Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas Pauh. dilakukan penentuan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Daftar Masalah di Puskesmas Pauh No Program Masalah Target / Indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk yang paling banyak dan paling penting (Widoyono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KERANGKA ACUAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN (KESLING) PUSKESMAS MANIMPAHOI

No. Dokumen : C. KEBIJAKAN Puskesmas Gedongan mengatur tata cara melakukan konsultasi gizi kepada pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

PERENCANAAN KEGIATAN PUSKESMAS PARSOBURAN (POA) Pasien yang berobat 2 kali. Pasien yang berobat 8 kali. Pasien yang berobat 1 kali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

UNGGULAN UTAMA RW SIAGA KESEHATAN

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT

BAB IV UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT YANG BERORIENTASI SASARAN (UKMBS) KRITERIA 4.1.3

MINILOKAKARYA PUSKESMAS SELOMERTO

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100.

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN. disajikan kecenderungan kasus kematian ibu di Desa Banguntapan.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN MASYARAKAT/ SASARAN PROGRAM No.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari kesimpulan yang mencerminkan hasil yang didapatkan dari penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak lepas terkait dengan status gizi ataupun kesehatan setiap. individu. Indikator yang digunakan salah satunya adalah Indeks

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia, oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. waktu satu tahun per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. Identitas Informan Nama : Umur : Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan Pendidikan Terakhir : Tanggal Wawancara :

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas pada semua kelompok usia di seluruh dunia termasuk di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

b. Tujuan Khusus Meningkatkan cakupan hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) di Puskesmas Losarang.

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. 1) Angka Kematian Bayi waktu satu tahun per kelahiran hidup.

I. PENDAHULUAN. peranan dalam peningkatan kesejahteraan manusia. Dalam lingkup kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dan diantaranya adalah anak-anak. WHO (2014) mengestimasi

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TEGAL TIMUR Jln. Flores No. 35 Telp. : ( 0283 ) Tegal

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit TB paru di Indonesia masih menjadi salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM TB PARU. Tuberkulosis adalah penyaki tmenular langsung yang disebabkan oleh kuman

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. menular maupun tidak menular (Widyaningtyas, 2006). bayi dan menempati posisi pertama angka kesakitan balita.

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penanggulangan Penyakit Menular

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN BAB I UMUM 1.1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

Transkripsi:

4.2 Prioritas Masalah Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas Pauh tidak memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu dilakukan penentuan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar. Dalam hal ini metode yang digunakan adalah teknik skoring. Dari masalah tersebut akan dibuat plan of action untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan. Kriteria nilai yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Urgensi (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan) Nilai 1: tidak penting Nilai 2: kurang penting Nilai 3: cukup penting Nilai 4: penting Nilai 5: sangat penting 2. Kemungkinan intervensi Nilai 1: tidak mudah Nilai 2: kurang mudah Nilai 3: cukup mudah Nilai 4: mudah Nilai 5: sangat mudah 3. Biaya Nilai 1: sangat mahal Nilai 2: mahal

Nilai 3: cukup murah Nilai 4: murah Nilai 5: sangat murah 4. Kemungkinan meningkatkan mutu Nilai 1: sangat rendah Nilai 2: rendah Nilai 3: sedang Nilai 4: tinggi Nilai 5: sangat tinggi Tabel 4.3 Prioritas Masalah Di Puskesmas Pauh Kriteria Urgensi Intervensi Biaya Mutu Total Ranking Incident Rate DBD 5 4 3 4 16 I Suspect TB 3 3 4 4 14 II PSG 4 1 2 2 9 IV Pengawasan Depot Air Minum 1 2 1 3 7 V Asi Eksklusif 3 4 3 4 14 III

Keterangan: 1. Incident Rate DBD meningkat a. Urgensi : sangat penting (Skor 5) Demam berdarah Dengue menjadi masalah yang sangat penting di Puskesmas Pauh, seiring ditemukannya kasus baru penderita DBD di beberapa wilayah kerja Puskesmas Pauh. Salah satu Kelurahan yang menjadi perhatian adalah kelurahan Limau Manis, yang mengalami peningkatan jumlah kasus baru. Dari laporan didapatkan angka kasus baru DBD pada bulan Januari sebanyak 2 orang, pada bulan Februari sebanyak 4 orang, sementara pada bulan Maret angka tersebut meningkat menjadi 7 orang. Pada laporan tahunan tahun 2012 dan 2013 didapatkan kasus DBD di kelurahan Limau Manis sebanyak masing-masing 1 kasus. Masalah ini sangat penting karena penyebaran penyakit DBD terkait dengan keadaan lingkungan dan apabila tidak segera ditangani maka dapat terus terjadi peningkatan kasus baru kedepannya. b. Intervensi : mudah (Skor 4) Tindakan yang dapat dilakukan adalah memberikan penyuluhan tentang demam berdarah dengue, usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran seperti melalui 3M plus, dan juga pemantauan berkala oleh jumantik. c. Biaya : cukup murah (Skor 3) Biaya untuk melakukan sosialisasi mengenai Demam berdarah dengue digunakan untuk pembuatan leaflet, poster, atau pemasangan billboard pada tempat yang sering dilalui oleh masyarakat, sehingga masyarakat tahu dan ingat akan bahaya demam berdarah dengue dan bisa ikut berperan dalam mencegah penyebaran

penyakit ini. Selain itu, pembiayaan juga digunakan untuk penyuluhan, pelatihan tenaga kesehatan dan kader ataupun jumantik. d. Mutu : (Skor 4) Penyakit Demam Berdarah Dengue menyebabkan penurunan produktivitas individu. Usaha seperti penyuluhan, pemerikssaan jentik berkala, dan melakukan 3M s dapat mencegah terjadinya kasus Demam Berdarah Dengue. Apabila tidak terjadi penambahan kasus demam berdarah dengue baru, akan terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan dapat berdampak pada terjadinya penurunan angka kesakitan dan kematian. Keadaan ini juga mengurangi kemungkinan terjadinya penyebaran penyakit serta terjadinya kejadian luar biasa di daerah tertentu. 2. Peningkatan Suspect TB a. Urgensi : cukup penting (Skor 3) Pada tahun 2013, Indonesia merupakan negara ke-4 dengan insidensi TB tertinggi di dunia setelah India, China, dan Afrika Selatan.Selain itu, di Indonesia TB paru merupakan penyebab kematian peringkat pertama di antara golongan penyakit menular dan peringkat ketiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernafasan akut pada seluruh kalangan usia. Hal ini merupakan suatu masalah kesehatan yang signifikan bagi Indonesia. b. Intervensi : cukup mudah (Skor 3) Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB menyebabkan kurangnya keinginan dan kesadaran masyarakat untuk berobat. Intervensi dapat dilakukan dengan pendekatan dan komunikasi yang baik dengan aparat kelurahan

untuk mengajak masyarakat datang ketempat-tempat penyuluhan dan berperan aktif dalam pengumpulan dahak untuk pemeriksaan BTA. Penemuan secara pasif didukung dengan penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita cara ini biasa dikenal dengan sebutan passive promotive case finding ( penemuan penderita secara pasif dengan promosi yang aktif ). Dapat dilakukan penemuan secara aktif dengan meningkatkan efektifitas metode pemeriksaan kontak oleh kader dan tenaga kesehatan yang ada. c. Biaya : (Skor 4) Untuk penemuan kasus TB bisa dilakukan dengan pelacakan oleh petugas kesehatan dan kader kerumah warga, sehingga biaya yang dibutuhkan hanyalah untuk transportasi. Sementara pemeriksaan dan pengobatan TB secara tuntas telah gratis semua masyarakat. Penurunan prevalensi dan angka kematian akibat TB termasuk dalam target MDGS yang ke-6, sehingga dana BOK (Bantuan Operasional Khusus) dapat dialokasikan untuk pelaksanaan program ini. d. Mutu : tinggi (Skor 4) Penyakit TB dapat menurunkan produktivitas dan kinerja penderitanya, maka dengan penemuan penderita TB diharapkan mereka dapat segera diobati dan dapat kembali beraktivitas dan kembali produktif. Peningkatan penemuan penderita TB dapat meningkatkan jumlah pasien TB yang diobati, hal ini akan menurunkan risiko penularan dalam masyarakat. Peningkatan penemuan penderita TB akan menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB. 3. Angka Gizi Kurang Tetap Tinggi

a. Urgensi : penting (Skor 4) Masalah Gizi kurang tetap menjadi masalah di puskesmas Pauh setiap tahunnya. Dari data laporan tahunan 2013 didapatkan angka gizi kurang sebesar 22% dengan target <15%. Masalah gizi terutama pada anak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan generasi muda, dan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang baik. Karena itu masalah ini penting untuk diselesaikan guna meningkatkan status gizi di kecamatan Pauh. b. Intervensi : tidak mudah (Skor 1) Untuk melakukan intervensi tidak mudah karena berhubungan dengan pola konsumsi makanan keluarga yang juga terkait dengan kebiasaan keluarga dan kemampuan dana keluarga. Bantuan dari Puskesmas untuk memberikan makanan tambahan bagi anak terutama yang kurang mampu juga merupakan solusi dalam menyelesaikan masalah ini, namun sulit dilakukan karena masalah dana. Penyuluhan tetap menjadi media penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi. c. Biaya : mahal (Skor 2) Biaya untuk melakukan intervensi mahal karena berkaitan dengan penyediaan makanan oleh puskesmas. Pengeluaran keluarga juga akan meningkat setiap hari untuk pangan untuk meningkatkan asupan keluarga. Tidak dapat dipungkiri bahwa menu makanan yang beraneka ragam dan bergizi menghabiskan lebih banyak dana. d. Mutu : rendah (Skor 2) Status gizi yang berada kurang dari normal memerlukan jangka waktu yang tidak sebentar untuk mencapai kondisi gizi yang semestinya. Dibutuhkan keseriusan

dari keluarga dan pemberi layanan kesehatan dalam menangani kasus gizi karena berkaitan dengan keseharian dari individu dalam periode waktu tertentu. 4. Pengawasan Depot Air Minum a. Urgensi : tidak penting (Skor 1) Pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat saat ini sangat bervariasi. Pada kota besar pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat salah satunya mengkonsumsi air minum dalam kemasan (AMDK). Akan tetapi lama kelamaan masyarakat merasa AMDK semakin mahal sehingga muncul alternatif menggunakan depot air minum isi ulang. Akhir-akhir ini kualitas air produksi DAMIU semakin menurun. Hal ini disebabkan air yang terdapat pada DAMIU yang tidak memenuhi standar banyak mengandung bakteri, salah satunya E colli, yang dapat meningkatkan angka kesakitan. b. Intervensi : kurang mudah (Skor 2) Kemungkinan intervensi pengawasan DAMIU kurang mudah karena kurangnya kesadaran pemilik DAMIU untuk memeriksakan sampel air nya sehingga rendahnya kerjasama dengan petugas kesehatan. c. Biaya : sangat mahal (Skor 1) Pengawasan terhadap DAMIU tidak membutuhkan dana yang besar, namun biaya pemeriksaan laboratorium dari sampel air memerlukan biaya yang cukup besar sehingga dapat mempengaruhi kepatuhan pemilik depot untuk melakukan pemeriksaan rutin. d. Mutu : cukup sedang (Skor 3)

Dengan DAMIU yang terawasi dengan baik maka secara langsung dapat meningkatkan kualitas air dan secara tidak langsung akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi air dari DAMIU. 5. ASI Eksklusif a. Urgensi : cukup penting (Skor 3) Pemberian ASI Eksklusif menjadi penting karena terjadi peningkatan kesenjangan antara target dan capaian kasus pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh, padahal ASI merupakan nutrisi paling baik bagi bayi sampai usia 6 bulan. Hal ini terlihat dari data yang diambil pada tahun 2012 dengan target 65% dan capaian yang didapatkan dari data tersebut adalah 45,7%, sehingga nilai kesenjangan adalah 19,3%. Semetara pada tahun 2013 dengan target 75% capaian yang didapat 43,07% sehingga kesenjangan meningkat menjadi 31,38%. Sehingga tidak dilaksanakannya pemberian ASI eksklusif akan mempengaruhi status gizi serta pertumbuhan dan perkembangan bayi sehingga nantinya juga bisa menurunkan angka kesakitan bayi. b. Intervensi : mudah (Skor 4) Petugas kesehatan dapat melakukan penyuluhan di Posyandu tiap kelurahan sebagai tindakan intervensi secara langsung kepada ibu hamil dan menyusui. Selain itu, konseling mengenai ASI eksklusif juga dapat dilakukan pada kunjungan K1 dan K4 karena dari data kunjungan ibu hamil pada K1 dan K4 jumlah yang datang untuk melakukan pemeriksaan tinggi. Penyuluhan dapat dilaksanakan pada kunjungan ibu nifas KF1 dan KF3. c. Biaya : cukup murah (Skor 3)

Biaya untuk mensosialisasikan pemberian ASI eksklusif digunakan untuk pembuatan leaflet, poster, atau pemasangan billboard pada tempat yang sering dilalui oleh masyarakat, sehingga masyarakat tahu dan ingat akan pentingnya pemberian ASI dan bisa ikut berperan dalam pemantauan ASI Ekslusif. Selain itu, pembiayaan juga digunakan untuk penyuluhan di Posyandu, pelatihan tenaga kesehatan dan kader. d. Mutu : tinggi (Skor 4) Pemberian ASI eksklusif dapat meningkatkan status gizi bayi sehingga terjadi peningkatan derajat kesehatan bayi. Selain itu, pemberian ASI Eksklusif juga menentukan derajat Indeks Pembangunan Manusia. Hal ini tertuang dalam MDG s 2011 dimana pemberian ASI Eksklusif masuk dalam salah satu dari 8 indikator keberhasilan gizi di masyarakat.