1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam sebuah hasil penelitian Journal Applied Research in Quality of Life menunjukkan bahwa rasa bahagia yang dimiliki orang yang sedang liburan akan meningkat tajam dibanding mereka yang tidak liburan. Tidak hanya itu, satu kali liburan juga dapat membuat seseorang merasa bahagia selama 8 bulan. Jeroen Nawijn sang kepala penelitian mengatakan, Tidak ada orang yang lebih bahagia selain mereka yang menikmati liburan. 1 Sebagian orang menganggap liburan adalah suatu keharusan. Bagi mereka yang menganggap liburan adalah hal penting, di saat ada celah libur sudah pasti mereka akan mencari tempat-tempat liburan atau tempat wisata yang menyenangkan. Berbagai pilihan destinasi wisata pun saat ini sangat beragam. Banyak tempat, baik di dalam maupun luar negeri dengan konsep teknologi, menyatu dengan alam, taman tematik, hingga olahraga akan selalu menarik untuk dikunjungi untuk mendapatkan hal-hal baru yang dapat menyegarkan pikiran dan tubuh dari rutinitas sehari-hari. Once in a Year. Go someplace You ve never been before -Dalai Lama- 1 Nawijn J, Marchand MA, Veenhoven R, Vingerhoets AJ (2012). Vacationers happier than non Vacationers. Applied Research in Quality of Life.
2 Bicara tentang destinasi atau tujuan pariwisata, Indonesia adalah surga wisata bagi para pelancong domestik maupun internasional. Indonesia memiliki banyak keragaman, baik dari segi adat, budaya, agama, suku dan bahasa. Tidak hanya itu, Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan berbagai kekayaan alam dan sumber daya yang melimpah. Berbagai sektor selalu menarik untuk didalami bagi para investor maupun pelancong, mulai dari sektor pertanian, industri, hingga pariwisata. Sektor pariwisata merupakan sektor yang padat karya dan memiliki multiplier effect (efek ganda) yang cukup besar sehingga banyak meningkatkan sektor-sektor yang terkait yang pada akhirnya mampu meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Demikian pula menurut kajian bahwa mesin penggerak penyerapan tenaga kerja pada abad ke-19 adalah pertanian, abad ke-20 adalah industri manufacturing dan pada abad ke-21 adalah pariwisata. 2 Hal di atas sejalan dan dapat dilihat dari jumlah wisatawan yang datang berkunjung ke Indonesia. Telah tercermin bahwa sektor Pariwisata di Indonesia menyumbang pendapatan devisa tertinggi dengan pertumbuhan sebesar 7,2 persen per tahunnya. Indonesia yang kaya dan sangat luas mengundang rasa penasaran para pelancong baik dalam maupun luar negeri untuk mengeksplor keindahan bumi pertiwi. 2 Wahab, Salah. 1999. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta : PT Pradnya Paramita
3 Jero Wacik, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia tahun periode 2004-2011 berkata; destinasi di Indonesia memiliki daya tarik karena; 1) alam yang indah; 2) seni budaya yang menawan; 3 ) orang Indonesia yang ramah; 4) desanya yang memesona dan kulinari yang menggoda; 5) nilai uang rupiah yang kompetitif. 3 Dengan optimisme daya tarik pariwisata di atas, Kementerian Pariwisata Indonesia memiliki pekerjaan rumah yang besar untuk dapat membangun kesadaran akan indahnya pariwisata Indonesia. Hal tersebut dikarenakan minat Warga Negara Indonesia (WNI) yang masih kurang untuk berkunjung ke destinasi-destinasi pariwisata yang telah dikembangakan pemerintah. Data World Tourism Organization (WTO) mencatat, jumlah wisatawan Indonesia yang bepergian ke luar negeri pada tahun 2015 meningkat tiga persen dibanding tahun 2014 atau sebesar 6,1 juta wisatawan. Saat ini orang Indonesia ke lebih dari 50 negara yang memberikan fasilitas bebas visa atau memberikan layanan Visa on Arrival. Tujuan wisata favorit wisatawan Indonesia terdiri dari lima Negara Asia yakni, Singapura 31 %, disusul Malaysia 25 %, kemudian berikutnya China 13 %, Arab Saudi 7,5 % dan Thailand mencapai 5,9 %. 4 Sedangkan data dari Kementerian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif (Kemenpar) Indonesia pada tahun 2015 perkembangan jumlah perjalanan 3 Pitana, I Gde dan I Ketut Surya Diarta, Pengantar Ilmu Pariwisata. 2009. Yogya: Andi Publishing. 4 marcapada2015@yahoo.co.id. (2016, Januari). 2015, Jumlah Wisatawan Indonesia ke luar negeri meningkat.www.wto.org. diakses pada tanggal 10 September 2016 dari http://bisniswisata.co.id/2015-jumlah-wisatawan-indonesia-ke-luar-negeri-meningkat/.
4 Nusantara atau wisatawan domestik hanya tumbuh sebanyak 5.05 juta wisatawan. 5 Kemudahan yang meningkat dengan kehadiran berbagai teknologi aplikasi, alat komunikasi, bahkan sistem pembayaran membuat tren liburan ke luar negeri bukanlah sesuatu yang sukar dilakukan saat ini. Semua informasi mengenai apa yang sudah terjadi, sedang terjadi, bahkan yang diprediksi akan terjadi di seluruh Negara di dunia dapat dengan mudah diakses melalui berbagai laman situs web. Banyaknya ulasan mengenai Negara-negara di dunia membuat para wisatawan memiliki faktor atau alasan yang beragam dalam menentukan destinasi wisata mereka. Mulai dari keunikan tradisi, keindahan alam, kulinari daerah tertentu, memburu barang kesenian, hingga fenomena alam yang sangat jarang terjadi di dunia seperti Gerhana Matahari Total (GMT). Gerhana matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara Bumi dan Matahari, sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya Matahari. Walaupun Bulan lebih kecil, bayangan Bulan mampu melindungi cahaya Matahari sepenuhnya karena Bulan yang berjarak rata-rata 384.400 kilometer dari Bumi lebih dekat dibandingkan Matahari yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000 kilometer. 6 5 Capaian Kunjungan Wisman dan Pergerakan Wisnus (2015, 31 Desember) pesona.indonesia.travel (online) diakses pada tanggal 21 December 2016 dari http://pesona.indonesia.travel/berita/capaian-kunjungan-wisman-dan-pergerakan-wisnus-hinggaoktober-2015/. 6 Purwanta, Budi., dan Arianto Nugroho. Eksplorasi Ilmu Alam 3. Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008.
5 Pada 9 Maret 2016, sebagian besar wilayah Asia Pasifik, meliputi diantaranya Indonesia, Malaysia, dan Negara-negara lainnya di Asia Tenggara dan benua Australia menyaksikan gerhana matahari. Sebagian besar India dan Nepal mengalami gerhana matahari parsial. Sementara itu, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Papua Nugini menyaksikan lebih dari 50% gerhana sebagian. Sedangkan Kamboja, Myanmar, Vietnam, dan Thailand melihat sekitar 50% gerhana matahari. Sementara Australia, Tiongkok, Jepang dan Alaska mendapatkan kurang dari 50% gerhana sebagian. Gerhana matahari total (GMT) sebelumnya pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1983, 1988, dan 1995. Setelah lebih dari 20 tahun kemudian GMT baru terjadi kembali di tempat yang sama yaitu Indonesia pada 9 Maret 2016 dan diperkirakan baru akan terjadi lagi pada tahun 2023. Sebanyak 12 provinsi di Indonesia dari Barat hingga ke Timur menjadi tempat terbaik untuk melihat fenomena alam yang baru akan terulang beberapa tahun bahkan puluhan tahun ke depan. Di wilayah Indonesia bagian barat, waktu puncak terjadinya gerhana adalah pada pukul 07.20 WIB dan 07.21 WIB. Untuk Indonesia bagian tengah, puncak nya pada pukul 08.35 WITA. Sedangkan untuk Indonesia bagian timur, puncak gerhana ini terlihat pada pukul 09.50 WIT. Berikut adalah 12 provinsi yang dapat melihat fenomena GMT secara jelas dan sempurna yakni; Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi,
6 Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara. 7 Fenomena GMT ini merupakan salah satu daya tarik wisata ciptaan Tuhan yang hanya terjadi di Indonesia dan dijadikan momentum bagi Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Indonesia untuk meningkatkan tingkat kunjungan wisata ke-12 provinsi yang dilewati fenomena GMT tersebut pada saat kejadian tersebut berlangsung. Hal ini pun dapat meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara di 12 provinsi yang dilewati. Berikut adalah data kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) di beberapa wilayah yang dilewati GMT pada tahun sebelumnya. Total Kunjungan Wisnus No Wilayah 2014 2015 1 Sumatera Selatan 5.543.511 5.628.474 2 Bangka Belitung 196.617 247.053. 3 Maluku Utara 96.459 110.699 4 Kalimantan Tengah 238.887 358.593 5 Sulawesi Selatan 8.799.252 8.934.113 Sumber : Kementerian Pariwisata Indonesia Tabel 1. Data Kunjungan Wisatawan Nusantara Wisata gerhana merupakan hal yang lazim dalam dunia pariwisata terutama di luar negeri. 8 Turis asing lebih memiliki ketertarikan pada 7 Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016. BMKG (online). Diakses pada tanggal 10 September 2016 dari http://media.bmkg.go.id/gmt.bmkg
7 fenomena ini dikarenakan bagi mereka ini merupakan kesempatan langka untuk dapat mengabadikan momen yang belum tentu akan terjadi di Negara asal mereka sendiri, bahkan bagi para peneliti ini merupakan hal penting karena tidak setiap saat dapat diamati dan diabadikan. Bagi Penduduk Indonesia yang mayoritas beragama muslim, fenomena ini lebih bermakna spiritual dan ditambah lagi 70 juta dari 250 juta populasi di Indonesia adalah masyarakat tradisional yang masih memiliki rasa ketakutan pada fenomena ini, seperti dari segi kesehatan yaitu radiasi dan penglihatan. Sehingga, berpergian ke luar rumah pada saat gerhana terjadi masih menjadi awam. Berlibur ke luar negeri dengan berbagai kemudahannya bagi masyarakat Indonesia kini tengah menjadi tren. Bahkan dijadikan tolak ukur atau simbol kesejahteraan bagi sebagian orang di Indonesia. Merupakan sebuah pekerjaan rumah bagi Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Pariwisata untuk dapat membuat Indonesia lebih diminati wisatanya oleh warga Negara Indonesia sendiri. Salah satu cara menarik minat wisata yang telah dilakukan adalah lewat Fenomena Gerhana Matahari Total (GMT) yang terjadi di Indonesia Pada 9 Maret 2016 lalu di 12 provinsi di Indonesia. Peristiwa langka Gerhana matahari total (GMT) yang hanya dapat disaksikan dengan sempurna di Indonesia, telah dijadikan sebagai daya tarik wisata bagi para wisatawan baik lokal maupun mancanegara oleh Kementerian 8 10.000 Turis Asing Bakal Berburu GMT di Indonesia (2016, 7 Maret). www.dream.co.id. Diakses pada tanggal 21 December 2016 dari http://www.dream.co.id/dinar/10000-turis-asingbakal-buru-gerhana-matahari-di-indonesia-160307e.html.
8 Pariwisata Indonesia. Untuk dapat meningkatkan daya tariknya diperlukan strategi komunikasi yang sangat baik karena hal tersebut baru terjadi kembali setelah 20 tahun lamanya dan itu berarti ini merupakan saat yang tepat untuk meningkatkan pergerakan wisatawan lokal. Kemenpar sebagai sebuah lembaga yang membawahi bidang pariwisata di Indonesia tentunya memiliki stakeholder dalam menentukan setiap kebijakan dan penentuan program-programnya untuk meningkatkan tingkat kunjungan wisata di Indonesia. Stakeholder internal Kemenpar terdiri dari Pemerintah, Pegawai, serta Dinas Pariwisata Daerah. Stakeholder eksternal nya sendiri terdiri dari banyak pelaku industri pariwisata seperti agen perjalanan, hotel, media, UKM industri pariwisata, pengelola tempat wisata dan tentunya masyarakat. Segala kebijakan dan program yang dibuat haruslah mempertimbangakan kepentingan para stakeholder. Wisatawan lokal atau nusantara yang bergerak mengunjungi destinasi pariwisata Indonesia akan dengan sendirinya mempromosikan pariwisata Indonesia secara tidak langsung lewat berbagai media semisal media sosialnya kepada khalayak yang lebih luas lagi dan pada akhirnya potensi pariwisata daerah yang dikunjungi akan terangkat. Orang akan tertarik berkunjung ke daerah tersebut dan secara otomatis akan memberikan keuntungan pada saerah tersebut salah satunya adalah dari segi perekonomian.
9 1.2. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka, fokus penelitian yang akan diteliti adalah bagaimana strategi komunikasi Kemenpar Indonesia dalam meningkatkan pergerakan wisatawan lokal melalui fenomena GMT pada 9 Maret 2016? 1.3. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Define PR Problem Bagaimana Kemenpar mendefinisikan permasalahan pada minat Wisatawan lokal sehingga fenomena GMT dijadikan sebagai daya tarik untuk dapat meningkatkan pergerakan Wisatawan lokal? b. Planning & Program Bagaimana proses dalam perencanaan dan menetapkan program untuk permasalahan yang ada? c. Action & Communication Bagaimana implementasi program tersebut dan komunikasi di wilayah-wilayah yang menjadi fokus program? d. Evaluation Bagaimana proses evaluasi program yang telah dilaksanakan dan mengidentifikasi sejauh mana keberhasilan program tersebut?
10 1.4. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui secara lebih mendalam dan mendeskripsikan Strategi Komunikasi Kementerian Pariwisata Republik Indonesia dalam meningkatkan pergerakan wisatawan lokal melalui fenomena GMT pada 9 Maret 2016. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Praktis Dapat memberikan masukan kepada Departemen Komunikasi Pemasaran Nusantara Kementerian Pariwisata Republik Indonesia agar strategi komunikasi menjadi lebih efektif, lebih baik dalam penyusunan dan lebih mampu diterima dan menarik minat wisatawan lokal terhadap potensi pariwisata Indonesia. 1.5.2 Manfaat Akademis Dapat memberikan masukan sementara secara langsung atau cepat tentang penelitian yang telah Kita lakukan. Khususnya dalam Komunikasi Publik agar dapat melakukan promosi dan berkomunikasi dengan baik, dan memberikan informasi yang jelas dalam menjalin hubungan baik dengan masyarakat dan menjadi sumber informasi.