PERSEPSI LANSIA DEPRESI TENTANG SENAM OTAK DI PANTI WREDHA GRIYA SEHAT BAHAGIA KARANGANYAR

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DEMENSIA DI PANTI WREDHA DARMA BAKTI KASIH SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

PERSEPSI LANSIA DEPRESI TENTANG SENAM OTAK (video) DI PANTI WREDHA GRIYA SEHAT BAHAGIA KARANGANYAR

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

Restu Reva Mikanuwa, Anonius Catur S. S.Kep., Ns., M.Kep. Prodi S-1 Keperawatan 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

STUDI KOMPARASI TINGKAT STRES LANJUT USIA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI SENAM BUGAR LANSIA (SBL) DI DUSUN MRISI DESA TIRTONIRMOLO KASIHAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

BAB I PENDAHULUAN. lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia).

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025 (Depkes, 2013). Hal ini

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP GANGGUAN FUNGSI KOGNITIFPADA LANSIA DENGAN DEMENSIADI UPT PSLU JOMBANG. Lexy Oktora Wilda, Lica Ayu Kusuma

PENGARUH TERAPI BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANJUT USIA DESA PUCANGAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kesempurnaan iman seorang muslim terhadap Al-Qur an adalah meyakini

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. istilah lanjut usia atau yang lebih dikenal sebagai lansia (Tamher dan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Pretest Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok. Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rerata pretest pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA

SRI REJEKI J

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun sebesar 414 %

BAB I PENDAHULUAN. menandakan jumlah lansia dari tahun ke tahun akan bertambah. Di negara maju

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANSIA USIA TAHUN DI DESA MAYANGGENENG KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO

GASTER, Vol. 9, No. 1 Februari 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO usia tahun adalah usia pertengahan, usia tahun

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Antara tahun 2015 dan tahun 2050, proporsi lansia di dunia diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDHI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA

JNPH Volume 4 No. 1 (Juli 2016) The Author(s) 2016

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KECAKAPAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN OPERASI HITUNG BILANGAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

GAMBARAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KESEIMBANGAN PADA WANITA LANJUT USIA

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

TINGKAT DEPRESI MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) LANSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA PERHATIAN PADA LANSIA DI DESA SENGKLEYAN JENGGRIK KEDAWUNG SRAGEN. Oleh : Ade Pratiwi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

PENERAPAN TINDAKAN KEPERAWATAN: TERAPI GENERALIS TERHADAP KETIDAKBERDAYAAN PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DEMENSIA DI PANTI WREDHA DARMA BAKTI KASIH SURAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

MANFAAT SENAM OTAK. Zulaini *

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

PENURUNAN TINGKAT DEPRESI KLIEN LANSIA DENGAN TERAPI KOGNITIF DAN SENAM LATIH OTAK DI PANTI WREDHA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

Transkripsi:

PERSEPSI LANSIA DEPRESI TENTANG SENAM OTAK DI PANTI WREDHA GRIYA SEHAT BAHAGIA KARANGANYAR Rizki Wahyu Jati Kusuma 1), Wahyuningsih Safitri 2), Rima Wahyu Agustin 3) 123 Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK Depresi merupakan keadaan emosional yang berhubungan dengan suatu penderitaan yang umumnya terjadi pada lansia, semakin tua manusia akan mengalami berbagai perubahan fungsi fisik dan sosial sehingga lansia akan lebih merasa kesepian dan tidak berharga. Kondisi lansia yang merasa kesepian dan tidak berharga dapat menimbulkan depresi, jika tidak segera ditangani akan mengakibatkan masalah fisik dan jiwa. Hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat depresi adalah dengan melakukan senam otak. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi lansia depresi tentang senam otak di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologis dan teknik purposive sampling dengan 5 partisipan. Hasil penelitian dari tema 1) gerakan senam otak, 2) kegiatan senam otak, 3) perasaan setelah senam otak, 4) mengganggu kegiatan sehari-hari, 5) senam otak dilakukan lansia, 6) keuntungan senam otak, 7) jenis senam, 8) manfaat senam otak bagi kesehatan, 9) pengaruh senam otak terhadap pikiran, 10) pelaksanaan senam otak, 11) kondisi lingkungan senam otak, 12) rutinitas senam otak mingguan, 13) kendala senam otak, 14) kesediaan mengikuti senam otak, 15) tertarik pada senam otak, 16) respon lansia terhadap senam otak, 17) kendala yang paling menghambat senam otak, 18) penanganan kendala, menunjukkan bahwa persepsi lansia tentang senam otak yaitu gerakan badan atau senam latihan gerak untuk kesehatan fisik dan psikis, namun kendala utama untuk melakukan senam otak yaitu keadaan fisik yang sedang sakit. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan persepsi lansia depresi tentang senam otak adalah gerakan senam yang menyenangkan, mudah dan cocok untuk rutinitas kegiatan setiap hari karena bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja serta bisa membuat otak sehat. Kata Kunci : Persepsi, Lansia, Depresi, Senam Otak. ABSTRACT Depression is an emotional state which is related to an affliction, generally experienced by the elderly. When man is getting older, he experiences physical and social function changes so that they will feel lonelier and more unvalued. This can trigger depressions. When such a condition is not immediately handled, it can lead to physical and 1

2 psychological problems. Thing that can be done to decrease the level of depressions is brain gymnastics. The objective of this research is to identify the perceptions of the elderly on brain gymnastics at Griya Sehat Bahagia NursingHo me of Karanganyar. This research used the qualitative method with the phenomenological design. The samples of the research were taken by using the purposive sampling technique. They consisted of five participants. The results of the research on the themes of (1) motions of brain gymnastics; (2) activities of brain gymnastics; (3) feelings after having conducted brain gymnastics; (4) interference with daily activities; (5) brain gymnastics done by the elderly; (6) advantages of brain gymnastics; (7) types of gymnastics (8); use of brain gymnastics for health; (9) effect of brain gymnastics for thoughts; (10) implementation of brain gymnastics; (11) environmental condition of brain gymnastics ; (13) constraints to brain gymnastics; (14) willingness to follow brain gymnastics; (15) interest in brain gymnastics; (16) response of the elderly to brain gymnastics; (17) the most inhibiting constraints to brain gymnastics; and (18) handling of constraints to brain gymnastics show that the perceptions of the elderly on the brain gymnastics are as follows: brain gymnastics is a physical exercise for physical and psychological health, but the main constraint to conducting the brain gymnastics is the ill physical condition. Thus, it can be concluded that the elderly with depressions perceive the brain gymnastics as a gymnastics whose motions is exciting, easy to do, and suitable for daily routine activities as it can be done at anytime and anywhere and it can make the brain healthy. Keywords: Perception, elderly, depression, and brain gymnastics. PENDAHULUAN Perkembangan jumlah penduduk lanjut usia di dunia, menurut perkiraan World Healt Organitation (WHO) akan meningkat pada tahun 2025 dibandingkan tahun 1990 dibeberapa Negara dunia seperti China 220%, India 242%, Thailand 337%, dan Indonesia 440% (Wiwin 2011). Asia merupakan wilayah yang paling banyak mengalami perubahan komposisi penduduk dan diperkirakan pada tahun 2025, populasi lanjut usia akan bertambah sekitar 82%. Penduduk lanjut usia di Indonesia 2008 sebesar 21,2 juta jiwa, dengan usia harapan hidup 66,8 tahun, tahun 2010 sebesar 24 juta jiwa dengan usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan sebesar 28,8 juta jiwa dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Arita 2011). Jumlah penduduk lanjut usia di DI.Yogyakarta mencapai 5 juta jiwa dan Jawa tengah mencapai 3 juta. Jumlah Lansia di Puskesmas Weru sebanyak 16.191 orang. Surakarta menunjukkan penduduk yang berusia 65 tahun keatas sebanyak 23.496 orang (Badan Pusat Statistika 2012). Usia lanjut dapat menyebabkan berbagai macam perubahan, baik perubahan organobiologik (fisik), psikososial, dan sosial (Arita & Wiwin 2011). Masalah lansia (lanjut usia) akan semakin menonjol, diantaranya muncul sebagai masalah mental karena semakin tua, manusia akan mengalami berbagai perubahan fungsi fisik dan sosial sehingga lansia akan lebih merasa kesepian dan tidak berharga. Kondisi ini dapat berdampak pada kebahagian seseorang sehingga masalah mental yang paling banyak ditemui pada

3 lansia adalah depresi (Nugroho 2008). Masalah psikososial pada lansia meliputi mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menjalani masa pensiun, sakit cukup berat dan lama, serta kematian pasangan hidup. Peristiwa traumatik tersebut sangat mempengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya sehingga mengganggu harga diri seseorang dan menyebabkan depresi (Dadang 2011). Depresi merupakan permasalahan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik dan jiwa, oleh karena itu lansia perlu diberikan pendekatan fisik, pendekatan psikis, pendekatan sosial, dan pendekatan spiritual (Rika 2013). Angka kejadian depresi tahun 2007 di Jakarta adalah 14,6% dan dialami untuk penduduk dengan usia 15 tahun keatas (Ayu 2011). Masalah depresi di Jawa Tengah adalah 10,2% dan di Semarang sebesar 11,6% (Marta 2012). Beberapa tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasi depresi antara lain dengan mengenal kemampuan-kemampuan yang masih dimiliki, terapi individu dengan melakukan terapi kognitif, terapi aktivitas kelompok, senam otak dan terapi perilaku, terapi keluarga dengan psikoedukasi dan triangle keluarga (Stuart & Laraia 2010). Senam otak adalah suatu usaha alternative alami yang sehat untuk menghadapi ketegangan dan menghadirkan relaksasi dalam kehidupan sehari-hari. Senam otak bertujuan meningkatkan rasa prcaya diri, menguatkan motivasi belajar, merangsang otak kiri dan kanan, merelaksasi otak, serta membuat seseorang lebih mampu mengendalikan stress sehingga timbul ketenangan dan kenyamanan dalam hati dan pikiran (Andri 2013). Kegiatan senam otak ditujukan untuk merelaksasi dimensi pemusatan, menstimulasi (dimensi lateralis) dan meringankan (dimensi pemfokusan). Dengan senam otak diharapkan lansia depresi yang mempunyai pikiran negatif dapat dihilangkan dan yang berperilaku tidak bersemangat, kurang konsentrasi, tidak melakukan aktivitas sehari-hari dapat termotivasi kembali untuk aktif dalam pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikososial(dennison 2010). Prinsip senam otak adalah mengaktifkan 3 dimensi otak, dimensi pemusatan dapat meningkatkan aliran darah ke otak, meningkatkan penerimaan oksigen sehingga dapat membersihkan otak, dimensi lateralis akan menstimulasi koordinasi kedua belahan otak yaitu otak kiri dan kanan (memperbaiki pernafasan, stamina, melepaskan ketegangan dan mengurangi kelelahan), dimensi pemfokusan untuk membantu melepaskan hambatan fokus dari otak (memperbaiki kurang perhatian, kurang konsentrasi) (Dennison dalam Anton 2010). Berdasarkan studi pendahuluan di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar pada tanggal 28 Januari 2014, diperoleh data dari petugas Panti Wredha Griya Sehat Bahagia bahwa pada tahun 2012 terdapat 38 lansia dan 9 lansia diantaranya mengalami depresi, tahun 2013 terdapat 40 lansia dan 9 lansia

4 diantaranya mengalami depresi dan tahun 2014 terdapat 38 lansia dan 5 orang diantaranya mengalami depresi. Hasil wawancara dengan 5 lansia yang mengalami depresi didapatkan data bahwa lansia merasa sedih karena ditinggalkan oleh orang yang mereka cintai (Pasangan, keluarga), kesepian, gagal dalam berumah tangga merasa dikucilkan oleh keluarga, tidak melakukan aktifitas dengan baik dan harus membutuhkan bantuan orang lain atau petugas panti. Tujuan penelitian ini ialah mengidentifikasi persepsi lansia depresi tentang senam otak di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain fenomenologi. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 9 Maret - 23 Maret 2014 di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar. Peneliti menggunakan 5 partisipan lansia depresi. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan observasi. Analisis data yang digunakan ialah metode fenomenologis deskriptif dengan metode Colaizzi. HASIL DAN PEMBAHASAN Tahapan penelitian dimulai dari memilih responden yang mengalami depresi melalui Rekam Medik lalu memperkenalkan diri serta melakukan wawancara untuk memvalidasi data tentang lansia yang depresi, selanjutnya meminta tanda tangan pada informent concent lalu membuat kontrak waktu untuk memberikan senam otak. Selesai senam otak, peneliti melakukan wawancara tentang persepsi dan sikap lansia tentang senam otak. Hasil penelitian dari 5 partisipan dari kategori persepsi dan sikap menghasilkan tema 1) gerakan senam otak, 2) kegiatan senam otak, 3) perasaan setelah senam otak, 4) mengganggu kegiatan sehari-hari, 5) senam otak dilakukan lansia, 6) keuntungan senam otak, 7) jenis senam, 8) manfaat senam otak bagi kesehatan, 9) pengaruh senam otak terhadap pikiran, 10) pelaksanaan senam otak, 11) kondisi lingkungan senam otak, 12) rutinitas senam otak mingguan, 13) kendala senam otak, 14) kesediaan mengikuti senam otak, 15) tertarik pada senam otak, 16) respon lansia terhadap senam otak, 17) kendala yang paling menghambat senam otak, 18) penanganan kendala. Dari tema-tema hasil penelitian tersebut dapat ditarik garis lurus menjadi beberapa pembahasan, yaitu : 1. Senam otak. Persepsi partisipan mengenai senam otak dibagi menjadi gerakan senam otak dan kegiatan senam otak, dari hasil wawancara partisipan cukup mengetahui bahwa persepsi partisipan tentang senam otak berbeda-beda, Partisipan dengan disertai depresi mempersepsikan bahwa gerakan senam otak adalah gerakan badan dan senam latihan gerak untuk kesehatan. Partisipan mempersepsikan kegiatan senam otak bagus untuk kesehatan dan senam otak adalah senam yang biasa saja, dari persepsi partisipan tersebut dapat disimpulkan bahwa

5 senam otak merupakan senam gerak badan yang bagus untuk kesehatan. Brain Gym dikenal di Amerika, dengan tokoh yang menemukannya yaitu Paul E. Denisson seorang ahli pelopor dalam penerapan penelitian otak,bersama istrinya Gail E. Denisson seorang mantan penari. Senam otak atau brain gym adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan itu dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralitas), meringankan atau merelaksasi belakang otak dan bagian depan otak (dimensi pemfokusan), merangsang sistem yang terkait dengan perasaan/emosiaonal,yakni otak tengah (limbik) serta otak besar (dimensi pemusatan) (Denisson, 2009). Dari pernyataan partisipan dan teori ada hubungan tentang pengertian dari senam otak tersebut, yaitu senam otak merupakan serangkaian latihan berbasis gerak tubuh sederhana atau gerak badan. 2. Psikologis. Psikologis meliputi perasaan setelah senam otak dan pengaruh senam otak terhadap pikiran, partisipan mengungkapkan bahwa setelah melakukan senam otak partisipan merasa senang, pikiran santai dan tenang. Partisipan merasa lebih tenang setelah melakukan senam otak karena salah satu manfaat senam otak adalah membuat pikiran jernih dan membuat suasana aktifitas lebih rileks atau senang. Pernyataan partisipan tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Dennison mengenai manfaat senam otak, yaitu stress emosional berkurang dan pikiran lebih jernih, hubungan antar manusia dan suasana belajar/kerja lebih rileks dan senang, kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat, orang menjadi lebih bersemangat, lebih kreatif dan efisien, orang merasa lebih sehat karena stress berkurang dan prestasi belajar dan bekerja meningkat (Denisson, 2009). Senam latih otak juga dapat mengurangi stress, kecemasan, kekuatan dan depresi (Hocking 2007). Brain Gym merupakan serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan dapat menstimulasi otak yang dapat memudahkan belajar serta membantu menyesuaikan dengan tuntutan sehari-hari. Brain Gym dapat memberikan manfaat yaitu menciptakan suasana belajar/kerja lebih rileks dan senang (Ranita & Setiyo 2009). 3. Aktivitas senam otak Aktivitas senam otak meliputi kegiatan senam otak yang dilakukan partisipan mengganggu aktivitasnya sehari-hari atau tidak, partisipan mengikuti gerakan senam otak secarau berurutan atau tidak, kesediaan partisipan melakukan senam otak, kesediaan partisipan untuk melakukan senam otak setiap minggunya dan senam otak dilakukan lansia. Aktivitas senam otak pada umumnya dilakukan hanya 10-15 menit dan dimana saja sehingga tidak mengganggu aktivitas partisipan di Panti.

6 Partisipan mengungkapkan bahwa tidak merasa terganggu bila diajak melakukan senam otak, partisipan ada yang mengikuti gerakan senam otak secara berurutan saat pelaksanaan dan ada yang tidak mengikuti secara berurutan karena tangan dan kakinya terasa sakit saat menggerakan gerakan senam otak, partisipan bersedia melakukan senam otak saat peneliti mengajak partisipan melakukan senam otak dan partisipan bersedia jika diajak melakukan senam otak secara rutin setiap minggu karena menurut partisipan senam otak menyenangkan dan membuat pikiran santai. Partisipan senam otak dalam penelitian ini adalah lansia depresi di Panti Wredha sehingga yang melakukan gerak senam adalah para lansia. 4. Fisik Fisik dalam pembahasan ini meliputi keuntungan senam otak, perubahan setelah senam otak, dan pengaruh senam otak terhadap kesehatan. Dalam hal ini setelah partisipan melakukan senam otak mengungkapkan keuntungan senam otak membuat badan lebih merasa segar dan memulihkan kondisi otak. Partisipan juga mengungkapkan perubahan setelah senam otak bisa membuat pikiran lebih tenang dan perasaan senang, menurut partisipan pengaruh senam otak terhadap kesehatan meliputi otak bisa santai, nafsu makan bertambah, serta tangan dan kaki lebih terasa ringan saat dipakai buat aktivitas. Otak sebagai pusat kegiatan tubuh akan mengaktifkan seuruh organ dan sistem tubuh melalui pesan-pesan yang disampaikan melewati serabut saraf secara sadar maupun tidak sadar. Pernyataan partisipan mengenai keuntungan senam otak, perubahan senam otak, dan pengaruh senam otak terhadap kesehatan sesuai dengan teori, yaitu stress emosional berkurang dan pikiran lebih jernih, hubungan antar manusia dan suasana belajar/kerja lebih rileks dan senang, kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat, orang menjadi lebih bersemangat, lebih kreatif dan efisien, orang merasa lebih sehat karena stress berkurang dan prestasi belajar dan bekerja meningkat (Denisson, 2009). Senam latih otak juga dapat mengurangi stress, kecemasan, kekuatan dan depresi (Hocking 2007). Senam vitalisai otak adalah produk latihan senam fisik yang bertujuan untuk mempertahankan kebugaran otak. Senam vitalisasi otak ini merupakan penyelaras fungsi gerak, pernafasan dan pusat pemikiran (memori, intelektual) dengan corpus colosum (gerakan menyilang) tetapi melibatkan pusat yang lebih tinggi di otak (high brain cortical) (Markam 2005). 5. Jenis senam. Partisipan penelitian mengenai persepsi lansia depresi tentang senam otak mengungkapkan senam otak adalah jenis senam gerak tangan, senam kesehatan, dan senam gerak kepala. Partisipan mengartikan senam otak sebagai senam gerak tangan karena senam

7 otak gerakkannya sederhana dan hanya berpusat pada gerakan tangan saja, partisipan juga mengartikan senam otak sebagai senam kesehatan karena senam otak dianggap seperti senam lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, partisipan mengartikan senam otak sebagai senam gerak kepala karena dalam gerakan senam otak ada gerakan kepala yang menoleh kiri-kanan. Senam otak sendiri merupakan senam yang bertujuan mempertahankan kesehatan otak dengan melakukan gerakan badan (Lisnaini 2012). Dari pernyataan partisipan dan teori dapat disimpulkan bahwa persepsi partisipan mengenai senam otak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lisnaini pada tahun 2012. 6. Respon lansia terhadap senam otak. Menerima senam otak dalam pembahasan ini mengungkapkan bahwa partisipan menerima baik dengan adanya senam otak dan adanya ketertarikan untuk melakukan senam otak. Partisipan dalam penelitian ini sangat menerima dengan adanya kegiatan senam otak di Panti Wredha dan tertarik untuk melakukan senam otak karena partisipan menilai senam otak dapat memulihkan kesehatan, senam otak dilakukan secara bersama-sama dengan lansia lain dan partisipan mengikuti senam otak supaya tidak jenuh dengan kondisi di Panti Wredha. Lansia memiliki bermacammacam karakteristik, diantaranya berusia lebih dari 60 tahun, mempunyai kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif serta lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam 2011). Partisipan yang melakukan senam otak adalah lansia yang mengalami depresi dengan rentang usia 60 tahun sampa 69 tahun yang memiliki masalah dan kebutuhan berbeda-beda sehingga tertarik pada senam otak dengan persepsi masing-masing sesuai dengan kebutuhan partisipan. 7. Kondisi lingkungan pelaksanaan senam otak. Partisipan menyikapi kondisi di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar cocok untuk melakukan senam otak karena lansia di Panti Wredha membutuhkan olahraga yang bermanfaat bagi kesehatan badan dan pikiran. Lingkungan panti yang tenang dan banyak teman lansia membuat lansia antusias dengan adanya kegiatan senam otak. Senam otak dapat dilakukan dimana saja namun untuk para lansia dalam melakukan senam otak diperlukan arahan dan bimbingan untuk menggerakkan gerakan senam otak karena fungsi fisik dan memori otak lansia sudah menurun. Pelaksanaan senam otak juga sangat praktis, karena bisa dilakukan dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Porsi latihan yang tepat adalah sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali dalam sehari (Andri, 2013).

8 Pernyataan partisipan mengenai kondisi Panti Wredha yang cocok untuk melakukan senam otak, sesuai dengan teori karena senam otak dapat dilakukan dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. 8. Kendala melakukan senam otak. Partisipan dengan berbagai persepsi tentang senam otak dan memiliki kebutuhan yang bervariasi memiliki kendalakendala dalam melakukan senam otak, dari kendala biasa sampai kendala yang paling menghambat partisipan untuk melakukan kegiatan senam otak. Partisipan memiliki kendala bervariasi dari repot sampai kaki dan tangan yang sakit. Partisipan repot dengan aktivitas yang dijalaninya di Panti Wredha sementara partisipan yang sakit tangan dan kakinya karena faktor usia yang sudah lanjut. Kendala yang paling menghambat partisipan untuk melakukan senam otak adalah tangan dan kaki yang sakit. Masalah yang sering dialami oleh lansia dikenal dengan istilah a series of i s, yang meliputi imobility (imobilisasi), instability ( instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontensia), intellectual impairment (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), inanition (malnutrisi), insomnia (gangguan tidur), dan immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh) (Arita 2011). Pernyataan partisipan sesuai dengan teori tentang masalah kesehatan pada lansia bahwa imobilisasi adalah salah satu kendala partisipan untuk melakukan kegiatan senam otak. 9. Penanganan kendala pelaksanaan senam otak. Dalam menangani kendala yang dialami saat melakukan senam otak partisipan menggunakan kursi roda dan tidak mengikuti gerakan senam otak secara berurutan. Partisipan yang kakinya sakit menggunakan kursi roda untuk duduk saat capek dan partisipan yang tangannya sakit tidak mengikuti gerakan senam otak secara berurutan saat tangannya terasa nyeri. Sikap partisipan tersebut dapat mengatasi kendala yang dialami saat partisipan melakukan senam otak. Kondisi lanjut usia memiliki fisik dan daya tahan tubuh yang sudah menurun sehingga mudah sakit dan merasa lelah, semua aktivitas lansia tidak bisa dipaksa karena merupakan suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia (Maryam 2011). 10. Pernyataan partisipan mengenai persepsi lansia tentang senam otak. Gerakan senam otak yaitu gerakan-gerakan badan atau senam latihan gerak untuk kesehatan badan, senam otak yang sudah dilakukan bagus untuk kesehatan, perasaan setelah melakukan senam otak adalah senang dan membuat pikiran ringan, kegiatan senam otak tidak mengganggu aktivitas sehari-hari, gerakan senam otak mudah namun sulit dilakukan ketika tangan dan kaki sedang sakit, keuntungan setelah melakukan senam otak yaitu membuat badan

9 merasa segar dan memulihkan kondisi otak, senam otak yaitu senam yang menggerak-gerakan tangan untuk kesehatan badan, perubahan yang dirasakan setelah melakukan senam otak yaitu badan segar, kaki terasa ringan, dan membuat perasaan senang, pengaruh senam otak terhadap kesehatan badan yaitu meningkatkan nafsu makan dan membuat otak lebih santai, pengaruh senam otak terhadap perasaan seseorang yaitu membuat pikiran lebih jernih, tenang dan merasa senang. 11. Pernyataan partisipan mengenai sikap lansia terhadap senam otak. Gerakan-gerakan pada senam otak diikuti oleh partisipan untuk kesembuhan otak namun ada yang tidak mengikuti gerakan secara berurutan akibat tangan sakit, kondisi lingkungan disekitar panti cocok untuk melakukan senam otak dan lebih cocok di sore hari, semua responden setuju untuk memasukkan senam otak ke dalam aktivitas mingguan, kendala saat melakukan senam otak yaitu gerakan tangan yang susah dan saat tangan sakit, semua responden setuju untuk rutin melakukan senam otak karena yang sakit bisa sembuh dan untuk latihan gerak badan, alasan tertarik untuk melakukan senam otak adalah agar tidak jenuh dan dapat memulihkan kesehatan, semua responden menyambut baik rutinitas senam otak jika dilakukan setiap minggu, kendala yang paling sering menghambat saat melakukan senam otak adalah saat tangan dan kaki sakit, cara partisipan mengatasi kendala yang menghambat gerakan senam otak adalah menggunakan kursi roda dan tidak mengikuti gerakan secara berurutan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: a. Persepsi lansia tentang senam otak yaitu gerakan senam tangan dan kaki yang sederhana karena bisa dilakukan dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja serta bisa mengurangi stress, pikiran lebih jernih, tidak jenuh, menyenangkan serta menyehatkan badan dan otak. b. Sikap lansia tentang senam otak yaitu senam yang menyenangkan karena gerakannya mudah dan cocok untuk rutinitas kegiatan setiap hari sebab bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja namun senam otak sulit dilakukan ketika tangan dan kaki sedang sakit sehingga kendala utama pada senam otak yaitu keadaan fisik yang sedang sakit. SARAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refensi penanganan pada lansia yang mengalami depresi di Panti Wredha yaitu dengan senam otak dan menjadi dasar dalam pengembangan ilmu yaitu dengan penelitian dan seminar sebagai upaya untuk mengetahui persepsi lansia depresi terhadap senam otak. Penelitian yang selanjutnya disarankan lebih terfokus pada pengaruh senam otak yang dapat menurunkan tingkat depresi.

10 DAFTAR PUSTAKA Andri S. 2013. Metode Dan Pelaksanaan Senam Otak. Jakarta. Mulia Medika. Anton surya prasetya 2010, Pengaruh terapi kognitif dan senam latih otak terhadap depresi dengan harga diri rendah pada klien Lansia di Panti tresna whreda bakti yuswa natar Lampung. Jakarta : Fakultas ilmu keperawatan Universitas Indonesia. Atun. M. 2010. Lansia Sehat Dan Bugar. Yogyakarta : Kreasi Wacana. Ayu Fitri Sekar Wulandari 2011, Kejadian Dan Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Bandiah, S. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Jakarta : Mulia Medika. Dadang, Hawari. 2011. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Dennison, Paul E, Gail E. Dennison 2008. Buku Panduan Lengkap Brain Gym Senam Otak. Jakarta : Grasindo. Handayani, D & Wahyuni, 2012, Hubungan Keluarga Dengan Kepatuhan Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Lansia Di Posyandu Lansia Jetis Desa Krajan Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. Surakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah. Lisnaini. 2012. Senam Vitalisasi Otak Dapat Meningkatkan Fungsi Kognitif Usia Dewasa Muda. Jakarta : Fisioterapi Universitas Kristen Indonesia. Markam, S., Mayza, A, Pujiastuti, H. Erdat, M. S., Suwardhana, Solichien, A. 2005. Latihan vitalisasi otak. Jakarta : Grasindo. Maryam. 2008. Asuhan keperawatan Dan Kesehatan Pada Usia Lanjut. Jakarta : EGC. Maryam, Fatma, Rosidawati, Jubaedu, Batubara. 2011. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika. Meta Amelia Widya Saputri, Endang Sri Indrawati, 2011, Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Yang Tinggal Di Panti Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah, Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Semarang. Murwani, A & Priyantari, W. 2011. Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Home Care dan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya. Murwani, priyantari 2011. Gerontik Konsep Dasar Dan Asuhan Keperawatan Home Care.Yogyakarta : Fitramaya. Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik Dan Geratrik. Jakarta : EGC. Tyrer, P. 1996. Bagaimana Mengatasi Stress. Jakarta : ARCAN. Priyantari, W. 2011. Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Home Care dan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya.

11 Purwaningsih. W. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta Nuha : Medika. R. Boedhi Darmojo, H. Hadi- Martono. Ilmu Ksehatan Usia Lanjut. Jakarta : FKUI. Ranita Widyastuti dan Setiyo Purwanto, 2009. Efektifitas Brain Gym Dalam Menurunkan Stres Pada Anak. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 2 Hal 137-146. Rosidawati. 2011. Mengenal Usia Lanjut. Jakarta : Salemba Medika. Sholikhin Trilistya. 2006. Tingkat depresi korban tanah longsor di Banjarnegara. Semarang. Fakultas kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Stanley. 2010. Buku Ajar Keperawatan. Jakarta : EGC. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta. Sunaryo. 2013. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. Supardjiman 2003. Aplikasi Senam Otak. Jakarta : Salemba Medika. Sutopo, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.