BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Fungsi dan Bentuk Fungsi daripada furnitur dan aksesoris yang dibuat adalah untuk membantu setiap tamu untuk melakukan aktifitas meditasi, sehingga furnitur berupa sarana duduk haruslah sangat kuat dan stabil, begitu pula dengan material busa dan kain yang digunakan harus nyaman untuk digunakan para tamu yang ingin bermeditasi. Meditasi pada umumnya dilakukan antara 30 menit hingga 45 menit, material dan konstruksi harus disesuaikan dengan aktifitas meditasi. Berdasarkan studi bentuk furnitur hotel amanjiwo, didapatkan 2 bentuk geometris yang banyak digunakan adalah bujursangkar dan bentuk lingkaran, yang keduanya merupakan elemen dari motif mandala besar. Berdasarkan studi untuk bentuk bujursangkar memiliki karakter tegas, kuat, serius dan memiliki ujung berupa siku yang berkesan tajam serius. Sementara bentuk bulat memiliki kesan relax, bentuk dasar stupa, tidak memiliki sudut siku dan berpusat, maka bentuk yang dipakai pada furnitur dan aksesoris adalah bentuk bulat dan terinspirasi dari konsep candi Borobudur, Budha dan filosofinya. Bentuk sarana duduk meditasi mengambil esensi dari posisi meditasi teratai penuh yang merupakan ajaran dari Sidharta Gautama, yang kemudian di gabungkan dengan inspirasi dari pola mandala besar yang merupakan motif bujursangkar yang terdapat pada stupa candi Borobudur. 4.2 Sistem Operasional Sistem operasional furnitur dan aksesoris merupakan loose furnitur yang diletakkan secara permanen di dalam ruang kamar tidur, merupakan furnitur dengan fungsi untuk melakukan aktivitas meditasi, dengan duduk di atas sarana duduk kemudian memilih cara meditasi yang terbaik, menggunakan lilin, musik audio, bunga maupun aroma terapi. Setelah semuanya siap, maka duduk dengan posisi bersila teratai penuh dan mulai bermeditasi. 85
4.3 Finishing dan Warna Finishing dan warna yang terdapat pada hotel amanjiwo, terutama kamar tidur, kebanyakan furniture dan aksesoris memakai finishing melamic natural dan furniture yang ada kebanyakan memiliki warna coklat, adapun beberapa finishing pada material yang menggunakan batu alam, yaitu batu paras pada bagian foyer menggunakan finishing invisible water repellent. Berdasarkan finishing dan studi warna yang terdapat pada hotel amanjiwo terutama kamar tidur, maka finishing yang digunakan untuk furnitur dan aksesoris yang dibuat menggunakan finishing PU (Polyurethane) glossy natural untuk memberikan lapisan film yang kuat, tahan gores, halus dan mengkilap Finishing batu candi yang digunakan adalah invisible water repellent (penetrating finish) yaitu coating yang tidak membuat lapisan film di atas permukaan batu, dan bersifat menolak air. 4.4 Material dan Konstruksi Material dan konstruksi yang terdapat pada hotel amanjiwo, terutama kamar tidur, menggunakan material kayu sungkai, kayu jati, kayu kelapa dan rotan. Berdasarkan studi tentang material yang terdapat pada kamar tidur hotel amanjiwo, maka material yang digunakan adalah plywood yang dilapisi dengan veener kayu jati yang dikombinasikan dengan kayu sonokeling dan batu candi sebagai aksen untuk menciptakan ambience natural Yogyakarta dan candi Borobudur. Sementara untuk pemilihan kain pada busa high redensity yang digunakan adalah kain chenille warna putih, dan kain katun batik lereng. Material plywood yang dilapis dengan veener kayu jati, kayu sonokeling, busa high redensity dan kain chenille dipilih untuk memberikan kenyamanan bagi para tamu yang melakukan aktifitas meditasi, dengan juga memperhatikan nilai estetis dari furnitur dan aksesoris. Konstruksi yang digunakan pada sarana duduk ialah sambungan kayu dan plywood, dengan cara di join, lem dan di sekrup, beberapa bagian disambung dengan pelat besi yang tertutup dengan veener kayu jati, kemudian memberikan 86
dasar multipleks pada bagian bawah busa yang kemudian diperkuat dengan rangka kayu yang juga merupakan bagian dari elemen desain, untuk memastikan keamanan bagi setiap pemakai dan keindahan dari desain sarana duduk. Konstruksi yang digunakan pada side table ialah berupa sambungan kayu sonokeling dengan batu candi, memberi coak pada kayu kemudian dimasukan aksen berupa batu candi, kemudian pada bagian kaki menggunakan konstruksi berupa join dengan plywood yang kemudian di lem dan disekrup, pada beberapa bagian menggunakan pelat besi untuk memastikan kekuatan dari side table yang kemudian di tutup dengan menggunakan lapisan veener kayu jati. Konstruksi yang digunakan pada aksesoris lainnya adalah menggunakan konstruksi berupa di join dan di lem pada beberapa bagian plywood yang kemudian di lapis dengan menggunakan veener. Konstruksi dan material yang digunakan di atas memiliki kelemahan, yaitu bahaya korosi pada setiap sekrup dan pelat besi yang digunakan, pada adapun beberapa solusi untuk penyelesaiannya adalah dengan melakukan coating black oxide pada setiap material logam yang digunakan agar material logam tahan terhadap karat dan korosi yang diakibatkan cuaca sekitar hotel amanjiwo yang dingin dan lembab. Berdasarkan studi yoga lamp, rata-rata menggunakan lampu bohlam halogen 40W hingga 60W untuk memanaskan minyak aroma terapi, namun dikarenakan cuaca yang dingin pada hotel amanjiwo, maka pembuatan yoga lamp yang di desain memakai lampu merkuri 100W untuk memanaskan minyak aroma terapi yang terdapat di bagian atas lampu. o Kayu jati 87
Gambar 4.1. Kayu jati o Kayu sonokeling Gambar 4.2. Kayu sonokeling o Batu Candi Gambar 4.3. Batu candi o Local content motif batik Motif yang ada di bantalan furnitur kursi yang dibuat menggunakan motif batik Jogjakarta, motif yang digunakan adalah motif batik Lereng yang mengacu pada baris diagonal pola di antara motif parang. Pola motif lereng hanya berupa deretan garis diagonal sempit penuh dengan seluruh kesatuan pola kecil. Motif batik lereng melambangkan kesuburan, harapan untuk kemakmuran, tekad, untuk memiliki keberanian untuk melaksanakan yang penting bagi bangsa dan rakyatnya. 88
Gambar 4.4. Motif Batik Lereng 4.5 Ergonomi dan Antropometri Gambar 4.5. Antropometri dan ergonometri kursi (Sumber: Human Dimension) 89
Gambar 4.6. Posisi teratai penuh Posisi vajra / teratai penuh: duduk bersila dengan kedua betis bersilang, telapak kaki mengahadap ke atas dan ditempatkan di atas paha kaki sisi lainnya. Gambar 4.7. Posisi setengah teratai Posisi setengah teratai: telapak kaki kiri berada di atas lantai di bawah betis kanan dan telapak kaki kanan berada di atas paha kiri. 90
Dikarenakan tidak adanya data yang valid mengenai ergonomi dan antropometri untuk sarana duduk meditasi, maka dilakukan survey ergonomi dengan metode kuantitatif dan melakukan pendataan mengenai sarana duduk meditasi yang pernah dibuat oleh para desainer furnitur. Berdasarkan survey kuantitatif, maka di dapatkan dimensi pada saat duduk bersila adalah berupa lebar kaki bersila 75 cm dan lebar 70 cm, sementara untuk tinggi sarana duduk berdasarkan metode ini, adalah rata-rata 20-35cm, dikarenakan ketidak nyamanan setiap orang yang melakukan duduk bersila di atas media seperti sofa / kursi yang memiliki tinggi rata-rata 40-50 cm, sementara untuk tinggi minimal 20 cm, juga akan membuat design kurang terekspose dengan baik dikarenakan lebar yang diperlukan berkisar 75-85cm, sehingga menjadi sangat datar, oleh karena itu, diputuskan dimensi sebagai berikut: Sarana duduk Meditasi 87.1 87.1 30.5 Side table 41 41 45 Yoga lamp 20 20 20 Tray 30 20 5 Candle holder 11.6 11.6 8 Vas bunga 12.2 12.2 25.3 Tabel 4.1 Dimensi fasilitas meditasi 91