BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal dimana tempat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan bahwa proses yang dilakukan guru dan siswa merupakan kunci

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran matematika sangat diperlukan adanya motivasi

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi pendidikan formal. Di dalamnya terdapat

I. PENDAHULUAN. Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

I. PENDAHULUAN. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No.

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. dapat diamati oleh panca indera maupun yang tidak dapat diamati oleh panca indera. Karena IPA

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. bersifat membentuk atau merupakan suatu efek.

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan yang dilakukan pada seseorang dapat menciptakan kepribadian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan remaja dalam pendidikan formal seperti di sekolah,

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

II. KERANGKA TEORETIS. Metode didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu wahana berkumpul dan belajar para. komunitas insan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan suatu masalah. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tulus Tu u (2004:81) faktor yang mempengaruhi motivasi siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal perbaikan kehidupan masyarakat. Hal ini karena pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

KONTRIBUSI PERSEPSI SISWA MENGENAI PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. mau kalah dari individu atau kelompok lainnnya. Kompetisi atau persaingan. dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Motivasi erat kaitannya dengan hasil belajar yang dicapai siswa, semakin

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi. Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seseorang itu salah satunya adalah motivasi ( Sardiman, 2011:75).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. melakukan tindakan. Motivasi dalam belajar sangatlah penting dan

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun lembaga non-formal, karena lembaga-lembaga tersebut memegang

BAB II LANDASAN TEORI

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Oleh : ANITA PRANOWO PUTRI A

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, h. 16), menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. oleh mahasiswa. Prestasi adalah hasil dari usaha mengembangkan bakat secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang

SKRIPSI S-1 Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika.

segitiga di kelas VIIF SMP Negeri 2 kecamatan Balong.

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh guru matematika, kesulitan siswa dalam menalar dan

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. didik terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang kurang diminati atau kalau bisa dihindari oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. satu ilmu dasar yang memiliki nilai esensial yang dapat diterapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada lembaga pendidikan formal merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dimana terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Didalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan merupakan salah satu prioritas utama yang dapat

2015 PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran yang menakutkan dan susah untuk dipahami. Kebanyakan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan hidupnya. Umar, (2005 : 34) menyatakan bahwa Gaji

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Orang tua pun tentunya ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya dan

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan komunikasi merupakan salah satu kompetensi yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal dimana tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar merupakan inti kegiatan pendidikan secara keseluruhan. Belajar diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku, perilaku yang belum terbentuk menuju perilaku yang terbentuk, sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.proses pembelajaran ini melibatkan interaksi individu yaitu pengajar disatu pihak dan pelajar dipihak lain. Interaksitersebut terjadi secara langsung dan tidak langsung. Interaksi langsung terjadi tatap muka antara siswa dengan guru, sedangkan interaksi tidak langsung bisa melalui media atau perantara. Pada proses belajar mengajar sering terdengar istilah motivasi. Secara alami, motivasi siswa sesungguhnya berkaitan erat dengan keinginan siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang, secara disadari atau tidak disadari untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi merupakan usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan suatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai (Asrori,2007). Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakan, menyalurkan, dan mengarahkan 1

2 sikap dan perialaku individu belajar (Koeswara, Siagian, Sehein, Biggs & Telfer dalam Dimyati & Mudjiono, 2002). Motivasi sangat diperlukan bagi terciptanya proses pembelajaran di kelas yang efektif. Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai. Motivasi akan menyebabkan suatu perubahan energi yang ada pada diri siswa, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu (Sardiman, 2004). Pada kegiatan belajar mengajar, apabila ada seorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin siswa tidak senang, sakit, lapar, ada masalah pribadi dan lain-lain. Hal ini berarti pada diri siswa tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, baik dalam proses maupun pencapaian hasil. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi tinggi akan mempunyai banyak energi untuk melaukan kegiatan belajar. Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi pada umumnya mampu meraih keberhasilan dalam proses ataupun hasil pembelajaran.

3 Motivasi belajar yang dimiliki siswa mendorong siswa untuk melakukan tindakan yang mengarah kepada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Surya, 2004). Motivasi timbul karena adanya kebutuhan. Kebutuhan yang dimiliki individu senantiasa berubah dan berkelanjutan sehingga akan menimbulkan motivasi yang dimiliki individu tersebut. Perubahan suatu motivasi akan merubah pula wujud, bentuk dan hasil belajar. Ada tidaknya motivasi seorang individu untuk belajar sangat berpengaruh dalam proses aktivitas belajar individu (Walker dalam Rohani, 2004). Di dalam kelas siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi tentunya akan mengikuti proses belajar dengan sungguh-sungguh, siswa memperhatikan guru yang sedang menyampaikan materi, dan mengannggap penting materi tersebut. Motivasi yang dimiliki mendorong siswa untuk selalu menambah pengetahuannya dengan mencari materi dari berbagai sumber, dengan kata lain siswa tersebut tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber ilmu. Berbeda dengan siswa yang memiliki motivasi tinggi, siswa yang memiliki motivasi rendah akan menunjukan hal yang sebaliknya. Siswa tersebut cenderung kurang tertarik dengan materi yang disampaikan oleh guru, dan menunjukan rendahnya usaha dalam menambah pengetahuan yang dimilikinya, serta akan cenderung menunjukan hasil belajar yang rendah. Perilaku yang ditunjukan siswa di atas tidak selamanya berlaku untuk semua mata pelajaran yang dipelajarinya. Seorang siswa bisa saja memiliki motivasi belajar yang rendah pada satu mata pelajaran dan dimata pelajaran lain motivasi belajarnya tinggi dan sebaliknya seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi pada satu mata pelajaran dan di mata pelajaran lain motivasi

4 belajarnya rendah. Pada proses belajar mengajar siswa dihadapkan dengan berbagai mata pelajaran yang wajib diikuti, salah satunya adalah matematika. Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik juga selalu berhubungan dengan penalaran yang logik serta masalah yang berhubungan dengan bilangan (Sudjono dalam Fathani, 2009). Sebagian siswa menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, rumit karena banyak rumus-rumus yang harus dipahami, serta membosankan. Namun ada juga sebagian siswa yang menganggap matematika merupakan pelajaran yang seru dan menyenangkan. Hal ini menunjukan motivasi belajar matematika siswa rendah namun sebagian tinggi. Seperti pada kutipan wawancara pada tanggal 24 oktober 2015 dengan beberapa siswa SMP Negeri 9 Medan yang mengatakan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang tidak disukai,sulit memahami rumus-rumus yang ada, siswa merasa kecewa dengan banyaknya tugas yang diberikan oleh guru matematika dan siswa tersebut merasa kurang mampu jika harus mengerjakan tugas tersebut secara individual bahkan terkadang siswa tersebut memilih untuk mengerjakan tugas di sekolah dengan melihat hasil pekerjaan teman pada pagi hari sebelum tugas dikumpulkan. Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu guru, dimana guru sering menemukan beberapa siswa yang tidak menuntaskan tugas untuk dikerjakan di rumah yang diberikan oleh guru kepada siswa. Namun demikian, sebagian siswa mengatakan hal yang sebaliknya, menganggab bahwa matematika adalah pelajarang yang seru, rajin bertanya jika ada rumus yang

5 belum dipahami, menantang, dan akan dengan cepat mengerjakan jika ada tugas yang diberikan guru. Hasil wawancara siswa tersebut menunjukan bahwa motivasi belajar matematika yang dimiliki rendah, hal ini sejalan dengan yang disampaikan Asrori (2007) ada beberapa indikator siswa yang memiliki motivasi rendah diantaranya sulit untuk bisa berjalan sendiri ketika diberi tugas dan mudah berkeluh kesah, pesimis ketika menghadapi kesulitan. Sebaliknya, sebagian siswa memiliki motivasi belajar matematika yang tinggi sejalan yang disampaikan Asrori (2007) bahwa ada beberapa indikator siswa yang memiliki motivasi yang tinggi diantaranya penuh semangat dan memiliki rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang tinggi. Motivasi belajar yang dimiliki siswa terbagi menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar (Sardiman,2004). Faktor dari luar diri siswa salah satunya adalah upaya guru dalam membelajarkan siswa (Dimyati & Mudjiono, 2002). Guru mempunyai peranan penting dalam menumbuhkan motivasi siswa, memberikan motivasi kepada siswa berarti menggerakan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Para peneliti telah menemukan bahwa murid yang merasa punya guru yang suportif dan perhatian akan lebih termotivasi untuk belajar ketimbang murid yang merasa punya guru yang tidak suportif dan

6 tidak perhatian (McCombs, Newman, Ryan & Deci dalam Santrock, 2011). Guru dapat menunjukan perhatian dan dukungannya kepada siswa dengan berbagai cara. Secara lisan misalnya guru menanyakan bagaimana kondisi siswa, selesai menerangkan guru akan menanyakan kepada siswa apakah mereka faham dengan materinya, menanggapi pertanyaan siswa dengan baik dan mendukungnya untuk selalu berani mengungkapkan pendapat. Kondisi yang demikian akan membuat diri siswa termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa sangat terpengaruh dengan persepsi terhadap kompetensi guru. Hal ini dikarenakan persepsi adalah proses pengaturan dan penerjemahan informasi sensorik oleh otak (wade dan Tavris, 2007). Pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki guru tentang motivasi belajar siswa bermanfaat bagi guru untuk membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil. Upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar diberikan kepada semua siswa, siswa yang memiliki motivasi rendah ataupun siswa yang memiliki motivasi tinggi mengingat motivasi belajar siswa dapat mengalami grafik yang naik turun. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah kompetensi yang dimiliki guru. Kompetensi guru adalah keseluruhan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus ada pada seseorang agar dapat menunjukkan perilakunya sebagai guru (Surya, 2004). Guru yang berkompeten akan mampu memotivasi siswa. Ketika motivasi belajar siswa rendah selain diri siswa hal yang perlu diperhatikan yaitu faktor guru dalam hal ini adalah kompetensi yang dimilikinya. Pengaplikasian kompetensi guru dalam proses belajar mengajar akan

7 dipersepsikan secara berbeda-beda oleh masing-masing siswa, dengan kata lain ketika seorang guru sedang mengajar akan ada penilaian yang berbeda dari siswa, baik penilain positif ataupun penilaian negatif. MenurutMatlindanSolso (Priantinah & Adhisti, 2012) persepsi adalah suatu prosespenggunaanpengetahuanyang telahdimiliki(yang disimpandidalamingatan)untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterpretasi stimulus(rangsangan)yangditerima olehalatindera sepertimata,telingadanhidung. Melalui proses pembelajaran terutama yang dilakukan di dalam kelas siswa akan memperoleh berbagai macam pengetahuan yang berasal dari guru. Semua materi yang disampaikan oleh guru tentulah bermanfaat dan mempunnyai tujuan yang positif, namun masing-masing siswa akan menerima dan menilai dengan berbeda. Dalam hal ini hanya guru yang berkompeten yang mampu menyampaikan materi dengan baik dan diterima dengan baik juga oleh siswa. Oleh karena itu, maka dapat dikatakan bahwa guru yang memiliki kompetensi yang tinggi mampu meningkatkan motivasi belajar siswa dan sebaliknya guru yang memiliki kompetensi rendah kurang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Melihat uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dengan motivasi belajar matematika pada siswa di SMP Negeri 9 Medan. B. Identifikasi Masalah Motivasi belajar merupakan usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang (siswa) atau kelompok orang (siswa) tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai (Asrori, 2007). Motivasi

8 adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang, secara disadari atau tidak disadari, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi menunjukan perilaku-perilaku yang positif dan semangat dalam melaksanakan proses belajar. Motivasi belajar sangat penting dimiliki siswa. Adapun peristiwa yang terjadi di SMP Negeri 9 Medan menunjukan motivasi belajar matematika yang dimiliki sebagian siswa rendah. Siswa menunjukan kurangnya ketertarikan pada pelajaran matematika. Berbagai alasan disampaikan oleh beberapa siswa. Alasan tersebut antara lain materi yang dipelajari terlalu sulit, tugas yang diberikan oleh guru terlalu banyak, bahkan siswa juga mengatakan proses pembelajaran dikelas sangat membosankan dikarenakan cara mengajar guru yang monoton. Motivasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam diri siswa, kondisi lingkungan siswa, guru, dan juga keluarga. Faktor dalam diri siswa tersebut berupa cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, serta kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor luar yaitu guru juga mempunyai peran yang cukup besar dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa dimana peran guru selain sebagai pendidik juga sebagai motivator. sebagai motivator, dalam menjalankan perannya tersebut dibutuhkan kompetensi yang tinggi dari seorang guru. Pengaplikasian kompetensi guru dalam proses belajar mengajar akan persepsikan secara berbeda oleh masing-masing siswa, baik persepsi positif ataupun persepsi negatif.

9 Hal ini menimbulkan ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dengan motivasi belajar matematika pada siswa di SMP Negeri 9 Medan. C. Batasan Masalah Melihat luasnya penelitian maka peneliti mengambil salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar matematika pada siswa, peneliti hanya membatasi masalah pada persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan berfokus pada siswa SMP N 9 Medan dengan jumlah sampel 88 siswa. D. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dengan motivasi belajar matematika pada siswa di SMP Negeri 9 Medan? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dengan motivasi belajar matematika pada siswa di SMP Negeri 9 Medan. F. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam aspek ilmu pengetahuan secara khusus di bidang ilmu psikologi pendidikan. Tentang hubungan persepsi siswa terhadap kompetensi guru dengan motivasi belajar matematika pada siswa SMP.

10 b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada : 1. Sekolah Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada kepala sekolah dan para guru tentang keterkaitan antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dengan motivasi belajar matematika pada siswa dan pentingnya meningkatkan kompetensi guru, sehingga jika siswa memiliki motivasi belajar rendah maka dapat dilakukan dengan mengubah persepsi yang dimiliki siswa. 2. Guru Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada guru tentang kompetensi guru dan motivasi belajar matematika pada siswa. Guru juga diharapkan dapat meningkatkan kompetensi dan senantiasa memotivasi siswa. 3. Siswa Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada siswa tentang pentingnya motivasi dalam proses pembelajaran terutama pada mata pelajaran matematika dan diharapkan siswa dapat meningkatkan motivasi belajarnya.