BAB IV ANALISIS. berbagai cabang. yang. lakukan di. banyak di. karena di hitung. tes kesehatan. Jenis Kegiatan Atlett 10%

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

Kegiatan Harian Atlet BAB IV ANALISIS

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Main Entrance. Pusat Perbelanjaan. Apartemen 1 Unit Kamar Tidur


REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

STADION AKUATIK DI SEMARANG

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

BAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP V.1 Konsep dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

Asumsi Pedagang dengan Jumlah Unit. = (90x3) + (230x2) = 730 orang. - 50% asal Jakarta = 50/100 x % asal luar Jakarta = 50/100 x 730

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP. Zoning dibagi menjadi 4 bagian, yaitu : menyumbangkan ruang terbuka untuk kota. langsung ke jalan besar.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

HOTEL KAPSUL DENGAN PENDEKATAN PENGARUH PERILAKU ISTIRAHAT PENGHUNI DI TANAH ABANG JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PENGAPLIKASIAN KONSEP HEMAT ENERGI DI WISMA ATLET SENAYAN. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2010/2011

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Bab III. Aspek Tanah dan Arsitektural Desain. : Puri Indah, Jakarta Barat

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS IV. Aspek Manusia IV.. Pelaku, Jenis Kegiatan, Karakteristik Pelaku kegiatan dalam wisma atlet Senayan di fokuskan pada atlett dari berbagai cabang olahraga. Karena posisi wisma atlet Senayan berada pada lingkup Gelora Bung Karno Senayan, maka atlet yang menginap adalah atlet yang sedang berlatih di kawasan Gelora Bung Karno Senayan. Selain atlet sebagai pelaku utama, akan ada juga pengelola wisma, pengunjung lain, pelatih dan official pendukung atlet. Jenis kegiatan yang utama di lakukan oleh atlet adalah latihan fisik sesuai cabang olahragaa masing-masing. Latihan fisik lebih banyak di lakukan di luar area wisma atlet, dalam kasus ini di kawasan Gelora Bung Karno Senayan. Berdasarkan hasil survey lapangan terhadap wisma atlet Ragunan, maka di dapatkan data seperti berikut: Gambar IV... Jenis Kegiatan Atlet Jenis Kegiatan Atlett 2% 8% 0% 6% 0% 23% 3% latihan fisik ringan latihan fisik utama istirahat briefing latihan tes kesehatan makan ain-lain Sesuai dengan data tersebut, kegiatan terpenting atlet adalah latihan fisik utama sebanyak 23% dan masih ditambah 0% untuk latihan fisik ringan berupa pemanasan atau pendinginan badan. Angka 3% untuk istirahat lebih banyak karena di hitung jam tidur dan istirahat setelah latihan. Sedangkan kegiatan penunjang latihan adalah briefing dan tes kesehatan. Kegiatan lain-lain berupa 47

kegiatan di luar latihan yang bersifat pribadi atlet atau kegiatan penting lainnya seperti meeting. IV..2 Analisis Perilaku Berdasarkan Perilaku Atlet Individu dan Kelompok Karakteristik atlet lebih di fokuskan pada atlet yang bertanding secara individu dan kelompok. Setelah melakukan pengamatan terhadap perilaku atlet diketahui perbedaan karakteristik atlet-atlet dalam pemanfaatan ruang dalam dan ruang luar dari wisma atlet untuk kegiatan mereka. Untuk analisis perilaku atlet, penyusun melakukan pengamatan di wisma atlet Ragunan, Jakarta Selatan. Penyusun mengambil sampel atlet dari olahraga individu dan kelompok yang sebelumnya telah di kelompokkan sesuai dengan kemiripan dari segi strategi, bidang gerak ataupun alat, yaitu: Olahraga kelompok Permainan bola besar (sepakbola,voli,basket) Permainan bola kecil (baseball,softball,hoki) Olahraga individu Permainan dengan kemiripan alat & gerak (bulutangkis,tenis) Permainan dengan strategi bergerak secara konstan (senam,renang) Permainan dengan strategi mirip,fokus bidang & tingkat konsentrasi tinggi (panahan,menembak,anggar) Permainan dengan bidang gerak otot (gulat,angkat besi) Permainan dengan lingkup gerak mirip (karate,taekwondo,pencak silat) Atletik Tinju Tenis meja Penyusun mengambil 35 sampel atlet dari keseluruhan total 98 atlet yang ada di wisma atlet Ragunan untuk kemudahan wawancara dan pengamatan, yaitu: Olahraga kelompok: Sepak bola (5 atlet) 48

Bola voli (7 atlet) Bola basket (4 atlet) Olahraga individu: Bulutangkis (3 atlet) Renang (4 atlet) Gulat (3 atlet) Taekwondo (5 atlet) Atletik (4 atlet) IV..2. Kepuasan, Kesesakan Dan Privacy Yang Dirasakan Atlet Penyusun melakukan wawancara terhadap kepuasan dan kesesakan ruang-ruang yang ada serta kebutuhan akan sebuah privacy pada atlet. Kepuasan dan kesesakan kamar nantinya dapat menjadi pertimbangan tentang sebuah unit kamar yang tidak sesak bagi atlet. Kemudian privacy dapat menjadi sumber informasi apakah atlet butuh suatu tempat yang menjaga privacy atau tidak. Ukuran kamar yang berada di wisma atlet Ragunan berukuran 3,5 m x 4 m (tidak termasuk kamar mandi) yang di huni oleh maksimal 4 atlet. Dalam kamar di isi dengan 2 kasur, lemari dan meja kecil. Di bawah ini adalah sketsa dari kamar tersebut: Gambar IV..2.. Sketsa kamar wisma atlet Ragunan 49

Setelah melakukan pengamatan padaa kamar atlet, hal berikutnya yang di lakukan adalah wawancara terhadap atlet individu dan kelompok. Pengambilan sampel atlet di ambil secara acak. Di bawah ini adalah diagram yang menggambarkan hasil wawancara serta pengamatan untuk mengetahui kepuasaan dan kesesakan kamar di wisma atlet Ragunan: Gambar IV..2..2 Kepuasan dan kesesakan terhadap kamar Atlet Individu Kepuasan Terhadap Kamar Atlet Individu Kesesakan Terhadap Kamar 6% 84% Puas Sangat puas 23% 6% 7% Sesak Tidak sesak Sangat tidak sesak Atlett Kelompok Kepuasan Terhadap Kamar Atlet Kelompok Kesesakan Terhadap Kamar 40% Puas 20% Tidak sesak 60% Sangat puas 80% Sangat tidak sesak Dari keterangan di atas, dapat terlihatt bahwa hampir seluruh atlet olahraga individu dan kelompok, menjawab merasa puas dengan kamar wisma mereka. Namun ada sedikit perbedaan untuk hasil kesesakan kamar pada atlet olahraga individu dan kelompok, atlet individu menjawab tidak sesak kemudian atlet kelompok menjawab sangat tidak sesak. Kecenderunga an ini dapat terjadi karena atlet individu hampir selalu menghabiskann waktu di kamar. Ruang makan dan ruang kumpul (ruang tv) juga tidak di anggap sesak. Luasan ruang makan memang di desain besar untuk menampung aktivitas makan dalam satu tempat dengan banyak atlet. Sedangkan ruang kumpul juga di desain luas, namun ruang tersebut jarang dipakai atlet karena atlet lebih memilih menghabiskan waktu di kamar. Salah satu penyebabb ruang kumpul jarang terpakai adalah peletakkan televisi yang terlalu tinggi. 50

Gambar IV..2..3 Ruang dalam wisma atlet Ragunan Sumber : Dokumen Pribadi, 2 Maret 20 Gambar IV..2..4 Kebutuhan privacy atlet Atlett Individu Kebutuhan privacy Atlet Individu Ruang privacy Butuh 5% 27% 6% 67% Tidak butuh Sangat butuh 95% Kamar Ruang kumpul Atlet Kelompok Kebutuhan privacy Atlet Kelompok Ruang privacy Butuh 7% 4% 79% Tidak butuh Sangat butuh 9% 8% Kamar Ruang kumpul Untuk kebutuhan privacy, hampir semua atlet juga menjawab membutuhkan ruang untuk privacy mereka dan hal tersebut di butuhkan pada kamar. Kamar menjadi satu-satunya tempat untuk atlet melepas penat setelah latihan. IV..2.2 Perilaku Atlet Dalam Penggunaan Ruang di Wisma Atlet Ragunan Penyusun melakukan pengamatan terhadap perilaku harian atlet olahraga individu dan kelompok. Pengamatan berdasarkan aktivitas atlet memanfaatkan ruang dalam dan luar. Selain itu pengamatan juga melihat 5

kedekatan atlet dengan sesama atlet cabang olahraga ataupun berbeda cabang olahraga baik olahraga individu maupun kelompok. Kondisi wisma atlet Ragunan hampir selalu sepi karena aktivitas atlet lebih banyak di luar wisma seperti latihan. Aktifitas sedikit terlihat ketika menjelang sore ataupun malam. Namun demikian, hanya beberapa cabang olahraga yang terlihat berada di luar kamar ataupun wisma. Gambar IV..2.2. Foto tampak depan wisma atlet Ragunan Sumber : Dokumen Pribadi, 2 Maret 20 Gambar IV..2.2.2 Foto taman kanan wisma atlet Ragunan Sumber : Dokumen Pribadi, 2 Maret 20 Gambar IV..2.2.3 Foto taman kiri wisma atlet Ragunan Sumber : Dokumen Pribadi, 2 Maret 20 Foto-foto diatas adalah panorama wisma atlet yang penyusun amati ketika siang, sore dan malam hari. Pada siang hari dapat terlihat bahwa kondisi wisma atlet memang terlihat sepi, namun ketika beranjak sore dan malam hari, ada beberapa aktivitas atlet yang terlihat berada di luar. Memang tidak terlihat terlalu ramai karena aktivitas atlet lebih banyak berada di kamar. Di malam hari pun, hanya atlet pria yang terlihat berada di luar. 52

Untuk lebih mudah di pahami, penjelasan pada foto di sederhanakan lewat sketsa secara keseluruhan. Di bawah ini adalah sketsa pengamatan perilaku yang di lihat dari tempat (setting): Gambar IV..2.2.4 Peta pengamatan tempat Pemetaan Berdasarkan Tempat Sore Hari Bola basket Sepak Bola Pemetaan Berdasarkan Tempat Malam Hari Bola voli Sepak Bola Dari sketsa tersebut, dapat terbaca jika atlet olahraga kelompok lebih aktif memanfaatkan ruang luar seperti berkumpul daripada atlet individu. Space yang di gunakan seperti taman dan ruang kumpul. Terdapat dua taman kecil yang ada wisma tersebut dengan bentuk lingkaran. Atlet kelompok yang melakukan aktivitas di luar kamar seperti sepak bola, bola voli dan bola basket. Aktivitas yang mereka lakukan seperti berbincang-bincang atau sharing. Hal ini di sebabkan atlet kelompok lebih banyak bekerja bersama-sama sehingga kedekatan hampir mencakup teman satu kelompok. 53

Gambar IV..2.2.5 Peta perilaku Pemetaan Keseluruhan Berdasarkan Perilaku Individu Kelompok Berdasarkan sketsa perilaku tersebut, dapat di lihat jika pergerakan atlet olahraga kelompok lebih beragam daripada atlet olahraga individu. Atlet olahraga individu lebih sering menghabiskan waktu di dalam kamar. Aktivitas yang mereka lakukan seperti berbincang antar teman dan istirahat. Ketika selesai latihan, atlet individu langsung masuk ke kamar masing-masing. Hal tersebut karena atlet individu lebih sering bekerja sendiri-sendiri dari segi latihan ataupun pertandingan. Selain itu dari segi kedekatan antar atlet pun, atlet individu lebih dekat dengan teman satu kamar. Sehingga orientasi aktivitas penggunaan ruang mereka sebagian besar berada di kamar. Sedangkan atlet olahraga kelompok, setelah latihan selesai tidak semua atlet langsung masuk ke kamar namun berkumpul atau sekedar bersantai di depan wisma. Berikut adalah analisis kedekatan atlet berdasarkan teori jarak utama dari Edward Hall (966) terhadap penggunaan ruang untuk aktivitas komunikasi atau interaksi dengan sesamanya: Individu : o Kamar : Jarak personal (tingkat dekat jarak ini ±75 cm). Untuk posisi kasur diubah berdekatan (hampir menyatu antar kasur) karena terbiasa saling sharing. 54

Gambar IV..2.2.6 Kondisi kamar atlet renang Sumber : Dokumen Pribadi, 22 Maret 20 o Lingkungan luar : hampir tidak ada karena seluruh kegiatan ada di kamar Kelompok : o Kamar : Jarak personal (tingkat jauh jarak ini ± 20 cm). Rata2 kedekatan antar kasur biasa saja (mengikuti posisi kasur sejak awal) Gambar IV..2.2.7 Kondisi kamar atlet voli Sumber : Dokumen Pribadi, 22 Maret 20 o Lingkungan luar : bervariasi. Untuk atlet wanita cenderung jarak personal (tingkat dekat jarak ini antara 45-75 cm) karena sering saling sharing. Untuk atlet pria jarak personal (tingkat dekat jarak ini antara 45-75 cm) & jarak personal dengan tingkat jauh jarak ini berada antara 75-20 cm (tapi jarak tidak lebih dari 80-90 cm) Pada area taman atau lingkungan luar yang di jadikan tempat berkumpul atau hanya sekedar duduk-duduk, terdapat dua taman berbentuk lingkaran dan di lengkapi tempat duduk di sisi luar lingkaran. Gambar IV..2.2.8 Taman kanan dan kiri wisma atlet Ragunan Sumber : Dokumen Pribadi, 22 Maret 20 55

Gambar IV..2.2.9 Analisis pola duduk Sumber : Dokumen Pribadi Dari gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa atlet yang duduk di tempat duduk di sisi luar lingkaran tersebut, jumlah nya lebih sedikit di banding atlet yang duduk di sisi dalam lingkaran. Hal tersebut dapat mempengaruhi kenyamanan dalam hal ruang personal. Seharusnya tempat duduk di desain menghadap sisi dalam lingkaran karena dapat mempengaruhi orientasi manusia. Ketika seseorang duduk di sisi luar lingkaran, maka orientasi pandangan menjadi melebar yang berarti membuat seseorang menjadi tidak fokus dan membuat jarak antar personal menjadi jauh; terlebih jika jumlah orangnya banyak. Namun saat duduk pada sisi dalam lingkaran, orientasi menjadi sempit dan dapat berpengaruh terhadap ruang personal karena posisi antar personal menjadi lebih dekat; membuat lebih akrab. Pola ruang duduk tersebut nantinya dapat menjadi salah satu refrensi dalam pengaturan layout ruang kumpul. IV..2.3 Analisis Kegiatan Pengguna wisma atlet: o Atlet o Pengelola wisma o Pengunjung lain (media) o Pelatih 56

Kegiatan pengguna: Atlet Gambar IV..2.3. Skema Kegiatan Atlet Istirahat Pemanasan Sarapan Briefing Tes kesehatan Makan siang Latihan fisik Makan malam Istirahat Tidur Pengelola Pengelola bekerja melayani kebutuhan penghuni wisma dari maintenance sampai aktivitas umum lainnya. Pengelola juga terbagi menjadi kepala pimpinan dan staf pelayanan. Kegiatan pengelola secara umum yaitu: Kegiatan administrasi (keuangan, biaya operasional dan sebagainya) Melayani kegiatan operasional (maintenance, keluar masuk barang dan sebagainya) Kegiatan service (pengaturan makan dan kebutuhan lainnya) Kegiatan lainnya (pengaturan pers, layanan kesehatan dan sebagainya) 57

Gambar IV..2.3.2 Skema aktifitas pengelola Masuk Makan Buang hajat Kerja Keluar Administrasi Operasional Service Receptionist Pengunjung Pengunjung dapat berupa pengunjung keluarga atau pengunjung pers. Untuk menjaga privacy atlet, pengunjung umum seperti masyarakat tidak di perbolehkan. Kegiatan pengunjung keluarga seperti bertemu atlet, makan dan sebagainya. Sedangkan kegiatan pengunjung pers atau wartawan berupa konferensi pers dan wawancara. Gambar IV..2.3.3 Skema aktifitas pengunjung Masuk Lapor tamu Makan Buang hajat Menunggu Keluar Bertemu atlet Wawancara /liputan (pers) Pelatih Pelatih termasuk salah satu pelaku penting karena pelatih tidak dapat di pisahkan dari atlet. Hubungan atlet dan pelatih seperti sebuah hubungan ketergantungan dimana masing-masing saling membutuhi. Kegiatan atlet hampir seluruhnya di tentukan oleh pelatih sehingga kegiatan pelatih tidak jauh berbeda dengan atlet. 58

Gambar IV..2.3.4 Skema aktifitas pelatih Istirahat Pemanasan Sarapan Briefing Makan siang Latihan fisik Makan malam Istirahat Tidur IV.2 Aspek Lingkungan IV.2. Analisis Tapak Berikut adalah data tapak berdasarkan RUTRK Jakarta: Lokasi Tapak : Jl. Pintu Senayan, Jakarta Pusat Luas Lahan : 0.89,8 m 2 KDB : 20 % Luas lantai dasar yang boleh dibangun : 20% x 0.89,8 = 2.78.24 m 2 KLB : 2,5 Luas total bangunan yang boleh dibangun : 2,5 x 0.89,8 = 27.227,95 m 2 Ketinggian Maksimum : 24 59

Batas Tapak Gambar IV.2.. Foto bangunan sekitar tapak Jalan Pintu Senayan Gedung Koni Pusat Hotel Atlet Century U Jalan Manila Sumber: Google Image Search Jalan Pintu Senayan adalah jalan utama di depan atau di utara wisma atlet Senayan. Jalan ini juga berada di depan pintu masuk Senayan menuju Gelora Bung Karno. Di batas samping kanan atau timur, terdapat Hotel Atlet Century dengan tinggi ± 68 m dan di batasi dengan dinding pembatas. Di samping kiri atau barat, gedung KONI pusat langsung berbatasan dengan wisma atlet Senayan. Tidak ada dinding pembatas, hanya ada pagar kecil sebagai pemisah gedung. Sedangkan di batas belakang atau selatan, terdapat jalan kecil yang dapat di lewati 2 mobil. Di depan jalan tersebut juga terdapat wisma serbaguna. Secara arsitektural bangunan yang beradaa di lingkungan sekitar tidak berpengaruh banyak terhadap tapak. 60

IV.2.2 Analisis Matahari dan Angin Tabel IV.2.2. Analisa matahari dan angin Data Analisaa Matahari sore Matahari pagi 2. U U. Tanggapan 2 A n a l i s i s + + + + Matahari terbit dari arah timur sekitar pukul 05.30 WIB dan mulai terlihat cerah pada pukul 07.00 WIB. Sedangkan matahari terbenam ke arah barat pada pukul 8.5 WIB. Di sisi kanan atau timur wisma, arah matahari pagi datang dan bergerak ke arah kiri atau barat wisma. Untuk matahari sore, suasana terik akan lebih terasa daripada matahari pagi. Arah matahari pada tapak dapat mempengaruhi perletakan massa bangunan dan ruang private, dalam hal ini adalah kamar. Untuk pengaturan ruang, diusahakan kamar atau ruang yang membutuhkan kenyamanan lebih, tidak menghadap ke arah matahari langsung. 6

Pergerakkan angin yang umumm bergerak dari arah selatan ke utara. Besarnya angin dapat di rasakan padaa daerah belakang wisma yaitu di area parkir dan di dekat gedung KONI Pusat. Hal ini dapat di sebabkan angin yang datang dari arah selatan terkumpul di area parkir karena terhalang oleh bangunan wisma atlet. IV.2.3 Analisis Kebisingan Tabel IV.2.3. Analisa kebisingan Data Analisaa Jalan besar Jalan besar Jalan kecil G a m b a r Bising Tidak begitu bising Dari arah jalan utama ada kebisingan besar. Dari arah jalan besar yang ada disamping, tidak terlalu bising karena jarak jauh dari tapak. Dari arah belakang di jalan kecil hampir tidak ada kebisingan. Tanggapan I V. 2.. 4 + + + + 62

Dalam peletakkan ruangan yang membutuhkan privacy, diletakkan lebih ke dalam dan jika dekat dengan arah kebisingan, diusahakan layout diatur agar mengurangi kebisingan yang di dapat. IV.2.4 View Dari dan Ke Dalam Tapak Gambar IV..2.4. Foto view dari dan ke dalam tapak U Potensi view dapat bermanfaat pada arah orientasi atau perletakkan massa bangunann nantinya. View terbaik dari dan ke tapak adalah view yang memiliki pemandangan lebih baik dan bagus tanpa terhalangi oleh sesuatu apapun. Berikut adalah analisis potensi view: Gambar IV.2..4.2 Gambar view positif dan negatif tapak Gedung KONI - +Gelora Bung Karno Jalan utama Hotel Atlet Century Wisma Gelora 63

View terbaik adalah mengarah ke jalan besar di mana dapat terlihat oleh lebih banyak orang, menghadap ke arah Gelora Bung Karno dan tidak ada penghalang gedung tinggi di depan wisma atlet. View terbaik dari dan ke tapak dapat berfungsi agar pengguna bangunan dapat melihat bangunan secara jelas tanpaa terhalang oleh suatu apapun. IV.2.5 Analisis Zoning Analisis zoning dapat di bentuk dari analisis matahari, angin dan kebisingan. Analisis matahari di dapat untuk menghindari arah timur dan barat padaa hunian private, analisis angin di peroleh untuk mengalirkan serta menghindarkan angin yang terlalu besar kemudian terakhir analisis kebisingan di gunakan untuk melindungi daerah utama seperti private dari intesitas kebisingan yang tinggi. Tabel IV.2.5. Analisis Zoning Matahari Angin Kebisingan sr pr sp sr pr pb sp sr pb sr: service pb: publik pr sp pr: privat sp: semi publik Pada perkembangannya, area service di buat lebih ke belakang agar tetap mendapat aliran angin karena area service berada pada daerah yang lebih panas; arah barat matahari. Area private di letakkan lebih ke dalam untuk menjagaa dari 64

kebisingan utama. Sedangkann area publik tetap berada di depan karena area ini tidak memerlukan perlindungan privacy dan kebisingan. IV.2.6 Pintu Masuk Pola masuk dan sirkulasi yang baik haruslah dapat melayani pengguna jalan seperti jalur pedestrian, jalur kendaraan dan jalur service. Jalur service sengaja di buat terpisah untuk memberi kemudahan dalam proses sirkulasi kendaraan antaraa kendaraan lain dengan kendaraan khusus service seperti truk. Tabel IV.2.6. Analisis pintu masuk Zoning View sr pb pr sp Manusia Kendaraan pribadi Kendaraan servicee Pola masuk di buat memiliki 3 jalur masuk yaitu area depan untuk kendaraan pribadi dan manusia serta area belakang khusus untuk service. Area service sengaja di letakkan di belakang karena mendekati zoning service yang ada dan agar tidak terlihat dari view depan. Kemudahan dan kejelasan pintu 65

masuk nantinya akan di perhatikan agar tidak memberi kesulitan ketika masuk ke wisma atlet. akan Tabel IV.2.6.2 Analisis sirkulasi Pintu masuk Sirkulasi dalam tapak Manusia Kendaraan pribadi Kendaraan service Manusia Kendaraann pribadi Kendaraann service Sirkulasi di buat mengikuti pola masuk yang telah ada. Kendaraan pribadi masuk dari depan dan keluar di area depan pula. Hal ini bertujuan agar memudahkan kendaraan pribadi menuju jalan utama. Kemudian sirkulasi manusia dapat masuk dari depan dapat keluar di bagian belakang. Meskipun sirkulasi manusia lebih fleksibel, namun harus tetap ada kejelasan pada pedestrian. Sirkulasi service masuk dan keluar di area belakang. Perbedaan antar sirkulasi dapat memudahkan semua pengunjungg karena terjadi kejelasan sirkulasi pada tapak. IV.3 Aspek Bangunan IV.3. Analisis Kebutuhan Ruang Setelah melakukan penelitian lapangan atau studi lapangan, studi literatur dan analisis kegiatan pelaku, maka akan di dapatkan kebutuhan ruang yang nantinya akan mengisi wisma atlet Senayan. Jenis kebutuhan ruang berdasarkan dari kegiatan-kegiatan pelaku di wisma baik berupa kegiatan utama, kegiatan penunjang ataupun kegiatan service. 66

Ruang mempunyai sifat atau hirarki ruang tersendiri, yaitu: Privat : Ruang atau ranah ekslusif bagi penghuni dan harus memiliki izin untuk bisa memasukinya. Semi privat : Ruang sebelum ruang privat dan terkontrol oleh penghuni. Akan ada sanksi jika memasuki tanpa izin. Publik : Ranah yang terbuka untuk akses umum dan orang asing boleh memasukinya. Semi publik : Setiap orang dapat berada di ranah semi publik namun bagi lingkungan di sekitar akan tetap terlihat tidak nyaman jika ada orangh yang memasukinya. Pada wisma atlet ini, privacy lebih di butuhkan karena wisma atlet ini hanya di peruntukkan untuk atlet. Dimana hal ini penting untuk menjaga tingkat kenyamanan penghuni terutama atlet. Tabel IV.3.. Tabel Tingkat Kebutuhan Privacy Tingkat kebutuhan privacy Nama ruang Butuh Medium Tidak Butuh Kebutuhan ruang utama: Kamar v - - Kebutuhan ruang penunjang: Lobby - - v Restoran - v - Ruang briefing - v - Ruang serbaguna - v - Poliklinik (test fisik dan psikologis) - v - Kantor pengelola - v - Ruang media / pers - v - Fasilitas olahraga (lapangan, - - v squash) Open space v - - Fitness center - v - Mini market - - v 67

ATM center - - v Musholla - - v Kebutuhan ruang sevice: Loading dock dan gudang v - - Ruang utilitas, ME v - - Parkir - - v Tabel IV.3..2 Kebutuhan Ruang Wisma Atlet Ruang Aktivitas Utama Syarat Sifat Kamar Berbincang-bincang, Bersih, tidak lembab, Private Toilet santai, tidur pencahayaan dan penghawaan baik, tidak bising R. kumpul (atlet kelompok) Berbincang-bincang, santai Bersih, tidak lembab, pencahayaan dan penghawaan baik Semi Private Lobby Penerimaan tamu, Bersih, tidak lembab, Publik Toilet jalur keluar masuk tidak licin, pencahayaan Receptionist penghuni dan penghawaan baik, Ruang tunggu berkesan luas, sirkulasi ruang gerak luas Hall of fame Pemajangan foto- Bersih, tidak lembab, Publik foto ajang olahraga tidak licin, pencahayaan dan penghawaan baik Restoran Makan, minum, Bersih, tidak lembab, Semi Ruang makan berbincang-bincang tidak licin, pencahayaan Private Ruang penyajian dan penghawaan baik, Dapur menampung atlet dalam Ruang cuci jumlah banyak Gudang Kering Basah 68

Alat Ruang pengelola Ruang meeting Meeting area Meeting, briefing Bersih, tidak lembab, pencahayaan dan penghawaan baik, tidak bising Ruang serbaguna Konferensi pers, dll Bersih, tidak lembab, Hall pencahayaan dan Ruang ganti penghawaan baik, tidak Ruang kontrol bising Gudang alat Ruang kostum Ruang tunggu VIP Poliklinik Test kesehatan, Bersih, tidak lembab, Receptionist pengobatan, tidak licin, pencahayaan Ruang tunggu konsultasi kesehatan dan penghawaan baik, Ruang psikologi tidak bising Ruang rawat Ruang massage Ruang diagnosa Apotek Kantor pengelola Urus administrasi, Bersih, tidak lembab, Pantry urus operasional pencahayaan dan Ruang meeting penghawaan baik, tidak bising Ruang media Jumpa pers Bersih, tidak lembab, pencahayaan dan penghawaan baik, tidak bising dan tidak licin Fasilitas olahraga Olahraga Bersih, tidak licin, (lapangan, squash) pencahayaan baik Semi Private Semi Private Semi Private Semi Private Semi Private Semi Publik Open space Relaksasi, Bersih, pencahayaan dan Semi berkumpul, pengudaraan baik Private berbincang 69

Fitness center Olahraga dalam Bersih, tidak lembab, ruangan tidak licin, pencahayaan dan penghawaan baik Mini market Belanja Bersih, tidak lembab, tidak licin, pencahayaan dan penghawaan baik ATM center Transaksi uang Bersih, tidak licin, pencahayaan baik Coffee shop Makan, berbincang Bersih, tidak lembab, tidak licin, pencahayaan dan penghawaan baik Musholla Solat Bersih, tidak lembab, tidak licin, pencahayaan dan penghawaan baik Loading dock dan Drop off dan simpan Bersih, tidak lembab, gudang barang pencahayaan baik Ruang utilitas, ME Kontrol alat Bersih, tidak lembab, tidak licin, pencahayaan baik, terlindung Parkir Parkir mobil, sepeda Tidak licin, sirkulasi motor, bus ruang kendaraan baik Semi Private Publik Publik Publik Publik Private Private Publik IV.3.2 Analisis Kebutuhan Ruang Terkait Topik / Tema IV.3.2. Perbandingan Kamar Atlet Pria dan Atlet Wanita Adanya pemisahan zona kamar atlet pria dan atlet wanita, berdasarkan hasil studi lapangan yang dilakukan penulis terhadap wisma atlet Ragunan dan sesuai dengan permintaan pihak Gelora Bung Karno. Jumlah kamar atlet pria dan atlet wanita berbeda karena lebih banyak jumlah atlet pria daripada atlet wanita dengan perbandingan sebesar ±60% untuk atlet pria dan ±40% untuk atlet wanita (Sumber : Daftar Nama Atlet Peserta Seleksi Nasional, 200). Perhitungan jumlah kamar: Atlet pria = 60% x 200 (jumlah minimal kamar) = 20 kamar Atlet wanita = 40% x 200 (jumlah minimal kamar) = 80 kamar 70

IV.3.2.2 Perbandingan Kamar Individu dan Kelompok Perbandingan jumlah kamar individu dan kelompok dipengaruhi dari jumlah perbandingan olahraga individu dan kelompok yaitu 5 : 7 yang telah di jelaskan pada bab sebelumnya. Selain itu, jumlah kamar individu dan kelompok juga tetap di bedakan dalam pemisahan kamar atlet pria dan wanita. Jumlah kamar setelah perhitungan: Individu Atlet pria = 82 (jumlah minimal kamar) Atlet wanita = 55 (jumlah minimal kamar) Kelompok Atlet pria = 38 (jumlah minimal kamar) Atlet wanita = 25 (jumlah minimal kamar) IV.3.2.3 Layout Kamar Individu dan Kelompok Pola kamar individu dan kelompok tidak sama karena di sesuaikan dengan pengamatan jarak intimasi pada atlet individu dan kelompok yang di lakukan di dalam kamar. Pola kamar individu Gambar IV.3.2.3. Layout Kamar Individu Pola kamar kelompok Gambar IV.3.2.3.2 Layout Kamar Kelompok 7

IV.3.2.4 Pola Ruang Individu dan Kelompok Pola ruang antara atlet individu dan kelompok di buat berbeda sesuai dengan penelitian yang telah di jelaskan pada bab sebelumnya. Ruang individu Gambar IV.3.2.4. Pola Ruang Individu Kamar Area kumpul Pola diatas terjadi karena keseharian atlet individu yang lebih sering melakukan aktivitas di dalam kamar, untuk itu area kumpul hanya ada di kamar masing-masing. Ruang kelompok Gambar IV.3.2.4.2 Pola Ruang Kelompok Kamar Area kumpul Area terbuka Pola diatas tercermin dari keseharian atlet kelompok yang memiliki kegiatan lebih dinamis daripada atlet individu. Atlet kelompok lebih memanfaatkan area berkumpul dan ruang terbuka, sehingga pengaturan ruang dibuat untuk menampung kegiatan tersebut. IV.3.2.5 Pola Meja Makan Selain pengaturan pada pola ruang untuk area kamar tidur atlet, ruangan yang juga perlu di tata menyesuaikan atlet individu dan kelompok adalah ruang makan. Pada ruang makan, di fasilitasi dengan penataan layout meja makan yang di sesuaikan dengan kebutuhan atlet individu dan kelompok. 72

Gambar IV.3.2.5. Pola Meja Makan Atlet Individu Penataan pola layout meja makan atlet individu terjadi seperti gambar di atas karena melihat perilaku individu yang lebih akrab (intimasi lebih dekat) satu sama lain. Dengan pola berkeliling membuat psikologis antar atlet semakin akrab. Gambar IV.3.2.5.2 Pola Meja Makan Atlet Kelompok Pola layout meja makan untuk atlet kelompok dengan meja panjang dan posisi duduk saling berhadapan dapat memfasilitasi atlet kelompok yang juga memiliki intimasi dekat. IV.3.3 Analisis Luasan Ruang Kamar atlet individu Ruang Standart (m 2 ) Pria Wanita Toilet Tabel IV.3.3. Analisis Luasan Ruang 2 m 2,5 m 2 /orang Kapasitas (Orang) Kamar atlet 2 kelompok 2 m 2 2 2 2 Luasan (m 2 ) 20 8 Jumlah 64 unit 92 unit 42 unit 28 unit Total Luasan (m 2 ) 320 280 840 260 756 73

Pria 504 Wanita,5 m 2 /orang Toilet R. kumpul 400 8 20 20 kelompok Kamar pelatih pria 432 2 m 2 2 8 24 Kamar pelatih 288 2 m 2 2 8 6 wanita Lobby Toilet Receptionist R. tunggu,5 m 2 /orang 4 m 2 /orang,5 m 2 /orang 4 4 30 6 6 45 2 73 2 6 45 Hall of fame,5 m 2 /orang 20 30 30 Restoran Ruang makan Ruang penyajian Dapur Ruang cuci Gudang Kering Basah Ruang pengelola,2 m 2 /orang 3,5 m 2 /orang 5 m 2 /orang 2 m 2 /orang 4 m 2 /orang 4 m 2 /orang 4,5 m 2 /orang 300 5 5 2 360 4 20 4 4 4 4 40 360 4 20 4 4 4 4 Ruang briefing 05 Briefing area,2 m 2 /orang 20 24 4 96 Ruang serbaguna Hall Ruang ganti Wanita Pria Ruang kontrol Gudang alat Ruang kostum -,2 m 2 /orang,5 m 2 /orang,5 m 2 /orang 4 m 2 /orang,5 m 2 /orang,5 m 2 /orang - 200 4 4 2 2 4-240 20 5 32 2 4-349 240 20 5 32 2 4 74

Ruang VIP tunggu,5 m 2 /orang 4 6 6 Poliklinik 98 Ruang tunggu,2 m 2 /orang 20 40 40 Ruang psikologi 3,5 m 2 /orang 4 24 24 Ruang rawat 3,5 m 2 /orang 5 24 24 Ruang massage Ruang periksa Apotek Ruang alat 3,5 m 2 /orang 3,5 m 2 /orang 3,5 m 2 /orang,2 m 2 /orang 2 4 4 2 24 24 24 4 2 48 24 24 4 Kantor pengelola 57,6 Office 4 m 2 /orang 20 24 24 Pantry 2 m 2 /orang 6 2 2 Meeting,2 m 2 /orang 0 2 2 lounge,2 m 2 /orang 8 9,6 9,6 Kantor cabor 4 m 2 /orang 4 30 4 420 Ruang media,2 m 2 /orang 50 60 60 Fitness Center Area gym Ruang ganti Ruang spa Gudang alat Pengelola 3,5 m 2 /orang,5 m 2 /orang,5 m 2 /orang 4 m 2 /orang 4 m 2 /orang 40 0 6 4 3 40 5 9 6 2 2 4 234 40 30 36 6 2 Squash 5 m 2 /orang 2 0 4 40 Open space,5 m 2 /orang 30 45 4 80 Mini market 3,5 m 2 /orang 20 70 70 ATM center,5 m 2 /orang 6 4 24 Coffee shop Ruang makan,2 m 2 /orang 5 m 2 /orang 20 2 24 0 38 24 0 75

Dapur 2 m 2 /orang 2 4 4 Mini bar Musholla,5 m 2 /orang 5 22,5 22,5 Loading dock 4 m 2 /orang 4 2 8 R. utilitas (ME) 22,5 m 2 /orang 4 90 90 Parkir (rasio :6) Mobil Motor Bus 2,5m 2 /mobil 2 m 2 /motor 4,8m 2 /mobil 5 5 3 637,5 02 4,4 Total Luasan Ruang 8663 m 2 Sirkulasi 20 % = 732 m 2 0.395 m 2 Rencana Perhitungan KDB dan KLB Untuk rencana perhitungan KDB, hanya lantai dasar yang masuk dalam perhitungan sedangkan KLB adalah perhitungan seluruh bangunan dari lantai dasar sampai lantai teratas. Di bawah ini adalah perencanaan KDB dan KLB yang telah di sesuaikan dengan pemakaian ruang (namun perhitungan dapat berubah karena belum termasuk area service seperti lift, tangga darurat, teras dll) yaitu: Tabel IV.3.3.2 Rencana Perhitungan KDB Rencana Ruang Luasan Lobby 73 Hall of fame 30 Mini market 70 ATM center 24 Coffee shop 38 R. utilitas (ME) 90 Loading dock 8 Lapangan basket 28 m x 5 m (di hitung setengah karena 20 420 / 2 outdoor) 76

Total 543 Sirkulasi 20 % = 08 m 2 65 Rencana Perhitungan Jumlah Lantai (KLB) Tabel IV.3.3.3 Rencana Perhitungan Jumlah Lantai Rencana Lantai Luasan Lantai 543 Lobby 73 Hall of fame 30 Mini market 70 ATM center 24 Coffee shop 38 R. utilitas (ME) 90 Loading dock 8 Lantai 2 605, Kantor pengelola 57,6 Kantor cabor 420 Musholla 22,5 Ruang briefing 05 Lantai 3 89 Ruang serbaguna 349 Restoran 40 Ruang media 60 Lantai 4 432 Fitness center 234 Poliklinik 98 Lantai 5 (utilitas) 652 Lantai 6, 7, 0,, 2 652x 5 = 3260 Kamar individu (6 unit x 20m) 320 Kamar kelompok (4 unit x 8m) 252 77

Ruang kumpul kelompok 80 (4 unit x 20) Lantai 8, 3 360 x 2 = 720 Kamar individu (6 unit x 20m) 320 Open space (2 unit x 20m) 40 Lantai 9, 4 640 x 2 = 280 Kamar individu (6 unit x 20m) 320 Kamar pelatih (6 unit x 20m) 320 Lantai 5 320 Kamar individu (4 unit x 20m) 280 Squash (4 unit x 0m) 40 Lantai 6 60 Kamar pelatih (8 unit x 20m) 60 Lantai 7 (atap) 80 Total 887 Sirkulasi 20 % = 774 m 2 0645 78

IV.3.4 Analisis Hubungan Ruang Hubungan Ruang Makro Ruang serbaguna Ruang pengelola Entrance Plaza Parkir Briefing room Lobby Kamar Poliklinik Restoran Fitness center Ruang kumpul Hubungan Ruang Mikro o Restoran Kasir Ruang penyajian Entrance Ruang makan Ruang chef Gudang Dapur 79

o Ruang Pengelola Lounge Entrance Pantry Office Ruang Meeting o Poliklinik Entrance Ruang racik Apotek Ruang psikologi Ruang tunggu Ruang rawat Ruang pijat Ruang diagnosa Toilet o Ruang Serbaguna Entrance Ruang ganti Ruang kostum Hall Ruang tunggu VIP Gudang Ruang kontrol 80

IV.3.5 Jumlah Massa Bangunan dan Pola Koridor Jumlah massa bangunan dan pola koridor dapat berpengaruh terhadap fasad bangunan itu sendiri. Pengaruh tersebut sebelumnya di nilai untuk mengikuti beberapa kriteria-kriteria tertentu. Yang mana ketika nantinya pola massa dan ruang bangunan tersebut belum atau tidak memenuhi kriteria-kriteria tersebut, maka kekurangan yang ada dapat di pecahkan pada tahap perancangan selanjutnya. Sebelum mencari pola massa bangunan, terlebih dahulu akan di klasifiksikan kegiatan-kegiatan yang di lakukan atlet wanita dan pria: Kebutuhan ruang atlet wanita dan pria: Tabel IV.3.5. Kebutuhan Ruang Atlet Wanita dan Pria Kegiatan Nama ruang Istirahat, tidur Kamar tidur Berbincang, berkumpul, relaksasi Open space Tabel IV.3.5.2 Jumlah massa bangunan Kriteria Alternatif Alternatif 2 Alternatif 3 Skala penilaian: = cukup baik 2 = baik 3 = sangat baik Pencahayaan & 3 2 penghawaan Estetika 3 2 Efektifitas ruang 2 3 Efektifitas lahan 2 3 Total 8 7 9 Jumlah massa bangunan alternatif 3 atau massa bangunan tunggal di pilih karena lebih efektif berdasarkan kesamaan kegiatan-kegiatan yang di lakukan atlet wanita dan pria sehingga tidak perlu ada pemisahan bangunan. 8

Pola Koridor Bangunan Kriteria Tabel IV.3.5.3 Pola Koridor Bangunan Alternatif Alternatif 2 Skala penilaian: = cukup baik 2 = baik Pencahayaann & penghawaann Efisiensi bangunan Privacy Total Double loaded 2 2 5 Single loaded 2 4 Sebenarnya single loaded dan double loaded memilikii kelebihan serta kekurangan masing-masing. Namun dalam hal ini, double loaded lebih baik untuk wisma atlet. Karena dapat menjaga privacy atlet yang ada. Sehingga alternatif 2 lah yang sesuai dengan proyek wisma atlet ini. IV.3.6 Analisis Massa Bangunan Massa bangunan yang akan dibahas akan di fokuskan pada unit hunian terlebih dahulu atau pada bagian tower hunian. Hal tersebut disebabkan karena massa bangunan yang terjadi di pengaruhi oleh penelitian terhadap topik / tema. Fungsi-fungsi ruang secara umum yang telah di jabarkan pada sub bab terdahulu akan di masukkan ke dalam fungsi bangunan. Fungsi hunian akan ditempatkan paling atas untuk memenuhi kebutuhan akan privasi atlet, sedangkan kebutuhan penunjang di kumpulkan pada daerah podium untuk memudahkan akses bagi atlet maupun pengguna lainnya. Untuk kebutuhan service akan terbagi menjadi dua bagian yaitu service untuk pengumpul pipa saluran kotor dari tower ke podium dan service untuk podium itu sendiri. Penggambaran secara skematik sebagai berikut: 82

Gambar IV.3.6. Fungsi Bangunan Secara Umum HUNIAN SERVICE PENUNJANG PENUNJANG SERVICE Berdasarkan penelitian yang di lakukan terkait topik / tema, dalam pembentukkan pola ruang akan berdasarkan pada pemisahan antara ruang untuk atlet individu dan kelompok. Berikut adalah skematik pola ruang yang terjadi: Gambar IV.3.6.2 Pola Ruang Kelompok Individu core Individu Kelompok Jika di lihat pada gambar di atas, pola ruang yang terjadi membentuk plus (+). Pola ruang tersebut di dapat untuk memberikan efek psikologis bahwa mereka berbeda namun dibuat seolah-olah tidak terlalu berbeda. Hal ini lebih efektif daripada harus dipisahkan secara nyata oleh bangunan yang berbeda. Sedangkan untuk analisa massa bangunan dapat di lihat pada gambar berikut: 83

Gambar IV.3.6.3 Analisis Massa Bangunan View baik ke dalam tapak (arus kendaraan terbanyak) Pemandangan terbuka (arus kendaraan tidak terlalu banyak) Arah matahari akan sangat berpengaruh juga terhadap orientasi massa Dari gambar dapat di analisa jika matahari sangat berpengaruh terhadap orientasi massa bangunan. Massa bangunan harus diatur sedemikian rupa untuk mengurangi cahaya matahari yang berasal dari arah timur dan barat. Untuk view terbaik di dapat dari analisa arus kendaraan terbanyak yang menuju ke arah tapak, sehingga manusia dapat lebih mudah menangkap massa bangunan. Sedangkan pada bagian arah arus kendaraan yang tidak terlalu ramai, dapat di manfaatkan untuk area terbuka. Sehingga area terbuka dapat melihat suasana GBK tanpa terlalu terganggu dengan keramaian arus kendaraan. Setelah analisa massa bangunan terjabarkan, maka akan di peroleh massa bangunan pada tapak seperti berikut: Gambar IV.3.6.4 Massa Bangunan Pada Tapak Arah matahari yang harus dihindari 84

Berdasarkan gambar tersebut, dapat terlihat bahwa massa bangunan di peroleh untuk menanggapi analisa tapak dan aspek lainnya. Pada bagian berwarna merah adalah tower dengan bentuk massa bangunan plus (+) yang di berasal dari analisa sebelumnya. Sedangkan untuk bagian warna biru adalah perluasan dari bentuk massa tower di atasnya. Pada arah view utama atau view terbaik, di bentuk massa yang lebih besar yang dapat berfungsi sebagai penarik view. IV.3.7 Sirkulasi Dalam Bangunan Pada dasarnya terdapat 2 jenis sirkulasi dalam bangunan yaitu sirkulasi secara horizontal yaitu sirkulasi yang menghubungkan antar ruang dalam level dan sirkulasi secara vertikal yaitu sirkulasi yang menghubungkan antar ruang di beberapa level selanjutnya. Sirkulasi Horizontal Sirkulasi horizontal umumnya digunakan pada perencanaan koridor, plaza atau space lainnya yang dapat menghubungkan ruangan satu ke yang lainnya. Sirkulasi horizontal sendiri memiliki beberapa jenis yaitu: o Linear Gambar IV.3.7. Sirkulasi linear Sumber: Modul Teori Arsitektur Universitas Gunadarma, 200 Pola sirkulasi yang secara tidak langsung dapat menunjukkan arah dan keterkaitannya dengan penghubung ruang yang berlanjut. o Radial Gambar IV.3.7.2 Sirkulasi radial Sumber: Modul Teori Arsitektur Universitas Gunadarma, 200 Pola sirkulasi yang memiliki sirkulasi linear namun berkembang dan menuju ke banyak arah. 85

o Terpusat Gambar IV.3.7.3 Sirkulasi terpusat Sumber: Modul Teori Arsitektur Universitas Gunadarma, 200 Pola sirkulasi yang semakin memperjelas kesan sudut karena polanya yang cenderung berbentuk persegi. o Cluster Gambar IV.3.7.4 Sirkulasi cluster Sumber: Modul Teori Arsitektur Universitas Gunadarma, 200 Pola sirkulasi yang mempunyai kedekatan hubungan ruang atau bersama-sama memanfaatkan satu ciri atau hubungan visual. o Grid Gambar IV.3.7.5 Sirkulasi grid Sumber: Modul Teori Arsitektur Universitas Gunadarma, 200 Pola sirkulasi yang cenderung rapi dan teratur namun memiliki sirkulasi yang banyak serta bebas. Dari jenis-jenis pola sirkulasi di atas, maka sirkulasi horizontal yang sesuai dengan kondisi tower bangunan wisma dapat di lihat pada skema di bawah ini: Gambar IV.3.7.6 Sirkulasi Horizontal Terpusat c Liniear Cluster 86

Sedangkan untuk bagian podium, memiliki pola sirkulasi terpusat dan radial. Dimana untuk area terdekat core adalah terpusat dan berkembang menjadi radial dengan pola sirkulasi linear yang menuju banyak arah. Sirkulasi Vertikal Sirkulasi vertikal pada proyek wisma atlet ini memiliki 2 jenis yaitu lift dan tangga. Alasan pemilihan kedua jenis sirkulasi vertikal ini berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu: o Lift Lift di pakai karena jumlah lantai pada bangunan wisma atlet ini direncanakan 6 lantai. Hal ini untuk memudahkan penghuni untuk mencapai ke kamar masing-masing. Dalam proyek ini penghuni adalah atlet yang akitifitasnya lebih banyak di habiskan oleh latihan fisik sehingga kepuasan akan kenyamanan dan kemudahan adalah poin untuk pemakaian lift. Dalam bangunan nantinya akan memiliki inti/core dan lift yang ada hanya akan dapat di akses oleh penghuni unit kamar. Berikut ini adalah pertimbangan letak inti, yaitu: Tabel IV.3.7. Peletakkan lift Kriteria Tipe Inti Tipe Inti 2 Tipe Inti 3 = kurang 2= cukup 3= baik 4= sangat baik Di ujung Di apit sayap bangunan Di tengah Kejelasan pola 2 3 sirkulasi Fleksibilitas ruang 3 4 2 Kekakuan struktur 2 3 4 Total 9 9 2 87

Tipe letak inti sebenarnya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing dan di sesuaikan dengan kondisi bangunan yang ada. Karena tiap-tiap bangunan memiliki kepentingan yang berbeda pula. Untuk proyek wisma atlet ini, tipe inti 3 di pilih karena dapat sesuai dengan konsep proyek dimana pusat sirkulasi berada di tengah dan fungsi-fungsi ruang ada di sekelilingnya. o Tangga Sirkulasi dengan kebutuhan darurat yang memiliki pintu keluar sebesar 80 cm. Tangga darurat di letakkan dengan jarak maksimal 30 m (untuk bangunan tanpa sprinkler) dan 45 m (untuk bangunan dengan sprinkler). Gambar IV.3.7.7 Tangga kebakaran Sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, Msae; 2005 IV.3.8 Struktur Bangunan Struktur bangunan bagi sebuah bangunan adalah nyawa dari bangunan tersebut, untuk itu struktur haruslah dapat menahan beban horizontal maupun vertikal. Sebelum mengetahui struktur bangunan yang akan di pakai, haruslah mengetahui gambaran massa bangunannya terlebih dahulu. Berikut adalah skema massa bangunan secara umum: Gambar IV.3.8. Massa bangunan 88

Upper Structure Tabel IV.3.8. Upper Structure Keterangan Alternatif Alternatif 2 Angin Core inti Core inti Struktur Portal (kolom dan balok) Analisa Bangunan kurang kokoh dan beresiko lendut karena hanya diperkuat core inti Bangunan kokoh dan tidak lendut karena memakai core inti yang di perkuat dengan portal di sekelilingnya Dari 2 alternatif tersebut, maka di pilih alternatif 2 karena memiliki kekokohan yang lebih kuat. Selain core inti dan portal, upper structure juga memakai beberapa struktur tambahan yaitu: Tabel IV.3.8.2 Upper Structure Tipe Keterangan Struktur baja Penggunaan dapat di gabungkan dengan struktur bentang lebar dimana konstruksi baja Bentang lebar Bentang lebar dapat di gunakan pada ruangan bebas kolom 89

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pada bangunan wisma nantinya akan memakai struktur hybrid atau penggabungan antara struktur baja dan bentang lebar. Sub Structure Tabel IV.3.8.3 Sub Structure Alternatif Tipe Gambar Keterangan Tiang pancang Pengerjaan lebih cepat dan relatif murah serta mampu menahan beban vertikal dengan baik namun bising dalam proses pemasangan Bored Pile Bisa untuk segala jenis tanah dan kekuatan lebih besar namun lama dalam proses pemasangan Setelah mengetahui penjelasan di atas, untuk sub structure pada wisma nantinya memakai pondasi tiang pancang karena memiliki kelebihan seperti yang telah di jelaskan di atas. Dilatasi Adanya dilatasi karena kebutuhan wisma akan ruang penunjang yang di letakkan di podium. Dilatasi sendiri memisahkan antara struktur tower dengan struktur ruangan yang terpisah dari tower. Gambar IV.3.8.2 Contoh dilatasi Gambar IV.3.8.3 Dilatasi pada wisma 90

IV.3.9 Material Bangunan Tabel IV.3.9. Material bangunan Kebutuhan Material Material Material Keterangan Alternatif Alternatif 2 Alternatif 3 Dinding Bata Merah Bata Hebel Batako Sebagai material Kokoh, kedap Sangat kokoh, Tidak terlalu untuk pembatas suara dan air, pengerjaan kokoh, dedap antar ruang namun cepat, ringan, air dan suara, berdasarkan pengerjaan tahan api, harga pemasangan alternatif tersebut, lama, harga mahal, dan cepat, harga sehingga material relatif rembes air murah, dan yang dpilih adalah terjangkau dan mudah bata merah boros adukan dilubangi Lantai Keramik Marmer Kayu Pada kamar dapat Tahan lama, Berkesan Kesan alami menggunakan perawatan mewah dan dan hangat, kayu yang mudah, mudah ekslusif, tahan warna tidak berfungsi agar didapat dan lama, namun mudah pudar, kamar menjadi harga relative harganya bisa di- lebih nyaman. murah, namun mahal, finishing/ Kemudian menghantarkan pemasangannya coating, harga menggunaan dingin, nat cepat lama dan relatif mahal, marmer untuk kotor, mudah perawatan pengerjaannya lobby dan ruangan menggembung relatif mahal lama, besar dapat dan mudah dan susah perawatan memberikan kesan pecah susah dan tidak mewah. tahan air Keramik dapat di pakai pada ruang penunjang seperti dapur dan wc. Kusen Kayu Alumunium PVC Kayu dipakai Kuat, warna Ringan, anti Murah, untuk kusen 9

alami, terkesan rayap, perawatan interior seperti mewah, namun perawatan mudah, ringan, pintu kamar. mahal, tidak mudah, tahan tahan air Kemudian daya tahan air, air, pembuatan namun tidak tahan alumunium mudah dimakan dan kokoh, mudah lebih tahan lama rayap dan pemasangan retak/patah dan lebih modern perawatan cepat, terkesan dapat dipakai pada mahal modern, kurang eksterior. kokoh Sedangkan pvc dipakai untuk kamar mandi agar tahan lama Plafond Gypsum GRC Board Beton ekspose Gypsum di pilih Harga relatif Ringan, tahan Tanpa plafond karena mudah murah, mudah air, tidak dalam pemasangan pemasangannya, mudah lapuk, dan nantinya akan mudah namun perlu ada di hampir dibentuk, diberi rangka semua ruangan sambungan bias permodul dan tidak terlihat, terlihat adanya tidak tahan air nat atau sambungan Atap Beton (Atap Genteng Modifikasi Penggunaan atap datar) Keramik (alumunium datar di gunakan Praktis, tidak Tahan lama, composit) untuk menunjang perlu rangka, warna tidak Pemasangan service. kesan modern, mudah luntur, mudah dan Kemudian rawan bocor, sudut cepat, kesan alumunium dan juga ruang kemiringan modern, kuat, composit dapat dibawahnya atap minumun tahan panas, berguna untuk menjadi panas harus 30o, dan rapi, namun ruangan tertentu pemasangan pemasangan perlu ketelitian perlu ketelitian 92

IV.3.0 Sistem Utilitas. Penghawaan Penghawaan dapat terbagi 2 yaitu: Penghawaan Buatan Pada bangunan wisma atlet, penghawaan buatan menggunakan Air Conditioner (AC). Air Conditioner digunakan untuk kamar tidur, gym, koridor, ruang serbaguna dan hampir semua ruangan yang ada pada bangunan. AC yang di gunakan memiliki 2 jenis AC yaitu split dan central. Untuk AC split dapat di letakkan untuk kamar tidur agar memudahkan atlet dalam pengaturan suhu yang nyaman sesuai kondisi kenyamanan mereka. Dalam AC split harus di lengkapi oleh outdoor unit. Peletakkan outdoor unit dapat di letakkan pada bagian balkon kamar. Sedangkan untuk AC central di fungsikan pada seluruh bagian podium dan area servis lainnya seperti koridor. Untuk AC central dibutuhkan ruangan semacam ruang kontrol yaitu AHU yang ada pada tiap lantainya. Penghawaan Alami Udara yang berasal dari penghawaan alami adalah udara langsung dari lingkungan luar yang masuk ke dalam bangunan. Untuk wisma atlet, ruangan yang secara langsung merasakan udara dari lingkungan luar adalah ruang terbuka yang di peruntukkan untuk atlet bersantai. Hal ini di lakukan agar atlet dapat merasakan atmosfer yang berbeda. Selain itu, udara dari lingkungan luar juga dapat di rasakan oleh penghuni yang berada dalam ruangan karena jendela ada yang dapat dibuka dan tidak semua ruangan memakai jendela mati termasuk pada kamar tidur. 2. Air Penyediaan air bersih pada proyek wisma atlet bersumber dari PDAM. Hal ini di sebabkan jika mengambil air tanah tidak akan efisien (pengeboran tanah yang cukup dalam, daya sedot pompa lebih besar) selain itu dapat 93

mengganggu keseimbangan lingkungan. Berikut adalah penyediaan air bersih: contoh sistem Gambar IV.3.0. Sistem air bersih Sumber : Google Image Search Pada gambar di atas, dapat di ketahui bahwa air bersih yang datang di tampung di tangki bawah dan kemudian di dorong ke tangki atas. Setelah itu barulah air bersih akan di distribusikan ke kamar mandi. Untuk kemudahan dan penghematan air, kamar mandi menggunakan shower. 3. Pengolahan dan Pembuangan Limbah Pembuangan limbah dari kamar mandi menggunakan shaft-shaft pipa yang di letakkan berbatasan dengan koridor untuk kemudahan akses serta tidak menganggu view dari luar bangunan. Gambar IV.3.0.2 Shaft pipa kamar mandi Sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, Msae; 2005 Untuk limbah padat pada kamar mandi, akan langsungg di salurkan ke STP yang nantinya akan di olah dan dapat di buang ke riol kota tanpa adanya pencemaran. Sedangkan untuk limbah cair yang berasal dari kamar mandi 94

maupun limbah cucian, di salurkan ke sumur resapan kemudian akan di buang ke riol kota. Selain itu, untuk pembuangan air hujan akan dialirkan melalui pipa yang selanjutnya akan dimasukkan ke dalam sumur resapan. Setelah proses dari sumur resapan, limbah dapat dibuang ke riol kota. Pembuangan ke riol kota dapat dilakukan karena limbah sudah di saring dalam sumur resapan sehingga limbah nantinya tidak menimbulkan bau. 4. Sistem Keamanan Kebakaran Tabel IV.3.0. Sistem keamanan kebakaran Alat Gambar Keterangan Hydrant Hydrant berfungsi sebagai Sumber : Google Image Search pemadam kebakaran yang letaknya berada di area yang mudah terjangkau Sprinkler Pola sprinkler: Sumber : Google Image Search 5. Listrik Sumber listrik di proyek wisma atlet ini berasal dari PLN. Namun untuk mencegah dan antisipasi listrik padam tiba-tiba, maka di tambahkan generator atau genset pada bangunan sebagai listrik cadangan wisma atlet. Peletakkan genset berada pada area servis lantai dasar agar jika ada proses perbaikan dapat mudah dijangkau oleh petugas maupun alat-alat reparasi. 95

Gambar IV.3.0.3 Skema listrik Sumber : Panduan Sistem Bangunann Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, Msae; 2005 6. Penangkal Petir Penangkal petir menjadi salah satu upayaa sebagai sistem keamanan bangunan yang optimal. Penangkal petir yang di gunakan memakai sistem Thomas. Sistem Thomas adalah sistem penangkal petir yang memiliki jangkauan perlindungan luas yaitu untuk daerah di sekitar bangunan yang dapat terlindungi mencapai radius 60 m dan luasan lahan yang masih terlindungi dalam area perlindungannya berada dalam radius 25 m. Gambar IV.3.0.4 Penangkal petir Sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, Msae; 2005 7. Sistem Pembuangan Sampah Untuk sistem pembuangan sampah, proses yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan sistem shaft atau sebuah ruangan shaft yang berada di tiap lantainya dan langsung berhubungan dengan lantai dasar. Padaa lantai dasarnya sendiri terdapat ruangan penampungan sampah sementara sebelum diambil oleh 96

mobil sampah yang datang tiap minggunya. Proses pembuangann sampah melalui shaft terhitung mudah dan efisien karena tidak perlu harus repot membawa sampah dari tiap lantai, hanya cukup membuang sampah pada lubang shaft sampah. Gambar IV.3.0.5 Shaft Sampah Sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, Msae; 2005 8. Sistem Pengamanan o Bangunan Untuk pengamanan bangunan, wisma atlet menggunakan teknologi seperti CCTV, alarm pencurian dan metal detector. Hal ini di lakukan untuk meningkatkan rasaa aman penghuni. o Kamar Sistem pengamanan kamar di fokuskan pada pengamanan di kunci kamar. Pengamanan yang di pilih adalah pemakaian kartu khusus yang hanya boleh di miliki oleh penghuni. Selain itu sistem kartu juga dapat memudahkan dalam penyimpanan karena lebih efisien. Gambar IV.3.0.6 Pengamanan pintu kamar Sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, Msae; 2005 97