BAB III TEKNIK TOKEN ECONOMY DALAM TERAPI BEHAVIORAL

dokumen-dokumen yang mirip
TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU)

KONSEP DASAR. Manusia : mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol/dipengaruhi oleh faktorfaktor

Teori Teori Belajar: Behaviorisme, Kognitif, dan Gestalt

BAB III PENERAPAN TEKNIK TOKEN ECONOMY DALAM MENGATASI PERILAKU TERLAMBAT

TEKNIK EKONOMI TOKEN DALAM PENGUBAHAN PERILAKU KLIEN (Token Economy Technique in the Modification of Client Behavior) Abstrak.

antara stimulus dan respon. Menurut Pavlov respon dari seseorang tergantung

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu, 1975), p Djumhur & Moh Surya, Bimbingan dan Konseling Islam, (Bandung: CV.

BAB II LANDASAN TEORI

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Teori Belajar Behavioristik

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya siswa, tujuan, dan. antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Belajar dan Pembelajaran yang dibina oleh Bapak Drs. Parno, M.

TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU

Behavioristik Therapy ARNOLD LAZARUZ

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

PENGARUH KONSELING INDIVIDUAL BEHAVIORISTIK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 2 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

TEORI PENGUATAN OLEH SKINNER

MATERI PENDEKATAN KONSELING PERILAKU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Psikologi Konseling Gestalt Therapy and Behavior Therapy

KONSEP BEHAVIORAL THERAPY DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA TERISOLIR. Dyesi Kumalasari

Program Pascasarjana - UNY TEORI BELAJAR. (Learning Theory) Oleh. Dr. H. MUKMINAN. PPs. UNY /

SKINNER TIGA ASUMSI DASAR SKINNER

I. PENDAHULUAN. TK (Taman kanak-kanak) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal

Untuk pemahaman yang lebih mendalam, perlu diuraikan definisi belajar tersebut melalui penjelasan dari komponen-komponen dan istilah-istilah serta

TEORI behaviorism. Teori belajar koneksionisme

KONSELING KELUARGA DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORAL: STRATEGI MEWUJUDKAN KEHARMONISAN DALAM KELUARGA

Konseling Individual Pendekatan Behavioral Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Belajar Siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang

KEMAMPUAN KONSELOR DALAM MENGELOLA KONSELING BEHAVIORAL MELALUI ALAT PENILAIAN

B.F. Skinner. Pendekatan Psikologi Skinner

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun teori-teori yang dijelaskan adalah teori mengenai

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pembelajaran. Tetapi juga dalam hal membimbing siswa

Teori-teori Belajar. Teori Behavioristik. Afid Burhanuddin. Memahami teori-toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran.

BAB II KAJIAN TEORI. Watson pada tahun 1913 dan digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner.

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan B. Rumusan Masalah

Konsep-konsep Modifikasi Perilaku. Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi

KONSELING BEHAVIOR DALAM MENGATASI SISWA DENGAN MOTIVASI BELAJAR RENDAH (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Suboh Situbondo)

BAB II STUDI TEORIS. kelainan fisik, khususnya anggota badan, seperti kaki, tangan, atau bentuk tubuh.

I. PENDAHULUAN. masalah, terutama masalah perkembangannya. Oleh karena itu, perkembangan. anak perlu diperhatikan, khususnya oleh orang tua dan guru.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH :

TEORI BELAJAR SKINNER

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy

BAB II LANDASAN TEORI. mendasar konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia penuh. membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya.

keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

IMPLEMENTASI KONSELING BEHAVIORIS DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS X DI SMK NEGERI 1 JENANGAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI

PRA KATA. Agus Supriyanto, M.Pd.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

BAB I PENDAHULUAN. hanya dilihat dari sejauh mana proses pengajarannya saja, tetapi ada tiga bidang. yang harus diperhatikan, diantaranya 1

BAB III METODE PENELITIAN. prosedur penelitian, dan (6) teknik analisis data.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan sebentuk komunikasi. Sedangkan Rogers bersama Kuncaid

MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI

PSIKOLOGI SDM MOTIVASI INDIVIDU. Drs. Agung Sigit Santoso, M.Si., Psi. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Konsep Dasar Tentang Konseling Behavioral

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam menempuh

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2

BAB II TERAPI BEHAVIOR, TEKNIK MODELLING, DAN KEMANDIRIAN. A. Terapi Behavior Teknik Modelling dan Kemandirian

2014 PENGGUNAAN TEKNIK BEHAVIOR CONTRACT

Psikologi Konseling MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

PENERAPAN TEORI BEHAVIORISTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB (KAJIAN TERHADAP PEMIKIRAN BF. SKINNER)

Psikoterapi Behavior Teknik-teknik Behavior 2015

Volume 1 Nomor 1, Oktober ISSN

Teknik lainnya dalam modifikasi perilaku I

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1 Pengertian Pendekatan Behavioristik. mempunyai pengaruh cukup lama. 1

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan

PANDUAN REFLEKSI/PENGAMATAN PRAKTIK PENDEKATAN KONSELING BEHAVIORAL FASE PROSES KONSELING

TEKNIK MODELING SIMBOLIS DALAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan suatu sifat yang tidak bisa dihindari dan di

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan nasional tidak terlepas dari proses pembelajaran di

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Teori Konseling Behavioral konseling

Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku

LEARNING OLEH: ASEP SUPENA

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

Oleh: Dadang Sukirman Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

AWAL MUNCULNYA TEORI BEHAVIORISME

Bagian 1. Pendahuluan: Evaluasi dan Persoalan Mutu Hasil Belajar

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

Teknik lainnya dalam modifikasi perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dibawah situasi yang menekan/stres (Torres et. al, 2012). Menurut Bowlby

BAB IV PENERAPAN LATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

PERILAKU DAN MENTAL DALAM PERSPEKTIF BEHAVIORISME

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X

BAB II LANDASAN TEORI

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DENGAN TEKNIK REINFORCEMENT

BAB I PENDAHULUAN. menjerumuskan dirinya pada masalah yang lebih pelik. pengabdian, nilai kebersmaan, nilai kemandirian, nilai keaarifan.

Psikologi Konseling Konseling Analisis Transaksional

Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

Transkripsi:

BAB III TEKNIK TOKEN ECONOMY DALAM TERAPI BEHAVIORAL A. Pengertian Behavioral 1. Pengertian behavioral Behavioral adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Dalil dasarnya adalah bahwa tingkah laku itu tertib dan bahwa eksperimen yang dikendalikan dengan cermat yang menyingkapkan hukum-hukum yang mengendalikan tingkah laku. Behavioral oleh sikap membatasi metode-metode dan prosedurprosedur pada data yang diamati tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik yang menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar 1. Terapi tingkah laku (behavioral) adalah bahwa prilaku dapat di definisikan secara operasional, diamati dan diukur. Para ahli behavioristic memandang bahwa gangguan tingkah laku akibat dari proses belajar yang salah. Oleh karena itu, prilaku dapat diubah lingkungan yang lebih positif pula. Perubahan tingkah laku yang 1 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung rafika aditama, 2013), P. 195. 23

24 memberikan kemungkinan dilakukanya evaluasi atas kemajuan klien secara lebih jelas. 2 Tujuan dari terapi behavioral adalah menciptakan suatu kondisi baru yang lebih baik, melalui proses belajar sehingga prilaku sintomatik dapat dihilangkan. sementara itu tujuan terapi behavioral secara khusus adalah mengubah tingkah laku yang adaptif dengan cara memperkuat tingkah laku yang diharapkan serta berusaha menemukan cara-cara bertingkah laku yang tepat. 3 Pada dasarnya terapi tingkah laku diarahkan pada tujuan-tujuan tingkah laku baru atau penghapusan tingkah laku ayng maladaptif serta memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan. 4 Dapat di simpulkan bahwa tujuan terapi behavioral adalah : a. Memperkuat perilaku yang diharapkan dan menghilangkan perilaku yang tidak diharapkan. b. Mengubah perilaku maladaptif menjadi adaptif. c. Membantu menemukan cara-cara berperilaku yang tepat. d. Mencapai perubahan perilaku yang dapat dipakai dalam kegiatan kehidupanya. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang terletak dalam diri individu yang disebut juga faktor internal dan diluar dirinya atau disebut dengan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan. Oleh sebab itu untuk mengubah perilaku manusia 2 Namura Numongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Teori dan Praktik, (Jakarta; Kencana, 2011), P. 167-168. 3 Namora Numongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling,, (Jakarta; Kencana, 2011) P. 197.. 4 Corey Gerald.Teori dan Praktik Konselingdan Psikoterapi, (: Bandung rafika aditama, 2013), P.197.

25 memerlukan berbagai strategi dan teknik yang beragam pula, sesuai dengan pendekatan dan teori prilaku manusia. Dalam terapi tingkah laku, teknik-teknik spesifik yang beragam bisa digunakan secara sistematis dan hasil-hasilnya bisa dievalusi. Teknik-teknik ini bisa digunakan jika saatnya tepat untuk menggunakanya, dan banyak diantaranya yang bisa dimasukan kedalam praktek psikoterapi yang berlandasan model-model lain. Teknik-teknik spesifik yang akan diuraikan di bawah ini bisa diharapkan pada terapi dan konseling individual maupun kelompok. 5 B. Prinsip-prinsip Terapi Behavioral Teori yang dikembangkan oleh kelompok behavioral banyak dihasilkan oleh berbagai eksperimen terhadap binatang. Berikut ini ada beberapa teori yang penting yang dihasilkan oleh kelompok behavioral. 1. Connectionism Thorndike Eksperimen yang dilakukan terhadap kucing dapat menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya sebagai berikut: a. Law of effect; artinya ini menunjukan kepada makna kuat atau atau lemahnya hubungan sebagai akibat dari hasil respons yang dilakukan. Apabila suatu hubungan atau koneksi dibuat dan disertai atau diikuti oleh keadaan yang memuaskan, maka kekuaatan hubungan itu akan bertambah, 5 Corey Gerald.Teori Dan Praktik Konselingdan Psikoterap, (Bandung rafika aditama, 2013),P. 208.

26 sebaliknya apabila suatu koneksi dibuat dan disertai dengan diikuti oleh keadaan yang tidak memuaskan, maka kekuatan hubungan itu akan berkurang. b. Law of readiness; artinya, prinsip tambahan yang menggambarkan taraf psikologis bagi laweffec. Hukum ini menunjukan keadaan-keadaan dimana pelajar cenderung untuk mendapatkan kepuasan atau ketidakpuasan, menerima tau menolak sesuatu. c. Low of exercise; artinya, hubungan-hubungan atau koneksikoneksi akan menjadi bertambah kuat, kalau ada latihan sebaliknya, hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah lemah atau terlupa kalau latihan-latihan atau penggunaan dihentikan. 6 2. Classical condisioning Ivan Pavlov Eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar di antaranya sebagai berikut: 1. Law of respondent conditioning, yaitu hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macan stimulus dihadirkan secara stimulus (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka reflex dan stimulus lainya akan meningkat. 2. Law of respondent extinction, yaitu hukum pemusnahan yang dituntut jika reflex yang sudah diperkuat melalui respondentconditioning itu di datangkan kembali tanpa menghadirkan reinforce, kekuatan akan menurun. 6 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada 1998), Pp. 250-253.

27 3. Operant conditioning B. F. Skinner Eksperimen yang dilakukan B. F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, di antaranya sebagai berikut: 1. Law of operant conditioning, yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, kekuatan perilaku tersebut akan meningkat. 2. Law of operant extinction, yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, kekuatan peilaku tersebut akan menurun, bahkan musnah. Reber menyebutnya bahwa operant adalah sejumlah prilaku yang membawa efek yang sama tehadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan efek yang ditimbulkan oleh reinforce, pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan timbulnya kemungkinan sejumlah respon tertentu, namun tidak disengaja diadakan sebagai pasanagan stimulus lainya seperti dalam classical conditioning. C. Langkah-langkah Terapi Behavioral Dalam terapi behavioral terdapat langkah-langkah atau prosedur yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi klien, adapun langkah-langkahnya adalah: a. Assessment langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien. Konselor mendorong untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar di alaminya pada

28 waktu itu. Assessment di perlukan untuk mengidentifikasi metode atau teknik apa yang di pilih sesuai dengan tingkah laku yang di ubah. b. Goal setting, yaitu langkah-langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang di peroleh dari langkah assesment konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin di capai dalam konseling c. Technique implementation yaitu melakukan kegiatan penilaian apah kegiatan konseling yang telah di laksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling. Kebiasaan siswa yang bermain game online merupakan perilaku dari siswa itu sendiri, mengenai karakteristik kepribadian, nilai kehidupan, prinsip kehidupan, moralitas, kelemahan dan segala yang terbentuk dari segala pengalaman dari interaksinya dengan orang lain. Siswa yang berperilaku demikian karena pada dasarnya siswa dapat mengubah dan memandang diri, hal itu mempengaruhi tidak hanya siswa yang berperilaku saja, tetapi juga tingkat kepuasan yang di peroleh dalam hidupnya setiap siswa memiliki perilaku yang tidak baik, tetapi mereka tidak tahu apakah perilaku yang tidak baik yang di milikinya itu negatif atau positif. 7 Disamping itu ada tiga teknik dari terapi behavioral yaitu: 1. Teknik desensitisasi sistematik Desensitisasi sistematik adalah salah satu teknik yang paling luas digunakan dalam terapi timgkah laku. Desensitisasi 7 Richard Nelson Jones, Teori dan Peraktik Konseling dan Terapi (pustaka pelajar 2006),p.400

29 sistematik digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif, dan ia menyertakan pemunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan itu. Desensitisasi diarahkan pada mengajar klien untuk menampilkan suatu respon yang tidak konsisten dengan kecemasan. 8 Desensitisasi sistematik juga melibatkan teknik-teknik relaksi. Klien dilatih untuk santai dan mengasosiakan keadaan santai dengan pengalaman-pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau yang divisisualisasi situasi-situasi dihadirkan dari suatu rangkayan yang sangat tidak mengancam kepada yang snagat mengancam. Tingkat stimulus-stimulus penghasil dipasangkan secara berulang-ulang dengan stimulusstimulus penghasil keadaan santai. Wolpe telah mengembangkan suatu respon, yakni relaksasi yang secara fsikologis bertentangan dengan kecemasan yang secara sistematis yang sudah di asosiasikan dengan aspek-aspek situasi yang mengancam. Prosedur model pengondisian balik ini adalah sebagai berikut. a. Desensitisasi sistematik dimulai dengan suatu analisis tingkah laku atas stimulus-stimulus yang bisa membangkitkan kecemasan dalam suatu wilayah tertentu seperti wilayah penolakan, rasa iri, ketidaksetujuan atau suatu fobia. Disediakan waktu untuk menyusun suatu 8 Gerald corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung rafika aditama, 2013), p. 208.

30 tingkatan kecemasan-kecemasan klien dalam wilayah tertentu. b. Selama pertemuan-pertemuan terapetik pertama klien diberi latihan relaksasi yang terdiri atas kintraksi, dan lambat laun mengundurkan otak-otak yang berbeda sampai tercapai suatu keadaan santai penuh. Sebelum latihan relaksasi dimulai klien diberi tahu cara relaksasi yang digunakan alam desernsitisasi, cara menggunakan relaksasi itu debagian-bagian hubungan kehidupan sehari-hari dan cara untuk mengundurkan. c. Proses desensitisasi melibatkan keadaan dimana klien sepenuhnya santai dengan mata tertutup. Terapis menceritakan serangkain situasi meminta klien untuk membayangkan dirinya berada dalam situasi yang diceritakan oleh terapis itu. Situasi yang netral diungkapkan, dan klien diminta untuk membayangkan berada didalamnya. Jika klien mampu santai pada tempatnya maka dia diminta untuk membayangkan suatu situasi yang membangkitkan kecemasan yang tarafnya paling rendah. 2. Teknik aversi Aversi adalah metode-metode yang kontroversi yang dimiliki oleh behavioris meskipun digunakan secara luas sebagai metode-metode untuk membawa orang-orang kepada tingkah laku yang diinginkan. Kondisi-kondisi diciptakan sehingga orang-orang melakukan apa yang diharapka dari mereka dalam rangka menghindari konsekuensi-konsekuensi aversi. Sebagian besar lembaga social menggunakan prosedur-

31 prosedur aversi untuk mengendalikan para anggotanya dan untuk membentuk tingkah laku individu agar sesuai dengan yang telah digarisakan, greja-greja menggunakan pengucilan, perusahaan menggunakan-menggunakan pemecatan dan penangguhan pembayaran upah, sedangkan pemerintah menggunakan denda dan hukum penjara. 9 3. Teknik Token Economy Teknik token economy adalah suatu bentuk pengubahan prilaku, untuk meningkatkan prilaku yang diharapkan, dan mengurangi perilaku yang tidak diharapkan, dengan menggunakan token (kepingan logam atau stiker). Adapun penjelasan dari teknik token economy akan lebih dijelaskan pada bagian berikutnya. D. Teknik Token Economy 1. Pengertian Token Economy Token economy adalah suatu bentuk pengubahan perilaku, untuk meningkatkan perilaku yang diharapkan dan mengurangi perilaku yang tidak diharapkan, dengan menggunakan token (kepingan logam atau stiker). 10 Seseorang individu akan menerima token dengan segera setelah menampilkan perilaku yang diharapkan. Sebaiknya akan mendapat penguranagan token jika menampilkan perilaku yang tidak diharapkan. Token economy ini dikumpulkan dan 9 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterap, (Mengger Girang: Bandung, 2009), p. 216. 10 Gerald Corey, Teori dan Teknik Konseling dan Psikoterapi, ( Bandung, rafika aditama 2013), p.222

32 kemudian dalam jangka waktu tertentu dapat ditukar dengan hadiah atau suatu mempunyai makna secara singkatnya token economy merupakan sebuah sistem reinforcemen untuk perilaku yang dikelola dan diubah, seseorang mesti dihadiahi atau diberikan penguatan untuk meningkatkan atau mengurangi perilaku yang diinginkan. 11 Teknik token economy dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila pemerkuat-pemerkuat yang tidak bisa diraba lainya tidak dapat memberikan pengaruh. Dalam token economy tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan kekuatan perkuatan yang bisa diraba (tanda-tanda seperti kepingan logam atau stiker) yang nantinya bisa ditukar dengan objek-objek atau hak istimewa yang diinginkan. Tujuan dari teknik token economy adalah untuk mengubah perilaku yang diharapkan dan mengurangi perilaku yang tidak diharapkan. Bagaimanapun, tujuan token economy yang lebih besar adalah mengajarkan tingkah laku yang tepat dan keterampilan sosial yang dapat dipergunakan dalam suatu lingkungan alamiyah. 12 4. Pelaksanaan Token Economy Menerapkan teknik token economy derdapat enam elemen yang perlu ada dalam pelaksaan terapi behavioral menggunakan teknik token economy yaitu: 11 Adi Fahrudin, Teknik Token Economy dalam Mengatasi Siswa yang Kecanduan Game Online Http://Www.Academia.Edu/3600191 (Diakses Pada Tanggal 16 November 2016, Pukul 11:13). 12 Gerald Corey.Teori dan Praktik Konselingdan Psikoterapi, ( Bandung, rafika aditama 2013), P.197.

33 a. Token (koin) Segala sesuatuyang bisa dilihat, dapat dihitung dan dapat dijadikan token. Seharusnya sesuatu yang menarik mudah dibawah dan sukar ditiru. Umumnya berapa item dapat dijadikan token seperti duit poker, stiker, taly poin, atau uang mainan. Ketika individu menampilkan tingkah laku yang diharapkan, maka klien segera diberikan sejumlah token tidak punya nilai bagi mereka, harus mengumpulkan token dan kemudian menukarkanya dengan sesuatu yang berharga. Diberikan keistimewaan atau diberi kaemudahan melakukan aktivitas yang lain. Individu juga dapat kehilangan token (hukuman) jika menunjukan perilaku yang tidak diharapkan. b. Penjelasan tingkah laku target Individu yang terlibat dalam token economy harus mengetahui secara jelas apakah yang harus mereka lakukan agar mendapatkan token tingkah laku yang diharapkan dan tidak harapkan harus dijelaskan secara sederhana dan spesifik. c. Motif-motif penguat/back-up reinforcers Motivasi penguat adalah objek yang penuh arti dan istimewa atau aktivitas tambahan yang dapat diberikan kepada klien sebagai pertukaran dengan token economy yang mereka proleh kesuksesan dari suatu token economy tergantung pada daya tarik (tawaran menarik/kenikmatan) dari motif-motif penguat tersebut. Individu baru akan termotivai untuk mendapatkan token jika mereka mengetahui

34 bentuk penghargaan di masa depan yang diawali oleh tandatanda yang mereka terima. Suatu token economy yang dirancanakan, akan menjadi lebih baik jika penggunaan motif-motif penguat tersebut dapat dipilih sendiri oleh individu tersebut ketimbang dipilih oleh pembimbing. d. Sistem penukaran token Klien perlu tahu adanya mekanisme tempat dan waktu yang sesuai untuk mereka menukarkan token. Nilai dari suatu token dari setiap motif penguat ditentukan oleh nila uang, permintaan, atau nilai terapi yang dijalankan. Sebagai contoh, jika motif penguat itu mahal atau sangat menarik maka nilai token harus yang lebih tinggi. Jika nilai token diatur/ditetapkan terlalu rendah, maka individu termotivasi untuk mendapatkan token. e. Suatu sistem perekaman data Sebelum treatment dimulai, informasi perilaku individu yang skarang perlu dikumpulkan. Perubahan perilaku kemudian direkam di lembar harian, informasi ini digunakan untuk mengukur kemajuan individu dan efektifitas dari token economy. Informasi mengenai pertukaran dari token juga perlu untuk direkam/dicatat. f. Implementasi konsistensi token economy oleh pembimbing/ petugas Keberhasilan implementasi token economy sangat tergantung dari semua pembimbing yang berfungsi sebagai terapi/fasilitator yang harus memperlihatkan prilaku-prilaku yang sama, menggunakan token dalam jumlah yang sesuai,

35 menghindari dari motif penguat dibagikan dengan bebas, dan mencegah token dari pemalsuan, pencurian, atau diperoleh secara tidak adil. Tanggung-jawab pembimbing dan ketentuan-ketentuan token economy harus dijelaskan secara tertulis pembimbing juga perlu dievaluasi pada waktu tertentu dan diberikan peluang untuk bertanya atau berpendapat. 13 E. Pengertian Kecanduan Game online Kecanduan adalah saat tubuh atau pikiran kita dengan parahnya menginginkan atau memerlukan sesuatu agar bekerja dengan baik secara fisik dan psikologis, sedangkan game online adalah jenis permainan komputer yang menggunakan jaringan computer. Jarinagn yang biasanya di gunakan adalah jaringan internet dan yang sejenisnya serta selalu menggunakan teknologi yang ada saat ini, seperti modem dan koneksi kabel. 14 Kecanduan tersebut merupakan perilaku yang kurang baik, dimana orang yang menggunakan game online tersebut berakibat kecanduan dimana orang tersebut akan terus menerus bermain game online, dan sewajarnya saja menggunakan permainan game online tersebut, dimana orang yang bermain game online akan berakibat tidak baik bagi kesehatanya. Kecanduan game online ini pula terjadi pada lima siswa dimana rata-rata mereka menggunakan game online dan merekapun sudah kecanduan game online ada 13 Adi Fahrudin, Teknik Token Economy Dalam Mengatasi Siswa Yang Kecanduan Game Online Http://Www.Academia.Edu/3600191 (Diakses Pada Tanggal 16 November 2016, Pukul 11:13). 14 Riky Pengertian Game Online, https://id.wikipedia.org/wiki/ Ketergantungan psikologis (diakses pada hari rabu 19 April 2017) pukul 16:00

36 beberapa faktor yang menyebabkan siswa tersebut kecanduan game online. tersebut bisa saja berdampak buruk bagi kehidupan anak dimana rata-rata siswa memiliki kecanduan bermain game online. Kecandua Game online yaitu yaitu gabungan dari dua kata yang berasal dari bahasa inggris game adalah permainan, online artinya jaringan (dalam jaringan). Kecanduan merupakan perilaku yang tidak baik, dalam kondisi dimana anak tewrsebut memilki rasa ingin bermain terud\s yang taka da hrntinya, dlam proses tersebut bias asaja membuat kesehatanya terganggu dalam kehidupanya dan kecanduan game online juga terjadi pada lima siswa yang memiliki beberpa faktor yang mempengaruhi siswa kecanduan game online.