BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
Termokimia. Abdul Wahid Surhim 2014

kimia KTSP & K-13 TERMOKIMIA I K e l a s A. HUKUM KEKEKALAN ENERGI TUJUAN PEMBELAJARAN

Fisika Dasar I (FI-321)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

9/17/ KALOR 1

KALOR. hogasaragih.wordpress.com

PAPER FISIKA DASAR MODUL 8 KALORIMETER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Fisika Umum (MA101) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa

WEEK 8,9 & 10 (Energi & Perubahan Energi) TERMOKIMIA

KALORIMETER PF. 8 A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan panas jenis berbagai logam B.

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

H = H hasil reaksi H pereaksi. Larutan HCl

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Fisika Umum (MA101) Topik hari ini (minggu 6) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa

MATERI POKOK. 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor 2. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN

TERMODINAMIKA (II) Dr. Ifa Puspasari

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

TERMOKIMIA. Hukum Hess Perubahan entalpi reaksi tetap sama, baik berlangsung dalam satu tahap maupun beberapa tahap.

BAB IV TERMOKIMIA A. PENGERTIAN KALOR REAKSI

LKS XI MIA KELOMPOK :... ANGGOTA :

Laporan Praktikum Kimia Fisika. PENENTUAN PERUBAHAN ENTALPI ( Hc) DENGAN MENGGUNAKAN KALORIMETER BOM

10/18/2012. James Prescoutt Joule. Konsep dasar : Kerja. Kerja. Konsep dasar : Kerja. TERMODINAMIKA KIMIA (KIMIA FISIK 1 ) Hukum Termodinamika Pertama

Xpedia Fisika. Kapita Selekta Set Energi kinetik rata-rata dari molekul dalam sauatu bahan paling dekat berhubungan dengan

HUBUNGAN ENERGI DALAM REAKSI KIMIA

KALOR DAN KALOR REAKSI

KIMIA FISIKA TERMOKIMIA

Bab III Termokimia TUJUAN PEMBELAJARAN. Termokimia 47. Ketika batang korek api dinyalakan terjadi reaksi kimia dan pelepasan energi.

Oleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH

Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK

Bab IV Kalor dan Konservasi Energi

KALOR. Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN PERUBAHAN ENTALPI DENGAN KALORIMETER

BAB III PROSES PEMBAKARAN

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

Perancangan dan Pembuatan Kalorimeter Aliran (Flow Calorimeter) dengan Saluran Gas Pembakaran Berbentuk Banyak Silinder

SKL 2 RINGKASAN MATERI. 1. Konsep mol dan Bagan Stoikiometri ( kelas X )

TERMOKIMIA. Sistem terbagi atas: 1. Sistem tersekat: Antara sistem dan lingkungan tidak dapat terjadi pertukaran energi maupun materi

Kekekalan Energi energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

TERMOKIMIA. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS

MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN

KALOR Kalor 1 kalori 1 kalori = 4.18 joule 1 joule = 0.24 kalori Q = H. Dt Q = m. c. Dt H = m. c Q = m. L

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis,

Sebutkan data pada kalor yang diserap atau dikeluarkan pada sistem reaksi!

KALORIMETRI A. Pendahuluan

MODUL 1 TERMOKIMIA. A. Hukum Pertama Termodinamika. B. Kalor Reaksi

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

- - KALOR - - Kode tujuh3kalor - Kalor 7109 Fisika. Les Privat dirumah bimbelaqila.com - Download Format Word di belajar.bimbelaqila.

TERMOKIMIA. Kalor reaksi pada pembakaran 1 mol metanol menurut reaksi adalah... CH 3 OH + O 2 CO H 2 O. Penyelesaian : H

BAB V PERHITUNGAN KIMIA

Ditemukan pertama kali oleh Daniel Gabriel Fahrenheit pada tahun 1744

Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR

KALOR. Keterangan Q : kalor yang diperlukan atau dilepaskan (J) m : massa benda (kg) c : kalor jenis benda (J/kg 0 C) t : kenaikan suhu

Farel H. Napitupulu Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin FT USU. m& = konsumsi bahan bakar (kg/s) LHV = low heating value (nilai kalor bawah) (kj/kg)

BAB II LANDASAN TEORI

MODUL KIMIA XI IPA BAB II TERMOKIMIA

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

KIMIA TERAPAN STOIKIOMETRI DAN HUKUM-HUKUM KIMIA Haris Puspito Buwono

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini. Kalor dan Hukum Termodinamika

FISIKA TERMAL Bagian I

Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga C, maka A dan B dalam kesetimbangan termal satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kesetaraan kalor lebur es.

TERMOKIMIA. STANDART KOMPETENSI; 2. Memahami perubahan energi dalam kimia dan cara pengukuran. ENTALPI DAN PERUBAHANNYA

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

BANK SOAL SELEKSI MASUK PERGURUAN TINGGI BIDANG KIMIA

MODUL 5 PENENTUAN ENTALPI REAKSI dengan KALORIMETRI

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K.

LEMBARAN SOAL 5. Pilih satu jawaban yang benar!

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

BAB VI ANALISA PENGHEMATAN BIAYA BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN BAHAN BAKAR GAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan memakai bahan bakar antara lain bahan bakar padat dan bahan bakar cair,

LEMBARAN SOAL 7. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal

SOAL OLIMPIADE KIMIA SMA TINGKAT KOTA/KABUPATEN TAHUN 2011 TIPE II

Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar.

Materi Pokok Bahasan :

Xpedia Fisika. Soal Zat dan Kalor

1. Isilah Biodata anda dengan lengkap (di lembar Jawaban) Tulis dengan huruf cetak dan jangan disingkat!

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

KALOR. system yang lain; ini merupakan dasar kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif pertukaran kalor.

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal

BAB 7 SUHU DAN KALOR

PERHITUNGAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI SUMBER PEMBAKARAN TETAP

FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto

1 Energi. Energi kinetic; energy yang dihasilkan oleh benda bergerak. Energi radiasi : energy matahari.

H 2 O (l) H 2 O (g) Kesetimbangan kimia. N 2 O 4 (g) 2NO 2 (g)

Konsep Dasar Pendinginan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Bambang (2016) dalam perancangan tentang modifikasi sebuah prototipe kalorimeter bahan bakar untuk meningkatkan akurasi pengukuran nilai kalor bahan bakar melakukan modifikasi alat kalorimeter dengan menambahkan isolator panas menggunakan styrofoam untuk meningkatkan akurasi pengukuran nilai kalor bahan bakar. Hasil pengujian menunjukkan adanya penurunan kecepatan pendinginan temperatur air dalam kalorimeter dari 0,052 C menjadi 0,043 C. Penurunan kecepatan pendinginan ini akan menghasilkan pengukuran yang lebih akurat. Simond (2013) dalam penelitian tentang flow Calorimetry: a technique for caracterisation of liquid-liquid and liquid-gas system menggunakan teknik kalorimetri aliran. Kalorimetri aliran sangat diminati untuk representasi termodinamika pada penyerapan karbon dioksida dalam aliran air. Kalorimetri aliran bekerja pada mode dinamis. Dalam setiap kasus yang terjadi, kebenaran data entalpi dapat diperiksa dengan menguji konsistensi dengan sifat lainnya. Misalnya pengukuran entalpi karbon dioksida dapat diuji dalam aliran air dengan membandingkan batas kelarutan gas. Farel (2006) dalam penelitian tentang pengaruh nilai kalor (heating value) suatu bahan bakar terhadap perencanaan volume ruang bakar ketel uap berdasarkan metode penentuan nilai kalor bahan bakar melakukan analisis yang menghasilkan tiga harga nilai kalor dan volume ruang bakar yang berbeda. Sampel bahan bakar yang digunakan adalah minyak bakar (residu). Nilai kalor minyak bakar menurut sumber data Pertamina LHV = 38.669,196 kj/kg. Nilai kalor minyak bakar menurut sumber data kalorimeter LHV = 40.555,141 kj/kg. Nilai kalor minyak bakar menurut sumber data perhitungan rumus Dulog LHV = 42.366,51 kj/kg. 4

5 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Sifat Termal Zat Setiap zat yang menerima ataupun melepaskan kalor, maka zat tersebut akan mengalami perubahan suhu, perubahan volume, dan perubahan wujud/bentuk. 1 kalori (kal) adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 gram air sehingga suhunya naik 1 C. Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan zat sebesar 1 kg untuk mengalami perubahan suhu sebesar 1 K atau 1 C. Kalor jenis merupakan karakteristik termal suatu zat, artinya bergantung pada jenis zat yang dipanaskan atau didinginkan. Kalor jenis dapat dinyatakan dalam persamaan (2.1). Q = m. c. T...(2.1) Dengan : Q = kalor pada perubahan suhu (Joule) m = massa zat (kg) c = kalor jenis (J/kg. C) T = perubahan suhu ( C) Kapasitas kalor adalah jumlah kalor yang diperlukan suatu zat untuk menaikkan suhu zat sebesar 1 C. Jika sejumlah kalor (Q) menghasilkan perubahan suhu sebesar t, maka kapasitas kalor dapat dirumuskan pada persamaan (2.2). C =...(2.2) Dengan : C = kapasitas kalor (Joule/ C) T = perubahan suhu ( C) Q = kalor pada perubahan suhu (Joule)

6 2.2.2 Alat Uji Kalorimeter Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat dalah suatu reaksi kimia. Proses dalam kalorimeter berlangsung secara adiabatik, yaitu tidak ada energi yang lepas ataupun masuk kedalam sistem kalorimeter (Syarifuddin, 2012). Terdapat dua jenis alat pengujian kalorimeter bahan bakar yaitu kalorimeter aliran dan kalorimeter non aliran. 1. Kalorimeter aliran (flow calorimeter) Kalorimeter aliran biasa digunakan untuk menghitung nilai kalor bahan bakar gas yang tersusun dari sebuah ruang pembakaran dengan volume konstan yang diselimuti dengan air yang dialirkan dengan konstan sebagai media ukur saat terjadi perubahan suhu akibat proses pembakaran. Kenaikan suhu ruang pembakaran akan memanaskan air sehingga didapatkan suhu sebelum dan sesudah pembakaran. Dari nilai suhu ini kemudian dihitung nilai kalor bahan bakar. Contoh kalorimeter aliran seperti pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Flow calorimeter

7 2. Kalorimeter non aliran (bomb calorimeter) Kalorimeter non airan biasa digunakan untuk menghitung nilai kalor bahan bakar padat dan cair. Berbeda dengan kalorimeter aliran, pengukuran yang dilakukan pada kalorimeter non aliran menggunakan kondisi volume dan air yang konstan tanpa adanya aliran. Bahan bakar dimasukkan kedalam sebuah bejana logam yang diisi dengan oksigen bertekanan tinggi yang biasa disebut bom. Bom ditempatkan didalam bejana berisi air dan bahan bakar dinyalakan dengan sambungan listrik dari luar. Air diaduk untuk menjaga keseragaman perubahan suhu yang kemudian diukur mengunakan termometer. Contoh kalorimeter non aliran seperti pada gambar 2.2. Gambar 2.2 Bomb calorimeter 2.2.3 Modus Perpindahan Kalor Konduktivitas termal adalah suatu fenomena perpindahan dimana perbedaan temperatur menyebabkan perpindahan energi termal dari suatu daerah benda panas ke

8 daerah yang lain dari benda yang sama dengan temperatur yang lebih rendah (Tim Eksperiment Fisika, 2009). Kalor yang ditransfer dari suatu titik ke titik yang lain melalui salah satu dari tiga modus perpindahan kalor, yaitu : 1. Konduksi adalah bila panas yang di transfer tidak diikuti dengan perpindahan massa dari benda. Konduksi diakibatkan oleh tumbukan antar molekul penyusun zat. Ujung benda yang panas mengandung molekul yang bergetar lebih cepat. Ketika molekul yang bergetar cepat tadi menumbuk molekul disekitarnya yang lebih lambat, maka terjadi transfer energi ke molekul disebelahnya sehingga getaran molekul yang semula lambat menjadi lebih cepat. Molekul ini kemudian menumbuk molekul lambat disebelahnya dengan disertai transfer energi. Demikian seterusnya sehingga pada akhirnya energi sampai pada ujung benda yang lainnya. Perpindahan kalor secara konduksi dapat ditentukan dengan persamaan (2.3). = = = Q. A. t....(2.3) Dengan : = laju perpindahan kalor (Watt) K = konduktivitas termal (W/m.K) A = luas permukaan perpindahan kalor (m 2 ) T = perubahan suhu (K) L = panjang (m) Q = kalor (Joule) T = waktu (detik) 2. Konveksi terjadi karena getaran massa molekul dari suatu tempat ke tempat lain. Konveksi terjadi pada perpindahan molekul dalam jarak yang jauh. Perpindahan kalor secara konvensi dapat ditentukan dengan persamaan (2.4).

9 = = h. A. T 4...(2.4) Dengan : = laju kalor ( J/detik) h = koefisien konveksi (m 2 ) A = luas permukaan perpindahan kalor (m 2 ) Q = perpindahan kalor (Joule) t = waktu (detik) T = perubahan suhu (K) 3. Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa memerlukan media perantara. Artinya perpindahan energi kalor yang terjadi dalam bentuk gelombang elektromagnetik (Abdullah, 2005). Perpindahan kalor secara radiasi dapat ditentukan dengan persamaan (2.5). = 4... (2.5) Dengan : = 5,67 x 10-8 Wm -2 K -4 (tetapan Stefan-Boltzmann) A = luas permukaan (m 2 ) T = suhu (K) Q = perpindahan kalor (Joule) t = waktu (detik) e = koefisien emisivitas (0 1) Skema perpindahan kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi dapat dilihat seperti pada gambar 2.3.

10 Gambar 2.3 Skema modus perpindahan kalor 2.2.4 Proses dan Reaksi Pembakaran Proses pembakaran adalah terjadinya oksidasi yang cepat dari bahan bakar yang disertai dengan terbentuknya panas dan cahaya. Pembakaran yang sempurna pada bahan bakar terjadi jika pasokan oksigen tercukupi. Dalam setiap bahan bakar, unsur yang mudah terbakar adalah karbon, hidrogen dan sulfur. Tujuan pembakaran sempurna adalah untuk melepaskan seluruh energi panas yang terdapat pada bahan bakar. Pembakaran sempurna dapat dicapai dengan melakukan pengontrolan terhadap tiga aspek berikut : 1. Temperatur Temperatur yang digunakan dalam pembakaran harus cukup tinggi untuk memastikan terjadinya reaksi kima. 2. Turbulensi Turbulensi yang tinggi akan menyebabkan bahan bakar dan pengoksidasi tercampur dengan baik. 3. Waktu Waktu pembakaran yang cukup untuk memastikan panas terserap oleh reaktan sehingga proses termokimia dapat terjadi.

11 Pembakaran yang sempurna dapat menurunkan tingkat konsumsi bahan bakar serta mengurangi kepekatan asap hitam pada gas pembuangan, karena ketika terjadi pembakaran sempurna campuran bahan bakar dan udara akan terbakar seluruhnya dalam waktu yang tepat. Energi panas yang dihasilkan proses pembakaran berupa senyawa hidrokarbon yang mendominasi kebutuhan energi. Pembakaran merupakan reaksi kimia yang bersifat eksotermis dari senyawa-senyawa yang ada didalam bahan bakar dengan oksigen yang kemudian menghasilkan panas. Secara teoritis proses pembakaran akan terjadi secara komplet/sempurna apabila jumlah udara yang tersedia cukup, sehingga semua unsur karbon C berubah menjadi karbon dioksida CO 2 dan semua unsur hidrogen H berubah menjadi air H 2 O. Tetapi pada kenyataannya proses pembakaran berlangsung tidak sempurna yaitu tidak memenuhi syarat seperti di atas (timbulnya C, H 2, CO, OH atau yang lain). Hal ini dapat disebabkan oleh kekurangan oksigen, kualitas campuran bahan bakar dan udara yang tidak baik dan terjadinya disosiasi (pecahnya unsur-unsur stabil yang kemudian membentuk unsur baru). Pembakaran aktual adalah proses pembakaran yang tidak sempurna dimana jumlah oksigen yang digunakan tidak memenuhi jumlah udara stoikiometris/teoritis untuk pembakaran sempurna. Sedangkan pembakaran stoikiometris/teoritis adalah proses pembakaran yang apabila bahan bakar dapat terbakar dengan sempurna dengan jumlah udara yang minimum. Udara minimum ini disebut sebagai udara teori. Dengan kata lain pembakaran stoikiometris adalah pembakaran sempurna tanpa menyisakan oksigen O 2 dari hasil pembakarannya. Pembakaran stoikiometris dengan bahan bakar LPG (C 3 H 8 ) dapat dinyatakan secara umum seperti pada persamaan (2.6). C 3 H 8 + 5 (O 2 + 3,76. N 2 ) 3. CO 2 + 4. H 2 O + 18,8. N 2...(2.6) Pada kenyataannya dengan tujuan menjamin sempurnanya proses pembakaran dan/atau menurunkan temperatur pembakaran, maka disuplai udara dalam jumlah yang berlebih. Kelebihan jumlah udara dibandingkan jumlah udara teori/stoikiometris

12 ini disebut udara lebih (excess air) seperti pada persamaan (2.7) dimana a dan s masing-masing menunjukkan kondisi aktual dan stoikiometris/teoritis. %udara lebih mudara, a mudara,s...(2.7) m udara,s Reaksi pembakaran gas LPG (C 3 H 8 ) dengan menggunakan udara berlebih (excess air) seperti pada persamaan (2.8). C 3 H 8 + 5. (1 + EA). (O 2 + 3,76. N 2 ) 3. CO 2 + 4. H 2 O + 18,8. N 2 + EA. O 2 + EA. (3,76). N 2...(2.8) Dalam proses pembakaran perlu diperhatikan bahan bakar, udara (oksigen), kalor serta reaksi kimia. Perbandingan campuran bahan bakar dengan udara sangat menentukan hasil proses pembakaran karena mempengaruhi reaksi pembakaran dan hasil pembakaran. Kondisi campuran reaksi pembakaran dapat ditentukan dengan persamaan (2.9), (2.10), (2.11) dan (2.12). Air-Fuel Ratio m AFR m udara bb AFR st m udara 4,76 ( / 4) MW udara mbb 1 MW st bb...(2.9) Equivalence Ratio AFR AFR st FAR FAR st... (2.10) % Stoichiometric Air % Excess Air 100% % stoichiometric air... (2.11) (1 ) % excess air 100%...(2.12)

13 2.2.5 Entalpi Pembakaran, Entalpi Reaksi dan Entalpi Pembentukan Entalpi pembakaran adalah perbandingan entalpi antara hasil pembakaran dengan reaktan dalam keadaan yang sama dalam suatu reaksi pembakaran sempurna. Sedangkan entalpi pembentukan adalah sejumlah energi yang dilepas ataupun diserap pada suatu reaksi untuk membentuk molekul atau senyawa baru. Pada dasarnya entalpi pembakaran sama dengan entalpi reaksi, tetapi pada entalpi pembakaran reaksi terjadi pada bahan bakar yang melepaskan panas dalam proses pembakaran. Artinya jumlah kalor yang dilepas selama proses pembakaran terbuka oleh 1 Kmol atau 1 Kg bahan bakar yang terbakar sempurna dalam temperatur dan tekanan tertentu. Dalam sebuah sistem pembakaran, entalpi pembakaran dapat ditentukan dengan persamaan (2.13). E sistem = E keadaan + E kimia...(2.13) Jika keadaan sistem inlet dan outlet sama, maka perubahan nilai energi pada sistem akan sama dengan perubahan nilai energi kimia dari unsur-unsur yang ada. Skema proses pembakaran seperti pada gambar 2.4. Entalpi pembakaran dapat diketahui dengan persamaan (2.14). H C = H P H R...(2.14) Gambar 2.4 Skema proses pembakaran (Joseph, 1991) pada tabel 2.1. Nilai entalpi pembakaran bahan bakar tertentu pada 25 C, 1 atm dapat dilihat

14 Tabel 2.1 Entalpi pembakaran pada 25 C, 1 atm (Joseph, 1991) Nama Zat H C (kj mol -1 ) Reaksi Pembakaran Karbon -393,5 C(s) + O 2 (g) CO 2 (g) Metana -802 CH 4 (g) + 2O 2 (g) CO 2 (g) + 2H 2 O(g) Belerang -297 S(s) + O 2 (g) SO 2 (g) Hidrogen -285,85 H 2 (g) + ½O 2 (g) H 2 O(l) -241,8 H 2 (g) + ½O 2 (g) H 2 O(g) Karbon monoksida -283 CO(g) + ½O 2 (g) CO 2 (g) Asetilena -1256 C 2 H 2 (g) + 2½O 2 (g) 2CO 2 (g) + H 2 O(g) Metanol -638 CH 3 OH(l) + 1½O 2 (g) CO 2 (g) + 2H 2 O(g) Isooktana -5460 C 8 H 18 (l) + 12½O 2 (g) 8CO 2 (g) + 9H 2 O(g) Sedangkan untuk zat yang tidak tercantum dapat diketahui nilai entalpi pembakarannya dari entalpi pembentukan unsur-unsurnya. 2.2.6 Temperatur Nyala Adiabatik Temperatur nyala adiabatik adalah suhu tertinggi dari nyala api bahan bakar yang terjadi dalam suatu sistem tertutup tanpa ada kebocoran panas dari sekelilingnya. Artinya temperatur nyala adiabatik adalah suhu yang terjadi pada proses pembakaran tanpa adanya panas yang masuk ataupun keluar sehingga tidak terjadi perubahan panas didalam sistem pembakaran. Temperatur nyala adiabatik diperlukan untuk mengetahui nilai panas yang dihasilkan bahan bakar tersebut. Dalam proses pembakaran, semua kalor yang terkandung didalam bahan bakar menjadi kalor produk dan kalor sensibel seperti pada persamaan (2.15) dan (2.16). Panas reaksi (H R ) = panas produk (H P ) + panas sensibel (HV)...(2.15) Panas sensibel (HV) = panas reaktan (H R ) panas produk (H P )...(2.16)

15 Temperatur nyala adiabatik tidak dapat ditentukan secara nyata, tetapi para ahli mencari metode untuk menentukannya secara teori. Temperatur nyala api ditentukan oleh jenis bahan bakar dan oksida yang digunakan (Melisa, 2015). Skema pembakaran adiabatik seperti pada gambar 2.5. Secara matematik, temperatur nyala adiabatik dapat dirumuskan dengan persamaan (2.17). dq = 0 Q = Konstan...(2.17) Gambar 2.5 Skema sistem pembakaran adiabatik Untuk menghitung suhu pembakaran adiabatik digunakan rumus seperti pada persamaan (2.18). HR T = H R + ( H p H R )... (2.18) Sedangkan untuk menghitung panas reaksi yang terjadi, digunakan rumus seperti pada persamaan (2.19). H R = n H c + n.λh 2 O...(2.19) Dengan : HR T = Panas reaksi pembakaran H R = Panas reaksi H p = Panas produk H R = Panas reaktan

16 Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi suhu pembakaran (Melisa, 2015) : 1. Tekanan atmosfir 2. Bahan bakar yang terbakar 3. Ada atau tidaknya unsur pengoksidasi dalam bahan bakar 4. Bagaimana stoikiometri pembakaran yang terjadi 2.2.7 Nilai Kalor (Heating Value) Nilai kalor (heating value) adalah jumlah energi kalor yang dilepaskan bahan bakar pada waktu terjadinya oksidasi unsur-unsur kimia yang ada pada bahan bakar tersebut (Farel, 2006). Nilai kalor juga dapat didefenisikan sebagai kandungan energi dari suatu bahan bakar per satuan massa atau per satuan mol dari bahan bakar tersebut. Nilai kalor bahan bakar terdiri dari : 1. Nilai kalor atas (HHV) Nilai kalor atas atau Highest Heating Value (HHV) adalah nilai kalor yang diperoleh dari pembakaran 1 Kg bahan bakar dengan menghitung panas kondensasi uap yang dihasilkan (hasil pembakaran berwujud cair). 2. Nilai kalor bawah (LHV) Nilai kalor bawah atau Lowest Heating Value (LHV) adalah nilai kalor yang diperoleh dari pembakaran 1 Kg bahan bakar dengan mengabaikan panas kondensasi uap yang dihasilkan (hasil pembakaran berwujud gas) (Farel, 2006). Untuk menentukan nilai kalor dapat dirumuskan dengan persamaan (2.20). HV = H P H R H P = Ʃ i ( n Pi. h f Pi ) H R = Ʃ j ( n Pj. h f Pj )...(2.20) Dengan : HV = Nilai kalor H P = Kalor produk H R = Kalor reaksi

17 2.2.8 Nilai Kalor LPG secara Teoritis Salah satu bahan bakar gas yang biasa digunakan adalah LPG (Liquid Petroleum Gas) yang dihasilkan dari proses pengilangan minyak bumi yang dicairkan dengan tekanan tinggi. Komposisi LPG berupa campuran propana (C 3 H 8 ) dan butana (C 4 H 10 ) dengan jumlah propana yang lebih dominan. Untuk menentukan nilai kalor LPG secara teoritis, perlu diketahui reaksi pembakaran teoritis (stoikiometris) dari propana (C 3 H 8 ) seperti pada persamaan (2.21). C 3 H 8 + a th. (O 2 + 3,76. N 2 ) x. CO 2 + y. H 2 O + z. N 2...(2.21) Dengan kesetimbangan molekul antara reaktan dan produk dapat diketahui : C : 3 = x x = 3 H : 8 = 2. y y = 4 O : 2. a th = 2. x + y = 2. (3) + 4 = 10 a th = 5 N 2 : 3,76. a th = z z = 3,76. 5 z = 18,8 Sehingga diketahui reaksi pembakaran teoritis C 3 H 8 seperti pada persamaan (2.22). C 3 H 8 + 5. (O 2 + 3,76. N 2 ) 3. CO 2 + 4. H 2 O + 18,8. N 2... (2.22) Entalpi reaksi (H R ) dari C 3 H 8 dapat diketahui dengan persamaan (2.23). H R = Ʃ j ( n Pj. h f Pj ) H R = N C₃H₈. h f C₃H₈ + N O₂. h f O₂ + N N₂. h f N₂... (2.23) Entalpi produk (H P ) dari C 3 H 8 dapat diketahui dengan persamaan (2.24). H P = Ʃ i ( n Pi. h f Pi ) H P = N CO₂. h f CO₂ + N H₂O. h f H₂O + N N₂. h f N₂... (2.24) Untuk 1 kmol C 3 H 8 diketahui : N udara = 5. 4,76 = 23,8 kmol udara

18 N CO₂ = 3 kmol CO 2 N H₂O = 4 kmol H 2 O N N₂ = 18,8 kmol N 2 Selanjutnya perlu diketahui nilai entalpi pembentukan (h f ) setiap komponen LPG yang dapat dilihat pada Tabel A-26 dari tabel Termodinamika meliputi : C 3 H 8 (g) = -103.850 kj/kmol O 2 = 0 N 2 = 0 CO 2 = -393.520 kj/kmol H 2 O (g) = -241.820 kj/kmol H 2 O (l) = -285.830 kj/kmol Sehingga dapat diketahui entalpi reaksi (H R ) LPG sebagai berikut. H R = N C₃H₈. h f C₃H₈ + N O₂. h f O₂ + N N₂. h f N₂ H R = 1. (-103.850) + 5. (0) + 5. 3,76. (0) H R = -103.850 kj Untuk nilai entalpi produk pada produk H 2 O dalam fasa gas (H P,gas ) dapat diketahui dengan persamaan (2.25). H P,gas = N CO₂. h f CO₂ + N H₂O (g). h f H₂O (g) + N N₂. h f N₂... (2.25) H P,gas = 3. (-393.520) + 4. (-241.820) + 18,8. (0) = -2.147.840 kj Untuk nilai entalpi produk pada produk H 2 O dalam fasa cair (H P,liquid ) dapat diketahui dengan persamaan (2.26). H P,liquid = N CO₂. h f CO₂ + N H₂O (l). h f H₂O (l) + N N₂. h f N₂... (2.26) H P,liquid = 3. (-393.520) + 4. (-285.830) + 18,8. (0) = -2.323.880 kj

19 Dari data tersebut dapat diketahui nilai kalor C 3 H 8 sebagai berikut : LHV = H P,gas - H R = -2.147.840 (-103.850) = 2.043.990 kj/kmol C 3 H 8 HHV = H P,liquid - H R = -2.323.880 (-103.850) = 2.220.030 kj/kmol C 3 H 8 Untuk mengetahui nilai LHV dan HHV dalam satuan kj/kg, maka nilai kalor perlu dibagi dengan massa molar (Mr) C 3 H 8 yang dapat diketahui dengan persamaan (2.27). Mr C₃H₈ = 3. (13) + 8. (1) = 44 kg/kmol...(2.27) Sehingga diketahui LHV dan HHV bahan bakar gas LPG (C 3 H 8 ) secara teoritis : LHV = 2.043.990 / 44 = 46.454,31 kj/kg HHV = 2.220.030 / 44 = 50.455,22 kj/kg