Temu 7eknis Fungsional Non Penelin 200/ NILAI GIZI ECENG GONDOK DAN PEMANFAATAN SEBAGAI PAKAN ternak NON RUMINANSIA NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR Balai Penelitian Ternak, P.O.Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Bungkil kedelai dan tepung ikan merupakan sumber protein pakan ternak non ruminansia, yang harganya relatif mahal sejak terjadinya moneter di Indonesia. krisis Padalahal eceng gondok maupun konsentrat protein daun (KPD) nya mempunyai potensi untuk menggantikan kedua bahan impor tersebut. Eceng gondok mengandung protein, serat, lemak clan energi yang cukup tinggi, di samping kandungan mineral clan karotennya yang diperlukan ternak non ruminansia. Terhadap ayam petelur cukup diberikan 10% eceng gondok sedang KPDnya 16%, pemberian yang lebih tinggi kurang baik terhadap kualitas telur. Pemberiannya terhadap ayam broiler yang hanya 2,5 berpengaruh kurang menguntungkan, terhadap babi sampai 15% eceng gondok clan KPDnya sampai 25% tidak menurunkan pertumbuhab babi. Lain halnya dengan itik yang mempunyai kemampuan mengkonsumsi serat dapat diberikan sampai 30%. Kata kunci : Eceng gondok, pakan hijauan PENDAHULUAN Salah satu komoditas pakan yang banyak digunakan dalam ransum ayam, baik petelur, pedaging, itik maupun ternak non ruminansia lainnya sebagai sumber protein adalah bungkil kedelai clan tepung ikan. Ketersediaan kedua bahan tersebut terbatas sehingga masih tergantung pada impor, yang sejak terjadinya krisis moneter akhir tahun 1997 harganya menjadi mahal. Salah satu cara yang,bisa ditempuh dengan mensubstitusi penggunaan sebagian bahan-bahan tersebut dengan bahan lain yang berkualitas dan selalu tersedia sepanjang musim. Formula ransum peternak di Indonesia masih menggunakan kedua bahan pakan tersebut padahal beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengganti atau mengurangi pemakaiannya sehingga tidak terlalu banyak menggantungkan pada kedua bahan impor tadi. Pakan hijauan air yang mengandung protein tinggi, seperti daun eceng gondok clan konsentrat protein daun (KPD) eceng gondok merupakan hijauan air yang potensial untuk dijadikan bahan pakan pengganti bungkil kedelai dalam ransum ternak non ruminansia. banyak tumbuh di sungai, pematang sawah clan waduk. Eceng gondok merupakan tanaman air yang Bermula kehadirannya sebagai gulma air karena pertumbuhannya sangat cepat dan merugikan manusia, menyebabkan pendangkalan waduk, mempercepat penguapan, 58
Temu Teknis Fungsional Non Peneliti?001 menurunkan/mengurangi unsur hara yang sangat besar. Karenanya tanaman ini mendapat perhatian khusus dan positif terhadap penggunaannya. Ketersediaan sepanjang tahun clan nilai gizinya yang cukup baik dapat dipertimbangkan sebagai pakan ternak. Tujuan penulisan makalah ini untuk memberikan informasi tentang pemanfaatan eceng gondok sebagai pakan ternak, diharapkan informasi ini berguna bagi peternak atau penyuluh pertanian NILAI GIZI Eceng gondok mengandung protein kasar, serat kasar, lemak kasar, dan energi yang cukup tinggi seperti yang terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi kimia daun eceng gondok. a an omposisi imia o a an ermg pakan BK SK LK Abu BETN Ca P GE(kal/ Dn. Eceng Gondok ~~ Dn. Eceng Gondok Dn. EcengGondok Keterangan : BK = bahan kering ; PK = protein kasar ;SK = serat kasar ; LK = lemak kasar ; BETN= bahan ekstak tanpa nitrogen ; Ca = kalsium, P = posfor, GE = Energi kasar. Sumber : 1) Lab. Balitnak Bogor (komunikasi pribadi, 2001) 2) MAN IN (1997) 3) INOUNU (1980) Disamping itu daun eceng gondok mengandung mineral yang cukup tinggi (Tabel 1). Menurut SUPARNO (1979) yang disitasi oleh HARTADI et al. (1985) daun eceng gondok mengandung kalsium lebih tinggi dari pada batang dan akarnya. Kalsium dalam daun berguna untuk menetralkan asam organik hasil metabolisme (seperti asam oksalat) yang bersifat racun bagi ternak. LITTLE (1968) dalam SUHARSONO (1979) melaporkan bahwa daun eceng gondok diperkaya dengan kandungan karotennya yang cukup tinggi sekitar 109.000 IU /100 gram. Hijauan eceng gondok dalam penggunaannya juga dapat dibuat sebagai konsentrat protein daun (KPD). KPD eceng gondok biasanya mengandung protein kasar 40 %. Tiga perempat (3/4) bagian merupakan protein murni (true protein) clan nilai biologinya berada di antara kedelai dan air susu. KPD berwarna hijau, dari segi palabilitas akan lebih menguntungkan jika dicampur dengan bahan pakan lainnya (HARTADI et al., 1985). PEMANFAATAN ECENG GONDOK SEBAGAI PAKAN TERNAK NON RUMINANSIA Tingginya kandungan serat kasar eceng gondok bagi ternak ruminansia tidak masalah, namun bagi ternak non nminasia pengaruhnya perlu diteliti 59
Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2001 lebih jauh. Di bawah ini beberapa hasil penelitian pemanfaatan eceng gondok maupun KPD eceng gondok terhadap ternak non ruminansia. Percobaan pada ayam petelur Daun eceng gondok SUHARSONO (1979) telah melakukan percobaan terhadap ayam petelur jenis Hyline berumur 12 bulan yang diberi ransum basal dari PT. Cargill Indonesia clan penambahan daun eceng gondok sebanyak 0 ; 2,5 ; 5 ; 7 clan 10 %. Selanjutnya produksi telur diukur (berat telur, jumlah butir telur setiap ekor/minggu) clan kualitas telur (nilai Haugh unit warna kuning telur, telur diukur setiap tiga minggu sekali). Berdasarkan hasil analisis kandungan zat-zat makanan ransum yang diberi tambahan daun eceng gondok menunjukkan adanya peningkatan serat kasar dari 2,64 % menjadi 4,06 % clan protein yang relatif kecil. Sedangkan hasil percobaannya menunjukkan bahwa penambahan eceng gondok sampai 10 tidak merugikan baik terhadap produksi telur maupun kualitas telurnya. Berarti peningkatan serat kasar pada penambahan eceng gondok sampai 10 ticlak berpengaruh. Hal ini juga dilaporkan oleh INOUNU et al. (1980) pemberian daun eceng gondok sampai dengan 12 % sebagai pengganti dedak dalam ransum secara menyeluruh tidak menyebabkan gangguan yang merugikan baik terhadap produksi telur maupun konsumsi ransum. Meskipun secara statistik antar perlakuan serat kasar tidak berbeda nyata namun pengaruh tingginya kanclungan serat kasar dalam ransum akibat penambahan daun eceng gondok dapat mengakibatkan penurunan produksi telur seperti yang terlihat pada Gambar 1 (INOUNU et al., 1980). Dari hasil pengukuran kualitas telur menunjukkan adanya pengaruh terhadap warna kuning telur. Mungkin disebabkan tingginya provitamin A (R karoten) dalam eceng gondok. KPD Eceng gondok HARTADI et al. (1985) melaporkan hasil penelitiannya mengenai penggunaan KPD eceng gondok sebagai pengganti bungkil kedelai dalam ransum ayam petelur, memberikan hasil yang positif balk terhadap produksi maupun kwalitas telur. KPD eceng gondok dibuat dari tanaman eceng gondok yang digiling clan diperas sarinya clipisahkan dengan cara penyaringan protein yang terlarut kemudian dikoagulasikan dengan pemanasan clan penyaringan. Kandungan proteinnya menyerupai bungkil kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi KPD eceng gondok dalam ransum sebagai pengganti bungkil kedelai semakin tinggi pula konsumsi pakan clan produksi telur (% HAD), sedangkan berat telur, tebal kerabang, warna kuning telur clan Unit Haugh secara statistik tidak berbeda nyata. KPD eceng gondok yang dicampur dalam ransum ayam petelur bervariasi dari 0% sampai dengan 16%, ransum 1 (16 % BK ; 0% KPD), Ransum 11 (12% BK ; 4% KPD), ransum III (8% BK ; 8% KPD), ransum IV (4% BK ; 12% KPD) clan ransum V (0% BK ;16% KPD). Dengan demikian KPD 60
Temu Teknis h'ungsional Non Peneliti 2001 eceng gondok dapat cligunakan dalam ransum ayam petelur sampai dengan 16% tanpa merugikan produksi ataupun kualitas telur. Penggunaan KPD yang terlalu tinggi pada ayam petelur cenderung menjadikan albumen berwarna kehijauan. 300 Y = 319.5095-2.9557 Xi (r = - 0,4392 " ) x Gambar 1. Hubungan antara prosentase eceng gondok dalam ransum dengan jumlah produksi telur (INOUNU et a1.,1980). Keterangan : Y = Rata-rata jumlah produksi telur per ekor per minggu (gram) X = Persentase eceng gondok dalam ransum (%) Percobaan Ayam Broiler Berbeda dengan ayam petelur, penambahan eceng gondok 0 ; 2,5 ; 5 ; 7% terhadap ransum basal dari PT. Subur menghambat pertumbuhan ayam broiler. Meskipun pemberian 2,5% eceng gondok tidak berbeda nyata dengan kontrol (0%) yang diberi tambahan kangkung sebanyak 5% namun memberikan pengaruh yang merugikan mungkin disebabkan kandungan serat eceng gondok yang cukup tinggi, ayam pedaging sensitif terhadap kenaikan tingkat serat kasar dalam ransum (SUHARSONO, 1979). Percobaan Pada Ternak Babi Seperti halnya ternak unggas yang mempunyai lambung tunggal, tingginya serat kasar eceng gondok dalam ransum babi akan mempengaruhi pertumbuhan. Ternyata hasil percobaan menunjukkan bahwa pencampuran eceng gondok sampai 15 "NO ke dal-am ransum babi tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan babi, tentunya akan sangat menekan harga karena akan mengurangi jumlah pemakaian konsentrat (SUHARSONO, 1979). Menurut AI.CAN'rRA clan LOBOS (1980) dalam HARTADI et al. (1985) KPD eceng gondok 6 1
Temu 7eknis Fungsional Non Peneliti 2001 dapat dipakai sebagai pengganti bungkil kedelai dalam ransum babi sampai 25 Percobaan Pada Itik Itik mempunyai kemampuan mencerna serat kasar lebih tinggi bila dibandingkan dengan ayam pedaging (SIREGAR, 1979). Penambahan 15% dan 30% eceng gondok ke dalam ransum itik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata baik terhadap konsumsi ransum maupun terhadap pertambahan bobot badan itik bila dibandingkan dengan ransum kontrol. Berarti penambahan eceng gondok pada konsentrasi tersebut di atas masih mampu menyediakan unsur nutrisi yang memadai untuk pertumbuhannya. KESIMPULAN Pemberian eceng gondok maupun KPD eceng gondok terhadap ayam petelur tidak merugikan baik terhadap produksi maupun kualitas telurnya, masing-masing sebesar 10% eceng gondok clan 16% KPD eceng gondok. Namun pemberian yang lebih tinggi kurang baik terhadap kualitas telur. Pemberian terhadap eceng gondok pada ayam broiler pertumbuhannya berpengaruh kurang menguntungkan walaupun cuma 2,5% mungkin karena ayam pedaging sensitif terhadap serat kasar. Pemberian eceng gondok sampai 15% pada pakan babi tidak menurunkan pertumbuhan babi, bahkan pada penelitian lain KPD dapat diberikan sampai 25%.Pads itik eceng gondok dapat diberikan sampai dengan 30% karena itik mempunyai kemampuan mengkonsumsi serat. DAFTAR BACAAN HARTADI, H. M KAMAL clan SULASTIYONO. 1985. Penggunaan Konsentrat protein daun eceng gondok (Eichornia Crassipes) dalam ransum ayam petelur. Prosiding Seminar Peternakan dan Forum Peternak Unggas clan Aneka Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. P. 10-13. INOUNU, I., T. USRI, SYAFRIL, DARANA dan KARNAEN. 1980. Pengaruh pemberian tepung eceng gondok sebagai substitusi dedak halus dalam ransum terhadap produksi ayam petelur. Lembaran LPP. 10 (5) : 24-28. MANIN, F. 1997. Penggunaan tepung eceng gondok (Eichornia Crassipes Mart) clan Azolla (Azolla Pinnata Brown) dalam ransum ternak itik periode pertumbuhan. J. Peternakan. Lingk. 3(2) : 13-20. SIREGAR, A.P. 1979. Makanan itik. Prosiding Seminar Ilmu dan Industri Perunggasan II. Lembaga Penelitian Peternakan, Bogor. SUHARSONO. 1979. Pemenfaatan Eceng Gondok sebagai Makanan Ternak Non Rumonansia. Prosiding Seminar Penelitian dan Penunjang Pengembngan Peternakan 11, LPP. Bogor. p. 3-8. 62