Dedy Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7 Palangka Raya

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil data dari United Nations Children s Fund (UNICEF) (2005), penduduk usia15-24 tahun karena HIV (Human Immunodeficiency Virus)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN. yang meliputi analisis bivariat dan multivariat. berlokasi di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar, yang

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda. Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

ANALISIS PERILAKU MAHASISWI TENTANG DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI IYAH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB 1 : PENDAHULUAN. terdapat orang terinfeksi HIV baru dan orang meninggal akibat AIDS.

PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB I PENDAHULUAN. umur, jenis kelamin, dan ras. Epidemi penyakit HIV/AIDS menjadi masalah

Keywords: Level of knowledge, HIV-AIDS, Counseling

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 : PENDAHULUAN. adalah penggunaan kondom pada hubungan seks risiko tinggi dan penggunaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. ini memungkinkan terjadinya peralihan lingkungan, dari lingkungan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

HIV/AIDS Terhadap Konsekuensi Perilaku Seks Bebas (Study pada RSUD Abdul Moeloek Kota Bandar Lampung 2013)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari 1 juta orang mendapatkan Penyakit Menular Seksual (PMS) setiap hari. Setiap tahun sekitar 500 juta

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB IV HASIL PENELITIAN. Terdapat 30 gigolo yang menjadi responden dalam penelitian ini. Sejumlah 15

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

VALIDASI TINGKAT PENGETAHUAN. Correlations

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko

BAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4

ANALISIS FAKTOR RESIKO PENULARAN HIV/AIDS DI KOTA MEDAN

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PERILAKU BERISIKO TERINFEKSI HIV PADA REMAJA JALANAN DI RUMAH SINGGAH YAYASAN BINA INSAN MANDIRI KOTA DEPOK TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HIV/AIDS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DI UPTD PUSKESMAS PONDOK GEDE KOTA BEKASI TAHUN 2013

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI 1 WEDI KLATEN. Sri Handayani* ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada analisis ini, variabel yang akan dieksplorasi adalah variabel kejadian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN , , ,793

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ENGETAHUAN KOMREHENSIF HIV-AIDS ELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI (SMA-N) 6 ALANGKARAYA ROVINSI KALIMANTAN TENGAH, TAHUN 2015 Dedy Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7 alangka Raya ABSTRAK Kasus Human Immunodefficiency Virus-Aquired Immuno Defficiency Syndrom atau biasa disingkat HIV-AIDS, di Indonesia tercatat secara kumulatif sampai dengan Desember 2012 terdapat sebanyak 98.390 kasus HIV dan AIDS sebanyak 42.887 kasus. entingnya informasi/pengetahuan HIV-AIDS dalam upaya menanggulangi kasus HIV-AIDS. Hasil Riskedas tahun 2010 juga mencatat bahwa secara Nasional masih 11,4 persen penduduk yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang HIV-AIDS. Mendasari dari beberapa informasi diatas maka sangat penting sekali mengetahui secara dini tingkat pengetahuan dan kekuatan (Dominasi) pengetahuan secara sekomprehensif siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMA-N) 6 alangkaraya terkait pengetahuan HIV-AIDS, mengingat pada kelompok umur tersebut cukup rentan sebagai awal dalam penularan HIV-AIDS terutama melalui hubungan seksual secara bebas/berganti pasangan. Metodologi enelitian ini menggunakan metode penelitian bersifat Kohort dengan jenis desain studi kasus Kontroll (Case Control Study). Analisis hubungan engetahuan Komprehensif Siswa tentang HIV-AIDS dilakukan dengan uji Chi Square yang merupakan statistic dengan data tidak normal (non parametric) dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 176 siswa SMAN-6 alangkaraya yang terbagi 88 sebagai Kontrol (tidak Konprehensif) dan 88 sebagai kasus (Komprehensif). Setelah dilakukan analisis hubungan dari 5 faktor terkait pengetahuan komprehensif HIV-AIDS, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 4 faktor yang memiliki hubungan bermakna terhadap pengetahuan komprehensif HIV-AIDS remaja SMA dilokasi penelitian tersebut yaitu (1) tentang kondom, (2) saling setia pada pasangan, (3) cara penularan dari manusia, (4) cara penularan dari binatang. Hasil analisis gabungan, variabel dengan pengetahuan responden tentang penularan HIV-AIDS dari manusia merupakan variabel yang dominan hubungannya terhadap kualitas pengetahuan komprehensif HIV-AIDS dibandingkan dengan 4 variabel lainnya. Responden yang memiliki pengetahuan kurang mengenai penularan HIV-AIDS dari manusia berpotensi 3,9 kali lebih besar berpengetahuan tidak komprehensif HIV-AIDS dibandingkan dengan yang baik/. Kata Kunci : engetahuan; Komprehensif; HIV; AIDS; Kondom ENDAHULUAN Sejak ditemukan kasus Human Immunodefficiency Virus-Aquired Immuno Defficiency Syndrom atau biasa disingkat HIV- AIDS, di Indonesia tahun 1987 sampai dengan Desember 2012 tercatat HIV-AIDS terdapat di 345 dari 497 kabupaten/ kota yang ada di seluruh rovinsi di Indonesia. Dari hasil tersebut tercatat secara kumulatif sampai dengan Desember 2012 terdapat sebanyak 98.390 kasus HIV dan AIDS sebanyak 42.887 kasus. (sumber: Kemenkes Dirjen 2L, tahun 2012). Beberapa laporan/ data kasus yang ada di Indonesia menyebutkan bahwa awalnya terkena kasus HIV terjadi terutama pada kelompok umur/usia mereka remaja/ dewasa (diatas 15 tahun). Hal ini berarti bahwa anak dan remaja sudah mulai berperilaku berisiko seperti berhubungan seks bebas (berganti-ganti pasangan) dan dapat diperparah juga dengan menggunakan narkoba suntik pada usia sangat muda. 11

Hasil Riskedas tahun 2010 juga mencatat bahwa secara Nasional masih 11,4 persen penduduk yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang HIV- AIDS. Tiga provinsi persentasi tertinggi mengenai hal itu yaitu : DKI Jakarta (21,6%), apua (21,3%), apuas Barat (19,2%), sedangkan 3 provinsi dengan nilai terendah yaitu Gorontalo (4,7%), Sulawesi Barat (5,5%) dan Sumatra Selatan (6,3%). Sumber: Riskesdas 2010. engetahuan komprehensif tentang HIV-AIDS, meliputi cara pencegahan dan penularan. engertian tentang pengetahuan komprehensif disini adalah apabila seseorang mampu menjawab dengan benar lima (5) pertanyaan Dasar dibawah ini : 1. Bisakah seseorang mengurangi risiko tertular HIV dengan cara menggunakan kondom dengan benar setiap kali melakukan seks? 2. Apakah dengan saling setia pada pasangan dapat mengurangi risiko tertular HIV? 3. Bisakah seseorang tertular HIV dengan cara menggunakan alat makan atau minum secara bersama dengan seseorang yang sudah terinfeksi HIV? 4. Bisakah seseorang tertular virus HIV melalui gigitan nyamuk/ serangga? 5. Dapatkah anda mengetahui seseorang sudah terinfeksi HIV hanya dengan melihat? (sumber: kemenkes, Riset kesehatan dasar, tahun 2010). Dengan diketahuinya hal hal tersebut diatas maka dapat digunakan untuk melakukan estimasi tentang efektivitas program dalam upaya pencegahan HIV-AIDS pada kelompok usia muda, efektivitas keberhasilan penyebarluasan informasi, pendidikan, program komunikasi dan upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang cara pencegahan penularan penyakit HIV-AIDS terutama pada kelompok yang rentan tertular. Di rovinsi Kalimantan Tengah sendiri, hingga saat ini kasus HIV-AIDS secara kumulatif hingga Desember 2012 tercatat ada sebanyak 228 kasus, yang terdiri dari HIV sebanyak 135 kasus dan AIDS sebanyak 93 kasus. Berdasarkan dari kelompok umur kasus HIV terbanyak ada pada kisaran kelompok umur 25 39 tahun, yang mana tertularnya virus tersebut berawal dari usia remaja/dewasa. Berdasarkan latar belakang seperti diuraikan di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan di ketahui yaitu : Seberapa besar persentase remaja Sekolah Menengah Atas Negeri 6 di kota alangkaraya komprehensif terhadap pengetahuan HIV-AIDS. Serta seberapa besar tingkat hubungan pengetahuan komprehensif Siswa terhadap kualitas pengetahuan mereka tentang HIV-AIDS. METODE ENELITIAN Metodologi enelitian ini menggunakan metode penelitian bersifat Kohort dengan jenis desain studi kasus Kontroll (Case Control Study). Kasus ada 88 responden dan 88 sebagai control. Jumlah remaja sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 12

SMAN-6, yaitu sebanyak 316 siswa sebagai populasi. Berdasarkan perhitungan seperti rumus maka diperoleh jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 176 sampel penelitian pada SMAN 6 di Kota alangkaraya, Kalimantan Tengah. Analisis hubungan (Bivariat) dilakukan dengan uji Chi Square yang merupakan statistic dengan data tidak normal (non parametric) yang bertujuan untuk mencari hubungan variabel bebas dan terikat, dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%. HASIL DAN EMBAHASAN ada analisis univariat, tergambar dibawah ini hasil penelitian karakteristik responden menurut kelompok jenis kelamin elajar Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 6 alangkaraya rovinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Tengah. Laki-laki erempuan Sedangkan pada analisis bivariat diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 1. Hubungan Jenis Kelamin dengan engetahuan komprehensif HIV-AIDS di SMAN-6 alangka Raya, Kalimantan Tengah Variabel Komprehensif Jumlah OR Sex Kasus (n=88) Kontrol (n=88) 95%) N % N % N % Laki-laki 44 50 38 43.2 82 46.6 1.316 erempu 44 50 50 56.8 94 53.4 0.727 an - Total 88 100 88 100 176 100 2.383 Berdasarkan pada Tabel 1 terlihat bahwa hasil uji statistic tidak ada hubungan yang bermakna jenis kelamin dengan pengetahuan komprehensif HIV-AIDS. Dapat diartikan responden yang berada pada kelompok jenis kelamin laki-laki ada 1,3 kali lebih besar tidak berpengetahuan komprehensif HIV-AIDS dibandingkan perempuan. 0.365 94; 53% 82; 47% Tabel 2. Hubungan pengetahuan dasar tentang kondom dengan engetahuan alangka Raya, Kalimantan Tengah Gambar 1: Karakteristik Responden menurut kelompok jenis kelamin engetahuan Komprehensif Hiv-Aids elajar Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 6 alangkaraya rovinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Tengah. ada Gambar 1 diatas terlihat jumlah Responden berdasarkan pengelompokan Jenis Kelamin, diketahui jenis kelamin lakilaki sedikit lebih banyak dibandingkan perempuan yaitu sebanyak 94 (53%) orang dan 82 (47%) orang. Variabel Komprehensif Jumlah OR Kondom Kasus Kontrol Mengerti 71 80.7 60 68.2 131 74.4 1.949 Tidak 17 19.3 28 31.8 45 25.6 0.974 - Total 88 100 88 100 176 100 3.900 Tabel 2 memperlihatkan bahwa hasil uji statistik ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dasar responden tentang fungsi kondom untuk pencegahan penularan HIV- AIDS dengan pengetahuan komprehensif HIV-AIDS. Data diartikan responden yang tidak (pengetahuan) fungsi kondom 0.05 7 13

sebagai salah satu pencegah penularan HIV- AIDS ada 1,9 kali lebih besar tidak berpengetahuan komprehensif HIV-AIDS dibandingkan yang tentang fungsi Kondom. Tabel 3. Hubungan pengetahuan saling setia pada pasangan dengan engetahuan alangka Raya, Kalimantan Tengah saling Komprehensif Jumlah OR setia Kasus Kontrol Ya 83 94.3 73 83.0 156 88.6 3.411 Tidak 5 5.7 15 17.0 20 11.4 1.182 Total 88 100 88 100 176 100-9.844 0.018 Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa hasil uji statistic ada hubungan yang tentang saling setia terhadap pasangan dengan pengetahuan komprehensif HIV- AIDS. Dapat diartikan responden yang tidak (pengetahuan) pentingnya untuk saling setia sebagai salah satu pencegah penularan HIV-AIDS ada 3,4 kali lebih besar tidak berpengetahuan komprehensif HIV-AIDS dibandingkan yang tentang pentingnya saling setia terhadap pasangan. Tabel 4. Hubungan pengetahuan tentang penularan antar manusia dengan engetahuan alangka Raya, Kalimantan Tengah enularan Komprehensif Jumlah OR antar Kasus Kontrol manusia Mengerti 26 29.5 60 68.2 86 48.9 0.196 Tidak 62 70.5 28 31.8 90 51.1 0.103 - Total 88 100 88 100 176 100 0.372 0.000 tentang penularan HIV-AIDS antar manusia dengan pengetahuan komprehensif HIV- AIDS.Dapat diartikan responden yang tidak (pengetahuan) penularan HIV-AIDS antar manusia akan berpontensial 0,1 kali lebih besar tidak berpengetahuan komprehensif HIV-AIDS dibandingkan responden yang tentang penularan HIV-AIDS antar manusia. Tabel 5. Hubungan pengetahuan tentang penularan melalui binatang dengan engetahuan alangka Raya, Kalimantan Tengah penularan Komprehensif Jumlah OR dari Kasus Kontrol binatang Mengerti 35 39.8 22 25.0 57 32.4 1.981 Tidak 53 60.2 66 75.0 119 67.6 1.040 Total 88 100 88 100 176 100 3.773 Berdasarkan pada tabel 5 terlihat bahwa hasil uji statistic ada hubungan yang tentang penularan HIV-AIDS dapat dari binatang dengan pengetahuan komprehensif HIV-AIDS. Dapat diartikan responden yang tidak (pengetahuan) penularan HIV- AIDS dapat dari binatang akan berpontensial 1.9 kali lebih besar tidak berpengetahuan komprehensif HIV-AIDS dibandingkan responden yang tentang (pengetahuan) penularan HIV-AIDS tidak dapat dari binatang. 0.036 Berdasarkan pada tabel 4 terlihat bahwa hasil uji statistic ada hubungan yang 14

Tabel 6. Hubungan pengetahuan dasar diagnose HIV-AIDS dapat dilihat langsung dengan engetahuan komprehensif HIV-AIDS di SMAN-6 alangka Raya, Kalimantan Tengah diagnosa Komprehensif Jumlah OR (awam) Kasus Kontrol HIV-AIDS Mengerti 11 12.5 17 19.3 28 15.9 0.597 Tidak 77 87.5 71 80.7 148 84.1 0.262 Total 88 100 88 100 176 100 1.360 Berdasarkan pada tabel 6 terlihat bahwa hasil uji statistik tidak ada hubungan 0.216 yang bermakna pengetahuan dasar responden tentang pengetahuan dasar responden dalam mendiagnosa HIV-AIDS hanya dapat dengan melihat saja dengan pengetahuan komprehensif HIV-AIDS. Dapat diartikan responden yang tidak tentang pengetahuan dasar responden dalam mendiagnosa HIV-AIDS dapat dengan melihat saja berpontensial 0.5 kali lebih besar tidak berpengetahuan komprehensif HIV-AIDS dibandingkan responden yang tentang pengetahuan dalam mendiagnosa HIV-AIDS tidak dapat dengan melihat saja. Tabel 7. Hubungan pengetahuan Dasar HIV-AIDS dengan engetahuan komprehensif HIV- AIDS di SMAN-6 alangka Raya, Kalimantan Tengah engeta Komprehensif Jumlah OR huan Kasus Kontrol dasar HIV- AIDS Tidak 85 96.6 88 100 173 98.3 0.966 baik 0.929 Baik 3 3.4 0 0 3 1.7 Total 88 100 88 100 176 100 1.005 0.081 Berdasarkan data pada tabel 7 terlihat bahwa hasil uji statistic ada hubungan yang tentang pengetahuan dasar HIV-AIDS responden dengan pengetahuan komprehensif HIV-AIDS. Dapat diartikan responden yang tidak baik pengetahuan dasar HIV-AIDS berpontensial 0.9 kali lebih besar tidak berpengetahuan komprehensif HIV-AIDS dibandingkan responden yang memiliki pengetahuan dasar awal tentang HIV-AIDS. Hasil analisis gabungan menunjukkan bahwa dari penelitian ini terdapat 5 variabel dari hasil bivariat yaitu pengetahuan tentang kondom, pengetahuan saling setia terhadap pasangan, pengetahuan tentang penularan antar manusia, pengetahuan tentang penularan antar binatang, dan pengetahuan (awal) dasar tentang HIV-AIDS, maka diketahui hasil nilai (dominan) sebagaimana tertera dalam tabel berikut ini. Tabel 8. Hasil analisis Multivariat Gabungan Variabel N o Variabel B OR CI 95% 1 engetahuan 0.326- -0.375 0.326 0.688 Kondom 1.451 2 engetahuan 0.162- Saling setia -0.787 0.136 0.455 1.280 pada pasangan 3 engetahuan 2.063- penularan antar 1.367 0.000 3.923 7.459 manusia 4 engetahuan penularan antar Binatang 5 engetahuan (Awal) Dasar HIV-AIDS -0.416 0.245 0.659 0.327-1.330 21.355 0.999 1.9E+09.000 Tabel 8 menunjukan bahwa setelah dilakukan analisis uji multivariate dengan regresi logistic dari 5 variabel tersebut diatas yang diuji secara bersama-sama dan terlihat terlihat secara bermakna terhadap pengetahuan komprehensif HIV-AIDS. Dari tabel tersebut diatas menunjukan bahwa hanya 1 (satu) variabel saja yang menunjukan kemaknaan serta memiliki nilai OR paling besar yaitu variabel dengan pengetahuan. 15

Dapat disimpulkan juga bahwa responden yang berpengatahuan kurang memahami penularan HIV-AIDS dari manusia berpotensi 3,9 kali lebih besar kurangnya pengetahuan mereka terhadap pengetahuan komprehensif HIV-AIDS dibandingkan dengan mereka yang memiliki pengetahuan yang memahami/ tentang penularan HIV- AIDS melalui manusia. HIV-AIDS di Kota alangka Raya ovinsi Kalimantan Tengah Tahun 2013. Soekidjo Notoatmojo, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta, 2003. Suyanto, Metodologi dan Aplikasi enelitian Keperawatan, Yogyakarta, tahun 2011. Trilianty Lestarisa KESIMULAN Variabel yang paling dominan menentukan potensi seorang remaja akan memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang HIV-AIDS adalah pengetahuan tentang penularan HIV-AIDS dari manusia. Remaja yang kurang memahami pengetahuan tentang penularan HIV-AIDS dari manusia, berpotensi 3,9 kali lebih besar akan memiliki pengetahuan yang kurang komprehensif juga tentang HIV-AIDS secara keseluruhan dibandingkan dengan mereka yang lebih memahaminya. DAFTAR USTAKA Badan usat Statistik. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), tahun 2012 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Ditjen 2L, Data stastistik kasus HIV- AIDS di Indonesia, tahun 2012. ------------,Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), tahun 2010. Lestarisa, Trilianti dkk. Tingkat engetahuan elajar Sekolah Menengah Atas Negeri (SMA-N) Terhadap engetahuan Komprehensif Tentang 16