BAB I PENDAHULUAN. diri atau tidak melalui bentuk gigi dan bentuk senyuman. Penting bagi dokter gigi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang. waktu yang diharapkan (Hupp dkk., 2008). Molar ketiga merupakan gigi terakhir

ABSTRAK KORELASI ANTARA BENTUK WAJAH DAN BENTUK GIGI INSISIVUS SENTRAL MAKSILA PADA ETNIS TIONGHOA USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. permukaan oklusal gigi geligi rahang bawah pada saat rahang atas dan rahang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dentofasial termasuk maloklusi untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang,

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Ilmu Ortodonti menurut American Association of Orthodontics adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan ortodontik dapat dicapai jika diagnosis dan rencana perawatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan wajah dan gigi-geligi, serta diagnosis,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran lebar mesiodistal gigi setiap individu adalah berbeda, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. menghasilkan bentuk wajah yang harmonis jika belum memperhatikan posisi jaringan

Gambar 1. Fotometri Profil 16. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rasa. Istilah aesthetic berasal dari bahasa Yunani yaitu aisthetike dan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung pada pasien. 1. indeks kepala dan indeks wajah. Indeks kepala mengklasifikasian bentuk kepala

PEMILIHAN DAN PENYUSUNAN ANASIR GIGITIRUAN PADA GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: FERIANNY PRIMA NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. atau bergantian (Hamilah, 2004). Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sosial emosional. Masa remaja dimulai dari kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. ekstraoral. Perubahan pada intraoral antara lain resorbsi prosesus alveolaris

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bagi remaja, salah satu hal yang paling penting adalah penampilan fisik.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sudah selayaknya bagi dokter

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi dalam melakukan diagnosa dan perencanaan perawatan gigi anak. (4,6,7) Tahap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. humor. Apapun emosi yang terkandung didalamnya, senyum memiliki peran

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. studi. 7 Analisis model studi digunakan untuk mengukur derajat maloklusi,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prognosis dan rencana perawatan khususnya pasien dengan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kesehatan gigi, estetik dan fungsional individu.1,2 Perawatan dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sederetan gigi pada rahang atas dan rahang bawah (Mokhtar, 2002). Susunan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dari struktur wajah, rahang dan gigi, serta pengaruhnya terhadap oklusi gigi geligi

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : LOOI YUET CHING NIM :

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maloklusi adalah ketidakteraturan letak gigi geligi sehingga menyimpang dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan, dan perbaikan dari keharmonisan dental dan wajah. 1 Perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mengevaluasi keberhasilan perawatan yang telah dilakukan. 1,2,3 Kemudian dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Ukuran lebar mesiodistal gigi permanen menurut Santoro dkk. (2000). 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sejak intra uterin dan terus berlangsung sampai dewasa. Pertumbuhan berlangsung

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi pada posisi ideal dan seimbang dengan tulang basalnya. Perawatan

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi permanen bersamaan di dalam rongga mulut. Fase gigi bercampur dimulai dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Lengkung gigi terdiri dari superior dan inferior dimana masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Susunan gigi dan penampilan wajah memainkan peranan yang penting dalam

Oleh NURADILLAH.BURHAN. Politehnik kesehatan kemenkes makassar jurusan keperawatan gigi

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAB 4 METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penampilan fisik yang baik terutama penampilan gigi-geligi adalah salah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERUBAHAN LEBAR DAN PANJANG LENGKUNG GIGI PADA KASUS NON-EKSTRAKSI MALOKLUSI KLAS I ANGLE DI KLINIK PPDGS ORTODONTI FKG USU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

III. KELAINAN DENTOFASIAL

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tiga puluh orang menggunakan sefalogram lateral. Ditemukan adanya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari berbagai macam penyebab dan salah satunya karena hasil dari suatu. pertumbuhan dan perkembangan yang abnormal.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut memiliki peran yang penting bagi fungsi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. wajah dan jaringan lunak yang menutupi. Keseimbangan dan keserasian wajah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

PERBANDINGAN LEBAR ENAM GIGI ANTERIOR RAHANG ATAS DENGAN JARAK INTERKANTAL DAN LEBAR INTERALAR PADA MAHASISWA INDONESIA FKG USU ANGKATAN

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Soetjiningsih (1995)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. empat tipe, yaitu atrisi, abrasi, erosi, dan abfraksi. Keempat tipe tersebut memiliki

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan serangkaian pulau besar-kecil dengan lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sejak tahun 1922 radiografi sefalometri telah diperkenalkan oleh Pacini dan

Dentofasial, Vol.11, No.3, Oktober 2012: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi

A. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman, perawatan ortodontik semakin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagian besar dari penduduk Indonesia termasuk ras Paleomongoloid yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

BAB 4 METODE PENELITIAN

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.3 Tempat dan Waktu Tempat : Klinik Distribusi RSGMP FKGUI Waktu : 15 Agustus 15 Oktober 2008.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gigi merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut. Gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan Ortodontik bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi-gigi dan


I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan pasien merupakan konsep multidimensi. Dimensi kepuasan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. displasia dan skeletal displasia. Dental displasia adalah maloklusi yang disebabkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Senyum adalah kunci percaya diri pada seseorang. Seseorang merasa percaya diri atau tidak melalui bentuk gigi dan bentuk senyuman. Penting bagi dokter gigi untuk meningkatkan kesehatan oral dan mempertimbangkan sisi estetik. Seorang dokter gigi harus dapat menangani sisi estetik seperti menangani penyebab dan pengobatan pada suatu kasus. Dalam menangani setiap kasus di bidang kedokteran gigi khususnya di bidang prosthodontik, seperti pemilihan gigi artifisial pada gigi anterior yang akan sangat berpengaruh pada aspek estetika dan fonetik. 1,2 Korelasi antara gigi dengan wajah dapat dilihat dari bentuk, ras, dan jenis kelamin seseorang. Seperti pada penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa gigi pada seseorang yang berusia muda mempunyai bentuk yang lebih runcing dengan sudut insisal yang masih bersudut, dengan posisi gigi insisivus yang berada pada posisi yang selaras dengan gigi insisivus lateral dan gigi kaninusnya. Sebaliknya pada orang dewasa atau orang lanjut usia sudut insisal yang akan mengalami perubahan bentuk karena pemakaian dan atrisi. Hal ini biasanya disertai juga dengan perubahan posisi gigi seperti adanya celah di antara gigi. Setiap individu mempunyai bentuk gigi dan wajah yang berbeda, keadaan ini dapat dilihat dari kultur daerah, negara dan demografi dari negara tersebut, serta jenis kelamin. Pada perempuan bentuk gigi dan wajah lebih melengkung dan 1

2 berliku. Sedangkan pada laki-laki, lebih kaku dengan sudut yang lebih jelas. Adanya istilah morphopsyhcology adalah proses untuk menterjemahkan jenis kelamin terhadap bentuk gigi. 3 Menurut teori Frush and Fisher gigi perempuan lebih membulat dan lebih halus permukaannya, sehingga bentuk gigi menjadi lebih oval serta mempunyai sudut yang membulat. Sebaliknya pada laki-laki lebih memperlihatkan kekuatan, ketegasan bentuk dan kekasaran pada permukaan, sehingga bentuk gigi terlihat lebih kubus. Pada intinya didapatkan bahwa bentuk gigi laki-laki lebih besar daripada pada perempuan. 4 Bentuk gigi juga berbeda pada sertiap ras baik pada ras kaukasian, kulit putih, dan asia yang ditentukan menggunakan analisis lebar, panjang, serta rasio lebar dan panjang pada suatu gigi. Pada ras kaukasian yang dianalisis oleh Sterrett et al (2002) pada ras kaukasian didapatkan rasio panjang dan lebar dari gigi anterior maksila adalah 0,81. Pada populasi ras barat, didapatkan rasio yang tidak teratur dengan variasi gigi yan tidak teratur. Pada penelitian Brisman (2004) didapatkan rasio gigi anterior maksila pada ras barat adalah sebesar 0,75. 6 Di sisi lain didapatkan pada ras Asia, rasio pada gigi insisivus sentral maksila adalah 0,72 ± 1,24. 2,5 Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini bertujuan untuk melihat adanya korelasi antara bentuk wajah dengan bentuk gigi insisivus sentral atas maksila. Kebanyakan pasien yang memerlukan perawatan prosthodontik mengutamakan segi estetik, seperti pembentukan pontik pada mahkota dan jembatan pada gigi anterior. Terdapat beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa adanya

3 ketidakselarasan bentuk pontik pada mahkota dan jembatan anterior maksila terhadap bentuk wajah seseorang. Ditinjau dari segi estetik, didapatkan adanya ketidaklarasan antara bentuk pontik dengan bentuk wajah dari segi bentuk, penempatan dan ukuran. Gigi anterior tidak memerlukan pertahanan untuk menahan beban yang berat seperti pada gigi belakang, oleh sebab itu dalam hal pembuatan pontik pada mahkota dan jembatan anterior maksila, beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu ukuran, bentuk, dan warna. Menurut teori dentogenik, bentuk luar dari gigi anterior dapat dilihat dari bentuk wajah pasien. 7 Pada beberapa kasus, penelitian terhadap korelasi ini telah dilakukan penelitian oleh Leon william (1914) dan terbukti bahwa adanya korelasi antara bentuk wajah dengan bentuk gigi anterior dimana bentuk gigi insisivus sentral maksila adalah bentuk wajah yang di rotasikan. Adanya pada pemilihan gigi, kebanyakan pasien mendapatkan hasil yang kurang memuaskan karena ketidaktersediaknya pilihan gigi yang sesuai dengan keinginan ataupun dengan bentuk gigi yang hilang sebelumnya sehingga terlihat tidak natural. Akan tetapi hal ini terjadi karena adanya kehilangan gigi yang disebabkan oleh ekstraksi sebelumnya ataupun pilihan bentuk gigi artifisial yang terbatas. Berdasarkan teori William, yang telah diterapkan pada beberapa penelitian sebelumnya tentang korelasi antara bentuk wajah yang di lihat dari sisi yang berlawanan dengan cara menempatkan bagian servikal di sisi atas dan bagian insisal yang berada di sisi bawah, dikaitkan dengan bentuk insisivus sentral maksila. Pada penelitian terbaru dinyatakan bahwa dengan meneliti secara klinis korelasi antara insisivus sentral maksila dengan bentuk wajah pada pria dan wanita di populasi India, telah disimpulkan bahwa

4 didapatkan adanya antisipasi yang dapat membantu pemilihan bentuk gigi artifisial pada pria dan wanita yang merupakan pasien edentolus pada etnis Indian Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai korelasi bentuk wajah dengan gigi insisivus sentral maksila sebagai pedoman pada pembuatan pontik mahkota dan jembatan anterior maksila. 1,2,8,9,10 1.2 Identifikasi Masalah Apakah terdapat korelasi antara bentuk wajah dengan gigi insisivus sentral maksila. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara bentuk wajah dengan bentuk gigi insisivus sentral maksila pada laki-laki dan perempuan dewasa etnis Tionghoa usia 18-25 tahun. Pedoman bagi dokter gigi dalam mempersiapkan bahan pontik pada mahkota dan jembatan anterior maksila yang sesuai dengan bentuk wajah sehingga dapat meningkatkan estetik.

5 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk masyarakat yang ingin menggunakan gigi tiruan agar lebih mudah memilih gigi tiruan yang sesuai dengan bentuk wajahnya agar dicapainya hasil yang estetik. Manfaat praktis yang didapatkan oleh dokter gigi adalah mendapatkan kemudahan untuk menentukan bentuk gigi yang sesuai dengan estetik. 1.4.2 Manfaat Akademis Manfaat akademis dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi serta sebagai pertimbangan para dokter gigi dalam membentuk pontik pada mahkota dan jembatan anterior maksila dan juga memilih jenis dan bentuk gigi artifisial gigi insisivus sentral maksila pada pasien yang kehilangan gigi insisivus sentral maksila baik laki-laki dan perempuan. 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran Bentuk dan ukuran gigi anterior maksila sangat penting dalam hal menentukan estetik, begitu juga dengan posisinya sehingga akan tercapai hasil yang harmonis dengan penampilan wajah secara keseluruhan. Faktor yang sangat mempengaruhi keselarasan antara gigi dengan wajah dapat dilihat dari bentuk, ukuran, dan susunan gigi anterior maksila, terutama gigi insisivus sentral.

6 Bentuk gigi insisivus telah dikaji oleh banyak penelitian. Penelitian yang sangat terkemuka adalah yang dilakukan oleh Williams serta Frush dan Fisher. William menyatakan dalam teorinya bahwa bentuk insisivus sentral maksila mempunyai korelasi dengan bentuk wajah yang dilihat dari sisi yang berlawanan. Di sisi lain Frush and Fisher mengemukakan bahwa jenis kelamin, umur, dan kepribadian akan menentukan beberapa variasi bentuk dari gigi anterior. 3 Pada metode William, adanya pembagian metode dalam bentuk wajah yang diklasifikasikan sebagai wajah persegi, lancip, dan ovoid. Pada penelitian William juga didapatkan bahwa adanya klasifikasi yang didapatkan dari menaruh diagram dengan garis yang perpendikular dari garis luar yang telah di jiplak atau dibentuk untuk melihat bentuk gigi, dan gigi setiap kuadrannya diklasifikasikan William yaitu gigi insisivus yang berbentuk persegi, lancip, dan ovoid. 8,11 Konsep dari Frush dan Fisher menggambarkan tentang adanya dominasi insisivus sentral dan kekuatannya seiring dengan berjalannya waktu. Pada kasus dimana kekuatan gigi pasien akan berkurang yang disebabkan karena adanya faktor lokal ataupun faktor sistemik yang mengganggu, usia dental biasanya akan lebih tua daripada usia kronologis atau usia yang sebenarnya. Adanya bukti yang bertolak belakang adalah apabila gigi mempunyai bentuk yang tajam pada sudut insisal, embrasur insisal yang tegas, menunjukan usia dental yang lebih muda. Teori lain yang dikemukakan adalah adanya korelasi bentuk gigi dengan bentuk skeletal dan jaringan lunak, tetapi teori ini sulit untuk dibuktikan. Bentuk dari gigi secara genetik sudah ditentukan dan sedapat mungkin seorang prostodontis dapat

7 mengikuti bentuk gigi pasien yang sebelumnya dimana dapat dinilai dari anggota keluarga yang lain apabila pasien tersebut sudah tidak memiliki gigi geligi. 12-14 Gigi-geligi lainnya apabila dilihat dari segi estetika terlihat adanya beberapa variasi dan nuansa yang diperlihatkan oleh masing-masing individu. Secara umum, tidak didapatkan adanya satu aspek pun yang dapat menyamakan gigi dengan gigi sebelumnya secara total dan sangat presisi dalam hal dimensi dan bentuk yang sangat sesuai. Akan tetapi, klinisi dapat mengusahakan konsep penelitian yang disertai dengan pengalaman dan observasi yang diiringi dengan keinginan pasien agar dapat diperoleh hasil gigi insisivus maksila yang dapat memuaskan dari segi fungsional dan estetika. 3 Manusia terbagi menjadi beberapa etnis yang tersebat luas di berbagai belahan dunia, diantaranya Kaukasoid, Negroid, Mongoloid, Australoid. Selain itu ada juga yang membaginya menjadi beberapa etnis yang berbeda-beda di setiap belahan dunia, diantaranya etnis Tionghoa yang paling mendominasi di Asia. Bentuk wajah dari etnis Tionghoa pada umumnya terdapat ciri-ciri seperti warna kulit kuning hingga coklat muda, rambut kaku berwarna coklat tua sampai hitam, muka lebih sempit, kepala lebih lonjong dan sempit dengan dahi tegak, dan sedikit melengkung. 14 Ukuran lebar mesiodistal gigi juga ditentukan oleh variasi ras, genetik, lingkungan. Penelitian yang dikemukakan oleh Fadli Khamis (2004) diperoleh rata-rata lebar mesiodistal insisivus sentral maksila pada etnis Melayu pada laki-laki adalah 8,70 mm sementara pada perempuan 8,30 mm. Hasil penelitian pada populasi etnis Tionghoa diperoleh nilai rata-rata pada laki-laki 8,78 mm dan pada

8 perempuan 8,45 mm. Didapatkan kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa diameter lebar mesiodistal gigi pada laki-laki lebih lebar daripada perempuan sebesar 2,2%. 13 Adanya hubungan yang telah diteliti oleh beberapa peneliti sebelunya bahwa adanya korelasi antara bentuk wajah dan bentuk gigi insisivus sentral maksila yang dapat membantu dalam pembuatan bentuk pontik pada jembatan anterior pada gigi tiruan cekat dari segi bentuk dan estetik serta dapat membantu dalam hal penyusunan dari gigi tersebut pada pengunyahan, maka korelasi bentuk wajah dengan bentuk gigi insisivus sentral maksila sangat memerlukan perhatian khususnya pada ras Tionghoa. 1.5.2 Hipotesis Terdapat korelasi antara bentuk wajah dan bentuk gigi insisivus sentral maksila. 1.6 Metodologi Penelitian ini bersifat deskriptif analitik. Desain metode yang digunakan adalah metode cross-sectional. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah purposive sampling. Data yang diukur adalah korelasi dari bentuk gigi dan bentuk wajah dengan metode visual. Analisis data menggunakan uji statistik Chisquare. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p < 0,05.

9 1.7 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat : Penelitian ini dilakukan di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Kristen Maranatha, Bandung, Jawa Barat, Indonesia Waktu : Juli - Oktober 2015