BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus)

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental

BAB I PENDAHULUAN. berbagai media massa (Rochmayani, 2008). Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control

Kata kunci : Plumbum, malondyaldehide, Integritas membran spermatozoa, Myrmecodia pendans

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. intervensi), Kelompok II sebagai kontrol positif (diinduksi STZ+NA),

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA dan HIPOTESIS. 1.1 Tinjauan Umum Tentang Sarang Semut (Myrmecodia pendens Merr &

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.)

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Variasi produk dan harga rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinduksi aloksan, dengan perlakuan pemberian ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Neuron Pyramidal CA1 Hippocampus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemulihan (Menteri Kesehatan RI,

BAB I PENDAHULUAN. sehat. Hiperkolesterolemia dapat terjadi akibat konsumsi makanan tinggi lemak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh hasil bahwa nilai F=96,7, sementara itu nilai F tabel = 3,68, maka nilai

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 8 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya dengan 80% dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara konsumen rokok terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan terhadap superoxide yang diubah menjadi hydrogen peroxide. Superoxide

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan,

BAB 5 PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan dilakukan pada masing-masing variabel meliputi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Namun tanpa disadari radikal

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahaya dari logam berat tersebut ditunjukan oleh sifat fisik dan kimia.

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2011) telah mengeluarkan suatu. program yang disebut MPOWER, program tersebut meliputi pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Radikal bebas merupakan molekul yang terbentuk akibat kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

BAB 1 PENDAHULUAN. Plumbum (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat. Logam berat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

I. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

DAFTAR ISI x. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PERSETUJUAN. ii. HALAMAN PERNYATAAN... iii. RIWAYAT HIDUP... iv. KATA PENGANTAR... v. ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. isolasi dari Streptomycespeucetius var. caesius. Doksorubisin telah digunakan

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN

Majalah Kedokteran Andalas, Vol.33. No.2. Juli Desember

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

EFEK PEMBERIAN VITAMIN E TERHADAP PENURUNAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) HATI MENCIT STRAIN JEPANG AKIBAT PAPARAN MINYAK GORENG BERULANG

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB V HASIL PENELITIAN. Study preliminary / uji pendahuluan dan proses penelitian ini telah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS. absolut (DM tipe 1) atau secara relatif (DM tipe 2).

Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) Volume 2, Nomor 2, Oktober 2014

ABSTRAK. Yuvina Ria Octriane, 2014, Pembimbing I : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes. Pembimbing II : Sylvia Soeng, dr., M.Kes.,PA(K).

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat otot-otot skelet yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah

EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata (L.)) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KREATININ SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

I. PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir, pola komunikasi di Indonesia mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan stres oksidatif. Kebutuhan untuk terlihat

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan nyamuk. Dampak dari kondisi tersebut adalah tingginya prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre Test dan Post Test yang Diinduksi Asap Rokok dan Diberi Ekstrak Kulit Jeruk (Citrus Sinensis) Penelitian dimulai dengan mengukur berat badan pada masingmasing objek penelitian. Pengukuran pertama dilakukan pada tanggal 24 September 2016 untuk memenuhi kriteria inklusi. Pengukuran kedua dilakukan pada tanggal 27 September 2016 untuk menentukan dosis ekstrak kulit jeruk manis yang akan diberikan pada objek penelitian. Pengukuran ketiga dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2016 untuk melihat berat badan akhir setelah penelitian. Rerata berat badan tikus putih dianalisa menggunakan analisa deskriptif. Hasil analisa data dapat dilihat lebih jelas pada tabel 3. Tabel 3. Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus Novergicus) Pre Test dan Post Test yang Diinduksi Asap Rokok dan Diberi Ekstrak Kulit Jeruk (Citrus Sinensis) Kelompok Rerata BB (gram) ± SD Kenaikan BB Pre test Post test (gram) P1 187,4 ± 5,45 204,2 ± 5,89 16,8 P2 186,2 ± 8,46 183 ± 8,15-3,2 P3 187,8 ± 5,80 193 ± 5,24 5,2 P4 180,6 ± 6,02 190 ± 5,14 9,4 P5 179,6 ± 6,80 193,8 ± 6,37 14,2 34

35 Data dilaporkan dalam bentuk rerata ± SD (standar deviasi) Tabel 3 menunjukan bahwa kenaikan rata-rata berat badan tertinggi yaitu pada kelompok kontrol negatif (tidak diberikan perlakuan) sebesar 16,8 gram. Kelompok kontrol positif (diberi induksi asap rokok tanpa pemberian ekstraksi kulit jeruk) mengalami penurunan rata-rata berat badan sebesar 3,2 gram. Kelompok dosis 1 (pemberian ekstrak kulit jeruk 37,5 mg/kgbb dan induksi asap rokok), 2 (pemberian ekstrak kulit jeruk 75 mg/kgbb dan induksi asap rokok), dan 3 pemberian ekstrak kulit jeruk 112,5 mg/kgbb dan induksi asap rokok) rata-rata berat badan tertinggi yaitu pada kelompok dosis 3 yang mengalami kenaikan sebesar 14,2 gram. Perbedaan berat badan tikus putih (rattus novergicus) pre test dan post test perlakuan dapat dilihat lebih jelas pada grafik di bawah ini. 210 205 200 195 190 185 180 175 170 165 Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus 187.4 204.2 186.2 183 187.8 193 190 180.6 179.6 P1 P2 P3 P4 P5 pre test post test 193.8 Gambar 8. Grafik perbedaan rerata Berat Badan Tikus pre test dan post test

36 2. Perbedaan Rerata MDA Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre Test dan Post Test yang Diinduksi Asap Rokok dan Diberi Ekstrak Kulit Jeruk (Citrus sinensis) Pemeriksaan pre test dan post test perlakuan kadar MDA tikus putih (Rattus novergicus menggunakan metode TBARs. Hasilnya ditetapkan sebagai data pre test dan post test, selanjutnya karena data berjumlah <50 maka diuji persebarannya menggunakan uji normalitas Saphiro-Wilk. Hasil analisa data tidak terdistribusi normal sehingga untuk mengetahui kebermaknaan perbedaan kadar MDA pre test dan post test menggunakan uji analisa statistik Wilcoxon. Hasil uji analisa statistik perbedaan kadar MDA pre test dan post test dapat dilihat paa tabel 2. Tabel 4. Perbedaan Rerata MDA Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre Test dan Post Test yang Diinduksi Asap Rokok dan Diberi Ekstrak Kulit Jeruk (Citrus sinensis) Kelompok Rerata MDA(nmol/mL) ± SD Nilai p Pre test Post test (Wilcoxon test) P1 1,08 ± 0,08 1,17 ± 0,13 0,043 P2 1,18 ± 0,19 8,90 ± 0,33 0,042 P3 1,21 ± 0,12 7,37 ± 0,26 0,043 P4 1,16 ± 0,16 4,30± 0,29 0,043 P5 1,44 ± 0,18 2,40 ± 0,13 0,043 Data dilaporkan dalam bentuk rerata ± SD (standar deviasi). Sebaran data diuji dengan Saphiro-Wilk: p < 0,05:data tidak terdistribusi normal. Uji Wilcoxon setelah transormasi data tidak berhasil: p < 0,05: berbeda bermakna.

37 Tabel 4 menunjukkan perbedaan bermakna kadar MDA pada tikus putih (Rattus novergicus) pre test dan post test perlakuan (p< 0,05). Kenaikan terjadi pada semua kelompok dengan kenaikan tertinggi yaitu pada kelompok P2 (diberi induksi asap rokok tanpa pemberian ekstrak kulit jeruk). Perbedaan kadar MDA pre test dan post test dapat dilihat lebih jelas pada grafik di bawah ini. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Perbandingan kadar MDA pre test dan post test 8.9 7.37 1.08 1.17 1.18 1.21 1.16 4.3 1.44 P1 P2 P3 P4 P5 pre test post test 2.4 Gambar 9. Grafik Perbandingan Kadar MDA Tikus Putih pre test dan post test 3. Perbedaan Selisih Peningkatan Rerata Kadar MDA Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre Test dan Post Test yang Diinduksi Asap Rokok dan Diberi Ekstrak Kulit Jeruk (Citrus sinensis) Data pre test dan post test rerata kadar MDA darah tikus putih (rattus novergicus) yang didapat, kemudian dihitung besar selisih untuk masing-masing kelompok. Hasil perhitungan selisih kadar MDA darah tikus putih (Rattus novergicus) pre test dan post test adalah sebagai berikut.

38 Tabel 5. Selisih Peningkatan Rerata Kadar MDA Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre Test dan Post Test yang Diinduksi Asap Rokok dan Diberi Ekstrak Kulit Jeruk (Citrus sinensis) kelompok Rerata peningkatan MDA Nilai p (Kruskal-Wallis) (nmol/ml) ± SD P1 0,09±0,08 0,000 P2 7,71±0,42 0,000 P3 6,16±0,20 0,000 P4 3,14±0,17 0,000 P5 0,96±0,24 0,000 Kruskal-Wallis Test: p < 0,05: berbeda bermakna Tabel 5 menunjukkan selisih peningkatan kadar MDA pre test dan post test. Kelompok yang mengalami peningkatan kadar mda tertinggi yaitu pada kelompok P2 yang diberi induksi asap rokok tanpa ekstrak kulit jeruk manis. Kelompok P3 (ekstrak kulit jeruk manis dengan dosis 37,5 mg/kgbb) mengalami peningkatan rata-rata kadar MDA tertinggi diantara semua kelompok perlakuan dengan nilai 6,16 nmol/ml, sedangkan kelompok P5 (dosis ekstrak kulit jeruk 112,5mg/kgBB) mengalami peningkatan rata-rata kadar MDA paling rendah diantara semua kelompok perlakuan dengan nilai 0,96 nmol/ml. Perbedaan bermakna terdapat pada semua kelompok percobaan dengan nilai p = 0,000 (p<0,05). 4. Hasil Uji Perbandingan Kadar MDA Antar Kelompok Data tidak teristribusi normal sehingga untuk menguji antar kelompok perlakuan pada post test menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil dari uji tersebut dapat dilihat pada tabel 6.

39 Tabel 6. Hasil Uji Perbandingan Antar Kelompok Kelompok Nilai p P1 P2 0,009 P3 0,009 P4 0,009 P5 0,009 P2 P3 0,009 P4 0,009 P5 0,009 P3 P4 0,009 P5 0,009 P4 P5 0,009 Mann Whitney Test: p < 0,05: berbeda bermakna Tabel 6 menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang bermakna pada setiap kelompok p = 0,009 (p<0,05). B. PEMBAHASAN Analisa data pada tabel 4 menunjukkan perbedaan bermakna pada kelima kelompok (p<0,05). Tabel 4 menunjukkan pada kelompok P2 mengalami kenaikan rerata kadar MDA tertinggi bila dibandingkan dengan kelompok lainnya, yaitu 7,71 nmol/ml. Peningkatan kadar MDA pada P2 menunjukkan bahwa paparan asap rokok dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif yang memicu terjadinya peroksidasi lipid dan akan meningkatkan produksi MDA di dalam tubuh ( Permatasari et al, 2013). Penelitian oleh Kumar et al., (2015) membuktikan bahwa pada plasma perokok terdapat konsentrasi MDA yang lebih tinggi dibanding dengan yang bukan perokok, penelitian ini dilakukan kepada 100 subjek dengan 50 subjek sehat dan 50 lainnya merupakan perokok kronik atau berat dan didapatkan hasil yang signifikan dengan nilai p=0,0001 (p<0,05). Penelitian lainnya oleh Zhou et al., (2015) juga membuktikan adanya kenaikan kadar MDA secara signifikan

40 p<0,05 pada kelompok tikus yang diberi paparan asap rokok sebanyak 40 batang rokok perhari. Tabel 5 menunjukkan bahwa perbandingan hasil rerata kadar MDA terbaik berada pada kelompok P5 dengan penurunan kadar MDA 0,96 nmol/ml, yang mendekati kelompok normal atau kelompok negatif (P1) 0,09 nmol/ml bila dibandingkan dengan kelompok dosis lainnya (P3 dan P4). Hasil ini sejalan dengan penelitian Jain dan Somani (2014) yang meneliti tentang efek hesperidin (salah satu flavonoid/antioksidan yang terdapat pada jeruk) yang diberikan pada dosis tertinggi di penelitiannya memiliki kadar MDA sebesar 4,12 nmol/mg dan mendekati kelompok kontrol dengan kadar MDA sebesar 3,82 nmol/mg pada tikus yang diinduksi dengan streptozotocin (STZ) dan diet tinggi lemak nefropati diabetik. Pada kelompok normal memiliki kadar MDA yang lebih rendah dibanding kelompok perlakuan hal ini dapat terjadi dikarenakan kadar MDA yang terbentuk sangat bergantung pada jumlah stres oksidatif dan hanya mampu dinetralisasi oleh antioksidan sedangkan pada kondisi normal kadar MDA dapat terbentuk pada kadar yang rendah. Saat keadaan normal, peroksidasi lipid di dalam tubuh masih dapat diatasi oleh antioksidan alami (antioksidan endogen) yaitu katalase, superokside dismutase (SOD) dan glutation peroksidase (Latifa, 2015). Pada tabel 6 menunjukkan bahwa hasil rerata kadar MDA pada pemberian ekstrak kulit jeruk kelompok P3, P4 dan P5 mengalamai penurunan secara signifikan bila dibandingkan dengan kelompok P2 dengan p=0,009

41 (p<0,05). Penurunan kadar MDA ini (bila dibanding kelompok P2) menunjukkan bahwa di dalam ekstrak kulit jeruk terkandung senyawa fenolik utama yaitu asam hydroxycinnamic (HCA) dan flavonoid yang berperan sebagai antioksidan (Park et al., 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Ciftci, et al., (2016) membuktikan bahwa pemberian ekstrak kulit jeruk dapat menurunkan kadar MDA p=0,001 (p<0,05) di jantung dan jaringan hati. Data ini juga sesuai dengan penelitian (Mostafa et al, 2015) yang melaporkan bahwa ekstrak kulit jeruk menunjukkan efek hepatoprotektif yang ampuh karena dapat mencegah kerusakan oksidatif pada tikus yang diinduksi dengan parasetamol. Menurut penelitian Hegazy dan Ibrahim (2012), kulit jeruk mengandung potensi antioksidatif radikal yang baik, selain itu menurut Park et al., (2014) kulit jeruk mengandung konsentrasi antioksidan yang tinggi bila dibandingkan dengan daging buahnya. Menurut Halliwel dan Gutteridge (1999) dalam Widowati (2005), mekanisme kerja antioksidan flavonoid meliputi : 1. Menekan pembentukan radikal bebas atau ROS dengan cara menghambat enzim, pengkelatan ion logam (metal ion chelating) yang terlibat produksi radikal bebas. 2. Meredam radikal bebas ( free radicals scavengers) Peroksidasi lipid dapat dicegah pada tahap inisiasi dengan radical scavengers, sementara reaksi pro-pagasi dapat dicegah dengan peroxyradical scavenger diantaranya dengan antioksidan flavonoid (Shahidi, 1999 dalam Widowati, 2005) :

42 LOO* + FL-OH (flavonoid) LOOH+ O* Terminasi radikal lipid (L*), radikal lipid peroksil (LOO*), radikal alkoksil (LO*) yang terbentuk melalui reinisiasi dari peroksidasi lipid, dapat dilakukan oleh antioksidan fenolik. LOO* /L/LO*+ A OH LOOH/LH/LOH + AO* A-OH : fenol (α-tokoferol, flavonoid) AO* : radikal fenoksi. Mekanisme kerja flavonoid sebagai antioksidan juga dibahas oleh Maher et al., (2006) dalam Kurniawati dan Lestari (2016) yaitu menekan pembentukan ROS (Reactive Oxygen Species) dengan menghambat enzim dalam pembentukan ROS dan meningkatkan regulasi serta proteksi dari antioksidan. Flavonoid juga dapat melindungi membran lipid dari kerusakan oksidatif, sehingga peroksidasi lipid dapat dihambat dan peningkatan kadar Malondialdehid (MDA) dapat dicegah. Menurut Pantsulaia et al., (2014), dosis yang dapat menyebabkan toksisitas yaitu 150 mg/kgbb sedangkan dosis potensial adalah 75 mg/kgbb. Pada penelitian ini menggunakan dosis terendah 37,5 mg/kgbb, dosis tengah 75 mg/kgbb dan dosis tertinggi 112,5 mg/kgbb. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa semakin tinggi dosis terapi maka semakin dekat hasil kadar MDA dengan kelompok normal atau kelompok negatif (P1) dan dosis tertinggi pada penelitian ini belum termasuk dosis toksis.