas Umum Pemerintahan Negara yang Baik, adalah asas yang menjunjung tinggi norma kesusilaan, kepatutan dan norma hukum untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi dan nepotisme. Dalam Pasal 3 UU RI No.28 Tahun 1999, ayat 1,2,3,4,5,6 dan 7 dijelaskan tentang Asas Umum Penyelenggaraan Negara yaitu sebagai berikut : 1. Asas Kepastian Hukum adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggara Negara. Maksudnya asai ini menhendaki dihormatinya hak yang telah diperoleh seseorang berdasarkan suatu keputusan badan atau pejabat administrasi negara. 2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keselarasan, dan keseimbangan dalam pengendalian Penyelenggara Negara. 3. Asas Kepentingan Umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif. Maksudnya asas ini menghendaki pemerintah harus mengutamakan kepentingan umum terlebih dahulu.

4. Asas Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskrirninatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara. 5. Asas Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara. 6. Asas Profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 7. Asas Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. E. Kerangka Teori Good Governance Good University Governance PRINSIP-PRINSIP -Akuntabilitas -Daya Tanggap -Profesionalisme -Efisiensi & Efektifitas -Transparansi -Kesetaraan -Partisipasi -Penegakan Hukum PRINSIP-PRINSIP -Kepastian Hukum -Transparansi -Berkeadilan -Efisien & Efektifitas -Tanggung jawab -Akuntabilitas -Tidak Menyalahgunakan Wewenang

STAKPN PERATURAN 1. STATUTA 2. PERATURAN AKADEMIK 3. SK Ketua STAKPN Tentang Pembentukan Tim Pemeriksa Terhadap Pelanggaran Disiplin PNS STAKPN Prinsip Good University Governance STAKPN: 1. Kepastian Hukum 2. Transparansi 3. Berkeadilan 4. Efektif&efisien 5. Tanggung Jawab 6. Akuntabilitas 7. Tidak Menyalahgunakan Wewenang ANALISIS F. Metode Penelitian 1. Berdasarkan permasalahan yang diteliti oleh penulis, maka metode yang digunakan yaitu penelitian hukum normatif. Metode penelitian hukum normatif atau metode penelitian hukum kepustakaan adalah metode atau cara yang dipergunakan di dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada. Tahapan pertama penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum objektif (norma hukum), yaitu dengan mengadakan

penelitian terhadap masalah hukum. Tahapan kedua penelitian hukum normatif adalah penelitian yang dilakukan besifat deskriptif yaitu menggambarkan gejala-gejala di lingkup STAKPN Ambon terhadap suatu kasus yang diteliti, pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan kualitatif yang merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Pendekatan kualitatif oleh penulis bertujuan untuk mengerti atau memahami gejala yang diteliti. Penulis melakukan penelitian dengan tujuan untuk menarik asas-asas hukum yang dapat dilakukan terhadap hukum positif tertulis maupun hukum positif tidak tertulis. 2. Pendekatan Penelitian Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan, dengan pendekatan tersebut peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu hukum yang dicari jawabnya. Macam-macam pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah : a. Pendekatan UU (statue approach) Pendekatan ini dilakukan dengan menelaah peraturan perundangundangan yang terkait dengan permasalahan (isu hukum) yang sedang dihadapi.

b. Pendekatan Konseptual (conceptual approach) Pendekatan yang dilakukan dengan menelaah prinsip Good University Governance sebgai landasan hukum. 3. Sumber dan Jenis Data a. Bahan Hukum Sekunder Di artikan sebagai sumber hukum yang tidak mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer yang merupakan hasil olahan pendapat atau pikiran para pakar atau ahli yang mempelajari suatu bidang tertentu secara khusus yang akan memberikan petunjuk kemana peneliti akan mengarah, yang dimaksudkan dengan bahan hukum sekunder meliputi teks book (buku hukum) yang memuat teori-teori dan konsep tentang hukum pandangan para pakar, jurnal hukum, internet dan sebagainya. 10 b. Bahan Hukum Primer Sumber hukum primer merupakan bahan yang mencakup masalah yang akan di teliti mencakup peraturan perundang-undangan, putusan-putusan pengadilan (yurisprudensi), dan sebagainya. 10 Suratman&H.Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, Desember 2012, hlm.82

4. Unit Amatan Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, sehingga yang menjadi unit amatan dalam penulisan ini yaitu aturan-aturan yang berlaku pada STAKPN yang meliputi STATUTA, Peraturan Akademik, Surat Keputusan (SK) Ketua STAKPN Ambon Tentang Pembentukan Tim Terhadap Pelanggaran Disiplin PNS STAKPN Ambon. 5. Unit Analisis Analisis merupakan substansi aturan di STAKPN yang berdasar pada prinsip Good University Governance yaitu : 1. Prinsip-prinsip Good University Governance dalam peraturanperaturan di lingkungan STAKPN. 2. Prinsip partisipasi stakeholder dalam penyusunan peraturan di STAKPN.