BAB III. Objek Penelitian. pembantu bupati yang terdiri dari 187 desa. Secara administratif batas-batas Kabupaten

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Kota Bekasi merupakan salah satu kota yang terdapat di Provinsi Jawa Barat,

NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2016 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

III. GAMBARAN UMUM. 3.1 Cikarang dalam RTRW Kabupten Bekasi (Perda No 12 Tahun 2011 Tentang RTRW Kabupaten Bekasi Tahun )

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Kondisi Geografis Kabupaten Bekasi

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI

1 BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketimpangan distribusi pendapatan memang dapat terjadi di

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB III OBJEK PENELITIAN. III.1 Tinjauan Umum Objek Penelitian Kecamatan Bantar Gebang, Kecamatan. Jatiasih, dan Kecamatan Bekasi Utara

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

PAJAK & RETRIBUSI PARKIR

a. DESKRIPSI JABATAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA, OLAHRAGA DAN PARIWISATA.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Inventarisasi Produk Unggulan Komoditas Tanaman Pangan dengan Menggunakan Metode Skoring

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 7 TAHUN 2008 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat berdasarkan asas desentralisasi serta otonomi fiskal maka daerah

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang dijadikan studi kasus adalah Dinas Pendapatan,

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN KANTOR DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASSET DAERAH KABUPATEN KARO

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor 7 Tahun 2008 PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 7 TAHUN 2008 T E N T A N G

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 5 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 29 TAHUN 2009

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 44 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-N TAHUN 2011 TENTANG

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2013

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pemerintah Kota Bandar Lampung

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

KEDUDUKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN MATARAM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2008 TENTANG

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

WALIKOTA TEGAL KEPUTUSAN WALIKOTA TEGAL NOMOR / 164 / 2011 TENTANG PENETAPAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH KOTA TEGAL TAHUN 2012

BAB III PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali. menjadi Dinas Penghasilan Daerah Tingkat II Boyolali.

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 56 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK PADA PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBANGUNAN DAERAH KALIMANTAN BARAT

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PASAR KOTA MADIUN

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA PEKANBARU. Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekanbaru. Berdasarkan Surat Edaran

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SIAK 2.1 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI.

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 43 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 76 Tahun : 2016

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

2016, No Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republ

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI PULANG PISAU,

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

INFORMASI PUBLIK YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN SECARA BERKALA KECAMATAN CIGUDEG

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN Deskripsi Umum Ruang Lingkup Penelitian

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NO : SERI : C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Transkripsi:

BAB III Objek Penelitian III.1 Kabupaten Bekasi III.1. Gambaran Umum Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi Terdiri dari 15 kecamatan dan disertai dengan 5 wilayah untuk pembantu bupati yang terdiri dari 187 desa. Secara administratif batas-batas Kabupaten Bekasi terdiri atas : Utara : Laut Jawa Selatan : Kabupaten Bogor Barat : Kota Jakarta dan Kota Bekasi Timur : Kabupaten Karawang Luas wilayah Kabupaten Bekasi 127.388 Ha, dengan kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Muaragembong (14.009 Ha) atau 11 % dari luas kabupaten Bekasi. Penduduk Kabupaten Bekasi pada tahun 2008 sebanyak 2.193.776 jiwa, dapat disimpulkan bahwa rata-rata kepadatan penduduk adalah sebesar 1.722 jiwa per km2. Wilayah yang paling padat di kabupaten Bekasi adalah di kecamatan Tambun Selatan dengan jumlahnya sebesar 8.567 jiwa per km2, sedangkan yang paling rendah tingkat kepadatannya adalah pada kecamatan Muaragembong yaitu sebesar 278 jiwa per km2. Jumlah desa di kecamatan adalah berkisar antara 6 sampai 13 kecamatan. Pada perda no.26 tahun 2001 tentang prihal penataan, pembentukan dan pemekaran kecamatan di Kabupaten Bekasi diundangkan pada Desember 2001, maka wilayah Kabupaten Bekasi terbagi ke dalam 23 kecamatan, dengan kecamatan terluas adalah Muaragembong dan untuk kecamatan dengan jumlah desa terbanyak adalah Pebayuran. 28

III.2. Kondisi Perekonomian Pada awalnya perekonomian Bekasi hanya berkembang di sepanjang jalan Ir. H. Juanda yang membujur sepanjang 3 km dari alun-alun kota hingga terminal Bekasi. Di jalan ini terdapat berbagai pusat pertokoan yang dibangun sejak tahun 1978. Selanjutnya sejak tahun 1993, kawasan sepanjang Jl. Ahmad Yani berkembang menjadi kawasan perdagangan seiring dengan munculnya beberapa mall serta sentra niaga. Pertumbuhan kawasan perdagangan terus berkembang hingga jalan K.H. Noer Ali (Kalimalang), Kranji, dan Harapan Indah. Beberapa pusat perbelanjaan di kota Bekasi diantaranya Mal Metropolitan, Mega Bekasi Hypermal, Bekasi Square, Plaza Pondok Gede, Grand Mal, Bekasi Cyber Park, Bekasi Trade Centre, Carrefour, Giant, Makro, dan Hypermart. Sementara dari kontribusi terhadap pendapatan daerah, keberadaan kawasankawasan industri di kota ini mampu menjadi mesin pertumbuhan ekonominya, dengan menempatkan industri pengolahan sebagai yang utama. Kontribusi yang cukup signifikan membangun perekonomian Kota Bekasi yaitu dari sektor industri pengolahan (46,54%), kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (28,75%), sektor pengangkutan dan komunikasi (7,44%), sektor jasa-jasa (6,43%) Sedangkan sektor lainnya (10,84%) meliputi sektor bangunan, pertanian, listrik, dan gas rata-rata 2-3%. 29

III.3. Struktur Organisasi Gambar III. 1 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Bekasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bekasi merupakan salah satu lembaga teknis daerah, mempunyai tugas pokok membantu Walikota Bekasi dalam memimpin, mengendalikan, dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum yang menjadi kewenangan Dinas pada bidang Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang meliputi urusan pendapatan, perencanaan dan pengembangan, anggaran, perbendaharaan serta aset dan akuntansi. Berdasarkan Peraturan Walikota Bekasi Nomor 75 Tahun 2008 tentang Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Serta Rincian Tugas Jabatan Pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (Berita Daerah Kota Bekasi Tahun 2008 Nomor 75, Seri D). 30

Susunan Organisasi: 1. Kepala Dinas 2. Sekretariat 2.1 Sub Bagian Umum dan Perencanaan 2.2 Sub Bagian Kepegawaian 2.3 Sub Bagian Keuangan 3. Bidang Pendapatan 3.1 Kepala Seksi PAD 3.2 Kepala Seksi Dana Perimbangan 3.3 Kepala Seksi Pembukuan dan Pelaporan 4. Bidang Perencanaan dan Pengembangan 4.1 Kepala Seksi Pengumpulan dan Pengolahan Data 4.2 Kepala Seksi Pengendalian Operasional 4.3 Kepala Seksi Intensifikasi dan Ekstensifikasi 5. Bidang Anggaran 5.1 Kepala Seksi Anggaran Belanja Tidak Langsung dan Pembiayaan 5.2 Kepala Seksi Anggaran Belanja Langsung 5.3 Kepala Seksi Penyusunan dan Penelaahan Kebijakan Anggaran 6. Bidang Perbendaharaan 6.1 Kepala Seksi Belanja dan Pembiayaan 6.2 Kepala Seksi Belanja Pegawai 6.3 Kepala Seksi Pengelolaan Kas Daerah 7. Bidang Aset dan Akuntansi 7.1 Kepala Seksi Penatausahaan Kebutuhan dan Aset 31

7.2 Kepala Seksi Pengendalian dan Pemanfaatan 7.3 Kepala Seksi Akuntansi dan Pelaporan 8. UPTD Penagihan dan Pendataan 9. UPTD Kecamatan Bekasi Timur 10. UPTD Kecamatan Bekasi Barat 11. UPTD Kecamatan Bekasi Selatan 12. UPTD Kecamatan Bekasi Utara 13. UPTD Kecamatan Medan Satria 14. UPTD Kecamatan Bantargebang 15. UPTD Kecamatan Jatiasih 16. UPTD Kecamatan Rawa Lumbu 17. UPTD Kecamatan Pondok Gede 18. UPTD Kecamatan Jatisampurna 19. UPTD Kecamatan Pondok Melati 20. UPTD Kecamatan Mustika Jaya III.4. Visi dan Misi Visi dari kabupaten Bekasi adalah masyarakat agamis yang unggul dalam bidang industri, perdagangan, pertanian, dan pariwisata. Misi dari kabupaten bekasi adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan peran serta dan pembinaan institusi keagamaan dalam pembangunan di segala bidang. 32

2. Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Bekasi yang dapat memenuhi seluruh kehidupan dasar hidupnya secara layak. 3. Meningkatkan daya saing daerah untuk menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi di tingkat lokal, tingkat nasional dan global dalam bidang industri, perdagangan, pertanian dan pariwisata dengan pemerataan pembangunan yang berkeadilan. 4. Mewujudkan Tata Ruang Infrastruktur wilayah yang handal dan terintegrasi serta lingkungan hidup yang asri dan berkelanjutan. 5. Mewujudkan tata kelola Pemerintah yang baik dengan dukungan Sumber Daya Manusia yang berkualitas memiliki Etos Kerja Produktifitas yang tinggi. 6. Mewujudkan Supremasi Hukum dan Ketertiban yang Berkeadilan. 7. Mengembangkan Prasarana dan Sarana Publik secara terpadu dan penuh inovasi yang berorientasi kapada kepuasan masyarakat secara adil dan merata. III.5. Tugas dan Tanggung Jawab Efektivitas penyelenggaraan pemeritahan daerah dan percepatan pembangunan kota selama tahun 2008 juga dipengaruhi oleh penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan yang dikelola. Beberapa tugas umum pemerintahan antara lain : 1. Kerjasama antar daerah 2. Kerjasama daerah dengan pihak ketiga 33

3. Koordinasi dengan instansi vertikal di daerah 4. Pencegahan dan penanggulangan bencana 5. Pengelolaan kawasan khusus, dan 6. Penyelenggaran ketenteraman dan ketertiban umum Sebagai tugas umum pemerintahan daerah, kerjasama antar daerah yang diselenggarakan dan diarahkan untuk meningkatkan pengintegrasian Kota Bekasi secara regional, sekaligus membangun kemitraan strategis dengan daerah-daerah lainnya secara regional, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Demikian juga kerjasama daerah dengan pihak ketiga diarahkan untuk meningkatkan kedudukan dan peran serta seluruh stakeholder dalam pembangunan kota, sekaligus medorong percepatan pembangunan wilayah lingkar luar. Sedang koordinasi diarahkan untuk mengembangkan hubungan antar tingkatan pemerintahan yang lebih harmonis di samping meningkatkan singkronisasi dan keterpaduan kebijakan, program, kegiatan, dan penganggaran dalam pembangunan kota. Manajemen pembangunan kota yang juga cukup penting adalah pencegahan dan penanggulangan bencana. Kebijakan ini diarahkan unuk mengantisipasi sedini mungkin kemungkinan munculnya bencana, baik itu bencana alam maupun bencana sosial. Selain itu, program-program yang dijalankan diarahkan untuk meningkatkan kewaspadaan sekaligus kemampuan pemerintah daerah dan masyarakat dalam penanggulangan bencana yang terjadi seperti kebakaran, angin kencang, banjir dan lain lain. Penyelenggaraan tugas umum pemerintahan di bidang pengelolaan kawasan khusus diarahkan untuk meningkatkan citra dan persepsi yang semakin baik terhadap Kota Bekasi sebagai daerah penananam modal yang menguntungkan. Berkaitan dengan itu, penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum diarahkan untuk tetap 34

menjaga rasa tenteram dan tertib masyarakat sehingga mendukung aktivitas dan kondisi kota yang kondusif. III.6. Jumlah Penduduk dan Perusahaan III.6.1. Jumlah penduduk Pada tahun 2009, penduduk Kabupaten Bekasi mencapai 2.193.776 jiwa, yang terdiri dari 1.122.855 laki-laki dan 1.070.921 perempuan. Dari tahun 2005 hingga 2009, Kabupaten Bekasi terus mengalami pertambahan jumlah penduduk, dari 1.950.209 jiwa pada tahun 2005, 2.027.902 jiwa pada tahun 2006, 2.054.795 jiwa pada tahun 2007, 2.125.960 jiwa pada tahun 2008, hingga mencapai 2.193.776 jiwa pada tahun 2009. Perkembangan sektor industri yang pesat merupakan pemicu terjadinya pertambahan penduduk di Kabupaten Bekasi dari tahun ke tahun. Banyak tenaga kerja industri yang datang dari luar Kabupaten Bekasi. Pada tahun 2009, penduduk menurut umur menunjukkan bahwa penduduk usia produktif (15-64 tahun) mencapai 1.513.029 orang (68,97%), sedangkan penduduk yang belum produktif (<10 tahun) 399.134 orang (18,19%) dan yang tidak produktif lagi (65 tahun ke atas) 67.005 orang (3,05%). Beban ketergantungan masih cukup tinggi yaitu sebesar 44,99. Angka tersebut menunjukkan bahwa setiap 100 penduduk produktif di Kabupaten Bekasi menanggung beban kebutuhan ekonomi dari sekitar 45 penduduk usia tidak produktif. Dibutuhkan lapangan kerja yang cukup banyak untuk menanggung beban kebutuhan ekonomi yang tinggi. 35

Kecamatan Tabel III.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Bekasi Tahun 2005-2009 Jumlah Penduduk (Jiwa) 2005 2006 2007 2008 2009 Setu 73.888 76.83 77.776 80.476 83.016 Serang Baru 59.943 62.329 63.168 65.353 67.433 Cikarang Pusat 39.712 41.291 41.804 43.25 44.644 Cikarang Selatan 78.155 81.27 82.385 85.26 87.969 Cibarusah 57.921 60.232 61.042 63.188 65.189 Bojongmangu 23.446 24.378 24.691 25.505 26.286 Cikarang Timur 70.955 73.781 74.759 77.348 79.823 Kedungwaringin 49.575 51.551 52.224 54.025 55.737 Cikarang Utara 154.216 160.363 162.546 168.181 173.601 Karangbahagia 73.964 76.908 77.951 80.654 83.232 Cibitung 138.398 143.914 145.85 150.881 155.679 Cikarang Barat 149.594 155.566 157.631 163.079 168.261 Tambun Selatan 328.11 341.175 345.78 357.781 369.233 Tambun Utara 85.609 89.017 90.221 93.347 96.326 Babelan 141.5 147.139 149.132 154.301 159.247 Tarumajaya 79.204 82.363 83.492 86.381 89.124 Tambelang 33.374 34.703 35.119 36.294 37.41 Sukawangi 39.879 41.466 41.972 43.418 44.78 Sukatani 61.057 63.487 64.339 66.597 68.743 Sukakarya 42.085 43760 44328 45.859 47.343 Pebayuran 88.349 91.867 93.049 96.316 99.444 Cabangbungin 46.552 48.404 48.998 50.686 52.289 Muaragembong 34.723 36.108 36.538 37.78 38.967 Kabupaten Bekasi 1.950.209 2.027.902 2.054.795 2.125.960 2.193.776 Keberadaan penduduk menurut kecamatan tidak menyebar secara merata. Penduduk paling banyak berdomisili di Kecamatan Tambun Selatan yaitu 369.233 jiwa, 36

diikuti oleh Cikarang Utara sebanyak 173.601 jiwa dan Cikarang Barat sebanyak 168.261 jiwa. Hal tersebut juga selaras dengan kepadatan penduduknya yang ditunjukkan olehtabel diatas, dimana Kecamatan Tambun Selatan dan Cikarang Utara memiliki kepadatan penduduk yang sangat tinggi dan Cikarang Barat dan Cibitung memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Hal tersebut dipicu oleh berkembangnya sektor industri, dari mulai industri berskala besar hingga mikro pada kecamatankecamatan tersebut. Masalah kependudukan yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai tenaga kerja. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, jumlah tenaga kerja pun turut meningkat. Pertumbuhan kawasan industri di Kabupaten Bekasi berdampak juga pada meningkatnya kesempatan kerja, namun pemenuhan kebutuhan tenaga kerja juga berdatangan dari luar Kabupaten Bekasi. Pada tahun 2009 kelompok usia ini berjumlah 1.580.034 orang (72,02%). Sementara itu, pencari kerja yang terdaftar di Depnaker tercatat 38.738 orang, meningkat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Namun, lowongan tenaga kerja pada tahun 2009 jauh lebih sedikit dari jumlah pencari kerja, yaitu sebanyak 6.970 lowongan menurun drastis dari tahun sebelumnya sebesar 15.847 lowongan. Hal tersebut berimplikasi pada proposi penempatan kerja, dimana hanya 2.514 orang (6,49%) dari pencari kerja tersebut yang sudah mendapat penempatan. Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bekasi, sejak berkembangnya sektor industri, tenaga kerja mayoritas berada pada sektor industri pengolahan. Pada tahun 2006, dari 371.396 tenaga kerja terdapat 88% tenaga kerja yang bekerja pada indutri pengolahan. 37

III.6.2. Jumlah Industri Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri. Perusahaan kawasan industri adalah perusahaan-perusahaan yang terdapat pada kawasan industri dan mengusahakan pengembangan maupun pengelolaan kawasan industri yang bersangkutan. Pembangunan kawasan industri antara lain bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan industri di daerah, memberikan kemudahan bagi kegiatan industri, mendorong kegiatan industri untuk berlokasi di kawasan industri, serta untuk meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan (Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri). Kinerja ekonomi Bekasi ini hampir sama seperti DKI Jakarta dengan peluang investasi berada di setiap sektor ekonomi yang ada. Bahkan telah terjadi transformasi struktural ekonomi kota Bekasi dari yang berfokus pada sektor pertanian menjadi sektor industri dan jasa (tersier).sektor usaha industri dan jasa diyakin mampu menjadi kunci pertumbuhan kota Bekasi menuju daya saing yang tinggi pada era globalisasi. 38

Tabel III.4 Tabel Jenis Industri dan Jenis Usaha No. Jenis Industri Jumlah Usaha Investasi (Rp) Jml. Tenaga Unit Kerja I PMA 1 IKPK 8 63.601.410.336 3.826 2 IAHH 14 31.807.705.168 1.853 3 ILMERA 23 37.399.000.000 5.518 4 ITKA 34 42.495.000.000 21.536 Sub Total 79 175.303.115.504 32.733 II PMDN 1 IKPK 10 95.530.106.355 2 2 IAHH 18 773.236.071.135 3.064 3 ILMERA 16 360.139.000.000 5.154 4 ITKA 12 109.107.000.000 6.605 Sub Total 56 1.338.012.177.490 16.823 III Industri Menengah & Besar 1 IKPK 53 227.591.827.881 5.478 2 IAHH 56 4.264.479.120 6.115 3 ILMERA 78 246.151.000.000 8.193 4 ITKA 62 56.839.000.000 6.712 IV Industri Kecil 1 IKPK 163 14.143.873.000 1.318 2 IAHH 217 14.503.631.000 3.86 3 ILMERA 188 14.428.000.000 2.459 4 ITKA 245 12.030.000.000 5.703 Sub Total 813 55.105.504.000 13.34 T O T A L 1.197 2.103.267.103.995 89.394 Sub Total 249 534.846.307.001 26.498 Industri Kimia, Pulp dan Kertas memberikan kontribusi dalam menstimulus investasi paling besar di setiap industri. Sedangkan untuk industri yang paling banyak 39

tenaga kerja adalah Industri tekstil, kulit dan aneka. Perkembangan sektor industri tekstil ini menngkatkan hasil perdagangan unggulan seperti di ekspor terdiri dari garmen, produk kayu, pensil, sedotan plastik, komponen mesin, ikan hias, handycraft dan sepatu. Kesemua bidang industri ini menstimulus pertumbuhan serta pembangunan perekonomian Bekasi menjadi lebih cepat dan lebih baik. III.7. Perkembangan Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Keberadaan kawasan-kawasan industri di kota ini mampu menjadi mesin pertumbuhan ekonominya, dengan menempatkan industri pengolahan sebagai yang utama, diikuti sektor perdagangan, perhotelan, dan restoran. Meskipun sedikit, lahan pertanian yang tersebar di bagian utara kota Bekasi juga ikut menyumbang terhadap APBD kota Bekasi. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah. Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan yang antara lain berupa kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak daerah dan retribusi daerah. Untuk itu Pemerintah Kota Bekasi menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 19 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Parkir serta Terminal, sebagai upaya dalam mendapatkan pemasukan bagi Pemerintah Daerah guna membiayaan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan. Potensi Retribusi Terminal di Kota Bekasi sangat besar, namun pada kenyataanya realisasi penerimaan Retribusi Terminal dari tahun ke tahun sangat kecil (namun apabila 40

dibandingkan dengan target penerimaan rata-rata mendekati 100%), sehingga kontribusinya terhadap total penerimaan retribusi juga kecil. 41