I. PENDAHULUAN. terhadap iklim secara langsung maupun tidak langsung akibat aktivitas manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

BAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Luas Hutan negara di Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan LKPJ DIY

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional.

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen,

Pengantar. Kalender Tanam Terpadu: Generasi Baru Perencanaan Tanam Menghadapi Perubahan Iklim

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tanaman kayu putih sebagai salah satu komoditi kehutanan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak manfaat yang dapat diambil

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008)

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dan makhluk hidup lainnya, yang berperan penting di berbagai sektor kehidupan.

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC)

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

PENGEMBANGAN MODEL KALENDER TANAM DINAMIK SEBAGAI TEKNOLOGI ADAPTASI

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan kita. Dalam hutan terdapat banyak kekayaan alam yang

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

VIII. POTENSI DAN KENDALA PENERAPAN KALENDER TANAM DALAM MENGANTISIPASI KEJADIAN IKLIM EKSTRIM

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DINAMIKA PRODUKSI PADI SAWAH DAN PADI GOGO : IMPLIKASINYA TERHADAP KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI. Bambang Irawan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STRATEGY DAN INOVASI IPTEK MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM DAN LINGKUNGAN SEKTOR PERTANIAN BADAN LITBANG PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pola Tanam. yang perlu diperhatikan yaitu jenis tanaman, lahan dan kurun waktu tertentu

BAB I. PENDAHULUAN A.

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing bagi masyarakat di Indonesia karena dapat menghasilkan minyak kayu

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Latar Belakang

ADAPTASI DAN MITIGASI FENOMENA EL NIÑO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

MANAJEMEN USAHA TANI PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 5

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENYESUAIAN SISTEM PENATAAN RUANG TERHADAP PERUBAHAN IKLIM

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. interaksi proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

PENDAHULUAN Latar Belakang

Benarkah Tahun 2002 akan Terjadi El-Niño dengan Intensitas Lemah?

Jumat, 27 Juli Balai KPH Yogyakarta dibentuk berdasarkan Perda Nomor: 6 Tahun 2008 dan Pergub Nomor: 36 Tahun 2008.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kayu putih merupakan tanaman penghasil minyak atsiri sebagai

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

BAB I PENDAHULUAN. juga mencuat dalam pertemuan umum pemimpin APEC di Sydney dan. Berbagai fakta mudah sekali ditemukan bahwa pemanasan global telah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan hutan sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang memiliki

Kementerian PPN/Bappenas

SEMINAR HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diantara dua benua, dan dua samudra serta berada di sekitar garis equator yang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

BAB I PENDAHULUAN. yang disebutkan di atas, terdapat unsur-unsur yang meliputi suatu kesatuan

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

ANALISIS KERENTANAN PENGHIDUPAN RUMAH TANGGA TANI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

VII. PEMBAHASAN UMUM PENGEMBANGAN ASURANSI INDEKS IKLIM PADA SISTIM USAHATANI BERBASIS PADI : Potensi dan Tantangan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016

SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan proses alam yang mempengaruhi perubahan terhadap iklim secara langsung maupun tidak langsung akibat aktivitas manusia yang mengubah komposisi atmosfer global serta variabilitas alami iklim alami selama periode waktu tertentu (Adger, et. al., 2003). Perubahan pola dan intensitas unsur iklim pada periode waktu yang dapat dibandingkan rata-rata dalam kurun waktu 30 tahun (WMO, 1989). Periode jeda hujan dan kemarau panjang sebagai salah satu akibat perubahan iklim. Peningkatan perubahan iklim (El-Niño dan La- Niña) sangat mempengaruhi musim dan pola tanam, ketidakpastian waktu, produktivitas, dan kegagalan panen. Berdasarkan IPCC (2007), selama kurun waktu 100 tahun (1906-2005) tercatat kenaikan suhu udara sebesar 0,74 o C ± 0,18 o dan kenaikan bisa mencapai 2 o C dari rentang suhu minimum dan maksimum harian. Penurunan suhu juga diteliti oleh BMKG (2012) pada tahun 2004-2011 suhu udara rata-rata mengalami penurunan sebesar 0,024 o C dengan suhu rata-rata tertinggi tahun 2010 (26,3 o C) dan terendah tahun 2007 (25,5 o C). Hadi dan Susilowati (2011) menjelaskan bahwa mundurnya awal musim hujan selama 30 hari telah menurunkan produksi padi di Jawa Barat dan Jawa Tengah sebesar 6,5%, dan Bali sebesar 11%. Penurunan produksi pangan 10,0-19,5% akan terjadi selama 40 tahun yang akan datang, sehingga berdampak pada harga penjualan produksi pangan yang melonjak tajam (Boer dan Arora, 2009). Selain itu, menjelang tahun 2050, tanpa upaya adaptasi perubahan iklim secara nasional diperkirakan produksi tanaman pangan strategis akan menurun 20,3%- 1

2 27,1% untuk padi, 13,6% untuk jagung, 12,4 % untuk kedelai, dan 7,6% untuk tebu dibandingkan dengan kondisi tahun 2006 (ICCSR, 2010). Periode jeda hujan dan kemarau panjang merupakan salah satu dari perubahan iklim. Menurut Fosu, et. al. (2010), periode jeda hujan merupakan salah satu anomali dari perubahan iklim yang memiliki dampak serius terhadap lingkungan, ekonomi, dan sosial. Selain itu, kemarau panjang ditandai dengan sedikitnya curah hujan yang terjadi pada bulan-bulan tertentu (CIFOR, 2008) mempengaruhi pergeseran produksi tanaman, harga hasil produksi, dan perubahan struktur pola konsumsi. Kompleksitas permasalahan periode jeda hujan dan kemarau panjang sebagai dampak dari perubahan iklim mempengaruhi pola perlakuan dan pengetahuan masyarakat terhadap hutan. Salah satu solusi kebijakan dalam pengurangan masalah tersebut adalah aplikasi sistem tumpangsari untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tumpangsari sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan baru di bidang pertanian dan kehutanan yang telah dikembangkan pesanggem di daerah beriklim subtropis. Sistem tumpangsari merupakan gabungan ilmu kehutanan dengan agronomi yang memadukan usaha kehutanan dengan pembangunan perdesaan untuk menciptakan keselarasan antara intensifikasi pertanian dan pelestarian hutan (Warsana, 2009). Menurut Budiman (2013), pengembangan sistem tumpangsari dengan menggunakan input rendah, diperlukan pengkajian interdisipliner (holistic) untuk menghasilkan rekomendasi penyelesaian masalah yang kompleks terhadap variabel ekologi serta kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar hutan. Keberlanjutan sistem tumpangsari tidak hanya

3 berhubungan dengan aspek produktivitas saja, melainkan aspek ekonomi dan pemeliharaan sumberdaya pertanian jangka panjang. Strategi adaptasi akan muncul dalam teknologi tumpangsari berdasarkan pengalaman dan pengetahuan lokal di sekitar masyarakat. Kawasan hutan di Resort Pengelolaan Hutan (RPH) Menggoran, Bagian Daerah Hutan (BDH) Playen, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Yogyakarta telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan yang berada di bawah tegakan kayu putih. Masyarakat sekitar hutan atau pesanggem bersama pengelola kawasan telah melakukan modifikasi pengelolaan melalui sistem tumpangsari. Sistem tumpangsari yang berlangsung telah dilestarikan dengan pengelolaan berdasarkan kearifan lokal masyarakat sekitar hutan sehingga kawasan hutan terjaga keutuhannya. Akan tetapi, menurut KPH (2012) masih banyak petak-petak tegakan kayu putih yang memiliki kerapatan di bawah normal (dkn < 0,5) artinya masih banyak tanah kosong seluas 1.603,9 ha (38,14%) daripada tegakan normal 104,7 ha (2,49%). IPCC (2011) menyatakan bahwa adaptasi terhadap anomali iklim mengacu pada penyesuaian dalam sistem alam atau aktivitas manusia sebagai respon terhadap rangsangan iklim aktual yang diperkirakan memiliki efek yang secara nyata merugikan atau berpeluang menguntungkan. Pengambilan data curah hujan tahun 2014 mendukung penyajian informasi aktual yang mudah diambil dari masyarakat baik dari segi pengetahuan lokal maupun daya ingat mengenai dampak dan upaya masyarakat dalam analisis periode jeda hujan. Sedangkan pengambilan data curah hujan bulanan tahun 1984-2014 mendukung penyajian data dalam analisis kemarau panjang selama 30 tahun. Menurut WMO (1989), standart

4 prosedur umum dalam mengkalkulasikan dan mendeskripsikan perubahan iklim dianalisis selama kurang lebih 30 tahun. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mendalam mengenai strategi adaptasi dalam perubahan iklim terutama oleh masyarakat di sekitar hutan kayu putih KPH Yogyakarta. 1.2 Permasalahan Penelitian Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah periode jeda hujan tahun 2014 dan kemarau panjang tahun 1984-2014 memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sekitar hutan? 2. Bagaimana pengetahuan lokal pesanggem yang berkembang dalam upaya adaptasi bencana perubahan iklim khususnya periode jeda hujan dan kemarau panjang? 3. Bagaimana strategi adaptif masyarakat sekitar hutan terhadap perubahan iklim dalam manajemen bencana? 1.3 Tujuan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menganalisis periode jeda hujan tahun 2014 dan kemarau panjang tahun 1984-2014 melalui indikator curah hujan 2. Menganalisis pengetahuan lokal pesanggem sebagai strategi adaptif terhadap bencana perubahan iklim khususnya periode jeda hujan dan kemarau panjang

5 1.4 Manfaat Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Nilai-nilai pengetahuan lokal tentang strategi tumpangsari dapat didokumentasikan sebagai rujukan tertulis sebagai dasar pertimbangan pengelolaan kehutanan berbasis tumpangsari 2. Strategi sistem tumpangsari dapat dijadikan rujukan untuk menyusun strategi pengelolaan sumberdaya alam yang adaptif, prospektif, dan berkelanjutan 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian tentang strategi adaptif masyarakat yang hidup di sekitar hutan telah banyak dilakukan, tetapi penelitian strategi adaptif masyarakat sekitar hutan terhadap periode jeda hujan dan kemarau panjang dalam perubahan iklim belum pernah dilakukan. Pembuktian terhadap keaslian penelitian selanjutnya akan dibandingkan dengan beberapa penelitian terdahulu. Jauhari (2005) menganalisis pendapatan dan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan tumpangsari kayu putih. Seipalla (2007) mengkaji tumpangsari di lahan kayu putih terhadap keberlanjutan kegiatan konservasi. Dresani (2013) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi strategi adaptif pesanggem terhadap perubahan iklim. Ketiga penelitian tersebut memiliki kesamaan dalam strategi adaptif khususnya dalam sistem tumpangsari. Retnowati (2014) meneliti mengenai pengetahuan lokal masyarakat yang dengan mempertimbangkan iklim mikro dan aspek topografis. Perbedaan dengan penelitian Ambaraji (2015) terletak pada tujuan, metode, dan hasil yang akan dicapai. Bahan perbandingan dengan penelitian sebelumnya ditunjukkan dalam Tabel 1.1.

. Tabel 1.1 Perbandingan Dengan Penelitian Sebelumnya No Nama Judul Metode Hasil Persamaan Perbedaan 1 Ahmad Analisis Pendapatan dan Deskriptif Rata-rata penambahan pendapatan Metode penelitian, Analisis yang dilakukan Nasrudin Partisipasi Masyarakat kuantitatif dan petani peserta tumpangsari kayu yaitu deskriptif mencakup pendapatan, Al Jauhari terhadap Kegiatan pengumpulan putih sebesar Rp. kuantitatif partisipasi masyarakat, (2005) Tumpangsari Kayu Putih: data responden 1.489.665,00/tahun. Sumbangan pengaruh pola Studi Kasus di BDH dilakukan secara pengaruh variabel bebas terhadap tumpangsari terhadap Paliyan, Gunungkidul proportional variabel terikat sebesar 98% periode jeda hujan dan Yogyakarta random sedangkan terhadap produksi kemarau panjang. sampling tanaman palawija sebesar 52,1 % Cakupan lokasi penelitian adalah BDH Playen 2 Billy Kajian Tumpangsari di Deskriptif Aktivitas tumpangsari yang Metode penelitian, Aspek keberlanjutan Seipalla Lahan Kayu Putih dengan dilaksanakan dapat menjamin yaitu deskriptif dan konservasi tumpangsari (2007) (Malaleuca pendekatan keberlanjutan konservasi dalam kuantitatif lebih spesifik dalam leucadendron, LINN) kuantitatif peningkatan produktivitas tanah, strateginya terhadap terhadap Keberlanjutan (positifisme) dan mencegah kebakaran, dan pola jeda hujan dan Kegiatan Konservasi di Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku kualitatif (fenomenologis) meningkatkan pendapatan petani kemarau panjang 3 Ubai Faktor-faktor yang Metode chi Faktor yang mempengaruhi petani Menganalisis Metode yang dilakukan Dresani Mempengaruhi Strategi square, regresi melakukan strategi adaptasi mengenai faktorfaktor berupa deskriptif (2013) Adaptif Petani Terhadap logit terhadap perubahan iklim adalah yang kuantitatif. Tingkat Perubahan Iklim di besarnya nilai produksi ternak, mempengaruhi spesifikasi perubahan Kabupaten Sleman dan terjadi kekeringan lahan yang strategi adaptif iklim hanya pada Gunungkidul diolah, dan keberadaan sumber air petani terhadap periode jeda hujan dan irigasi permanen perubahan iklim kemarau panjang 6

Lanjutan Tabel 1.1 No Nama Judul Metode Hasil Persamaan Perbedaan 4 Arry Cultural and Risk Based Kualitatif, Pengetahuan lokal dari masyarakat Menanajemen Metode yang digunakan Retnowati Water and Land analisis spasial di kawasan Karst Gunungkidul perubahan musim, hanya kualitatif, (2014) Management in Karst dengan perlu disesuaikan dengan menganalisis penelitian dilakukan Areas: An Understanding Information perubahan alam, akan tetapi pengetahuan lokal tidak di kawasan karst, of Local Knowledge in Communication pranata mangsa membantu terutama pranata melainkan di RPH Gunungkidul, Java, Technologies masyarakat dalam ketrampilan mangsa, dan lokasi Menggoran, BDH Indonesia (ICT) mengelola sumber daya alam, penelitian di Playen, KPH memanajemen masyarakat dalam mgidentifikasi bahaya alam dan mengurangi risiko kekurangan air Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta 5 Hireng Strategi Adaptif Kombinasi Formulasi stategi adaptif Lokus penelitian Karakteristik bencana Ambaraji Masyarakat Sekitar kualitatif dan masyarakat sekitar hutan terhadap tentang sistem berupa periode jeda Hutan Terhadap Periode kuantitatif periode jeda hujan dan kemarau tumpangsari hujan dan kemarau Jeda Hutan dan Kemarau panjang dalam kurun waktu 30 sebagai strategi panjang sebagai Panjang dalam tahun adaptif masyarakat ancaman yang Perubahan Iklim di RPH sekitar hutan mempengaruhi Menggoran, BDH penghidupan Playen, KPH Yogyakarta masyarakat sekitar hutan 7

8