RELIGIUS, MAJU, SEJAHTERA TERWUJUDNYA KABUPATEN (REMAJA) VISI KABUPATEN MAJALENGKA MAJALENGKA YANG. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 1

dokumen-dokumen yang mirip
4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

PENDUDUK, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DENGAN JUMLAH TENAGA KERJA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2010

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.

Draft Laporan Akhir. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paningkiran GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten

BAB IV GAMBARAN UMUM

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Majalengka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai. Serat (g) Kedelai Protein (g) Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009)

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH MENURUT JENISNYA TAHUN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH Anggaran. Realisasi JENIS PENDAPATAN ( Rp.

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB VII P E N U T U P

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

VISI PAPUA TAHUN

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN

JADWAL PENGAMBILAN FOTO DAN SIDIK JARI PNS TAHAP II DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

3. Kondisi Ekonomi Makro Daerah

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

PROFIL PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia,

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

PENGARUH KEMISKINAN, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN BELANJA TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA CIREBON (PROVINSI JABAR) TAHUN

Daftar Tabel. Halaman

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya adalah usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam pelaksanaannya perencanaan pembangunan memerlukan ketersediaan data yang lengkap, akurat dan tepat waktu. Untuk mengevaluasi kondisi makro sosial dan ekonomi capaian pembangunan di Kabupaten Majalengka selama lima tahun (2006-2010), maka dipandang perlu untuk menampilkan kajian/analisis indikator makro Kabupaten Majalengka Tahun 2006-2010. 1.3. Sumber Data Sumber data yang digunakan adalah data-data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka, dari berbagai kegiatan Survei dan Sensus seperti Survei Sosial Ekonomi Nasional, Survei Angkatan Kerja Nasional, Sensus Penduduk dan pengolahan berbagai data sekunder. Variabel yang dapat digunakan untuk 1.2. Tujuan Tujuan penyusunan buku ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perkembangan indikator makro Kabupaten Majalengka dalam kurun waktu 2006-2010, baik di bidang sosial maupun ekonomi. Buku ini juga secara deskriptif menganalisis secara sederhana mengenai faktorfaktor yang berpengaruh terhadap perkembangan indikator makro tersebut supaya menjadi kajian lebih lanjut dalam perencanaan pembangunan di Kabupaten Majalengka. VISI KABUPATEN MAJALENGKA TERWUJUDNYA KABUPATEN MAJALENGKA YANG RELIGIUS, MAJU, SEJAHTERA (REMAJA) Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 1

2 PROFIL DAERAH 2.1. Letak Geografis Secara geografis Kabupaten Majalengka terletak di sebelah timur kawasan Provinsi Jawa Barat dan lebih sering dikelompokkan dalam kawasan Ciayumajakuning (Cirebon (Kab/Kota), Indramayu, Majalengka dan Kuningan). Walaupun menurut perbatasannya Kabupaten Majalengka juga berbatasan dengan wilayah Ciamis, Tasikmalaya dan Sumedang. - Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Indramayu; - Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Kuningan; - Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya; - Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang. 28.70 Persentase Wilayah Kabupaten Majalengka menurut Topografi 31.27 40.03 LUAS WILAYAH : 1.204,24 KM 2 Dataran tinggi (>500m) m.dpl) Perbukitan (50- (50-500m) m.dpl) Dataran Dataran rendah rendah (19-50m.dpl) (19-50m) 2.2. Administrasi dan Kependudukan Secara administratif Kabupaten Majalengka terdiri atas 26 kecamatan, 323 desa, dan 13 kelurahan. Sebanyak 3 kecamatan dan 5 desa baru merupakan hasil pemekaran pada tahun 2008 dan 2011. Jumlah penduduk Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 (hasil Sensus Penduduk) berjumlah 1.166.473 jiwa dengan komposisi laki-laki 582.892 jiwa dan perempuan 583.581 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 2000-2010 sebesar 0,40 persen. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 2

3 PROFIL DAERAH 2.3. Ekonomi dan Kebudayaan Luas Lahan Sawah menurut Klasifikasi Di Kabupaten Majalengka Tahun 2010 (Ha) Sektor pertanian merupakan lapangan usaha utama di Kabupaten Majalengka, hal tersebut ditunjang dengan lahan sawah yang masih cukup luas yaitu sekitar 43 % dari seluruh wilayah Kabupaten Majalengka. Sektor 17,982 Irigasi Teknis industri juga menjadi salah satu sumber mata tertentu, khususnya industri genteng, bata merah, dan anyaman. Untuk meningkatkan laju 7,901 Irigasi Non PU pencaharian utama bagi penduduk di wilayah 5,534 Irigasi Sdrhana PU 7,970 Irigasi 1/2 teknis perekonomian, maka Pemerintah Kabupaten Majalengka baru untuk mengundang menggali potensi komoditas 0 pertanian dan pembangunan di sektor industri yang dapat menyerap 12,512 Tadah hujan investor-investor lapangan 10,000 20,000 kerja. Rencana Pembangunan Bandara Internasional merupakan contoh seni dan budaya asli dari Jawa Barat (BIJB) di Kecamatan Kertajati dan Kabupaten Majalengka yang harus terus Jalan dilestarikan sebagai identitas budaya lokal. tol (Cisumdawu) Cileunyi Sumedang diharapkan akan Dawuan memicu Keragaman budaya pertumbuhan ekonomi secara signifikan di Majalengka Kabupaten Majalengka. kebudayaan dari Dilihat dari sisi budaya, akar budaya di Kabupaten kebudayaan Majalengka Sunda Priangan. merupakan Selain juga dipengaruhi berbatasan Indramayu dan oleh daerah Pantura untuk wilayah kecamatan yang Kabupaten di sebelah dengan Cirebon. utara Kabupaten Hal tersebut umumnya budaya sunda yang berlaku di Jawa semakin Barat, Kabupaten Majalengka juga memiliki kebudayaan di Kabupaten Majalengka. memperkaya khasanah seni budaya Sampyong dan Gembyung yang Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 3

4 INDIKATOR MAKRO PERKEMBANGAN INDIKATOR MAKRO KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2006-2010 No Indikator Tahun 1 Indeks Pembangunan Manusia 68,41 68,94 69,40 69,94 70,25 2 Indeks Pendidikan 78,1 78,10 78,10 78,53 78,59 3 Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 6,70 6,70 6,70 6,83 6,84 4 Angka Melek Huruf (%) 94,81 94,81 94,81 95,03 95,09 5 Indeks Kesehatan 67,17 67,62 68,03 68,48 68,92 6 Angka Harapan Hidup (tahun) 65,3 65,57 65,82 66,09 66,35 7 Indeks Daya Beli 59,97 59,27 62,08 62,81 63,24 8 Daya Beli Masyarakat (Rp 000) 559,49 556,45 568,61 571,79 573,65 9 Pertumbuhan Ekonomi (%) 4,18 4,87 4,57 4,73 4,59 10 Kemiskinan (%) 21,7 19,77 18,79 17,12 15,52 11 12 Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa 000) Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 255,9 234,4 225,7 207,2 181,1 12,49 7,46 7,98 6,74 5,82 13 Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 0,84 0,76 0,80 0,80 0,40 14 PDRB per kapita (Rp 000) 5.522 6.214 7.078 7.668 8.619 Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 4

5 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2 1.6 1.2 0.8 0.4 PERKEMBANGAN IPM DAN REDUKSI SHORTFALL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2006-2010 68.41 1.35 1.69 68.95 69.42 1.52 1.72 69.94 70.25 1.04 72.00 70.00 68.00 IPM RF 0 66.00 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator makro yang digunakan sebagai analisis untuk keterbandingan wilayah dan antar-waktu. Melalui analisis IPM dapat diketahui posisi pembangunan manusia suatu daerah dalam konteks hidup sehat dan berumur panjang, berpengetahuan luas dan mempunyai kemampuan secara ekonomi. Selain analisis melalui indeksnya, perkembangan kecepatan perubahan IPM terhadap angka idealnya dihitung dengan menggunakan Reduksi Shortfall (RF). Semakin besar reduksi shortfall akan menunjukkan kontraksi IPM daerah tersebut semakin membaik. IPM Kabupaten Majalengka selama tahun 2006-2010 menunjukkan trend yang semakin meningkat. Dalam kurun waktu lima tahun terjadi peningkatan sebanyak 1,84 persen poin, atau rata-rata 0,37 persen poin setiap tahun. Angka tersebut memang belum menggembirakan karena peningkatannya relatif kecil dan masih jauh dari IPM yang ideal sehingga masih diperlukan akselerasi program program untuk meningkatkan IPM secara signifikan. Melihat angka reduksi shortfallnya peningkatan tertinggi terjadi dalam kurun waktu 2008-2009 yaitu mencapai 1,72 poin, dan terendah justru terjadi pada kurun waktu 2009-2010 yaitu hanya 1,04 poin saja. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 5

5 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PERKEMBANGAN KOMPONEN IPM DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2006-2010 Indikator Komponen Tahun Angka Maksimum Angka Harapan Hidup/AHH (tahun) 65,3 65,57 65,82 66,09 66,35 85 Rata-Rata Lama Sekolah /RLS (tahun) 6,7 6,7 6,7 6,83 6,84 15 Angka Melek Huruf/AMH (persen) 94,81 94,81 94,81 95,03 95,09 100 Daya Beli Penduduk /PPP (Rp 000) 559,49 564,49 568,81 571,79 573,65 732.720 Paradigma pembangunan manusia memandang pembangunan bukan tujuan, tetapi sebagai sarana (means) memperluas peluang melalui peningkatan kapasitas dasar dan daya beli penduduk. IPM sebagai alat ukur untuk melihat kinerja pembangunan manusia di suatu wilayah, yang dalam bahasa pemerintahan berarti menilai kinerja dan peran birokrasi dalam pencapaian menuju hidup layak. Peningkatan indeks pembangunan manusia, pada dasarnya merupakan proses jangka panjang (long term). Namun dengan mengkaji indikator-indikator tunggal sebagai substansi dari indeks komposit pembangunan manusia, maka intervensi bisa dilakukan untuk mendapatkan hasil dalam jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Menggunakan data hasil survey dan data sekunder bisa dikaji fokus kegiatan atau program dalam rangka akselerasi peningkatan IPM. Secara substansial penguatan daya beli (PPP) menjadi basis dalam peningkatan IPM secara keseluruhan, dengan meningkatnya daya beli diharapkan akses terhadap fasilitas dasar kesehatan dan fasilitas pendidikan dasar akan bisa dilakuakan secara parsial, karena dipengaruhi juga oleh faktorfaktor eksternal yang berkaitan dengan gejolak pasar (harga) dan stabilitas ekonomi bahkan politik. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 6

5 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PERKEMBANGAN ANGKA INDEKS KOMPONEN IPM KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2006-2010 Jenis Indeks Tahun (Poin) Kesehatan 67,17 67,62 68,03 68,48 68,92 Pendidikan 78,10 78,10 78,10 78,53 78,59 Angka Melek Huruf 94,81 94,81 94,81 95,03 95,09 Rata-Rata Lama Sekolah 44,67 44,67 44,67 45,53 45,60 Daya Beli 59,97 61,13 62,12 62,81 63,24 IPM 68,41 68,95 69,42 69,94 70,25 Membandingkan angka indeks masingmasing komponen pada tahun terakhir, maka komponen yang mempunyai indeks tertinggi adalah Angka Melek Huruf yaitu 95,09 poin, sedangkan yang paling rendah merupakan komponen kedua dari indeks pendidikan yaitu Rata-Rata Lama Sekolah yang hanya mencapai 45,60 poin saja. Perubahan selama 5 tahun 2006-2010 tertinggi dicapai oleh indeks Daya Beli yang mencapai 3,27 poin disusul Indeks Kesehatan 1,75 oin dan Indeks Pendidikan merupakan yang terendah yaitu hanya 0.50 poin saja. Hal tersebut hendaknya menjadi fokus utama dalam strategi akselerasi peningkatan IPM ke depan. SELISIH PERUBAHAN INDEKS KOMPONEN IPM KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2006 2010 IPM Indeks Daya Beli Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks RLS Indeks AMH 0.50 0.28 0.93 1.84 1.75 3.27 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 7

6 ANGKA HARAPAN HIDUP Tujuan utama pembangunan manusia dalam aspek kesehatan adalah PERKEMBANGAN AHH DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2006-2010 untuk meningkatkan derajat kesehatan manusia, sehingga dapat hidup sehat dan berumur 66.5 panjang. Pengukuran taraf kesehatan tersebut 66 adalah dengan menghitung angka harapan hidup saat lahir (e0). Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan rata- 65.5 rata perkiraan banyaknya tahun yang akan 65 ditempuh oleh seseorang selama hidup. AHH dalam penghitungan IPM 65.3 65.57 65.82 66.09 66.35 64.5 dihitung dengan menggunakan metode tidak 2006 2007 2008 2009 2010 langsung yaitu banyaknya anak lahir hidup dan banyaknya anak masih hidup. Secara langsung dapat ditelaah bahwa derajat Pada tahun 2006-2010 secara umum kesehatan ibu saat hamil dan menyusui dan peningkatan gizi balita menjadi faktor utama AHH penduduk Kabupaten Majalengka dalam meningkat dari 65,3 tahun pada tahun 2005 program peningkatan indeks terus menjadi 66,35 tahun pada tahun 2010. kesehatan. yang Berarti dalam 5 tahun terjadi peningkatan menunjangnya adalah jumlah tenaga medis AHH sebanyak 1,05 tahun. Peningkatan tersebut seperti bidan dan dokter untuk meningkatkan relatif kecil dan masih sangat jauh dari kondisi pelayanan ideal 85 tahun. Sementara pada variabel ibu saat lain hamil, ibu Hal melahirkan, dan pasca melahirkan, serta sarana dan prasarana kesehatan yang peningkatan tersebut menunjukkan bahwa, derajat kesehatan masyarakat memadai dan mudah diakses oleh masyarakat khususnya ibu dan anak masih belum berjalan dari seluruh pelosok. secara optimal dalam implementasinya.. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 8

7 ANGKA HARAPAN HIDUP PERSENTASE BALITA MENURUT JENIS PENOLONG PERSALINAN TERAKHIR DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2006-2010 Jenis Penolong Persalinan Tahun (%) Tenaga Medis 71,89 61,87 80,4 79,23 83,17 Bukan Tenaga Medis 28,11 38,13 19,6 20,77 16,83 J u m l a h 100 100 100 100 100 Penolong Persalinan merupakan faktor yang berpengaruh langsung terhadap angka kematian bayi dan ibu. Tenaga medis seperti dokter dan bidan sebagai tenaga profesional merupakan unsur utama dalam proses persalinan seorang bayi, sehingga diharapkan seluruh proses kelahiran ditangani oleh tenaga medis untuk semakin mengeliminir angka kematian bayi dan ibu. Pada tahun 2010 persentase penolong kelahiran oleh tenaga medis, yaitu dokter dan bidan sudah menunjukkan kenaikkan yang cukup signifikan dibandingkan tahun tahun sebelumnya. Hal tersebut menunjukkan pembangunan di bidang kesehatan, khususnya kesadaran pentingnya pelayanan kesehatan oleh tenaga medis dan partisipasi aktif masyarakat untuk melahirkan dengan tenaga medis yang semakin tinggi. Akses masyarakat terhadap bidan desa yang semakin mudah akan mengurangi angka kematian bayi sekaligus juga meningkatkan angka harapan hidup. Prosesi penolong kelahiran oleh tenaga non medis yaitu dukun bayi angkanya masih cukup tinggi yaitu sekitar 17 persen. Berbagai hal tentunya harus dikaji mengapa masyarakat masih menggunakan dukun tradisional (paraji) saat bidan sudah ditugaskan ke desa-desa (bidan desa). Apakah faktor lokasi ataupun faktor biaya yang tidak murah sehingga masyarakat masih menggunakan jasa paraji untuk persalinannya. Hal tersebut penting untuk diketahui mengingat resiko yang cukup tinggi saat melahirkan ditangani oleh bukan tenaga medis. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 9

8 ANGKA MELEK HURUF Salah satu kualitas penduduk dicerminkan dengan kemampuan untuk mengakses pengetahuan untuk dapat memperluas cakrawala ilmu dan wawasan berfikir. Modal dasar tersebut menunjukkan peluang untuk hidup mandiri dan bersaing secara kompetitif dalam dunia kerja yang semakin terbuka. Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa komponen pendidikan menjadi salah satu unsur dari penyusunan Indeks Pembangunan Manusia. Indeks Pendidikan diukur dengan dua hal yaitu Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata- Rata Lama Sekolah (RLS). Kedua komponen tersebut kemudian digabungkan untuk menghitung indeks pendidikan. Angka Melek Huruf mempunyai bobot 2/3, sedangkan Rata- Rata Lama Sekolah mempunyai bobot 1/3. Angka Melek Huruf menunjukkan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang sudah bisa membaca dan menulis huruf latin. AMH Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 menunjukkan angka 95,09 yang berarti sekitar 95,09 persen penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Majalengka sudah bisa membaca dan menulis huruf latin, dan sisanya sebesar 4,91 % masih buta huruf. Perkembangan AMH di Kabupaten Majalengka 95.3 95.0 (%) 94.8 94.5 PERKEMBANGAN AMH KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2006-2010 94,81 94,81 94,81 95,03 95,09 Tahun perubahan yang cukup berarti karena hanya mengalami kenaikkan 0,27 poin. Pada periode 2006-2008 perkembangan AMH berjalan stagnan tidak mengalami perubahan pada angka 94,81% walaupun pada 2008-2009 AMH mengalami kenaikkan yang lebih baik dari sebelumnya dengan peningkatan sampai 0,22 poin. Apabila ditelaah lebih jauh menurut golongan umur yang buta huruf, maka penumpukkan terjadi pada kelompok umur tua. Hal tersebut memang cukup menyulitkan untuk segera menuntaskan buta huruf, mengingat keterbatasan fisik, motivasi yang rendah dan faktor ekonomi menyebabkan mereka tidak cukup interes dengan program pemberantasan buta huruf. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 10

9 RATA-RATA LAMA SEKOLAH 6.9 6.8 (%) 6.7 6.6 PERKEMBANGAN RLS DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2006-2010 6.70 6.70 6.70 6.83 6.84 Tahun Komponen berikutnya sebagai indikator penyusun komponen indeks pendidikan adalah Rata-Rata Lama Sekolah. Rata-Rata Lama Sekolah (means years schooling) adalah rata-rata banyaknya tahun yang ditempuh oleh setiap penduduk berumur 15 tahun ke atas di daerah tersebut untuk mendapatkan pendidikan formal. Angka RLS di Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 adalah 6,84 tahun yang berarti rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Majalengka hanya setara dengan kelas 1 SLTP. Seperti halnya AMH, perkembangan RLS tahun 2006-2010 juga naik relatif kecil yaitu dari 6,70 tahun pada tahun 2006 menjadi 6,84 tahun pada tahun 2010 atau naik hanya 0,14 poin. Kesulitan ekonomi lagi-lagi menjadi faktor yang penting dalam penelaahan rendahnya RLS. Belum dibebaskannya biaya pendidikan bagi SLTA ke atas menjadi salah satu alasan keengganan orang tua menyekolahkan anaknya ke tingkat yang lebih tinggi. Faktor lain yang memungkinkan sebagai salah satu faktor rendahnya RLS adalah mobilitas dan migrasi penduduk yang diakibatkan oleh kurangnya fasilitas pendidikan dan sempitnya lapangan kerja di Kabupaten Majalengka. Belum adanya perguruan tinggi yang dapat menjadi pilihan terbaik bagi para siswa SLTA sebagian besar mereka yang melanjutkan kuliah menyerbu kota-kota besar seperti Bandung, Bogor, Jakarta dan kota-kota lainnya. Hal ini menyebabkan secara kependudukan mereka tidak akan dihitung sebagai penduduk Kabupaten Majalengka. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 11

11 10 DAYA BELI PENDUDUK PERKEMBANGAN DAYA BELI PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2006-2010 573.65 2010 571.79 2009 Tahun 568.81 2008 564.49 2007 559.49 2006 550 555 560 565 570 575 Daya Beli (Rp 000) Untuk mengukur kualitas tahun. Selama tahun 2006-2010 tersebut PPP pembangunan manusia dari sisi ekonomi, mengalami kenaikkan sebesar Rp 14,160 atau dibuatlah dalam indeks terdapat kenaikkan sebesar 3,27 suatu dibandingkan standarisasi alat ukur bagi yang seluruh dapat wilayah/ yaitu kemampuan/paritas persen. daya Pada hakekatnya meningkatnya daya beli penduduk (Purchasing Power Parity/PPP). beli Paritas pendapatan, demikian pula pendapatan bisa daya beli merupakan rata-rata sangat berkaitan tumbuh Dalam PPP ekonomi suatu wilayah. Oleh karena itu, salah yang satu kuncinya adalah dengan mendorong agar merupakan yang standar lebih hidup luas layak dipicu oleh peningkatan konsumsi penduduk per kapita per tahun. cakupan dengan dengan pertumbuhan menggambarkan tingkat kesejahteraan karena perekonomian tumbuh lebih pesat semakin membaiknya ekonomi. Penghitungan menggerakan UKM sebagai salah satu pilar indeks daya beli didasarkan dari 27 komoditas yang terbukti cukup kuat dalam menghadapi kebutuhan pokok (22 makanan dan 5 non krisis, serta mengembangkan potensi-potensi makanan) sumber daya pertanian dan industri serta Pada Tahun 2010 kemampuan daya beli penduduk Kabupaten Majalengka telah dengan pengembangan sektor jasa untuk peningkatan Produk Domestik Regional Bruto. mencapai angka Rp 573.650 per kapita per Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 12

11 KEMISKINAN Kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan seseorang atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupannya (basic needs). Kebutuhan dasar tersebut dalam bentuk pangan, sandang, papan serta kebutuhan pendidikan dan kesehatan. Komitmen pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan tercermin dalam empat jalur strategi pemerintah. Kemiskinan merupakan salah satu prioritas utama selain pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan kelestarian lingkungan hidup (pro-poor, pro-job, pro-growth, and pro-environment). Selain itu, dalam Millenium Development Goals (MDGs) juga telah menjadi kesepakatan bersama secara internasional yaitu untuk mengurangi angka kemiskinan di dunia menjadi setengahnya pada tahun 2015. Begitu juga dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2013, Pemerintah Kabupaten Majalengka telah berkomitmen untuk terus menerus mengurangi angka kemiskinan hingga 5% pada tahun 2013. Kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks karena banyak faktor yang mempengaruhi terciptanya kemiskinan. Sebagai masalah yang bersifat multidimensi, kemiskinan berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat sehingga upaya memcahkan masalah kemiskinan tidaklah mudah. Banyak faktor yang berpengaruh besar terhadap kondisi kemiskinan seperti tingkat pendidikan kepala rumah tangga miskin sebagian besar adalah berpendidikan SD ke bawah, membuat mereka mempunyai keterbatasan untuk mengembangkan diri, akibatnya mereka tak mampu berkompetisi untuk memasuki lapangan kerja yang semakin terbatas dan membutuhkan kualifikasi yang tinggi. Mereka terpaksa menganggur atau bekerja dengan upah yang rendah sehingga pendapatannya tidak cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Pendapatan yang sangat terbatas ini pada akhirnya membawa dampak negatif seperti buruknya derajat kesehatan dan gizi yang kemudian berpengaruh terhadap daya tahan fisik dan daya pikir mereka. Hal ini menyulitkan mereka untuk dapat mengubah nasib menjadi lebih baik tanpa adanya bantuan pihak lain. Dalam hal ini kewajiban pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama untuk membantu mereka agar dapat mandiri dan mampu ke luar dari lingkaran setan kemiskinan. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 13

11 KEMISKINAN 300 200 Jiwa 100 0 JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2006-2010 255.9 21.7 19.73 234.4 225.7 18.79 207.2 17.12 15.52 181.1 Tahun 25 20 15 10 5 0 Jumlah (Jiwa) % Garis Kemiskinan (GK) pengeluaran merupakan metode yang digunakan BPS dalam penghitungan angka kemiskinan. GK adalah batas minimal pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Penduduk yang berada di bawah GK mereka termasuk kategori penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Majalengka selama kurun waktu 2006-2010 terus mengalami penurunan, yaitu dari 255.9 ribu jiwa pada tahun 2006 menjadi 181,1 ribu jiwa pada tahun 2010 atau turun sekitar 74,8 ribu jiwa (6,18 persen). Dalam nilai absolut pada tahun 2009-2010 merupakan prestasi tertinggi karena berhasil menurunkan angka kemiskinan sebanyak 26,1 ribu jiwa (1,6%), tetapi dalam persentase tahun 2006-2007 adalah pencapaian tertinggi karena mencapai 1,97 persen. Perlahan tapi pasti angka kemiskinan di Kabupaten Majalengka semakin menurun, tentu saja ini tidak terlepas dari komitmen pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui berbagai program penanggulangan kemiskinan. Untuk menunjukkan komitmen yang tinggi terhadap pemberantasan kemiskinan di Kabupaten Majalengka, juga telah dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) yang beranggotakan Organisai Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk mensinergikan program-program anti kemiskinan di Kabupaten Majalengka. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 14

11 KEMISKINAN JUMLAH PENDUDUK SASARAN PERLINDUNGAN SOSIAL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2008 disampaikan Angka Kemiskinan yang selama ini dalam bentuk jumlah dan persentase (data makro) tidak dapat NO KECAMATAN Jumlah Penduduk Sasaran (Jiwa) % Penduduk Sasaran 1 Lemahsugih 24,628 42,8 2 Sumberjaya 17,080 29,6 3 Jatiwangi 15,586 18,7 4 Maja 15,586 48,3 5 Malausma 15,379 34,5 6 Leuwimunding 14,858 24,4 7 Talaga 14,128 31,9 8 Dawuan 14,058 32,8 9 Kadipaten 13,834 32,4 10 Bantarujeg 13,791 31,9 11 Majalengka 13,729 29,0 12 Cikijing 13,638 22,5 13 Ligung 12,575 20,4 14 Kasokandel 12,282 27,4 15 Jatitujuh 11,690 21,9 16 Cingambul 10,472 28,5 17 Sukahaji 9,800 23,4 18 Cigasong 9,659 14,3 19 Kertajati 9,430 20,6 20 Argapura 9,392 26,8 21 Rajagaluh 8,074 18,6 22 Sindangwangi 6,274 20,1 23 Palasah 6,230 12,9 24 Banjaran 5,931 24,1 25 Sindang 5,370 33,3 26 Panyingkiran 4,954 16,8 mengidentifikasi sasaran penduduk miskin untuk bantuan berbagai program perlindungan sosial. Oleh karena itu, dalam rangka memenuhi kebutuhan data mikro kemiskinan untuk berbagai sasaran program pengentasan kemiskinan yang berbentuk daftar nama dan alamat (by name by adress), sumber data yang digunakan adalah Pendataan Program Perlindungan Sosial yang dilaksanakan oleh BPS pada tahun 2008 dan 2011. Perlu diketahui bahwa pada data mikro tersebut bukan hanya penduduk miskin yang dicakup tetapi termasuk juga penduduk yang hampir miskin sehingga jumlahnya lebih besar dari data makro. Jumlah terbanyak penduduk sasaran terdapat di Kecamatan Lemahsugih, Sumberjaya dan Jatiwangi, sedangkan yang paling sedikit adalah di Kecamatan Panyingkiran, Sindang dan Banjaran.Secara persentase yang paling banyak adalah Kecamatan Maja, Lemahsugih dan Malausma, dan yang paling sedikit adalah Palasah, Cigasong dan Panyingkiran. Total 308,428 25,8 Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 15

12 PENGANGGURAN 15 10 5 PERSENTASE PENGANGGURAN TERBUKA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2006-2010 12.49 7.46 7.98 6.74 5.82 0 Tingkat Pengangguran Terbuka(%) Selain kemiskinan, masalah krusial lain yang dihadapi oleh pemerintah adalah pengangguran. Besarnya jumlah penganggur dan setengah penganggur (bekerja kurang dari 35 jam) dapat menimbulkan berbagai dampak sosial yang dapat mengganggu pembangunan. Selain menimbulkan konsekswensi kemiskinan dan penganggguran juga berkontribusi terhadap ketimpangan distribusi pendapatan. Pengangguran terjadi karena berbagai faktor. Faktor utama adalah jumlah kesempatan kerja yang tersedia umumnya lebih kecil dari jumlah angkatan kerja yang ada. Faktor lain adalah kompetensi pencari kerja yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, sehingga mengakibatkan tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia. Kurang efektifnya informasi pasar bagi para pencari kerja juga berkontribusi terhadap terjadinya pengangguran. Perkembangan angka pengangguran di Kabupaten Majalengka cukup menggembirakan karena dalam kurun waktu 5 tahun terjadi penurunan lebih dari setengahnya dari 12,49 persen pada tahun 2006 menjadi kurang dari 6 persen pada tahun 2010. Hal yang masih harus dikaji adalah apakah penurunan tersebut dikarenakan penyerapan tenaga kerja di wilayah sendiri atau memang para penganggur bermigrasi ke kota-kota besar atau kota-kota industri untuk mendapatkan pekerjaan, mengingat sulitnya pekerjaan di daerah asal. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 16

13 LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK 1 0.8 0.6 (%) 0.4 0.2 0 0.84 LPP KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2006-2010 0.76 0.80 0.80 0.40 Tahun Penduduk merupakan modal yang sangat vital dalam proses pembangunan. Dalam konteks pembangunan berwawasan kependudukan, maka penduduk harus dijadikan subjek dan objek dalam pembangunan. Laju Pertumbuhan Penduduk merupakan salah satu alat ukur untuk mengetahui perkembangan penduduk dari waktu ke waktu. Metode paling sederhana untuk menghitung perubahan penduduk dari tahun ke tahun didapat dari pertumbuhan alami (natural increase) yaitu kelahiran dikurangi dengan kematian, ditambah penduduk yang datang dikurangi yang pindah. LPP Kabupaten Majalengka pada tahun 2006-2009 berkisar pada angka 0,80 persen sementara pada tahun 2010 merupakan penghitungan hasil SP 2000 - SP 2010. LPP pada tahun 2010 menunjukkan angka 0,40 persen. Angka tersebut relatif kecil dibandingkan dengan angka tahunan sebelumnya. Rendahnya LPP tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor demografi yaitu fertilitas, mortalitas dan migrasi. Tingkat migrasi ke luar yang tinggi diperkirakan menjadi faktor utama rendahnya LPP tersebut. Kebutuhan pendidikan yang lebih tinggi dan sempitnya lapangan kerja diduga menjadi alasan utama migrasi keluar Kabupaten Majalengka angkanya relatif tinggi. Khususnya jumlah Tenaga Kerja Wanita ke luar negeri yang semakin banyak juga menyebabkan seks ratio di beberapa daerah terjadi ketimpangan sehingga proporsi wanita cukup rendah dibandingkan laki-laki. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 17

14 PDRB PER KAPITA Tahun Asumsikan bahwa, pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir ke luar sama dengan pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk, maka nilai pendapatan regional diasumsikan sama besar dengan nilai PDRB per kapita. Asumsi ini digunakan karena sulitnya untuk mendapatkan data pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk dan ke luar. Angka PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Data jumlah penduduk yang digunakan adalah hasil proyeksi dari Sensus Penduduk tahun 2000. Secara rinci PDRB per kapita dapat dilihat pada Tabel berikut. PDRB PER KAPITA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2006 2010 ADH. Berlaku (Rupiah) Laju (persen) ADH. Konstan (Rupiah) Laju (persen) 2006 5.521.843 14,84 3.175.879 3,55 2007 6.213.688 12,53 3.312.857 4,31 2008 7.077.976 13,91 3.448.048 4,08 2009 7.645.390 8,02 3.528.509 2,33 2010 8.614.889 12,68 3.721.082 5,46 PDRB per kapita atas dasar harga berlaku di Kabupaten Majalengka dalam kurun waktu 2006-2010 menunjukkan peningkatan, yaitu dari Rp 5.521.843,00 menjadi Rp 8.614.889,00 atau meningkat sebesar 56 persen, dengan rata-rata pertumbuhan per tahun mencapai 12 persen. Namun demikian peningkatan PDRB per kapita di atas masih belum menggambarkan secara riil kenaikan daya beli masyarakat Majalengka secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB per kapita yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku masih terkandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. PDRB per kapita yang dihitung dari PDRB atas dasar harga konstan bisa digunakan untuk melihat perkembangan daya beli masyarakat secara riil. Hal ini terlihat dari PDRB per kapita atas dasar harga konstan pada periode yang sama, yang pada tahun 2006 PDRB per kapitanya sebesar Rp 3.175.879,00 naik menjadi Rp 3.721.082,00 pada tahun 2010 atau meningkat sebesar 17,17 persen atau meningkat rata-rata sekitar 3,95 persen per tahun. Dari kondisi di atas memberi gambaran bahwa secara riil daya beli masyarakat tumbuh sebesar 5,46 persen pada tahun 2010 atau meningkat 17,17 persen dari tahun 2006. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 18

15 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI KELOMPOK SEKTOR Laju Pertumbuhan Ekonomi atau sering dikenal dengan istilah LPE, adalah salah satu ukuran atau indikator makro ekonomi yang bisa menggambarkan perkembangan atau tingkat kinerja ekonomi suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro yang sering digunakan sebagai salah satu alat strategi kebijakan bidang ekonomi untuk evaluasi pembangunan. LPE KABUPATEN MAJALENGKA MENURUT KELOMPOK SEKTOR TAHUN 2006-2010 (%) (1) (4) (5) (6) (7) (7) PRIMER 1,26 4,72 3,69 4,23 1,81 Pertanian 1,04 4,54 3,63 4,53 1,77 Pertambangan 2,86 5,97 4,11 2,19 2,07 SEKUNDER 5,63 5,53 5,15 5,00 5,05 Industri 5,20 5,41 5,03 4,81 3,73 Listrik, gas dan air 6,11 6,82 5,32 4,61 8,74 Bangunan 7,21 5,78 5,56 5,78 9,37 TERSIER 5,66 4,66 4,91 4,95 6,32 Perdagangan 5,81 4,41 5,45 5,11 8,91 Secara umum, selama periode tahun 2006-2010 perekonomian Majalengka mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif yaitu berada pada nilai di atas 4 persen, namun jika kita bandingkan setiap tahunnya mengalami pertumbuhan yang fluktuatif, menaik dari tahun sebelumnya ataupun turun dari tahun sebelumnya tetapi masih dalam kisaran 4-5 persen. Jika dilihat lebih rinci menurut sektor, fluktuatifnya pertumbuhan ekonomi secara umum sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan di sektor pertanian. Pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian mengalami perlambatan, maka pertumbuhan ekonomi secara umum juga mengalami perlambatan. Hal ini disebabkan sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat dominan dalam menyumbang nilai tambah terhadap PDRB Kabupaten Majalengka yaitu sebesar 33,5 persen, dan sub sektor yang paling dominan adalah sub sektor tanaman bahan makanan yang menyumbang sekitar 29 persen terhadap PDRB Kabupaten Majalengka. Pengangkutan 5,46 4,85 4,01 4,40 5,73 Bank 4,09 6,56 4,96 4,41 5,24 Jasa 6,19 4,14 4,53 5,20 3,31 JUMLAH 4,18 4,87 4,57 4,73 4,59 Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 19