BAB I PENDAHULUAN. membebaskan manusia yang lain itu dari kegelapan ketidaktahuan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deana Zefania, 2013

I. PENDAHULUAN. tersebut Kosasih Djahiri (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 2) makna bahwa pendidikan harus dilakukan oleh usaha sadar manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan peradaban dan pengetahuan. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

Berbicara tentang hasil belajar ada beberapa pendapat yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

Keterampilan proses sains menurut Rustaman (2003, hlm. 94), terdiri dari : melakukan pengamatan (observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana cara agar semua siswa dapat menaruh perhatian terhadap apa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4 dikemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sains merupakan suatu proses yang didalamnya terkandung sikap ilmiah, hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelly Fitriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neni Trisiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar

melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat ini pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memiliki cakupan materi yang sangat luas.

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya. emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Suardi, 2012:71). bangsa. Hal ini sebagaiman tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki

STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS UNTUK ANAK PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR AWAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. diorganisasikan dan diarahkan pada pencapaian lima pilar pengetahuan: belajar

I. PENDAHULUAN. terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. ini sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kelompok, serta belajar berinteraksi dan berkomunikasi. dapat dilakukan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. motivasi belajar. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan. bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa (Hasbullah,

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran, dan atau latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya manusia dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Melalui pendidikan yang baik, manusia dapat membuka

BAB 1 PENDAHULUAN. berada. Pada dasarnya setiap peserta didik sudah memiliki potensi yang baik di. dapat berkembang melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara teoritis, hakikat pendidikan merupakan belajar yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membina manusia yang memiliki penetahuan dan keterampilan,

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh sekelompok manusia atas sekelompok manusia lain, dengan tujuan untuk membebaskan manusia yang lain itu dari kegelapan ketidaktahuan yang menyelimutinya. Namun demikian, terkadang bahwa tujuan mulia belum dapat mencapai tujuan sebagaimana harapan yang dibangunnya. Hal ini lebih banyak diakibatkan karena proses mendidik melalui proses belajar mengajar masih didominasi dengan pendekatan satu arah, dimana guru disebut-sebut sebagai pusat informasi, guru dianggap sebagai pusat kebenaran. Akibatnya siswa dikondisikan untuk harus mendengar dan patuh sepenuhnya apa kata guru. Dalam situasi yang demikian, diduga kecerdasan dan kreativitas siswa yang sesungguhnya tidak dapat berkembang. Di sekolah dasar, mendidik peserta didik agar berani melakukan eksplorasi dan berani menunjukan autentik gagasan-gagasan dan penemuannya, adalah hal yang sangat penting dan sangat mendasar. Hal ini sesungguhnya menjawab mengapa tingkat pertama pendidikan anak dinamakan dengan sekolah dasar. Sekolah dasar, adalah di mana siswa diberi bekal, ditanamkan nilai-nilai, baik itu moralitas, tetapi terutama nilai-nilai 1

2 tentang cara memperoleh pengetahuan. Pasifnya siswa dalam menemukan pengetahuan dalam tingkat pendidikan selanjutnya, baik sampai pada level tertinggi sekalipun, diduga dibentuk awal dari sekolah dasar. Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disingkat IPA), sesungguhnya adalah ilmu pengetahuan yang bersumberkan dari kehidupan sekitar siswa. Itu berarti, agar siswa memahami hakikat IPA, pengalaman-pengelaman siswa bersentuhan dengan alam di sekitar dirinya perlu dijadikan sebagai bahan ajar bagi guru, sehingga IPA menjadi salah satu jenis ilmu yang bermakna bagi siswa. Dalam pengajaran IPA, seorang guru dituntut untuk dapat mengajak peserta didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajarnya (Darmojo & Kaligis, 1992: 2). Dalam kalimat yang disampaikan oleh Suharjo (2006: 89), bahwa di dalam proses belajar mengajar yang efektif, memerlukan penggunaan strategi, metode dan media pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara yang dilaksanakan untuk mengadakan interaksi belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Permendiknas (2004: 98), tujuan utama dari pembelajaran IPA (sains), antara lain sebagai berikut: 1. Memahami konsep-konsep IPA (sains) dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari;

3 2. Memiliki ketrampilan proses IPA (sains) untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar; 3. Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggungjawab, bekerjasama, dan mandiri; 4. Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar; 5. Mampu menerapkan berbagai konsep IPA (sains) untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari; 6. Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari; 7. Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagunan Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi, pertanyaannya adalah bagaimana agar pengalamanpengalaman bersentuhan dengan alam di sekitar diri siswa itu dapat dijadikan sebagai bahan ajar atau informasi bagi siswa itu sendiri, agar IPA menjadi ilmu pengetahuan yang bermakna bagi dirinya? Kata lainnya adalah, metode belajar mengajar seperti apa yang perlu dibangun agar pengalamanpengalaman siswa bersentuhan dengan alam di sekitar dirinya menjadi bermakna sebagai ilmu pengetahuan bagi dirinya?

4 Karena mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran yang bersentuhan langsung dengan hal-hal di sekitar diri siswa, maka pendekatan eksperimen dapat menjadi salah satu metode pembelajaran yang dilakukan agar tujuantujuan itu tercapai. Meskipun begitu, pertanyaannya adalah apa sesungguhnya metode eksperimen itu? Modjiono (1997: 77), mengatakan bahwa metode eksperimen adalah metode yang beriringan dengan logika induktif (penarikan kesimpulan berdasarkan sejumlah bukti, fakta atau data), dari keadaan yang diamati melalui eksperimen. Atau kata lainnya adalah metode eksperimen merupakan kegiatan guru atau siswa untuk mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil percobaan itu. Sahroni (1986: 3), menyatakan bahwa metode eksperimen adalah suatu cara mengajar dimana siswa melibatkan diri di dalam proses untuk menemukan sendiri suatu fakta atau suatu bukti yang ingin diketahi. Di dalam metode eksperimen, siswa harus meneliti sendiri, mengamati, menganalisis, memahami prosedur kerja, dan menarik kesimpulan sendiri. Sependapat dengan Sahroni, Kartina (2011), mengemukakan bahwa metode eksperimen sesungguhnya adalah metode belajar agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Masih menurut Kartina, dengan menggunakan metode belajar eksperimen, siswa dapat terlatih dalam cara pikir ilmiah (scientific thinking). Dengan eksperimen,

5 siswa dapat menemukan bukti kebenaran dari suatu teori yang sedang dipelajarinya. Pertanyaannya adalah bagaimana metode eksperimen ini dapat digunakan dalam pembelajaran IPA? Corebima (1994), menjelaskan bahwa metode eksperimen dalam pembelajaran IPA dapat dilakukan melalui dua pola yaitu: a. Mencocokan teori dengan fakta (deduktif) Pada pola ini, memberikan konsep dan melatih siswa menggunakan alat-alat untuk membuktikan kebenaran konsep tersebut. b. Mencari jawaban dari suatu masalah Pada pola ini, siswa harus menyusun suatu percobaan sebagai jawaban sementara dari suatu masalah. Dari paparan di atas, tampak bahwa metode eksperimen adalah sebuah metode dimana siswa diberikan kesempatan untuk melakukan eksplorasi juga bereksperimen demi menemukan kebenaran-kebenaran bagi dirinya sendiri. Belajar dengan cara ini, dugaan penulis adalah siswa mungkin dapat lebih menikmati proses belajar mengajar, karena siswa yang lebih banyak melakukan aktivitas, sedangkan guru hanya memberi petunjuk tentang alatalat dan prosedur seperti apa yang disiapkan dan dilakukan selama melakukan eksperimen tersebut. Kata lainnya, guru adalah fasilitator bagi siswa dalam melakukan penemuan-penemuannya.

6 Belajar sesungguhnya adalah proses yang berlangsung seumur hidup. Selama manusia hidup, selama itu dia terus belajar. Karena itu sangatlah sulit menentukan seseorang dikatakan telah belajar atau belum. Namun demikian, dalam dunia pendidikan formal, untuk mengetahui seseorang (selanjutnya disebut siswa) telah belajar atau belum berhasil dalam belajar, salah satu tolok ukur yang dapat digunakan untuk dijadikan indikator adalah hasil belajarnya sendiri. Hasil belajar siswa itulah yang menjadi salah satu alat ukur bahwa siswa tersebut telah layak disebut telah belajar atau belum berhasil di dalam belajar. Acuan untuk menggunakan melihat hasil belajar siswa, adalah hasil dari tes, ulangan harian maupun hasil dari pekerjaan rumah (tugas) terstruktur yang diberikan guru kepada siswa. Dari paparan ini, maka pada penelitian, penulis akan memfokuskan diri untuk melihat signifikansi dari penerapan metode eksperimen itu sendiri. Artinya bahwa, fokus dalam penelitian ini adalah melihat perbedaan antara siswa yang diajarkan dengan metode belajar eksperimen khusus pada mata pelajaran IPA, dan siswa yang diajar dengan metode belajar tatap muka di dalam kelas, dimana guru yang menjadi fokus dan sumber belajar, dan siswa tidak dilibatkan langsung dalam pencarian-pencarian akan kebenaran tersebut. Untuk mengetahui bahwa terdapat atau tidak terdapat perbedaan antara siswa yang diajar dengan menggunakan metode eksperimen pada mata pelajaran IPA dan siswa yang diajar dengan metode cukup tatap muka, maka penulis

7 menggunakan hasil belajar siswa kelas V ini sebagai alat ukur untuk melakukan penilaian. Karena itu agar dapat lebih fokus, maka penelitian ini diberi judul: Efektivitas Penggunaan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Salatiga 09 1.2. Rumusan Masalah Dari paparan latar belakang dan judul penelitian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Efektifkah penggunaan metode eksperimen dalam meningkatkan hasil belajar kognitif IPA pada siswa kelas V SDN Salatiga 09?. 1.3. Tujuan penelitian Mengetahui efektivitas penggunaan metode eksperimen dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Salatiga 09.

8 1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang metode atau strategi yang tepat dalam mendaratkan visi pendidikan. 2. Manfaat praktis Adapun manfaat penelitian ini dapat ditujukan kepada beberapa pihak yaitu: a. Sekolah Dengan hasil penelitian ini diharapkan bahwa Sekolah Dasar, menemukan metode belajar yang benar-benar tepat untuk meningkatkan hasil belajar IPA di SD, khususnya pada kelas V SD, sekaligus dapat memberikan kontribusi untuk menerapkan metode belajar yang tepat pada mata pelajaran yang lain. b. Guru Sebagai bahan masukan bagi guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelas dan dapat dikembangkan pada mata pelajaran lain. Diharapkan dengan hasil penelitian ini, dapat memberikan kontribusi dan menambah pemahaman guru tentang penerepan metode pembelajaran dalam melaksanakan proses belajar mengajar.