PERBAIKAN STASIUN PEMOTONGAN BAHAN BAKU MELALUI PERANCANGAN ALAT BANTU PEMOTONG SPON DENGAN MENGGUNAKAN METODE KREATIF DI IKM PERMATA

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

93 Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 1, Nomor 1, Juli 2014

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA PROSES MEMAHAT UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI JAVA ART STONE

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. baik, salah satunya adalah fasilitas kerja yang baik dan nyaman bagi karyawan,

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang

Perbaikan Postur Kerja Dengan Menggunakan Metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) Di CV.XYZ

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

repository.unisba.ac.id

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo

Analisis Postur Kerja Dengan Metode Rappid Upper Limb Assessment (Rula) Sebagai Dasar Rekomendasi Redesign Fasilitas Kerja

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

PERBAIKAN PROSES IRAT BAMBU DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DI UKM ALIFA CRAFT WEDDING SOUVENIR KASONGAN,BANTUL

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA AKTIVITAS PEMBUATAN MOTIF KERAJINAN PERAK DI ANGGRA SILVER

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

MODUL I DESAIN ERGONOMI

PERANCANGAN MEJA ERGONOMIS UNTUK PROSES PEMOTONGAN KULIT DI HERATON CRAFT YOGYAKARTA

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

ANALISA DAN PERANCANGAN ULANG PROSEDUR KERJA PENCETAKAN PAVING YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

Rancangan Fasilitas Kerja Yang Ergonomis Di Stasiun Penguapan Untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus Pada CV. Arba Jaya) Chandra S.


Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

Redesain Alat Pemipihan Biji Melinjo Dengan Pendekatan Metode Antropometri Di UD. SARTIKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat,

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Rancangan Fasilitas Kerja Ergonomis Pada Stasiun Pemarutan Tepung Tapioka

BAB I PENDAHULUAN. kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

PDF Compressor Pro. Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. dalam kawasan Pusat Industri Kecil (PIK) yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI POSTUR KERJA SECARA ERGONOMI UNTUK MENGHINDARI MUSCULOSKELETAL DISORDERS

PERANCANGAN KABIN MOBIL PICK UP YANG ERGONOMIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN MOBIL GEA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian

PENGEMBANGAN PRODUK BERBASIS ANTHROPOMETRI

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

Prosiding Teknik Industri ISSN:

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PERANCANGAN ALAT BANTU PENGAMBILAN SAMPEL PADA ROAD TANK PT PERTAMINA EP CEPU

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined.

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli Rajagukguk. Lhokseumawe Aceh Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

RANCANGAN ERGONOMIS FASILITAS KERJA DI STASIUN PENGEMASAN PADA PT. FLORINDO MAKMUR UNTUK MEREDUKSI MUSCULOSKELTAL DISORDERS (MSDs)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

BAB I PENDAHULUAN I-1

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE RULA DAN PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA FINISHING BATIK

BAB V ANALISA DAN HASIL. semua proses kerja yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI ERGONOMI MENGGUNAKAN METODE RULA (RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT) UNTUK MENGIDENTIFIKASI ALAT BANTU PADA MESIN ROASTING KOPI

Transkripsi:

PERBAIKAN STASIUN PEMOTONGAN BAHAN BAKU MELALUI PERANCANGAN ALAT BANTU PEMOTONG SPON DENGAN MENGGUNAKAN METODE KREATIF DI IKM PERMATA Ani Umyati 1), Yayan Harry Yadi 2), Dedi Dwi Cahyadi 3) 1),2),3 ) Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Jend. Sudirman Km. 3, Cilegon Email : ani.umyati@untirta.ac.id Abstrak. Masih rendahnya produktivitas di stasiun pemotongan bahan baku disebabkan karena kurang memadainya alat yang digunakan operator sehingga berdampak juga pada posisi kerja operator. Tujuan penelitian ini untuk merancang alat bantu pemotong spon serta melakukan penilaian postur kerja. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode RULA dan metode perancangan dengan menggunakan metode kreatif. Hasil penilaian postur kerja eksisting adalah 2 pada saat mengambil spon, dan 7 pada saat memotong spon. Nilai tersebut menunjukkan adanya postur kerja dengan kategori risiko sangat tinggi pada saat memotong spon. Hasil perancangan alat bantu pemotong spon berukuran tinggi 103 cm, panjang 110 cm, dan lebar 520 cm, memiliki pijakan kaki dengan panjang 30cm, dan lebar 12,50cm serta memiliki penahan spon yang bersifat adjustable. Hasil penilaian postur kerja setelah implementasi adalah 2 pada saat mengambil spon dan 3 pada saat memotong spon. Nilai tersebut menunjukkan bahwa postur kerja operator pemotongan bahan baku termasuk dalam kategori sedang.. Katakunci: postur, RULA, perancangan, metode kreatif.. 1. Pendahuluan IKM merupakan penopang pertumbuhan ekonomi nasional dan berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi negara maju atau berkembang. IKM juga mampu menyerap tenaga kerja yang besar dan mendorong pemerataan pendapatan masyarakat. Tercatat tahun 2012 ada sekitar 3,8 juta unit IKM di Tanah Air. Sekitar 75% di antaranya berkembang di Pulau Jawa, sedangkan 25% sisanya ada di luar Pulau Jawa. Tetapi, besarnya kontribusi IKM tidak diimbangi dengan peran pemerintah dalam mendukung perkembangan wirausaha dan IKM yang ada di Indonesia. Sehingga timbul permasalahanpermasalahan yang berdampak pada perkembangan IKM itu sendiri. Pada umumnya permasalahan yang dihadapi oleh industri kecil dan menengah (IKM), adalah kurangnya permodalan, sumber daya manusia (SDM) yang terbatas, biaya produksi, tingkat teknologi, pemasaran, dan persaingan produk impor. Selain itu, masalah produktivitas juga menjadi salah satu masalah yang harus dihadapi oleh pemilik IKM [1]. Produktivitas merupakan suatu parameter yang dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat kinerja suatu perusahaan atau suatu usaha. Untuk memperoleh tingkat produktivitas yang tinggi harus didukung oleh adanya suatu sistem kerja yang sederhana, praktis, dan efisien. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (kbbi.web.id, 2015) sistem kerja adalah rangkaian tata kerja dan prosedur kerja yang kemudian membentuk suatu pola tertentu dalam rangka melaksanakan suatu bidang pekerjaan. Komponen sistem kerja terdiri dari manusia dengan sifat dan kemampuannya, peralatan kerja, bahan serta lingkungan kerja. Salah satu contoh permasalahan yang berkaitan dengan sistem kerja yaitu penggunaan peralatan kerja pada industri kecil yang tergolong peralatan konvensional, sehingga tidak memperhatikan sifat, sikap kerja dan kemampuan manusia. Untuk dapat memperoleh sistem kerja yang lebih baik maka perlu dilakukan perancangan sistem kerja ergonomi yang efektif aman, sehat, nyaman dan efisien [2]. Salah satu pengrajin sendal hotel di Indonesia yaitu IKM Permata. IKM ini berlokasi di Jl. Tb. Buang No.1 Cikuasa RT.02/RW.01 Kelurahan Gerem Kecamatan Grogol Kota Cilegon-Banten. Produk yang dihasilkan oleh IKM ini adalah sepatu, sandal, sandal hotel dan baju dengan produk utama yaitu sandal hotel. IKM ini mempunyai 11 stasiun dalam proses produksinya. Stasiun tersebut adalah stasiun pemotongan bahan baku, stasiun pengembosan, stasiun penyayatan, stasiun assembly, stasiun press, stasiun pemotongan bentuk, stasiun penyablonan, stasiun penjahitan, stasiun pengepakan, C7.1

warehouse dan storage. Rendahnya produktivitas dikarenakan sikap kerja yang kurang baik, dimana operator harus bekerja dengan posisi jongkok. Operator bekerja dalam posisi jongkok dikarenakan alat yang digunakan dalam melakukan proses pemotongan spon adalah cutter, dan pengukur serta penahan spon adalah papan kayu. Menurut [3], sikap kerja yang kurang baik (seperti, jongkok dan membungkuk) dapat berpengaruh terhadap menurunnya efisiensi dan efektifitas kerja. Berdasarkan identifikasi postur kerja dengan metode RULA software CATIA V5R17 diperoleh skor operator pada pekerjaan memotong spon di stasiun pemotongan bahan baku memiliki nilai 7 yang berarti dalam keadaan bahaya. Adapun tindakan yang perlu dilakukan adalah perbaikan sekarang juga. Terpisahnya alat pemotong dan papan pengukur spon membuat operator sering merasa kesulitan sebelum dan ketika bekerja. Sebelum bekerja operator terkadang kesulitan mencari alat pemotong ataupun papan pengukur sponnya karena letaknya yang suka berpindah-pindah. Selain itu, ketika bekerja operator juga sering lupa meletakkan alat pemotong ataupun papan pengukur spon sehingga membutuhkan waktu untuk mencarinya. Tidak adanya penahan untuk menahan spon dan mengukur potongan spon membuat operator harus menggunakan tangan dan kakinya untuk menahan papan pengukurnya. Hal ini sangat berpotensi bahaya karena jika operator kurang hati-hati ketika memotong spon dapat menimbulkan kecelakaan kerja dimana kaki ataupun tangan akan tergores dengan cutter yang digunakannya. Oleh karena itu, perlu dilakukannya perbaikan di stasiun pemotongan bahan baku. Adapun perbaikan yang dilakukan berupa penilaian postur kerja operator dan perhitungan produktivitas kerja. Perbaikan dilakukan dengan cara melakukan implementasi di stasiun pemotongan bahan baku menggunakan alat bantu pemotong spon. 1.1. Metode Penelitian Berikut ini adalah metode penelitian yang digunakan untuk memenuhi tujuan penelitian Penilaian postur kerja eksisting operator dengan menggunakan metode RULA. Penilaian postur kerja operator stasiun pemotongan bahan baku dilakukan dengan menggunakan metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) secara manual yaitu dengan menggunakan tabel RULA dan secara otomatis menggunakan bantuan software CATIA V5R17. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penilaian postur kerja menggunakan metode RULA manual adalah sebagai berikut. 1. Membuat sumbu tubuh 2. Menghitung besar sudut postur kerja operator 3. Penilaian postur grup A (lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran pergelangan tangan) 4. Penilaian postur grup B (leher, badan dan kaki) 5. Penentuan nilai akhir postur kerja. 6. Kategori nilai akhir Langkah-langkah yang dilakukan dalam penilaian postur kerja menggunakan bantuan software adalah sebagai berikut. 1. Data gambar postur kerja 2. Membuat manikin yang serupa dengan gambar postur kerja 3. RULA analysis 1.2. Perancangan Alat Bantu Pemotong Spon Tahapan dalam perancangan alat bantu pemotong spon stasiun pemotongan bahan baku IKM Permata adalah. 1. Pembentukan kelompok 2. Penyampaian informasi 3. Penentuan pemimpin 4. Penyampaian aturan-aturan dalam brainstorming 5. Kegiatan brainstorming - Identifikasi kebutuhan - Membuat pohon tujuan - Sketsa - Spesifikasi produk C7.2

1.3. Evaluasi stasiun pemotongan bahan baku setelah implementasi Adapun evaluasi yang dilakukan meliputi penilaian postur kerja operator setelah implementasi. 2. Pembahasan 2.1. Penilaian Postur Kerja Eksisting Operator Penilaian postur kerja operator eksisting dilakukan pada kegiatan mengambil spon, dan memotong spon. Berikut ini gambar kedua kegiatan di stasiun pemotongan bahan 1. Postur kerja operator saat mengambil spon Gambar 1. Postur kerja mengambil spons ; Postur bagian Kiri ; Postur bagian kanan 2. Postur kerja operator saat memotong spon Gambar 2. Postur Kerja Saat Memotong Spon; Postur Bagian Kanan; Postur Bagian Kiri Berdasarkan Gambar 1, dan Gambar 2 maka diperoleh nilai postur kerja pada kedua postur di atas. Berikut ini adalah nilai postur kerja pada kedua sub-aktivitas pemotongan bahan baku. Tabel 1. Rekapitulasi Nilai Postur Kerja Operator pada Stasiun Pemotongan Bahan Baku Nilai Kategori Postur Tindakan Kanan Kiri Risiko Postur kerja Tidak ada operator saat 2 2 Rendah masalah dengan mengambil spon Postur Postur kerja Operator saat Mengambil spon 7 7 Sangat tinggi Perlu dilakukan investigasi dan perbaikan secepat mungkin C7.3

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui nilai dari setiap postur operator dalam melakukan kegiatan pemotongan bahan baku. Postur kerja dengan kategori sangat tinggi terdapat pada postur 2 yaitu postur kerja saat memotong spon sehingga perlu dilakukan investigasi dan perbaikan secepat mungkin. Adapun penilaian postur kerja dengan bantuan software CATIA V5R17. Berikut ini adalah penilaian postur kerja dengan bantuan software CATIA V5R17. 1. Postur kerja operator saat mengambil spon Gambar 3. Hasil Software CATIA V5R17 Saat Mengambil Spon; Rula Analisis ; Gambar Manikin 2. Postur kerja operator saat memotong spon Gambar 4. Hasil Software CATIA V5R17 Saat Mengambil Spon Rula Analisis Gambar Manikin 2.2.Perancangan Alat Bantu Pemotong Spon Rancangan alat bantu pemotong spon dilakukan berdasarkan kebutuhan operator stasiun pemotongan bahan baku. Berikut ini adalah kebutuhan operator pada rancangan alat bantu pemotong spon. a. Alat bantu pemotong spon bersifat praktis. b. Sistem kerja alat bantu pemotong spon semi otomatis. c. Nyaman ketika digunakan. d. Aman ketika digunakan. e. Mudah untuk digunakan oleh operator. f. Alat dapat tahan lama. g. Perawatan alat bantu pemotong spon mudah Sketsa adalah tahap penggambaran kebutuhan alat bantu pemotong spon. Berikut ini adalah sketsa alat bantu pemotong spon. C7.4

Gambar 5. Sketsa Alat Pemotong Penjelasan sebagai berikut : 1. Pisau potong: Berfungsi untuk memotong spon ketika pedal ditekan.panjang pisau berukuran 40 cm 2. Pegas: Berfungsi untuk menaik turunkan pisau potong 3. Penahan Kaki: Berfungsi untuk menahan kaki bagian depan agar tidak terjepit ketika menggunakannya. 4. Pedal: Berfungsi sebagai pijakan alas kaki untuk menurunkan pisau potong. 5. Tiang Penghubung: Berfungsi sebagai penghubung antara pedal dan pisau. 6. Papan Seluncur: Berfungsi sebagai tempat jatuhnya spon ke keranjang. 7. Meteran: Berfungsi untuk membantu penahan menyesuaikan ukurannya. Ukuran maksimal pada meteran yaitu 44 cm. 8. Penahan : Berfungsi sebagai penahan spon. Penahan bersifat flexible, dapat dimaju dan dimundurkan sesuai keinginan. Spesifikasi produk adalah tahap penentuan ukuran pada alat bantu pemotong spon. Berikut ini adalah ukuran rancangan alat bantu stasiun pemotongan bahan baku IKM Permata. Tabel 3. Ukuran Perancangan Alat Bantu Pemotong Spon Stasiun Pemotongan Bahan Baku Dimensi Dimensi Persentil Ukuran Allowance Ukuran+ Benda Tubuh (%) (cm) Allowance Tinggi Tinggi 5 93,47 9,53 103 Meja Siku Panjang Panjang rentang 5 66,45 43,55 110 Meja tangan kedepan Lebar - - 40 12 52 Meja Panjang Panjang 95 29,68 0,32 30 Pedal Kaki Lebar Lebar 95 11,96 0,54 12,5 Ukuran rancangan alat bantu disesuaikan dengan data antropometri serta ukuran alat yang digunakan dalam proses pemotongan bahan baku IKM Permata. Persentil 5% dan 95% digunakan sesuai dengan ukuran yang akan ditentukan. Persentil 5% akan digunakan untuk dimensi jarak agar operator dengan dimensi tubuh kecil dalam populasi dapat menggunakan rancangan. Sedangkan, persentil 95% C7.5

digunakan untuk dimensi ruang agar operator dimensi tubuh besar pada populasi dapat menggunakan rancangan. [4]. 2.3.Evaluasi Stasiun Pemotongan Bahan Baku Setelah Implementasi Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada stasiun pemotongan bahan baku sebelum dan setelah implementasi alat bantu pemotong spon pada stasiun pemotongan bahan baku IKM Permata. Adapun evaluasi stasiun pemotongan bahan baku adalah sebagai berikut. Tabel 5. Perbandingan Nilai Postur Kerja Sub- Aktivitas Nilai Sebelum Nilai Setelah Kategori Risiko Implementasi Implementasi Setelah Implemetasi Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Mengambil 2 2 2 2 Rendah Rendah spon Memotong 7 7 3 3 Sedang Sedang 3. Simpulan Implementasi alat bantu pemotong spon pada stasiun pemotongan bahan baku IKM Permata dapat menurunkan nilai postur kerja operator stasiun pemotongan bahan baku pada saat memotong spon dari skor 7 menjadi 3. Produktivitas kerja operator stasiun pemotongan bahan baku meningkat sebesar 31,08%. Hasil perancangan alat bantu pemotong spon pada stasiun pemotongan bahan baku IKM Permata disesuaikan dengan kebutuhan operator. Hasil rancangan alat bantu pemotong spon memiliki ukuran, panjang 110 cm, lebar 52 cm dan tinggi meja 103 cm. Panjang pijakan kaki pedal berukuran 30 cm. DaftarPustaka [1]. Investor Daily. 2012. 2013, IKM Dibidik Tumbuh 6%. http://www.kemenperin.go.id/artikel/4445/2013,-ikm- Dibidik-Tumbuh-6. 2 Januari 2016. [2]. Sutalaksana, dkk. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Hlm 6. [3]. Hastuti, Rina P. 2009. Hubungan Antara Sikap Kerja Duduk Dengan Gejala Cumulative Trauma Disorder Pada Tenaga Kerja Bagian Penjahitan Konveksi Aneka Gunungpati Semarang, Tugas Akhir, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES, Semarang. [4]. Iridiastadi H, dan Yassierli. 2014. Ergonomi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Hlm 4, 23. C7.6