Vertigo. DR. Dr. Wiratno, Sp.THT-KL (K)

dokumen-dokumen yang mirip
Pemeriksaan Pendengaran

1. TES BATAS ATAS BATAS BAWAH

Tes pendengaran rutin untuk diagnosis gangguan pendengaran Rinne, Weber, Schwabah test. Test penala nada tinggi dan nada rendah

12/3/2010 YUSA HERWANTO DEPARTEMEN THT-KL FK USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN FISIOLOGI PENDENGARAN

Audiometri. dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL

(Assessment of The Ear)

BAB 4 PUSING BERPUTAR

AUDIOLOGI. dr. Harry A. Asroel, Sp.THT-KL BAGIAN THT KL FK USU MEDAN 2009

Tujuan Praktikum Menentukan ketajaman penglihatan dan bitnik buta, serta memeriksa buta warna

Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang

ANATOMI, FISIOLOGI TELINGA, HIDUNG, TENGGOROKAN

ASKEP GANGGUAN PENDENGARAN PADA LANSIA

1. Pendahuluan OAE BERA Audiometri impedans Timpanometri 24

asuhan keperawatan Tinnitus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan (perinatal) dan sesudah lahir (postnatal) (Suhardiyana, 2010).

PERAMBATAN BUNYI MELALUI TULANG TENGKORAK

ABSTRAK. Kata Kunci: Gangguan Pendengaran, Audiometri

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FISIK DIAGNOSTIK THT Dody Novrial

AUDIOMETRI NADA MURNI

ASKEP GANGGUAN PENDENGARAN PADA LANSIA

Tuli pada Lingkungan Kerja

LAPORAN KASUS. Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus Periode 17 Oktober November 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi kronik telinga tengah yang ditandai dengan perforasi membran timpani

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

V E R T I G O. Yayan A. Israr, S. Ked. Author : Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang mendambakan untuk dapat memiliki hidup yang sehat, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul yang terjadi lebih dari 3

THT CHECKLIST PX.TELINGA

HUBUNGAN JENIS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai

BAB 4 METODE PENELITIAN. risiko : 1) usia, 2) hipertensi 3) diabetes melitus 4) hiperkolesterol 5) merokok

PENGARUH PERUBAHAN KETINGGIAN TERHADAP NILAI AMBANG PENDENGARAN PADA PERJALANAN WISATA DARI GIANYAR MENUJU KINTAMANI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 4 METODE PENELITIAN. mulai bulan 1 Februari sampai dengan 5 Mei Skema rancangan penelitian ditampilkan pada gambar 15.

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah nyeri kepala (Migren) dan low back pain menurut Abdulbar Hamid dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN DIABETES MELITUS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh : ANNISA DWI ANDRIANI

BAHAN AJAR VERTIGO. Nama Mata Kuliah/Bobot SKS : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS

BAB I PENDAHULUAN. Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan igo

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada 60 pasien geriatri di Poliklinik Geriatri dan

Definisi Bell s palsy

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi khususnya fisiologi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Vertigo adalah suatu gejala atau perasaan dimana seseorang atau benda

BAB I PENDAHULUAN. igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang

Diagnosis dan Tatalaksana Vertigo. Diagnosis and Management of Vertigo

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar

LAPORAN OPERASI TIMPANOMASTOIDEKTOMI. I. Data data Pasien Nama : Umur : tahun Jenis Kelamin : Alamat : Telepon :

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. nyeri kepala (migrain) dan low back pain. Menurut Abdulbar Hamid dalam

KRITERIA DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING SUDDEN DEAFNESS (SSNHL)

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia ( Depkes, 2015). Hasil Sensus Penduduk (SP) 2010

1. Pria 35 tahun, pekerja tekstil mengalami ketulian setelah 5 tahun. Dx a. Noise Induced HL b. Meniere disease c. Labirintis d.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. bayi dengan faktor risiko yang mengalami ketulian mencapai 6:1000 kelahiran

BAB I PENDAHULUAN. lansia, menyebabkan gangguan pendengaran. Jenis ketulian yang terjadi pada

BAB 4 METODE PENELITIAN

Pemeriksaan Sistem Saraf Otonom dan Sistem Koordinasi. Oleh : Retno Tri Palupi Dokter Pembimbing Klinik : dr. Murgyanto Sp.S

CHECKLIST ANAMNESIS KASUS NYERI KEPALA

METODE PENELITIAN III.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perancangan perangkat lunak (software) aplikasi beserta rancangan pendukungnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Telinga merupakan organ yang berfungsi sebagai indera pendengaran dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PAPARAN BISING TERHADAP AMBANG PENDENGARAN SISWA SMK NEGERI 2 MANADO JURUSAN TEKNIK KONSTRUKSI BATU BETON

BAB 1 PENDAHULUAN. praktik kedokteran keluarga (Yew, 2014). Tinnitus merupakan persepsi bunyi

GAMBARAN AUDIOMETRI PADA OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK BENIGNA DAN MALIGNA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan masalah kesehatan, sosial, ekonomi yang penting di seluruh dunia dan merupakan

Lampiran 1 Meningkatkan Refleks Menelan melalui Latihan Vokal pada klien Stroke Non Hemoragik a. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Dari hasil WHO Multi Center

Hubungan Antara Lama Kerja dengan Terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL) pada Masinis DAOP-IV Semarang

Definisi Vertigo. Penyebab vertigo

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan

PREVALENSI GANGGUAN PENDENGARAN PADA SISWA SMA SWASTA RAKSANA DI KOTA MEDAN TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah penyebab utama dari penurunan pendengaran. Sekitar 15 persen dari orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kemampuan Mendengar Pada Lansia Dengan Presbikusis. Menurut kamus besar bahasa Indonesia mendengar memiliki makna dapat

Data Administrasi diisi oleh Nama: NPM/NIP:

Profil Gangguan Pendengaran Akibat Bising Pada Pemeriksaan Kesehatan Pekerja

BAB 4 METODE PENELITIAN. 3. Ruang lingkup waktu adalah bulan Maret-selesai.

SELAMAT PAGI NEUROBIOPHYSIK PENDENGARAN DISUSUN OLEH KELAS A : KELOMPOK 2

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. umum dan spesialis yang memeriksa seringkali memiliki pengetahuan yang

II. Deskripsi Kondisi Anak

TAJAM DENGAR PADA PEKERJA KLUB MALAM FULL MUSIK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bunyi. Indera pendengaran merupakan indera yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat. memicu terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL).

Skrining Gangguan Dengar pada Pekerja Salah Satu Pabrik Tekstil di Bandung

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang merangsang mekanisme pendengaran kemudian menghasilkan suara. Menurut

Transkripsi:

Vertigo DR. Dr. Wiratno, Sp.THT-KL (K)

Pendahuluan Vertigo merupakan masalah yang menyebabkan kesulitan bagi dokter maupun pasien Pasien sulit menjelaskan keluhannya (simptom), dokter juga sulit menangkap apa yang diceritakan pasien Vertigo adalah perasaan berputar (merasakan sensasi berputar). Definisi paling efektif adalah a subyective sense of imbalance. Dan sifatnya adalah turning.

Tipe Vertigo Rotation Unsteadyness Episode Seconds Hours Prolonged Weeks Episodic Seconds Hours to days Prolonged Weeks to months Pada dasarnya, vertigo bisa dijelaskan dengan satu dari dua cara; yaitu berdasarkan ada atau tidak ada rotatory. Apabila ada rotatory biasanya penderita hanya mengalami sedikit kesukaran dalam menjelaskannya. Bila tidak jelas sense of rotation patients akan mengalami lebih banyak kesukaran dalam mengutarakannya.

Pemeriksaan Anamnesis Penderita harus mengutarakan secara runtun jalannya seluruh kejadian Kapan vertigo dan periode timbul/hilang Penting mengetahui cepatnya onset dan resolusi Examination Telinga, hidung dan tenggorok harus diperiksa rutin Fungsi cerebeller dan tes keseimbangan Saraf cranial III, IV, dan VI,serta diperiksa nistagmus

Pemeriksaan Examination Kelemahan nerve VII sering kali tampak jelas ketika pasien menceriterakan riwayat penyakit. Tampak mengedip lemah pada mata yang terimbas. Tes pendengaran (audiogram) untuk memeriksa kelainan nerve VIII Saraf IX dan X diperiksa dari reflex muntah, untuk saraf XII dengan cara menjulurkan lidah. Tes Romberg dapat untuk membedakan kelainan yang serius.

Pathological correlations Rotation Unsteadiness Episodic Seconds : Short-lived stimulation or depression of the labyrinth Hours: metabolic or physiological failure of the labyrinth or central connections Episodic Seconds: physiological overload of the vestibular system Hours to days: temporary impairement of the central connections or decompensation of the vestibular system Prolonged Weeks to months: vestibula inadequacy

Short-lived stimulation or depression of the labyrinth Hanya berlangsung beberapa detik, karena terjadi depresi sesaat atau stimulasi pada salah satu labirinth atau di lintasannya ke saraf sentral. Penyebab utama vertigo diantaranya benign paroxysmal positional vertigo, caloric effect, dan alternobarc vertigo dan labyrinth fistula. Dapat berulang beberapa kali atau sering dalam sehari, tergantung kepada frequency stimulusnya.

Metabolic failure of the labyrinth Tipe episode dari vertigo berakhir dalam beberapa menit atau sebentar, kurang dari 24 jam. Karena terjadi perubahan fisiologi atau metabolic failure dari labyrinth. Misalnya pada Miniere s disease atau endolymphatic hydrops. Vertigo yang berlangsung lama lebih dari 24 jam dan biasanya kurang dari 3 4 minggu. Disebabkan ada kerusakan di labyrinth atau sentral connections. Vertigo biasanya disertai mual (nausea) dan tumpah tumpah.

Unsteadiness Unsteadiness yang berlangsung hanya beberapa detik bisa disebabkan oleh physiological overload dari vestibular atau central processing system. Central processor menerima impuls tidak hanya dari labyrinth, tetapi juga dari visual dan proprioceptive systems. Impuls dapat berlebihan, hal ini terjadi karena Rapid movements Terjadi abnormal input terutama dari aparatus visual Minor inadequacies di visual,proprioceptive atau system labyrinth.

Unsteadiness Prolonged unsteadiness sampai beberapa minggu atau bulan biasanya karena vestibula inadequacy. Hal ini terjadi Pada usia lanjut Karena vestibular toxic misalnya obat gentamicin, streptomycin.

AUDIOLOGI

Audiologi medik Audiologi Dasar Audiologi Khusus Tes penala Tes berbisik Audiometri nada murni Tes pada tuli sensorineural Audiometri objektif Tes untuk tuli anorganik Audiologi anak Audiologi industri

Tes Penala Tes Rinne Untuk membandingkan hantaran melalui udara dan melalui tulang pada telinga yang diperiksa Cara Pemeriksaan Interpretasi Penala digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus mastoid Setelah pasien tidak mendengar suara, penala di pindahkan di depan telinga ± 2,5 cm Ø Bila masih mendengar suara : Rinne (+) Ø Bila tidak mendengar suara : Rinne (-)

Tes Penala Tes Weber Untuk membandingkan hantaran tulang telinga kanan dan telinga kiri Cara Pemeriksaan Interpretasi Penala digetarkan Tangkai penala di letakkan di garis tengah kepala (verteks, dahi pangkal hidung, pertengahan gigi seri, atau di dagu) Apabila bunyi penala lebih keras pada salah satu telinga berarti Lateralisasi ke arah telinga tersebut Apbila tidak dapat dibedakan berarti tidak ada lateralisasi

Tes Penala Tes Schwabach Untuk membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan yang pendengarannya normal. Cara Pemeriksaan Interpretasi Schwabach Suara ( + ) Suara ( - ) Pasien Pemeriksa Memendek Tes diulang pada pemeriksa terlebih dahulu Pemeriksa Pasien Memanjang Normal Penala digetarkan Tangkai diletakkan pada prosessus mastoideus orang yang diperiksa Setelah tidak mendengar suara, tangkai penala segera di letakkan ke pemeriksa yang memiliki pendengaran normal Kemudian pemeriksaan diulang dengan meletakkan penala pada prosessus mastoideus pemeriksa terlebih dahulu.

Tes Penala Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach Diagnosis Positif Lateralisasi ( - ) Sama dengan pemeriksa Normal Negatif Lateralisasi (+ ) Memanjang Tuli Konduktif Positif Lateralisasi ( + ) Memendek Tuli Sensorineural Catatan : Pada tuli konduktif < 30dB, Rinne mungkin masih positif

Tes Penala Tes Bing (Tes Oklusi) Tragus telinga yang diperiksa ditekan sampai menutup liang telinga, sehingga terjadi tuli konduktif Dilakukan tes Weber Apabila terjadi lateralisasi pada telinga yang ditutup maka telinga tersebut normal Tapi apabila tidak terjadi lateralisasi, berarti telinga tersebut mengalami tuli konduktif Tes Stenger (Untuk tuli anorganik, simulasi atau pura pura tuli) Pemeriksaan dilakukan dengan cara pasien tidak dapat melihat prosedur tes Dua buah penala identik digetarkan dan masing masing diletakkan pada telinga kiri dan kanan Penala pertama di letakkan pada telinga yang dianggap normal dahulu, kemudian penala kedua digetarkan lebih keras di letakkan pada telinga yang di curigai sakit. Apabila pasien dapat mendengar suara hanya pada telinga yang di curigai sakit maka telinga yang dicurigai sakit tersebut normal. Tapi bila suara hanya terdapat pada telinga yang dianggap normal maka kemungkinan telinga yang tidak mendengar tersebut mengalami tuli

Audiometri Audiometry adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pengukuran formal pendengaran. Pengukuran biasanya dilakukan dengan menggunakan "Audiometer" oleh "audiolog", Audiometry adalah tes subjektif - itu bukan pengukuran objektif. Hasil tergantung kerjasama pasien untuk menekan tombol atau mengangkat tangan mereka, ketika mereka mendengar nada.

Jenis dan derajat ketulian Dapat dihitung ambang dengar udara (AC) Atau hantaran tulang (BC) Pada interpretasi audiogram harus ditulis Telinga mana Jenis ketulian Derajat ketulian 0 25 db Normal >25 40 db Tuli Ringan >40 55 db Tuli Sedang >55 70 db Tuli Sedang Berat >70 90 db Tuli Berat >90 db Tuli Sangat Berat

audiometri

Contoh audiometri Normal (Telinga kanan) Tuli Sensorineural (Telinga kanan)

Contoh audiometri Tuli Konduktif (Telinga kanan) Tuli Campuran (Telinga kanan)

Terima Kasih