BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya menurut Sudikno Mertokusumo yang dimaksud dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk selalu hidup

HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa, Tuhan

[DEVI SELVIYANA, SH] BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang harus dihargai dan dihormati oleh orang lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak.

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

JAMINAN. Oleh : C

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO.

BAB IV. A. Analisis Terhadap Penerapan Asas Ratio Decidendi Hakim Tentang Penolakan Eksepsi dalam Perkara Cerai Talak Talak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Peradilan Tata Usaha Negara telah diatur didalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV. tunduk dan patuh pada putusan yang dijatuhkan. 1

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi atau melakukan hubungan-hubungan antara satu sama

BAB III TEORI TEORI HUKUM YANG MENYANGKUT HUKUM ACARA PERDATA

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GUGATAN. Untuk memulai dan menyelesaikan persengketaan perkara perdata

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

P U T U S A N. Nomor : 159/PDT/2015/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor 52/Pdt.G/2013/MS-Aceh DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SEKITAR PEMERIKSAAN SETEMPAT DAN PERMASALAHANNYA ( Oleh : H. Sarwohadi, S.H.,M.H. Hakim Tinggi PTA Mataram )

BAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan yang harus dipenuhi. Kebutuhan dan kepentingan tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUMULASI GUGATAN. Secara istilah, kumulasi adalah penyatuan; timbunan; dan akumulasi

P U T U S A N Nomor : 155/Pdt.G/2011/PTA.Bdg

P U T U S A N. Nomor : 211 /PDT/2011 / PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL. Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta

MASALAH PUTUSAN SERTA MERTA DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan

P U T U S A N. Nomor 119/Pdt.G/2014/PTA.Mks

1 Abdul Manan, Penerapan, h R.Soesilo, RIB/HIR Dengan Penjelasan, (Bogor: Politea, 1995). h. 110.

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di

P E N E T A P A N Nomor 047/Pdt.P/2014/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Hal. 1 dari 11 hal. Put. No. 105/Pdt.G/2014/PTA Mks.

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG ALAT BUKTI SURAT ELEKTORNIK. ( )

BAB IV. rumah tangga dengan sebaik-baiknya untuk membentuk suatu kehidupan. tangga kedua belah pihak tidak merasa nyaman, tenteram dan mendapaatkan

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

P U T U S A N. Nomor 6/Pdt.G/2015/PTA.Mks DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

P U T U S A N. Nomor 0002/Pdt.G/2017/PTA.Plk. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Hukum merupakan kaidah atau norma yang hidup dalam masyarakat

HUKUM ACARA PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB I PENDAHULUAN. menerima atau mendengarkan sumpah tersebut, apakah mempercayainya

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

P U T U S A N Nomor 126/Pdt.G/2013/PTA Mks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

IS BAT WAKAF SEBAGAI PERLINDUNGAN HUKUM ATAS

ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. OLEH : Dr. H. Gunarto,SH,SE,Akt,M.Hum

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kepada Hakim menjatuhkan putusan tanpa hadirnya Tergugat. Putusan verstek

PUTUSAN. 10/Pdt/2014/PT. Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam kehidupan masyarakat yang serba kompleks setiap individu

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

PUTUSAN Nomor <No /Pdt.G/2017/PTA.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I. Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:

P U T U S A N Nomor 100/Pdt.G/2013/PTA.Mks BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika. didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

ALAT BUKTI PENGAKUAN DAN NILAI PEMBUKTIANNYA DALAM PERSIDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan sebagai badan yang dibentuk untuk melakukan upaya

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan

P U T U S A N Nomor 179/PDT/2013/PTR. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. sebagai berikut di bawah ini dalam perkara antara :

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

PEMBANDING, umur 53 tahun, agama Islam, pekerjaan ---, bertempat tinggal

P U T U S A N Nomor 05/Pdt.G/2016/PTA.Plg

NOMOR : 11/PDT/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ! '( ) &! #*'!#'*' ! & ! ( 5 "*+& 56!"

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROSES PEMERIKSAAN DI MUKA SIDANG DALAM PERKARA WARIS

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

P U T U S A N Nomor : 7/Pdt.G/2009/PTA.Plk

P U T U S A N. Nomor : 99/Pdt.G/2011/MS-Aceh

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Prosedur Bantuan Hukum

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg)

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

P U T U S A N Nomor : 126/B/2012/PT.TUN-MDN

BAB IV. memutuskan dan mengadili perkara Nomor: 207/Pdt. G/2011/PA. Kdr. tentang

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

PUTUSAN. Nomor 453/Pdt/2014/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

FORMULASI KUMULASI GUGATAN YANG DIBENARKAN TATA TERTIB ACARA INDONESIA (STUDI PUTUSAN MA NOMOR K/PDT/2012 DAN PUTUSAN MA NOMOR.

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. saseorang pasti mendapatkan sesuatu, baik dalam bentuk uang maupun barang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada dasarnya menurut Sudikno Mertokusumo yang dimaksud dengan gugatan adalah suatu tuntutan hak yang bertujuan memperoleh perlindungan hak yang diberikan oleh pengadilan untuk mencegah tindakan Eigenrichting. Orang yang mengajukan tuntutan hak memerlukan atau berkepentingan akan perlindungan hukum. Ia mempunyai kepentingan untuk memperoleh perlindungan hukum, maka oleh karena itu ia mengajukan tuntutan hak ke pengadilan. 1 Tuntutan hak seperti yang telah diuraikan di atas sebagai tindakan yang bertujuan memperoleh perlindungan hukum ada dua macam, yaitu tuntutan hak yang mengandung sengketa yang disebut gugatan, di mana terdapat sekurangkurangnya dua pihak, dan tuntutan hak yang tidak mengandung sengketa yang disebut permohonan, di mana hanya terdapat satu pihak saja. Lazimnya peradilan di bagi menjadi dua yaitu peradilan volunter (voluntaire juristictie), yang sering juga disebut peradilan suka rela atau peradilan yang tidak sesungguhnya dan peradilan contentieus (contentieuse jurisdictie) atau peradilan sesungguhnya. Tuntutan hak yang tidak mengandung sengketa termasuk dalam peradilan volunter, sedangkan gugatan yang mengandung sengketa termasuk peradilan contentieus. 2 1 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty Yogyakarta, Yogyakarta, 2006, Hlm. 52. 2 Ibid, Hlm. 4. 1

Oleh sebab itu, dalam menghadapi persoalan di atas, hukum acara perdata memberikan dua pedoman, yaitu: 1. Perkara Contentiosa (gugatan), yaitu perkara yang didalamnya terdapat sengketa dua pihak atau lebih, maka seseorang harus mengajukan tuntutan hukum atau sering disebut dengan istilah gugatan perdata. Gugatan atas konflik tersebut sering diselesaikan dan harus diputus oleh pengadilan, apakah berakhir dengan kalah, menang, atau damai semua tergantung pada proses hukumnya. Misalnya sengketa hak milik atas tanah, warisan, dan lain-lain. 2. Perkara Voluntaria yaitu yang didalamnya tidak terdapat sengketa atau perselisihan tapi hanya semata-mata untuk kepentingan pemohon dan bersifat sepihak (ex parte). Perkara ini disebut juga gugatan permohonan. Contoh meminta penetapan masing-masing warisan, mengubah nama, pengangkatan anak, persoalan wali, pengampu, perbaikan akta catatan sipil, dan lain-lain. 3 Agar para pihak dapat menyelesaikan perkaranya melalui jalur peradilan maka Mahkamah Agung Republik Indonesia melalui yurisprudensinya telah menggariskan beberapa syarat yang dapat dipedomani dalam menyusun gugatan yaitu sebagai berikut: 1. Seseorang bebas dalam menyusun dan merumuskan surat gugatan sepanjang cukup memberikan gambaran tentang kejadian atau peristiwa materil yang menjadi dasar tuntutan (Yurisprudensi MA tanggal 15-3-1970 Nomor 547 K/Sip/1972). 2. Apa yang dituntut harus disebut dengan jelas (Yurisprudensi MA tanggal 21-11-1970 Nomor 492 K/Sip/1970). 3 Zainal Asikin, Hukum Acara Perdata Di Indonesia, Prenadamedia Group, Jakarta, 2015, Hlm. 15. 2

3. Pihak-pihak yang berperkara harus dicantumkan secara lengkap seluruh identitasnya (Yurisprudensi MA tanggal 13-5-1975 Nomor 151/Sip/1975). 4. Khusus gugatan mengenai tanah harus menyebut dengan jelas letak, batas-batas dan ukuran tanah (Yurisprudensi MA tanggal 9-7-1973 Nomor 81 K/Sip/1971). 4 Dan apabila tidak memenuhi syarat di atas, maka gugatan menjadi tidak sempurna, dan gugatan akan dinyatakan tidak dapat diterima NO (Niet ontvankelijk verklaard) maupun gugatan ditolak. Pada umumnya dalam hukum acara perdata dikenal istilah gugatan tidak dapat diterima dan gugatan ditolak. Yang dimaksud dengan gugatan tidak diterima NO (Niet ontvankelijk verklaard) adalah gugatan yang tidak bersandarkan hukum, yaitu apabila peristiwa-peristiwa yang dijadikan sebagai dasar tuntutan tidak membenarkan tuntutan. Putusan tidak diterima ini bermaksud menolak gugatan di luar pokok perkara. Dalam hal ini, penggugat masih dapat mengajukan kembali gugatannya. Gugatan ini cenderung terjadi karena tidak memenuhi syarat formal. Sedangkan gugatan ditolak adalah gugatan tidak beralasan hukum, yaitu apabila tidak diajukan peristiwa-peristiwa yang membenarkan tuntutan. Putusan hakim dengan melakukan penolakan bermaksud menolak setelah mempertimbangkan pokok perkara. Dalam hal ini, penggugat tidak ada kesempatan untuk mengajukan kembali gugatannya, gugatan ini cenderung karena tidak memenuhi syarat materil (pembuktian). 5 4 Ibid, Hlm. 21. 5 Ibid, Hlm. 22. 3

Adapun syarat kelengkapan formal dalam surat gugatan yaitu meliputi subjek gugatan baik dari penggugat/para penggugat sendiri ataupun diri tergugat/para penggugat atau turut tergugat. Pada kelengkapan formil ini hendaknya harus jelas identitas (nama,umur,dan alamat) para pihak yang berperkara dan khusus terhadap pihak yang digugat haruslah semuanya diikut sertakan sebagai tergugat/turut tergugat dalam surat gugatan itu. Hal ini haruslah dicermati secermat mungkin dan diperhatikan secara baik oleh karena apabila kelengkapan formal dari surat gugatan diabaikan, misalnya ada pihak yang seharusnya digugat akan tetapi ternyata dalam surat gugatan mereka tidak di gugat maka akan berakibat surat gugatab penggugat/parapenggugat dinyatakan tidak dapat diterima (Niet ontvankelijk verklaard) sebagaimana ketentuan beberapa Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (Putusan Nomor: 216 K/Sip/1974). 6 Begitu pula halnya terhadap pihak yang akan mengajukan gugatan haruslah sebagai pihak yang benar-benar berhak mempunyai kapasitas dan kualitas sebagai penggugat/para penggugat, karena bila tidak demikian maka akan menyebabkan surat gugatan tidak dapat diterima sebagaiman Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (Putusan Nomor 42 K/Sip/1973). Sedangkan syarat kelengkapan materil surat gugatan pada asasnya walaupun lebih intens akan dipergunkan pada tahap pembuktian hendaknya harus telah dipersiapkan seawal dan sedini mungkin, khususnya terhadap alat-alat bukti. Apabila memungkinkan dalam perdata bukti surat merupakan bukti cukup menentukan dengan sifat kebenaran formal yang dicari maka hendaknya bukti 57. 6 Faizal Kamil, Asas Hukum Acara Perdata, Badan Penerbit Iblam, Jakrta, 2005, Hlm. 4

surat tersebut harus akurat, kuat dan meyakinkan sehingga dapat menjadi bukti yang sempurna. Selain itu pula hendaknya juga harus di dukung oleh alat bukti lain seperti saksi, persangkaan, dan bukti lainnya. 7 Dalam memepelajari objek sengketa pun haruslah diperhatikan masalah kompetensi dimana surat gugatan tersebut harus diajukan. Karena apabila aspek tersebut diabaikan juga akan mengakibatkan gugatan tidak dapat diterima (Niet ontvankelijk verklaard). Khusus terhadap objek sengketa tanah maka gugatan selalu dapat diajukan kepada pengadilan negeri dimana tanah itu terletak (pasal 142 RBG). 8 Apabila objek sengketa adalah hak atas tanah (benda tetap) maka dalam surat gugatan hendaknya diuraikan secara terinci bagaimana cara memperolehnya, hubungan hukum dengan penggugat/para penggugat, luas, dan batas-batas tanah tersebut sebagaimana yang tercantum dalam sertifikat hak milik atau apabila objek sengketa mengenai benda bergerak (benda tidak tetap) maka diperlukan penguraian terhadap bagaimana penggugat/para penggugat cara memperolehnya, bentuk, nomor, jenis, ciri-cirinya dan lain-lainnya. Adapun dalam penulisan skripsi ini tidak mencari pemecahan terhadap masalah dalam kaitannya dengan pokok perkara, namun penulisan skripsi ini akan meneliti tentang suatu gugatan pokok perkara yang tidak dapat diterima (Niet ontvankelijk verklaard). Dalam penelitian dan pembahasan penulisan skripsi ini lebih bertitik terang pada gugatan tidak apat diterima (Niet ontvankelijk verklaard) di mana dapat lebih di lihat di dalam pengajuan jawaban atau sering disebut Eksepsi 7 Ibid, Hlm. 59. 8 Ibid, Hlm. 55. 5

Prosesuil pihak tergugat/para tergugat dalam suatu persidangan yang merupakan upaya yang menuju kepada tuntutan tidak diterimanya gugatan. Pernyataan tidak diterima berarti suatu penolakan In Limine Litis, berdasarkan alasan-alasan di luar pokok perkara. 9 1.2. Identifikasi Masalah Adapun identifikasi masalah sejauh mengenai penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Hukum perdata terdiri dari hukumperdata materil dan hukum perdata formil. 2. Hukum perdata formil mengatur mengenai tata cara beracara di Pengadilan. 3. Proses beracara di Pengadilan melalui tahap pendahuluan, pemeriksaan, dan pelaksanaan. 4. Tahap pemeriksaan berakhir dengan putusan Hakim Pengadilan. 5. Putusan akhir terdiri dari putusan putusan sela dan putusan akhir. 6. Putusan akhir terdiri dari menerima atau menolak gugatan dan gugatan tidak dapat diterima Niet Ontvankelijk Verklaard (N.O). 1.3. Pembatasan Masalah Adapun pembatasan masalah di dalam penulis skripsi ini yang bertujuan agar tidak terjadinya perluasan masalah-masalah yang akan di bahas yaitu membahas mengenai Putusan Hakim tidak dapat diterima atau Niet Ontvankelijk Verklaard (N.O) dengan cara menelaah salah satu Putusan Pengadilan Negeri Simalungun No. 41/pdt.G/2012/PN-SIM. 9 Sudikno Mertokusumo, Op. Cit., Hlm. 124. 6

1.4.Perumusan Masalah Untuk menelaah lebih dalam lagi mengenai gugatan tidak dapat diterima atau Niet Ontvankelijk Verklaard (N.O) maka akan dirumuskan permasalahan dalam skripsi ini. Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Alasan-alasan Hukum Penyebab Lahirnya Putusan Gugatan Tidak Dapat Diterima Dalam Sengketa Tanah.? 2. Bagaimana Akibat Hukum Dari Pada Putusan Gugatan Tidak Dapat Diterima Dalam Sengketa Tanah.? 1.5.Tujuan Dan Manfaat Penelitian Ketika melakukan sebuah penelitian maka pada umumnya terdapat suatu tujuan dan manfaat penelitian, sama halnya dalam penulisan skripsi ini juga mempunyai suatu tujuan dan manfaat yang ingin dicapai di dalam pembahasan. adapun uraian tujuan dan manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1.5.1 Tujuan Penelitian Sehubungan dengan penulisan skrpsi ini adapun tujuan penelitian penulis adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana alasan hukum penyebab lahirnya putusan gugatan tidak dapat diterima dalam sengketa tanah. 2. Untuk mengetahui bagaimana akibat hukum terhadap putusan gugatan tidak dapat diterima atau Niet Ontvankelijk Verklaard (N.O). 7

1.5.2. Manfaat Penelitian A. Manfaat Teoritis 1. Untuk menambah pengetahuan penulis secara teoritis di bidang hukum acara perdata mengenai alasan-alasan hukum penyebab lahirnya putusan gugatan tidak dapat diterima dalam sengketa tanah. 2. Untuk menambah pengetahuan penulis secara teoritis di bidang hukum acara perdata menenai akibat hukum dari pada putusan gugatan tidak dapat diterima dalam sengketa tanah. B. Manfaat Praktis 1. Sebagai salah satu bentuk sumbangsih pemikiran untuk masyarakat umum agar dapat mengetahui mengenai alasan-alasan hukum penyebab lahirnya putusan gugatan tidak dapat diterima dalam sengketa tanah dan akibat hukum dari pada putusan gugatan tidak dapat diterima dalam sengketa tanah. 2. Sebagai suatu usaha penulis untuk mengimplementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi di dalam mengaktualisasikan diri terhadap suatu Pendidikan tinggi, Penelitian dan Pengabdian terhadap masyarakat mengenai perolehan hasil pengetahuan tentang penyebab dan akibat gugatan tidak dapat diterima dalam sengketa tanah. 8