BAB II KAJIAN TEORI. jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN IPA DAN PEMAHAMAN SISWA. nasional mempunyai peran amat penting dalam meningkatkan sumber daya

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. membebaskan manusia yang lain itu dari kegelapan ketidaktahuan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mivtha Citraningrum, 2013

I. PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Menurut Arsyad (2007:1), belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan dasar

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deana Zefania, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran dirancang dan dilakukan semata-mata untuk. mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Undang-Undang Sisdiknas Pasal

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang. SD Negeri 2 Tambakboyo mempunyai visi sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan

I. PENDAHULUAN. proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peradaban dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Menurut undang undang

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan. mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan Sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Laharja Ridwan Mustofa, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan kegiatan belajar agar siswa aktif mengembangkan potensi dirinya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya fenomena globalisasi, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Salah satunya pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : ELY ERNAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu,

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar Pendidikan Sekolah Dasar sebagai bagian dari sitem pendidikan nasional mempunyai peran amat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70). Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah agar peserta didik: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan teknologi dan masyarakat. 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 7

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturanya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS. (Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran SD 2006) Pembelajaran IPA hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara ilmiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas fenomena alam berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berfikir saintifik (ilmiah). Menurut Hendro Darmojo dan Jenny Kaligis, dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajarnya (2005: 2). Merajuk kepada pengertian IPA diatas, maka dapat disimpulkan bahwa IPA meliputi empat unsur yaitu: 1) sikap : rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk sosial, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, IPA bersifat open ended. 2) Proses: Prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan. 3) Produk : berupa fakta, prinsip, teori dan hukum, 4) Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2007: 6). Dalam proses pembelajaran IPA, keempat proses itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahani fenomena dan melalui kegiatan pemecahan masalah. 8

Dalam upaya mengembangkan kemampuan dan rasa ingin tahu siswa dalam belajar IPA, maka harus dikembangkan pembelajaran yang tidak hanya mengkondisikan para siswa sebagai penerima saja pengetahuan dari guru. Tetapi suatu kondisi dimana guru dapat menjadi motivator siswa dalam kegiatan memahami dan mengkonstruksi pengetahuannya, dan sebagai fasilitator dalam menumbuhkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. B. Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA 1. Pengertian Metode Eksperimen Proses belajar dan mengajar yang efektif memerlukan penggunaan strategi, metode dan media pembelajaran yang tepat. metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara yang dilaksanakan untuk mengadakan interaksi belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran (Suharjo, 2006 :89). Metode pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan aktifitas dan rasa ingin tahu peserta didik. Di dalam pembelajaran IPA banyak metode-metode yang digunakan salah satu diantaranya adalah metode eksperimen. Schonher menyatakan metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pelajaran IPA (Sains), karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang tepat, mengembangkan kemampuan berfikir dan rasa ingin tahu secara optimal. 9

Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil penemuan Dr. Umar Fauzi, metode eksperimen dalam pembelajaran IPA mempunyai 3 manfaat, antara lain: 1) mendorong siswa untuk berfikir kritis, kreatif, dan inovatif dengan bekal konsep yang sudah diajarkan. 2) menuntun siswa melakukan pengamatan, melakukan penafsiran dan dugaan terhadap data. 3) memandu siswa menemukan sendiri suatu kaidah, aturan atau hukum alam yang sering dipakai dalam pembahasan IPA (Herawati, 2006 : 11-12). Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen (percobaan) ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan, proses sesuatu. Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari tahu suatu kebenaran, atau mencoba mencari data baru yang diperlukannya. Mengolah sendiri, membuktikan suatu hukum atau adil, dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya. Ditinjau dari teori kognitif Piaget, siswa kelas II SDN Kalibening berada pada tahap operasional konkret, yaitu pada rentan umur 7 sampai 12 tahun (Sugihartono, et.al, 2007: 109). Oleh karena itu siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep melalui peristiwa nyata. Bruner menyatakan bahwa cara berfikir konkret akan menbawa siswa ke arah berfikir konseptual dengan cara yang lebih mudah. Artinya melalui 10

pengalaman langsung dan objek nyata mempersiapkan siswa berpikir ke tahap yang lebih tinggi yakni tahap simbol (Karlin dan Margareta, 2002: 42). Penggunaan metode ini bertujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan eksperimen sendiri dan juga dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah (scientific thinking). Metode eksperimen dapat diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan keaktifan peserta didik mengalami dan membuktikan sendiri hasil percobaan itu (Mulyani dan Permana, 1999 : 157). Dalam melakukan eksperimen dalam pembelajaran IPA, bahan-bahan yang digunakan tidak harus bahan yang terbuat dari bahan mahal, sebab IPA dipelajari dengan menggunakan bahan-bahan yang sederhana yang biasa dijumpai anak dalam kehidupan sehari-hari. Dengan alat dan bahan sederhana yang sudah mereka kenal, pusat perhatian siswa akan lebih terpusat pada obyek yang diselidiki. Dengan demikian penggunaan alat dan bahan sederhana dalam kegiatan eksperimen dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir dalam memecahkan suatu masalah. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen dalam pembelajaran sangat penting dilakukan terutama untuk menggali dan mengembangkan potensi peserta didik. Penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA merupakan hal yang sangat tepat, 11

sehingga anak terbiasa untuk berfikir dan memecahkan masalahnya sendiri melalui kegiatan eksperimen sehingga pada akhirnya tingkat kecerdasan anak dapat terlatih dan berkembang secara optimal. 2. Langkah-Langkah penerapan metode eksperimen Pada umumnya, penelitian eksperirnental dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut, yaitu: a. Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan. b. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah. c. Melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional dan definisi istilah. d. Membuat rencana penelitian: e. Melaksanakan eksperimen. f. Mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen. g. Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan vaniabel yang telah ditentukan. h. Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang relevan untuk menentukan tahap signifikasi hasilnya. i. Menginterpretasikan basil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan laporan (Sukardi, 2003: 24). 12

Pada penelitian ini, penerapan langkah-langkah eksperimen ditempuh dengan cara sebagai berikut: a. Memberikan penjelasan kepada siswa mengenai materi yang digunakan, b. Menyiapkan peralatan atau alat peraga, c. Mengidentifikasi masalah, d. Melaksanakan eksperimen, e. Mengumpulkan literatur, f. Menganalisis hasil eksperimen, dan g. Menginterpretasikan hasil eksperimen dan menyimpulkan. 3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen Metode eksperimen lebih cocok untuk menyajikan pembelajaran IPA, namun seperti metode lainnya, metode eksperimen juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode eksperimen: a. Membuat peserta didik percaya pada kebenaran kesimpulan percobaanya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau dari buku. b. Peserta didik aktif dalam mengumpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukan. c. Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah. d. Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif, realistis dan menghilangkan verbalisme (Rusyam, 1991: 165). 13

Selain kelebihan tersebut, metode eksperimen juga mempunya kelemahan. Sebagai berikut: a. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang IPA dan tehnologi. b. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. c. Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan d. Dalam kehidupan tidak semua hal dapat dijadikan materi eksperimen. a. Pelaksanaan Metode Eksperimen Meskipun metode eksperimen memiliki beberapa kekurangan, tetap baik digunakan guru asalkan dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan dilaksanakan secara efektif. Sehingga menggunakan metode ini berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Terdapat beberapa langkah-langkah yang harus diperhatikan yaitu: 1) Persiapan Eksperimen Persiapan eksperimen yang matang mutlak diperlukan untuk mengadakan suatu eksperimen. Hal-hal yang harus dipersiapkan antara lain: a) Menetapkan tujuan eksperimen. b) Mempersiapkan berbagai alat atau bahan yang diperlukan. c) Mempersiapkan tempat eksperimen. d) Mempertimbangkan tujuan siswa dengan alat-alat yang diperlukan dengan tempat eksperimen. 14

e) Mempersiapkan soal keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindarkan resiko berbahaya atau merugikan. f) Memperhatikan soal disiplin atau tata tertib, terutama dalam menjaga peralatan dan bahan yang akan digunakan. g) Memberikan penjelasan tentang apa yang harus diperhatikan dan tahapan-tahapan yang mesti dilakukan siswa, termasuk yang dilarang atau yang membahayakan (Rusyam, 1991: 166). 2) Pelaksanaan Eksperimen Setelah semua dipersiapkan, termasuk apa yang seharusnya dilakukan siswa dalam mengadakan eksperimen, kegiatan selanjutnya ialah: a) Siswa memulai percobaan. b) Pada waktu percobaan yang dilakukan siswa, guru memperhatikan apabila perlu, mendekati untuk mengamati proses percobaan yang dilakukan siswa atau mendiskusikan gejala-gejala yang dikemukakan siswa serta memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitankesulitan yang dihadapi siswa. c) Selama proses berjalan, guru hendaknya memperhatikan situasi secara keseluruhan (Rusyam, 1991: 166-167). 3) Tindakan Lanjut Eksperimen Setelah eksperimen dilakukan siswa, kegiatan-kegiatan selanjutnya antara lain: a) Meminta siswa mengumpulkan laporan eksperimen siswa untuk diperiksa guru. 15

b) Mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen c) Memeriksa dan menyimpan kembalisegala peralatan yang digunakan dengan membersihkannya terlebih dahulu (Rusyam, 1991: 167). Metode eksperimen adalah alat yang penting untuk mendapatkan data yang baik (Rusyam, 1991:167). Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003: 82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut: 1) Percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan oleh guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. 2) Pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. 3) Hipotesis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. 4) Verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awalyang telah dirumuskan dan telah dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dilaporkan hasilnya. 5) Aplikasi konsep, ssetelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupan. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang dipelajari. 6) Evaluasi, adalah kegiatan akhir setelah selesai satu konsep. 16

Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep akan diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait materi pembelajaran. Roestiyah (2001: 81) menyatakan tentang prosedur eksperimen adalah sebagai berikut: (1) perlu dilaksanakan kepada siswa tentang tujuan eksperimen mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen. (2) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol ketat, urutan eksperimen dan hal-hal yang perlu dicatat, (3) selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa, bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaa jalannya ekperimen, (4) setelah eksperimen selesai, guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, berdiskusi di kelas atau mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab. C. Pengertian Rasa Ingin Tahu Utami Munandar (1992: 91) menyatakan bahwa rasa ingin tahu adalah sebuah perilaku yang selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan banyak pertanyaan dan kecenderungan untuk selalu memperhatikan orang, obyek dan situasi serta peka dalam pengamatan dan 17

ingin mengetahui melalui penelitian. Siswa dikatakan ingin tahu apabila memiliki kebiasaan untuk selalu penasaran terhadap suatu hal. Keingintahuan mendorongnya untuk berusaha mencari tahu terhadap masalah yang ada sehingga mendorongnya selalu belajar dan belajar (Utami Munandar, 1992: 91). Ciri-ciri anak yang memiliki rasa ingin tahu: a. Mempertanyakan segala sesuatu b. Senang menjajaki buku-buku, peta-peta, gambar-gambar dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru c. Tidak membutuhkan dorongan untuk menjajaki atau mencoba sesuatu yang belum dikenal d. Menggunakan panca inderanya untuk mengenal e. Tidak takut menjajaki bidang-bidang baru f. Ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadiankejadian g. Ingin bereksperimen dengan benda-benda mekanik (Utami Munandar, 1992: 92). D. Kerangka Pikir IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang gejala alam yang diperoleh melalui metode ilmiah yang sangat bemanfaat bagi kehidupan sehari-hari dan pendukung untuk mempelajari ilmu pengetahuan lainnya. Akan tetapi karena IPA merupakan mata pelajaran yang mengarah pada objek dasar yang abstrak, maka sering dianggap kurang menarik dan 18

juga sukar. Apalagi bila dalam proses pembelajarannya hanya dengan menggunakan metode ceramah saja, hal ini mengakibatkan rasa ingin tahu belajar siswa menjadi rendah. Di dalam proses pembelajaran, jika siswa kurang memiliki rasa ingin tahu maka gurulah yang bertugas untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa tersebut, cara meningkatkan prestasi belajar tersebut salah satunya adalah dengan menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA. Metode eksperimen diyakini akan menjadi solusi untuk meningkatkan prestasi belajar IPA di sekolah dasar. Melalui metode eksperimen, pembelajaran akan menjadi lebih menarik karena siswa akan belajar dengan cara mengadakan percobaan dan pengamatan secara langsung, siswa dapat menemukan konsep atau prinsip Ilmu pengetahuan melalui pengalamannya sendiri. Peserta didik akan melakukan interaksi dengan lingkungan secara aktif. Dengan demikian, aktivitas belajar ditekankan untuk menemukan suatu konsep. Proses belajar yang seperti ini akan sangat menarik bagi siswa karena siswa tanpa terasa telah menguasai satu konsep IPA dengan melakukan kegiatan, percobaan, dan simulasi yang menarik. Jika siswa sudah merasa tertarik dan aktif mengikuti pelajaran sains maka siswa juga akan lebih mudah menerima dan menguasai materi sains yang diajarkan. Pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen diyakini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 19

E. Hipotesis Tindakan Metode eksperimen yang diterapkan dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan aspek rasa ingin tahu kelas II SD Kalibening, Kecamatan Dukun pada semester II tahun pelajaran 2012/2013. 20