ANALISIS PERBEDAAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH ANTARA PEMERINTAH DAERAH YANG DIPIMPIN OLEH PENGUSAHA DAN NON-PENGUSAHA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pada perubahan di segala aspek. Mulai dari sistem pemerintahan, peraturan

ANALISIS KINERJA KEPALA DAERAH BERLATAR BELAKANG PENGUSAHA: WUJUD REFORMASI SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK),

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta)

ANALISIS BELANJA MODAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan peundang-undangan. Hal tersebut

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN BELANJA MODAL TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data kuantitatif, yaitu Data Laporan Realisasi Anggaran APBD pemerintah

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT PERIODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menguji hipotesis (hypothesis testing) yang telah dirumuskan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dan komparatif. Dalam penelitian ini langkah pertama yang akan

PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL SKRIPSI

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Indonesia. Teknik sampling pada penelitian ini adalah menggunakan purposive

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL PADA

: Niken Kurniawati NPM :

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH (Studi Kasus Pada Kota Di Jawa Barat)

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Halim Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.

Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Jumlah Penduduk terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur

BAB III METODE PENELITIAN. di Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan data laporan keuangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ZELFIA YULIANA SUTAMI ( ) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi. Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK

PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPKAD) KOTA SEMARANG TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian asosiatif, yaitu jenis

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DALAM ERA OTONOMI DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR GOOD GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS PELAYANAN BAGI WAJIB PAJAK (STUDI KASUS DI KPP PRATAMA JAKARTA PENJARINGAN) Oleh

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang diterjemahkan sebagai kesejahteraan hidup. Secara ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan Kota/Kabupaten

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK. Kata kunci: mahasiswa akuntansi, mahasiswi akuntansi, profesi akuntan

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah adalah kuantitatif. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

Membangun WIRAUSAHA BIROKRASI Meningkatkan DAYA SAING DAERAH

M. Rasuli Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah

Kata Kunci: Total Quality Management, Sistem Pengukuran Kinerja, Budaya Organisasi dan Kinerja Manajerial

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewenangan daerah dalam menjalankan pemerintahannya pada masa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis (hypothesis testing)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

BAB III METODE PENELITIAN. dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP

Analisis Kinerja Pelayanan Publik (Studi kasusu Pada SKPD Kabupaten Sukoharjo) Evi Prismawati B

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi. Oleh: *) Irmanelly **)Dosen Tetap STIE Muhaammadiyah Jambi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. adalah seluruh pemerintah daerah (LKPD) yang laporan keuangannya tahun 2012-

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. tertinggi, standar deviasi, varian, modus, dan sebagainya.

BAB III METODE PENELITIAN


BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH DAN INVESTASI TERHADAP KESENJANGAN PENDAPATAN DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

ANALISIS PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH

Powered by TCPDF (

BAB I PENDAHULUAN. Melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang telah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diteliti adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tamansari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH DAERAH

PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ANTARA DAERAH INDUK DAN DAERAH OTONOM BARU SETELAH PEMEKARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. kepada pemerintah pusat. Penulis melakukan pengambilan data

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Pajak Daerah, Retribusi

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, DANA ALOKASI UMUM, PENDAPATAN ASLI DAERAH, SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN, DAN LUAS WILAYAH TERHADAP BELANJA MODAL

BAB III METODE KAJIAN

Dwi Susilo, Kartono Muhammad (Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pekalongan) Abstract

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA BAGI HASIL (DBH), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI (PDRB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Analisis Descriptive Statistics. N Minimum Maximum Mean LDR 45 40,22 108,42 75, ,76969

PENGARUH BELANJA LANGSUNG DAN BELANJA TIDAK LANGSUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada Jurusan Akuntansi

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel. Sampling Jenuh, yaitu teknik Sampling yang semua anggota populasi

BAB III METODE PENELITIAN. dipilih karena sektor tersebut rawan terhadap kasus financial distress. Selain

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. 34 provinsi, tentu memiliki peluang dan hambatannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Kinerja Keuangan terhadap Alokasi Belanja Modal

Dewi et al., Pengaruh Pengetahuan Tentang Akuntansi Sumber Daya Manusia dan Top Management...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

Transkripsi:

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH ANTARA PEMERINTAH DAERAH YANG DIPIMPIN OLEH PENGUSAHA DAN NON-PENGUSAHA ( Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera ) Nila Gemala 1, Herawati 2, Novia Rahmawati 2 1 Mahasiswi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta 2 Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta Email: nilagemala08@gmail.com Abstract The presence of local government leaders who come from all walks of life have an impact on local government for various regions headed by regional heads who have different backgrounds and different ways to manage the region. The purpose of this study is to demonstrate empirically a significant difference in the performance of local government in PAD growth, PDRB growth, poverty, and the Human Development Index, led by entrepreneurs and non-entrepreneurs. The study sample consisted of 110 local governments in Sumatra, 27 led by local government headed by entrepreneurs and 83 led by local government headed by nonentrepreneurs. Data were analyzed using SPSS. The results showed that: (a) There is no significant difference in the performance of local government in PAD growth among local governments are led by entrepreneurs and non-entrepreneurs. (b) There is no significant difference in the performance of local government in PDRB growth between the local government led by entrepreneurs and nonentrepreneurs. (c) There is a significant difference in the performance of local government in poverty levels between local government led by entrepreneurs and non-entrepreneurs. (d) There is a significant difference in the performance of local governments on the Human Development Index among the local government, led by entrepreneurs and nonentrepreneurs. Keywords: Performance of Local Government, Entrepreneur, Non-Entrepreneur 1. PENDAHULUAN Hadirnya pemimpin baru pada perpolitikan nasional berasal dari berbagai kalangan memberi dampak pada pemerintahan daerah karena berbagai daerah memiliki kepala daerah yang mempunyai latar belakang berbeda dan cara yang berbeda dalam mengelola daerahnya. Young Global Leaders berhipotesis bahwa kalangan entrepreneur (pengusaha atau profesional bisnis) akan banyak memasuki dunia politik di Indonesia. Hipotesis tersebut terjawab dengan masuknya kalangan entrepreneur yang memasuki dunia politik baik menjabat di pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah. Dengan demikian, kepemimpinan kepala daerah di negeri ini bertransformasi dari military-politicians- 1

activist oriented menjadi entrepreneur oriented (Abdullah, 2012). Pemerintah daerah yang berlatar belakang pengusaha tentunya dapat meningkatkan perekonomian daerah yang mereka pimpin karena pengalaman wirausahanya. Di Sumatera ada Amran Nur yang menjadi Walikota Sawahlunto yang mampu menurunkan angka kemiskinan di Kota Sawahlunto dari 17,18% pada tahun 2005 menjadi 12,42% pada tahun 2009 dan pada tahun 2012 angka kemiskinan turun semakin tajam dari data BPS menjadi 2,17%. Amran Nur juga berpikir kreatif untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan cara meningkatkan motivasi masyarakatnya dalam mengembangkan usaha dan mengembangkan objek-objek wisata (www.tempo.co). Karakteristik pemerintah daerah sebagai pure non profit organization mempunyai keunikan yang sangat berbeda dengan perusahaan bisnis. Pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab besar di bidang ekonomi dan sosial secara bersama. Pengukuran kinerja pemerintah daerah harus mempertimbangkan indikator-indikator ekonomi dan sosial secara komprehensif. Pengukuran kinerja pemerintah daerah (Pemda) harus mencakup pengukuran kinerja keuangan dan non-keuangan (Mahsun, 2006). 2 Di negara-negara maju praktik mewirausahakan birokrasi telah diterapkan. Konsep reformasi pada sektor pemerintahan yang sering menjadi inspirasi di berbagai negara yaitu New Public Management (NPM) yang dicetuskan oleh Inggris dan Reinventing Government (RG) yang dicetuskan oleh Amerika Serikat dan telah dipratikkan pada masa pemerintahan Bill Clinton (Abdullah, 2012). Di lapangan ternyata tidak semua pengusaha dapat meningkatkan perekonomian daerah. Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta S. Pane mengatakan, angka korupsi yang dilakukan oleh penjabat daerah cukup tinggi. Kasus korupsi oleh kepala daerah sebagian besar dilakukan oleh kepala daerah yang latar belakangnya adalah pengusaha dan pekerja swasta. Mereka memperlakukan keuangan daerah seperti keuangan perusahaannya sendiri dan menabrak aturan-aturan pemerintah yang ada, seperti beberapa kasus korupsi karena melanggar Keputusan Presiden No. 20 Tahun 2003 tentang pengadaan barang dan jasa (www.junas.com). Penelitian-penelitian sebelumnya seperti Mahmudi (2010 a), Permana (2009), Maharani (2010), Tohopi, dkk (2012). Pada penelitian sebelumnya menyatakan terdapat perbedaan kinerja pemerintah daerah yang dipimpin

pengusaha dan non-pengusaha dari segi kinerja pemerintah daerah yang diukur dengan pertumbuhan PAD, pertumbuhan PDRB, tingkat kemiskinan, dan Indeks Pembangunan Manusia kecuali dengan penelitian Maharani (2010) dimana tingkat kemiskinan tidak terbukti mempunyai perbedaan dalam kinerja pemerintah daerah yang berlatar belakang wirausaha dan bukan wirausaha. Karena penelitianpenelitian sebelumnya belum pernah meneliti tentang perbedaan kinerja pemerintah daerah yang dipimpin oleh pengusaha dan non-pengusaha di Sumatera, oleh sebab itu maka peneliti ingin menguji perbedaan kinerja pemerintahan daerah antara pemerintah daerah yang dipimpin oleh kepala daerah yang berlatar belakang pengusaha dan non-pengusaha dengan tahun pengamatan, yaitu tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Dari uraian di atas maka peneliti mengambil judul Analisis Perbedaan Kinerja Pemerintah Daerah antara Pemerintah yang Dipimpin oleh Pengusaha dan Non-Pengusaha (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera ). Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada 3 pertumbuhan PAD, pertumbuhan PDRB, tingkat kemiskinan, dan Indeks Pembangunan Manusia yang dipimpin oleh pengusaha dan non-pengusaha? Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris bahwa: Terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada pertumbuhan PAD, pertumbuhan PDRB, tingkat kemiskinan, dan Indeks Pembangunan Manusia yang dipimpin oleh pengusaha dan non-pengusaha. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak antara lain: (1) Peneliti, hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peneliti tentang kinerja pemerintah daerah, baik yang dipimpin oleh pengusaha maupun non-pengusaha. (2) Akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan pengetahuan mengenai kinerja pemerintah daerah yang dipimpin pengusaha dan nonpengusaha, serta dapat dijadikan referensi dalam penelitian selanjutnya. (3) Pemerintah daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pertimbangan untuk meningkatkan kinerja pemerintah daerah yang lebih baik.

2. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Kinerja Pemerintah Daerah Kinerja pemerintah daerah merupakan prestasi aksi (action performance) yang diraih pemerintah daerah, dan prestasi hasil (achivement performance) yang dicapai pemerintah daerah dalam menangani kegiatankegiatan di bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan (Muhammad, 2007). Pada saat diadakannya otonomi daerah kinerja pemerintah diukur dengan bagaimana pemerintah daerah mengoptimalkan pengelolaan sumber daya daerah adalah memiliki sistem pengendalian keuangan daerah yang efektif dan efisien (Mahmudi, 2010 b). 2.2.1 Reinventing Government Pemikiran Osborne dan Gaebler (1992) tentang Reinventing Government dalam Bastian (2011), dimana perspektif baru pemerintahan terdiri dari: (1) Pemerintahan katalis, (2) Pemerintah milik masyarakat, (3) Pemerintah yang kompetitif, (4) Pemerintah yang digerakan oleh misi, (5) Pemerintah yang berorientasi pada hasil, (6) Pemerintah yang berorientasi pada pelanggan, (7) Pemerintah wirausaha, (8) Pemerintah antisipatif, (9) Pemerintah desentralisasi, (10) Pemerintah berorientasi pada (mekanisme) pasar. 2.2.2 Upper Echelons Theory Upper echelons theory diperkenalkan oleh Hambrick dan Mason (1984), dalam pandangan upper echelons theory yang menggunakan karakteristik individu di antaranya meliputi; umur, pengalaman kerja, pendidikan, gender, latar belakang sosial-ekonomi, kelompok heterogenitas mengaitkan karakteristik tersebut dengan kinerja organisasi (Hambrick dan Mason, 1984). Menurut upper echelons theory, karakteristik latar belakang manajerial menjelaskan pilihan strategi, dan konsekuensinya, berpengaruh terhadap kinerja. 2.2.3 Kepala Daerah yang Berlatar Belakang Pengusaha Kepala daerah yang berlatar belakang pengusaha adalah kepala daerah yang memiliki pengalaman atau pekerjaan sebagai pengusaha, pemilik bisnis, atau memimpin perusahaan swasta atau sektor bisnis (Mahmudi, 2010 a). Seorang pengusaha atau wirausahawan (entrepreneur) adalah seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi berbagai peluang penting dan menggabungkan sumber daya sumber daya (Zimmerer et al., 2008). Entrepreneur adalah seseorang yang memutuskan untuk memulai suatu 4

bisnis, memperluas sebuah perusahaan, serta merupakan manajer dan penyandang resiko (Saiman, 2011). 2.2.4 Kepala Daerah yang Berlatar Belakang Non-Pengusaha Kepala daerah yang berlatar belakang non-pengusaha adalah kepala daerah yang tidak memiliki pengalaman bekerja di sektor bisnis atau swasta, tetapi berpengalaman pada organisasi pemerintahan atau organisasi sektor publik, seperti militer dan penjabat pemerintah (birokrat) (Mahmudi, 2010 a). Mereka memiliki keuntungan besar dalam keahlian politisi. Oleh karena itu mereka memiliki pengaruh politik yang besar dan kekuasaan dalam mempersiapkan kebijakan (Van Mierlo, 1996). Pengalaman kepala daerah yang berlatar belakang nonpengusaha dalam organisasi pemerintahan mengakibatkan mereka mengetahui bagaimana memimpin pemerintah daerah atau sebuah organisasi birokrasi. 2.3 Pengembangan Hipotesis 2.3.1 Perbedaan Kinerja Pemerintah Daerah antara Pemerintah Daerah yang Dipimpin oleh Pengusaha dan Non-Pengusaha Pemerintah yang dipimpin pengusaha dan non-pengusaha tentu berbeda dari segi gaya kepemimpinan mereka dalam mengelola daerahnya. 5 Mereka memiliki karakter yang berbeda dan pengalaman kerja yang berbeda sebelum mereka menjabat menjadi kepala daerah. Perilaku birokrat atau non pengusaha cenderung formal dan objektif pada aturan, mereka memiliki pengaruh politik yang besar dan kekuasaan dalam mempersiapkan kebijakan (Van Mierlo, 1996), sedangkan pengusaha memiliki karakter yang fleksibel, yang mampu beradaptasi dengan perubahan (Zimmerer et al., 2008). Pada penelitian Mahmudi (2010 a) dan Permana (2009), hasil penelitian mereka menyatakan kinerja antara pemerintah daerah yang dipimpin oleh pengusaha dan non-pengusaha signifikan berbeda dilihat dari pertumbuhan PAD, pertumbuhan PDRB, tingkat kemiskinan, dan Indeks Pembangunan Manusia. Maharani (2010) hasil penelitiannya mengatakan kepala daerah yang berlatar belakang wirausaha memiliki kinerja yang lebih tinggi daripada kepala daerah yang berlatar belakang bukan wirausaha yang diukur dengan pertumbuhan PAD, pertumbuhan PDRB, dan Indeks Pembangunan Manusia, sedangkan pada tingkat kemiskinan tidak terbukti mempunyai perbedaan dalam kinerja pemerintah daerah yang berlatar belakang wirausaha. Pada Penelitian Tohopi, dkk (2012) yang meneliti tentang penerapan pemerintah wirausaha di Badan Keuangan

Daerah provinsi Gorontalo. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa penerapan prinsip pemerintah wirausaha yang dilakukan Badan Keuangan Daerah mampu meningkatkan PAD provinsi Gorontalo, sehingga kinerja pemerintah daerah lebih baik dalam meningkatkan PAD. Dari uraian yang telah dijabarkan maka penulis menurunkan hipotesis yaitu: H 1a : Terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah antara pemerintah daerah yang dipimpin oleh pengusaha dan non-pengusaha. H 1b : Terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto antara pemerintah daerah yang dipimpin oleh pengusaha dan non-pengusaha. H 1c : Terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada tingkat kemiskinan antara pemerintah daerah yang dipimpin oleh pengusaha dan non-pengusaha. H 1d : Terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada Indeks Pembangunan Manusia antara pemerintah daerah yang dipimpin oleh pengusaha dan non-pengusaha. 3. METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah pemerintah daerah kabupaten/kota di Sumatera yang terdiri dari 151 kabupaten/kota. Teknik pengambilan sampel adalah Purposive Sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel dengan kriteria tertentu. Kriteria sampel penelitian ini adalah kabupaten/kota di Sumatera yang melakukan publikasi data yang lengkap dari data PAD dan data PDRB dari tahun 2009-2012 yang merupakan data untuk mencari pertumbuhan PAD dan pertumbuhan PDRB tahun 2010-2012, serta data kemiskinan, Indeks Pembangunan Manusia, dan biografi/riwayat hidup kepala daerah dalam periode pengamatan yaitu tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. 3.2 Metode Pengumpulan Data Data pada penelitian ini merupakan data sekunder yang di ambil dari data Badan Pusat Statistik (BPS) untuk pertumbuhan PDRB, tingkat kemiskinan, dan Indeks Pembangunan Manusia. Untuk data pertumbuhan PAD terdapat pada Laporan Realisasi APBD melalui situs Departemen Keuangan Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Data latar belakang pemimpin pemerintah daerah diambil dari riwayat hidup kepala 6

daerah yang diekplorasi dari website pemerintah daerah, surat kabar, dan informasi terkait lainnya. 3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran variabel 1. Kinerja Pemerintah Daerah Kinerja pemerintah daerah adalah sebagai prestasi aksi (action performance) yang diraih pemerintah daerah, dan prestasi hasil (achivement performance) yang dicapai pemerintah daerah dalam menangani kegiatan-kegiatan di dibidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan (Muhammad, 2007). Kinerja pemerintah daerah dalam penelitian ini diukur dari: 1. Pendapatan Asli Daerah Untuk melihat pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah dapat menggunakan formulasi sebagai berikut: Pertumbuhan PAD = Dimana: PAD t : Pendapatan Asli Daerah tahun bersangkutan PAD (t-1) : Pendapatan Asli Daerah tahun sebelumnya 2. Produk Domestik Regional Bruto Untuk data pertumbuhan PDRB digunakan adalah data PDRB pada harga konstan. Pertumbuhan PDRB dapat diformulasikan sebagai berikut: Pertumbuhan PDRB = PDRB t : Pendapatan Asli Daerah tahun bersangkutan PDRB (t-1) : Pendapatan Asli Daerah tahun sebelumnya 3. Tingkat Kemiskinan Kemiskinan umumnya dilukiskan sebagai rendahnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Indikator kemiskinan diukur menggunakan Headcount Index (BPS, 2013). 4. Indeks Pembangunan Manusia IPM dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan beberapa komponen yaitu angka harapan hidup yang, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah mengukur capaian pembangunan di bidang pendidikan, dan rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak (BPS, 2013). 2. Pemerintah Daerah yang Dipimpin oleh Pengusaha Pemerintah daerah yang dipimpin oleh pengusaha merupakan kepala daerah yang mempunyai latar belakang pengusaha yaitu kepala daerah yang memiliki pengalaman atau pekerjaan sebagai pengusaha, pemilik bisnis, atau memimpin perusahaan swasta atau sektor bisnis sebelum dia menjadi kepala daerah (Mahmudi, 2010 a). Dimana: 7

3. Pemerintah Daerah yang Dipimpin oleh Non-Pengusaha Pemerintah daerah yang dipimpin oleh non-pengusaha merupakan kepala daerah yang mempunyai latar belakang non-pengusaha yaitu kepala daerah yang tidak memiliki pengalaman bekerja di sektor bisnis atau swasta, tetapi berpengalaman dalam organisasi pemerintahan atau organisasi sektor publik, seperti militer dan penjabat pemerintah (birokrat) (Mahmudi, 2010 a). 3.5 Metode Analisa Data Penelitian ini merupakan penelitian komparatif. Analisis yang akan dilakukan penelitian ini menggunakan program SPSS dalam pengujian statistik. 1. Uji Normalitas Uji Normalitas untuk mengetahui distribusi data suatu penelitian, salah satu alat digunakan adalah menggunakan uji Klomogrov Smirnov. Data residual dikatakan normal apabila nilai Asymp.sig (2-tailed) lebih besar dari α = 0,05. Jika nilai Asymp.sig (2-tailed) lebih kecil dari α = 0,05 maka data residual tidak terdistribusi normal. 2. Pengujian Hipotesis Uji Beda Untuk dapat mengetahui perbedaan kinerja pemerintah daerah yang dipimpin pengusaha dan non pengusaha, maka digunakan uji beda (comparative test). Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik statistik yang berupa uji beda dua rata-rata (independent sample t-test). Uji beda t-test di lakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar error dari perbedaan rata-rata dua sampel (Ghozali, 2011). Dapat dirumuskan sebagai berikut: t = Dengan kriteria pengambilan keputusan: Jika probabilitas > 0,05, maka variance sama dan jika probabilitas < 0,05, maka variance berbeda. Penggunaan uji tersebut dilakukan untuk data yang telah terdistribusi normal dan memiliki variance data yang tidak berpasangan. Pengujian dapat berubah dengan mengunakan uji beda tidak berpasangan dengan model statistic non parametic jika variabel penelitian tidak terdistribusi normal yaitu menggunakan uji Kruskal-Wallis. Dengan kriteria pengujian: a. Jika sig < α keputusannya Ho ditolak dan Ha diterima kesimpulannya adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel yang diuji. b. Jika sig > α keputusannya Ho diterima dan Ha ditolak kesimpulannya adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel yang diuji. 8

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Data pada penelitian ini merupakan data sekunder yang di ambil dari data Badan Pusat Statistik (BPS) untuk pertumbuhan PDRB, tingkat kemiskinan, dan Indeks Pembangunan Manusia. Untuk data pertumbuhan PAD terdapat pada Laporan Realisasi APBD melalui situs Departemen Keuangan Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Data latar belakang pemimpin pemerintah daerah diambil dari riwayat hidup kepala daerah yang diekplorasi atau dipublikasikan dari website pemerintah daerah, surat kabar, dan informasi terkait lainnya. Secara umum berdasarkan proses tahapan atau proses pencarian informasi dan data dapat diklasifikasikan pemerintah daerah yang digunakan di dalam penelitian ini terlihat pada tabel 4.1 di bawah ini: Tabel 4.1 Deskriptif Proses Pengambilan Sampel Keterangan Jumlah Percent Pemerintah daerah yang ada di Sumatera 151 100 Pemerintah daerah yang tidak memenuhi kriteria Pemerintah daerah yang memenuhi kriteria pengambilan sampel 41 27,15 110 72,85 Pada tabel terlihat bahwa total pemerintah daerah di Sumatera berjumlah 151 kabupaten/kota, setelah diamati dan dilakukan penyeleksian berdasarkan kriteria pengambilan sampel, maka pemerintah daerah kabupaten/kota yang tidak memenuhi kriteria berjumlah 41 kabupaten/kota atau 27,15% dari jumlah pemerintah daerah di Sumatera. Pemerintah daerah kabupaten/kota yang akan diikutsertakan dalam tahap pengolahan data berjumlah 110 kabupaten/kota atau 72,85% dari jumlah pemerintah daerah kabupaten/kota di Sumatera. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki kepala daerah yang berlatar belakang pengusaha 27 kabupaten/kota dan yang memiliki kepala daerah yang berlatar belakang non-pengusaha 83 kabupaten/kota. 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan statistik deskriptif dari variabel penelitian yang digunakan dalam peneltian pada tabel 4.2 di bawah ini: Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Keterangan Minimum Maksimum Rata- Latar Belakang Kepala Daerah Pertumbuhan PAD Pertumbuhan PDRB Rata Std Deviasi 1,00 2,00 1,7545 0,43101-0,61 64,00 0,4030 3,52850-0,48 0,46 0,0601 0,05306 Kemiskinan 2,17 28,19 12,4669 5,51274 IPM 66,97 79,16 73,2346 2,73140 Sumber: Hasil olah SPSS (2014) 4.3 Pengujian Normalitas Berdasarkan hasil pengujian normalitas yang telah dilakukan diperoleh 9

ringkasan hasil pengujian seperti yang terlihat pada tabel 4.3 di bawah ini: Tabel 4.3 Hasil Pengujian Normalitas Data Keterangan Asymp sig (2-tailed) Alpha Kesimpulan Latar Belakang 0,000 0,05 Tidak Normal Pertumbuhan PAD 0,182 0,05 Normal Pertumbuhan PDRB 0,000 0,05 Tidak Normal Kemiskinan 0,069 0,05 Normal IPM 0,136 0,05 Normal Sumber: Hasil olah SPSS (2014) Pada tabel terlihat data latar belakang dan pertumbuhan PDRB memiliki nilai asymp sig (2-tailed) di bawah 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel-variabel tersebut belum berdistribusi normal. Untuk data kemiskinan dan Indeks Pembangunan Manusia memiliki nilai asymp sig (2tailed) di atas 0,05 dan membuktikan data kemiskinan dan Indeks Pembangunan Manusia terlah terdistribusi secara normal, sedangkan data pertumbuhan PAD ditransformasikan ke bentuk LN dan memiliki nilai asymp sig (2tailed) di atas 0,05 dan terdistribusi normal. Pada tabel 4.3 terlihat bahwa masih ada data yang belum terdistribusi normal, walaupun demikian tahapan analisis comparative tetap dapat dilakukan dengan menggunakan uji non parametic. Model pengujian statistic non parametic yang digunakan adalah Kruskal Wallis test. 4.4 Pengujian Hipotesis Untuk membuktikan hipotesis, maka dilakukan pengujian statistic non parametic yaitu Kruskal Wallis test. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh ringkasan hasil terlihat pada tabel 4.4 di bawah ini: Tabel 4.4 Hasil Pengujian Hipotesis Keterangan Kategori N Mean Sig Alpha Kesimpulan Pertumbuhan Pengusaha 81 176,76 PAD Tidak ada Non- 249 161,84 0,221 0,05 perbedaan Pengusaha Pertumbuhan Pengusaha 81 164,46 PDRB Tidak ada Non- 249 165,84 0,910 0,05 perbedaan Pengusaha Kemiskinan Pengusaha 81 183,78 Ada Non- 249 159,55 0,047 0,05 perbedaan Pengusaha IPM Pengusaha 81 146,66 Ada Non- 249 171,63 0,041 0.05 perbedaan Pengusaha Sumber: Hasil olah SPSS (2014) 4.4.1 Analisis Perbedaan Kinerja Pemerintah Daerah yang Dipimpin oleh Pengusaha dan Non-Pengusaha Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1a terlihat rata-rata nilai pertumbuhan PAD pada pemerintah daerah yang dipimpin pengusaha 176,76 sedikit lebih tinggi dibandingkan pemerintah daerah yang dipimpin oleh non-pengusaha yaitu dengan nilai rata-rata 161,84. Hasil yang diperoleh memiliki nilai signifikan sebesar 0,221. Tahapan pengolahan data dilakukan dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa nilai signifikannya besar dari alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak 10

terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada pertumbuhan PAD antara pemerintah daerah yang dipimpin pengusaha dan non-pengusaha. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Mahmudi (2010 a), Pemana (2009) dan Maharani (2010). Setiap pemerintah daerah menganggarkan dan merealisasikan PAD dan bertanggung jawab terhadap APBD kepada DPRD. Sehingga pemerintah daerah yang dipimpin oleh yang berlatang belakang pengusaha maupun non-pengusaha bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintah daerah yang diatur oleh undang-undang. Pada hasil pengujian hipotesis 1b pengolahan data yang telah dilakukan terlihat rata-rata nilai pertumbuhan PDRB pada pemerintah daerah yang dipimpin pengusaha 164,46 sedikit lebih rendah dibandingkan pemerintah daerah yang dipimpin oleh non-pengusaha yaitu dengan nilai rata-rata 165,84. Hasil yang diperoleh memiliki nilai signifikan sebesar 0,910. Tahapan pengolahan data dilakukan dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa nilai signifikannya besar dari alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada 11 pertumbuhan PDRB antara pemerintah daerah yang dipimpin pengusaha dan nonpengusaha. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Mahmudi (2010 a), Pemana (2009), dan Maharani (2010). PDRB merupakan cara mengukur pertumbuhan ekonomi, dimana sejak dimulainya otonomi daerah pemerintah daerah dituntut untuk dapat mengelola potensi daerah yang dimiliki oleh daerah yang mereka pimpin. Sehingga baik pemerintah yang dipimpin oleh pengusaha atau non-pengusaha sama-sama memiliki tujuan yang sama dalam meningkatkan kinerjanya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya. Hasil pengujian hipotesis 1c terlihat rata-rata nilai tingkat kemiskinan pada pemerintah daerah yang dipimpin pengusaha 183,78 lebih tinggi dibandingkan pemerintah daerah yang dipimpin oleh non-pengusaha yaitu dengan nilai rata-rata 159,55. Hasil yang diperoleh memiliki nilai signifikan sebesar 0,047. Tahapan pengolahan data dilakukan dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa nilai signifikannya kecil dari alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada tingkat

kemiskinan antara pemerintah daerah yang dipimpin pengusaha dan non-pengusaha. Pemerintah daerah memiliki tingkat kemiskinan yang berbeda dan cara yang berbeda dalam menuntaskan kemiskinan. Hasil menunjukkan kemiskinan lebih tinggi pada daerah yang dipimpin oleh pengusaha mungkin disebabkan aturan yang kurang mereka pahami sehingga pada saat mereka menjabat sebagai kepala daerah mereka masih terbiasa dengan organisasi yang bersifat profit yang mengakibatkan mereka kurang memperhatikan masyarakatnya, sedangkan non-pengusaha yang telah terbiasa dengan permasalahan masyarakat dan masalah kemiskinan karena pengalaman kerja mereka dari lingkup organisasi yang melayani masyarakat dan berinteraksi dengan masyarakat sehingga mereka setidaknya tahu bagaimana memecahkan masalah kemiskinan dan penanggulangannya. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Mahmudi (2010 a) dan Pemana (2009), dan tidak sejalan dengan penelitian Maharani (2010) hasil yang diperoleh dari penelitiannya menunjukan bahwa tingkat kemiskinan tidak terbukti mempunyai perbedaan dalam kinerja pemerintah daerah yang berlatar belakang wirausaha. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1d yang telah dilakukan terlihat rata-rata nilai Indeks Pembangunan 12 Manusia pada pemerintah daerah yang dipimpin pengusaha 146,66 lebih rendah dibandingkan pemerintah daerah yang dipimpin oleh non-pengusaha yaitu dengan nilai rata-rata 171,63. Hasil yang diperoleh memiliki nilai signifikan sebesar 0,041. Tahapan pengolahan data dilakukan dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa nilai signifikannya kecil dari alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada Indeks Pembangunan Manusia antara pemerintah daerah yang dipimpin pengusaha dan nonpengusaha. Indeks Pembangunan Manusia merupakan indeks yang mengukur kesejahteraan masyarakat yang diukur dari angka harapan hidup, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besar pengeluaran per kapita. Masing-masing daerah memiliki sumber daya dan fasilitas kesehatan, pendidikan, serta kemampuan daya beli masyarakat yang berbeda dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Hasil menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia pemerintah daerah yang dipimpin non-pengusaha lebih tinggi karena kepala daerah non-pengusaha telah mengetahui

tentang keadaan daerah yang mereka pimpin dan telah mengetahui bagaimana menjalankan sebuah organisasi non-profit dan berbasis pada tingkat kepercayaan masyarakat pada pemerintah, sehingga mereka terbiasa dalam melayani masyarakat tanpa tujuan mendapatkan laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Mahmudi (2010 a), Pemana (2009) dan Maharani (2010). Dari hasil penelitian ini dan dari hasil-hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bukan jaminan bahwa pemerintah yang dipimpin oleh pengusaha memiliki kinerja yang baik, begitu juga pada pemerintah daerah yang dipimpin oleh non-pengusaha belum tentu juga memiliki kinerja yang lebih baik, untuk itu perlu eksplorasi lebih dalam dan penelitian lebih lanjut. 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis hipotesis dengan menggunakan SPSS maka dari hasil analisis hipotesis penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Tidak terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada pertumbuhan PAD dan Pertumbuhan PDRB antara pemerintah daerah yang dipimpin oleh pengusaha dan non-pengusaha. (2) Terdapat perbedaan signifikan kinerja pemerintah daerah pada tingkat kemiskinan dan Indeks Pembanguan Manusia antara pemerintah daerah yang dipimpin oleh pengusaha dan non-pengusaha. 5.2 Keterbatasan Keterbatasan-keterbatasan yang mugkin mempengaruhi hasil penelitian ini antara lain: 1. Penelitian ini hanya mengambil sampel pemerintah daerah kabupaten/kota di Sumatera sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian. 2. Penelitian ini hanya meneliti untuk 3 tahun yaitu tahun 2010 sampai dengan 2012 sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian. 3. Penelitian ini hanya menilai kinerja pemerintah daerah diukur dengan pertumbuhan PAD, pertumbuhan PDRB, tingkat kemiskinan, Indeks Pembangunan Manusia. 5.3 Saran Berdasarkan hasil penetian dan keterbatasan maka peneliti memberi saran: 1. Untuk pemerintah daerah diharapkan tidak hanya meningkatkan kinerja keuangan saja tetapi diharapkan dapat juga meningkatkan kinerja nonkeuangan seperti, kinerja dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2. Untuk penelitian selanjutnya, tidak hanya mengelompokkan latar 13

belakang pengusaha dan nonpengusaha, tetapi dapat juga dikategorikan berdasarkan gender dan latar belakang pendidikan pemimpin pemerintah daerah. 3. Untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan jumlah sampel dan periode penelitian. 4. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabelvariabel pengukuran kinerja pemerintah daerah lainnya, seperti pengangguran, belanja daerah, rasio kemandirian, dan kinerja lainnya yang mengakomodasi tugas dan fungsi pemerintah daerah. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, W. (2012). Entrepreneurial Birokrasi Pemerintahan. http://www.iyaa.com/berita/nasion al/sorot/2134406_3146.html. 17 September 2012 (00:35). Badan Pusat Statistik. (2012). Produk Domestik Regional Bruto Provinsi- Provinsi di Indonesia Menurut Lapangan Usaha 2008-2012. Jakarta: BPS Badan Pusat Statistik. (2013). Data Stategis BPS. Jakarta: BPS. Bastian, I. (2011). Akuntansi Sektor Publik:Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi 5. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hambrick, D., dan P.Mason. (1984). Upper Echelons: The Organization as A Reflection of Its Top Managers. Academy of Management Review 9 (2): 193-106. http://id.wikipedia.org/wiki/kepala_daerah Maharani. (2010). Analisis Pengaruh Birokrasi Wirausaha terhadap Kinerja Daerah. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Mahmudi. (2010 a). The Analysis of Entrepreneurial Leader on Local Government Performance. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto.. (2010 b). Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta: Erlangga. Mahsun. (2006). Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta Muhammad, F. (2007). Signifikansi Peran Manajemen Kewirausahaan terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Kasus Provinsi Gorontalo. Ringkasan Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Pemana, A. (2009). Analisis Perbedaan Kinerja Kepala Daerah Berlatar Belakang Wirausaha dan Non Wirausaha. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Saiman, L. (2011). Kewirausahaan Teori, Praktik, dan Kasus-Kasus. Jakarta: Salemba Empat. 14

Tohopi, R., Sangkala, Baharuddin. (2012). Kepemerintahan Berjiwa Wirausaha (Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Gorontalo). Skripsi. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo. Van Mierlo, J.G.A. (1996). Public Entrepreneurship As Innovative Management Strategy In Public Sector A public Choice-Approach. Paper Originally Presented at the 65th Annual Conference of Southern Economic Assosiacion fairmount Hotel, New Orleans, Louisiana, United States of America November 18-20, 1995. www.bps.go.id www.djpk.depkeu.go.id www.junas.com. Kepala Daerah berlatar Pengusaha Sering Lakukan Korupsi. 18 Agustus 2011 (16:38). www.tempo.co. Amran, Pengusaha Jakarta Jadi Walikota Sawahlunto. 11 Desember 2012 (15:57). www.tempo.co. Sawahlunto, dari Kota Hantu Jadi Kota Nyaman. 11 Desember 2012 (16:29). Zimmerer, T.W., Scarborough, N.M., & Wilson, D. (2008). Essentials of Entrepreneurship ang Small Business Management. Edisi 5. New Jersey: Pearson Education, Inc. 15