BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. karena curah hujan yang tinggi, intensitas, atau kerusakan akibat penggunaan lahan yang salah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Metode Hidrograf Satuan Sintetik (synthetic unit hydrograph) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan dilakukan bertempat di kolam retensi taman lansia kota bandung.

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah tentang air merupakan masalah yang dihadapi manusia apabila

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

BAB I PENDAHULUAN. penghujan mempunyai curah hujan yang relatif cukup tinggi, dan seringkali

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENANGGULANGAN BANJIR SUNGAI MELAWI DENGAN TANGGUL

3 BAB III METODOLOGI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Besai yang terletak

BAB II SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN BANJIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

NORMALISASI SUNGAI RANTAUAN SEBAGAI ALTERNATIF PENANGGULANGAN BANJIR DI KECAMATAN JELIMPO KABUPATEN LANDAK

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. juga tidak luput dari terjadinya bencana alam, mulai dari gempa bumi, banjir,

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian Sub DAS Cikapundung

A. Latar Belakang Masalah

Gambar 3.1 Daerah Rendaman Kel. Andir Kec. Baleendah

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. air. Kota Medan dilintasi oleh beberapa sungai termasuk diantaranya Sungai Sei

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan.

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

BAB I PENDAHULUAN. siklus hidrologi dengan mengembalikan limpasan sungai ke laut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

ABSTRAK Faris Afif.O,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS KERUSAKAN DAN AGIHAN BANJIR LUAPAN SUNGAI WAWAR BAGIAN HILIR SUB DAS WAWAR DI KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan Di Kabupaten Gresik

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat

TUGAS AKHIR Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Kemuning Kota Sampang

BAB III METODA ANALISIS. Wilayah Sungai Dodokan memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) Dodokan seluas

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan di Kabupaten Gresik

BAB I PENDAHULUAN. Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009,

PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 ANALISA PENGISIAN AWAL WADUK (IMPOUNDING) PADA BENDUNGAN JATIGEDE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

PEMBUATAN PETA TINGKAT KERAWANAN BANJIR SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENGURANGI TINGKAT KERUGIAN AKIBAT BENCANA BANJIR 1 Oleh : Rahardyan Nugroho Adi 2

BAB I PENDAHULUAN. dan mencari nafkah di Jakarta. Namun, hampir di setiap awal tahun, ada saja

BAB I PENDAHULUAN. Banjir yang melanda beberapa daerah di wilayah Indonesia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Wilayah BPSDA Pemali Comal

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan

BAB I PENDAHULUAN. persentasi uap air di udara semakin banyak uap air dapat diserap udara.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BONAI KABUPATEN ROKAN HULU MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIDROGRAF SATUAN NAKAYASU. S.H Hasibuan. Abstrak

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI INDRAGIRI DI DESA PASIR KEMILU RENGAT, KABUPATEN INDRAGIRI HULU

PENDAHULUAN Latar Belakang

TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB 1 PENDAHULUAN. Hujan terkadang turun dalam intensitas yang tidak normal. Jika

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut berasal dari perairan Danau Toba. DAS Asahan berada sebagian besar di wilayah Kabupaten Asahan disebut sebagai sub DAS tengah Sungai Asahan dan sebagian lagi melewati daerah Kota Tanjung Balai disebut sub DAS hilir Sungai Asahan. Pengelolaan DAS sebagai proses formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumber daya alam dan manusia yang terdapat di daerah aliran sungai untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya tanah dan air masuk dalam pengelolaan DAS adalah identifikasi keterkaitan antara tataguna lahan, tanah dan air, dan keterkaiatan antara daerah hulu dan hilir suatu daerah aliran sungai (Asdak, 2007). Secara hidrologi pengelolaan DAS berupaya untuk mengelola kondisi biofisik permukaan bumi, sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu hasil air (water yield, total streamflow) secara maksimum, serta memiliki regime aliran (flow regime) yang optimum, yaitu terdistribusi merata sepanjang tahun (Siswoyo, 2003). Respon dari kerusakan DAS tersebut adalah semakin sensitifnya lingkungan terhadap komponen yang ada dalam sistem lingkungan. Ketika turun hujan akan mudah banjir, sebaliknya terjadi kekeringan ketika kemarau. Berbagai kajian wilayah menyebutkan bahwa penyelamatan daerah aliran sungai dari 1

2 bahaya erosi, banjir dan kekeringan menjadi amat penting bagi kesejahteraan penduduk di sekitarnya (Harahap, 2002). Banjir yang terjadi di sungai Asahan disebabkan oleh hujan dengan intensitas hujan yang tinggi jatuh di daerah sekitar sungai Asahan sehingga terjadinya peluapan air yang berlebihan yang tidak dapat menampung sungai tersebut. Sungai Asahan juga meluap dikarenakan sudah tidak dapat menampung kelebihan air permukaan, karena tidak berfungsinya hutan sekitar DAS Asahan sebagai penyerap dan penampung air pada musim hujan, akibat dari penggundulan hutan ilegal (illegal logging) yang dilakukan oleh manusia yang mendapatka keuntungan sendiri. Banjir kembali menimpa sejumlah tempat di Sumatera Utara khususnya di Asahan. Menurut Murdiyanto,( 2010) Banjir adalah satu keadaan sungai dimana keadaannya tidak tertampung lagi oleh palung sungai, sedangkan palung sungai adalah bagian utama dari sungai berupa alur yang berfungsi untuk mengalirkan sejumlah air dari hulu ke hilir. Curah hujan yang cukup tinggi dan ketidak mampuan sungai menampung air hujan dituding sebagai penyebab terjadinya banjir. Ribuan orang jadi korban, rumah-rumah penduduk terendam, bahkan ada beberapa warga yang tewas karena hanyut terbawa banjir.seperti pada tahun 2006 di Kabupaten Sinjai terjadi, hujan deras yang turun di daerah pegunungan dengan cepat menenggelamkan daerah perkotaan Sinjai dan menimbulkan ratusan jiwa tewas serta kerugian materi yang besar (Zahir, 2012). Adanya curah hujan yang merata, intensitas tinggi dan berlangsung terus menerus di beberapa daerah khususnya di DAS Asahan di Sumatera Utara telah menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor. Sehingga banyak penduduk yang mengungsi di tempat yang aman (Hasibuan, 2005). Maka dari itu berkaitan

3 dengan judul ini sesuai indeks banjir bisa sebagai peringatan siaga berdasarkan analisis debit pada sungai asahan penting bagi masyarakat untuk kesiapsiagaan (preperedness) dengan melatih dan memberikan penyuluhan pada masyarakat didaerah rawan banjir untuk selalu siap menghadapi banjir yang datang mendadak misalnya bagaimana melakukan evakuasi. Peringatan dini (early warning) dengan membuat sistem peringatan dini yang dapat dioperasikan pada saat banjir mengancam. Indikator keberhasilan dalam tahapan ini adalah terciptanya masyarakat yang terlatih dalam menghadapi bencana banjir, sistem peringatan dini berfungsi dengan baik serta tidak terjadi keresahan masyarakat. Untuk memiliki kesiapan menghadapi banjir, karena pihak pertama yang akan menghadapi atau terkena dampak bencana adalah masyarakat itu sendiri (Arafat, 2007). Menurut Sutan (2004), di negara-negara maju, prediksi akan terjadinya banjir sudah dilakukan dengan adanya sistem early warning dengan cara memperkirakan kejadian hujan yang terjadi saat itu. Banjir adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan adanya, tetapi terjadi. Air meluap dari tebing sungai melimpah ke daerah rendah, sehingga mengakibatkan kerusakan-kerusakan fisik dan ekonomi masyarakat yang daerahnya dilanda banjir (Novirina, 2005). Kumpulan dari variate-variate biasanya disebut data. Investigasi terhadap potensi air permukaan untuk keperluan perencanaan maka dibutuhkan data hidrologi. Data hidrologi harus memenuhi standard, dapat dipercayai, ketelitian dan persis untuk dapat dipergunakan. Setiap negara mempunyai jaringan hidrologi dan hidroklimatologi sendiri, cara-cara pengumpulan serta analisa data sendiri. Karena alasan sejarah atau alasan-alasan

4 lain, berbagai negara di dunia mempunyai cara yang sangat beragam dalam pengumpulan data dan dalam proses data (Suryadi, 2008). Pemahaman proses-proses hidrologi penting dalam melakukan konservasi air dan tanah. Kegiatan utama dalam pengelolaan Daerah Pengaliran Sungai (DPS) untuk menentukan antara ketersediaan air dan kebutuhan air di sekitar DPS. Di dalam suatu DPS, karakteristik sumber daya alam yang dimaksud dapat di identifikasi secara terinci yang berkaitan dengan topografi, tanah, geologi, geomorpologi, vegetasi, tata guna lahan, hidrologi dan manusia. Dengan diketahui karakteristik DPS seperti diatas, maka akan diperoleh suatu gambaran umum mengenai sifat, kondisi dan ciri-ciri DPS lainnya yang berguna bagi penyusunan dan pengelolaan daerah pengaliran sungai itu sendiri (Asdak, 2007). Secara khusus analisis hidrologi dalam pekerjaan pengendalian banjir adalah untuk memperkirakan debit banjir dan elevasi muka air banjir pada sungai, sehingga dapat direncanakan tinggi jagaan yang dapat melindungi daerah sekitar sungai dari bahaya terendam banjir, Untuk keperluan pengalihragaman data hujan ke besaran debit banjir (hidrograf banjir) dapat dilakukan dengan metode hidrograf satuan, Metode hidrograf satuan sintetik yang paling umum dan paling cocok diterapkan untuk DAS-DAS di Indonesia adalah Metode Nakayasu ( Harahap,2013) Dalam pengembangan Kabupaten Asahan kawasan budi daya tanaman pangan diperuntukkan bagi pengembangan tanaman pangan lahan basah dan lahan kering. Lahan basah dikembangkan dengan komoditi utama padi sawah dan padi ladang sedangkan pada lahan kering dikembangkan komoditi jagung, ubi, dan palawija. Kebutuhan air bersih wilayah Sungai Asahan pada tahun 2006

5 18.585.422 m 3 (Gunawan, 2006). Diproyeksikan masa mendatang akan mencapai kenaikan sebesar 0.9 %. 1.2. Perumusan Masalah 1. Bagaimana ketersediaan air dan kemampuan Sungai Asahan untuk mengatasi banjir. 2. Seberapa besar pengaruh hujan dan apakah perlu analisa Hidrologi untuk pengelolaan Sungai Asahan yang berkelanjutan. 3. Bagaimana mengetahui debit banjir dengan menggunakan HEC-RAS dalam pemodelan profil muka air Sungai Asahan Hilir. 4. Bagaimana membangun model hidrologi yang akan mampu menentukan indeks banjir Sungai Asahan sebagai usaha membantu dalam pengelolaan lingkungan. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian dari latar belakang dan permasalahan tersebut di atas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Menganalisis ketersediaan air dan kemampuan Sungai Asahan untuk mengatasi banjir. 2. Menjabarkan analisa hidrologi pada penerapan statistik dalam curah hujan untuk pengelolaan Sungai Asahan. 3. Menganalisis debit banjir periodik secara teknis dengan HEC-RAS sebagai acuan dalam pemodelan profil muka air Sungai Asahan Hilir.

6 4. Membentuk model hidrologi penentuan indeks banjir berdasarkan analisis debit banjir Sungai Asahan. Dalam studi model hidrologi untuk penentuan indeks banjir berdasarkan analisa debit banjir sebagai pengelolaan Sungai Asahan maka perlu data curah hujan, data iklim, data debit dan juga dipengaruhi faktor-faktor lain sesuai dengan Gambar 1.1. SUNGAI ASAHAN Kebijakan Daerah Peraturan yang berlaku Data DAS -Karakteristik DAS -Data Curah Hujan -Data iklim. Data Debit Data Demand Industri, Domestik -Peta Administrasi -Peta pengguna lahan - Peta DAS - Peta Hidroklimatologi Analisa Hidrologi -Inventarisasi kebutuhan Debit Banjir Rencana Metode HEC-RAS Model Hidrologi untuk Penentuan Indeks Banjir berdasarkan Analisa Debit banjir sebagai Pengelolaan Sungai Asahan Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Model Hidrologi Penentuan Indeks Banjir Sungai Asahan

7 1.4. Hipotesis Terjaganya ketersediaan air sesuai kebutuhannya dan kemampuan Sungai Asahan untuk mengatasi banjir dengan mengetahinya berdasarkan besaran debit banjir. Dengan ditemukan nilai curah hujan dan nilai debit banjir berdasarkan analisis hidrologi maka dapat mengantisipasi banjir pada Sungai Asahan. Dengan ditemukan nilai debit banjir melalui penerapan statistik dan menggunakan metode HEC-RAS maka akan dapat diprediksi profil muka air Sungai Asahan yang berkelanjutan. Memperkirakan nilai indeks banjir berdasarkan kumulatif yang terjadi di sekitar lokasi Sungai Asahan. 1.5. Manfaat Berdasarkan keseimbangan air dapat dilakukan upaya pengelolaan DAS Asahan terhadap lingkungan sekitar lokasi. Dengan diketahuinya besaran curah hujan melalui analisa Hidrologi maka berguna untuk mengantisipasi banjir pada Sungai Asahan. Dengan ditemukan besaran debit banjir maka dapat diperkirakan debit banjir 2 sampai 25 tahun akan datang, sehingga PEMDA setempat dapat mengelola Sungai Asahan yang berkelanjutan. Dengan memodelkan hidrologi berdasarkan indeks debit banjir di Sungai Asahan maka dapat dipetakan jika di wilayah tersebut terjadi banjir.

8 1.6. Novelty Kajian terhadap DAS telah banyak dilakukan baik di wilayah kabupaten maupun propinsi. Tetapi penelitian mengkaji Model Hidrologi Penentuan Indeks Banjir belum pernah dilakukan di Sungai Asahan. Sedangkan pembaharuan dalam penelitian ini adalah model hidrologi Sungai Asahan untuk keseimbangan air sungai Asahan yang berkelanjutan dan untuk memberikan rekomendasi terhadap pengendalian banjir di Kabupaten Asahan, sehingga diharapkan dapat mengurangi masalah banjir. 1.7. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan penulisan ini berdasarkan studi pada sungai Asahan yang diuraikan secara jelas gambaran permasalahan, analisis, simulasi, dan kondisi yang terjadi serta kemungkinan solusi yang dapat diberikan atas permasalahan yang timbul. Sistematika pembahasan tersebut adalah sebagai berikut: 1. BAB I PENDAHULUAN membahas tentang latar belakang pengambilan topik penelitian pemahaman proses-proses hirologi, tentang banjir terjadi, tujuan, manfaat dan novelty penulisan disertasi. 2. BAB II KAJIAN PUSTAKA membahas dasar-dasar teori yang berkenaan dengan lingkup pembahasan dalam upaya mendukung segala pengambilan keputusan dan hasil yang diperoleh dalam disertasi ini serta mencakup data kepustakaan yang diperoleh dengan cara menghimpun berbagai literatur yang berhubungan data yang diperlukan. 3. BAB III METODE PENELITIAN membahas tentang kondisi atau tempat, rancangan penelitian pencapaian Indeks Debit yang akan di kaji dari curah

9 hujan lebih mendalam sesuai tentang data Debit, sehingga menjadi kerangka acuan dalam penulisan. 4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN membahas tentang data Hidro klimatologi, Penyiapan Data Fisik DAS Asahan, Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia yang mencakup wilayah DAS Asahan dapat diidentifikasi karakteristik kelerengan untuk lahan yang bersumber dari bentuk file DEM (Digital Elevation Model). Tata Guna Lahan dan Kebutuhan Air Rumah Tangga, Perkotaan dan Industri dan Proyeksi Penduduk Kabupaten Asahan. Dan juga membahas tentang Debit Banjir, Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu, Metode Rasional,Analisis Hidrolika Dengan Pemodelan HEC RAS 4.0, Input Data Geometri Sungai dan data Analisis Indeks Banjir, Analisis Probabilitas Frekwensi Hujan Untuk Penentuan Debit Banjir, DAS hulu Sungai, DAS tengah Sungai, DAS hilir Sungai, Indeks Luas Genangan dan indeks banjir. 5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN membahas tentang Kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dan juga saran yang dapat diberikan untuk memberi solusi alternatif bagi keberlanjutan penelitian berikutnya.