I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas tinggi merupakan suatu bangsa yang akan mampu bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Pendidikan untuk Abad XXI Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pernyataan tersebut mengandung maksud, melalui kegiatan belajar

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan. Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan tercapai bila didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan

Kurikulum Berbasis TIK

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh manusia untuk mencapai suatu perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

I. PENDAHULUAN. sangat berperan adalah lembaga pendidikan. Dalam mencapai tujuan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tentu tidak lepas dari dunia pendidikan. Karena. adalah dengan cara memeperbaiki proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ai Nunung Muflihah,2013

I. PENDAHULUAN. sekolah menengah atas adalah mata pelajaran Matematika. Mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam era globalisasi, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia akan dapat menyesuaikan

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TIPE TRUE OR FALSE TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa mendatang.

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses. pendidikan di sekolah. Proses belajar menentukan berhasil tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

I. PENDAHULUAN. Pada saat belajar di sekolah, guru jarang memberi penjelasan kepada siswa

I. PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, pengangkatan tenaga kependidikan sampai pengesahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan secara umum mempunyai suatu arti suatu proses usaha

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran guru dalam meningkatkan kualitas dan kompetensi sumber

BAB I PENDAHULUAN. membangun sebuah peradaban suatu bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UNESCO terdapat empat pilar pendidikan yang perlu

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Diajukan oleh : ARIYANTI

Menggunakan Teknik Cooperative Learning Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V di SDN 1 Sindanglaya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya manusia yang cerdas serta mampu bersaing di masa mendatang.

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

I. PENDAHULUAN. siswa secara fisik dan emosional dimana siswa diberi tugas untuk kemudian

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Kaling berpenghasilan dari hasil membuat batu bata dan karyawan. anak jadi rendah sehingga prestasi juga rendah pula.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses dimana induvidu dapat

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

I. PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan, karena pendidikan

I. PENDAHULUAN. derajat suatu bangsa dapat ditingkatkan menjadi bangsa yang besar dan

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. membekali setiap sumber daya manusia dengan pengetahuan, kecakapan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. harus terus diupayakan demi kepentingan masa depan bangsa. bersifat terus menerus. Pemerintah telah berupaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan,

1. PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia khususnya Lampung masih banyak. menggunakan pembelajaran yang bersifat tradisional. Salah satunya adalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi sampai ke liang lahat, mati (Warsita, 2008).

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu Pengetahuan Sosial, yang dalam penjelasannya disebutkan bahwa bahan kajian Ilmu Pengetahuan Sosial, antara lain, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Dari dasar pemikiran tersebut sangat nyata bahwa ilmu sosial sangat besar perannya dalam membentuk watak bangsa. Kurikulum yang dikembangkan di Indonesia sebenarnya telah mengalami pemantapan sejak uji coba kurikulum 2004 atau lebih dikenal Kurikulum Berbasis

2 Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melalui KTSP sekolah memiliki keleluasaan untuk mengembangkan kurikulum sesuai karakteristiknya. Tetapi dengan melihat pengembangan materi yang demikian luas dan jumlah jam pembelajaran yang sangat terbatas, sering menyulitkan guru mengembangkan strategi pembelajaran di kelas. Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni: (1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to live together. 1. Learning to know : Penguasaan yang dalam dan luas akan bidang ilmu tertentu, termasuk di dalamnya Learning to Know. Secara Implisit, Learning to know bermakna: Belajar Sepanjang Hayat (life long of education) Belajar bagaimana caranya untuk belajar (learning how to learn)

3 Belajar untuk mengetahui (learning to know) dalam prosesnya tidak sekedar mengetahui apa yang bermakna tetapi juga sekaligus mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupan. Tenaga kependidikan (Guru, pelatih, instruktur, dan lain-lain) harus menjadi inspirator dalam pengembangan, perencanaan, dan pembinaan pendidikan dan pembelajaran. Di samping itu guru dituntut untuk dapat berperan ganda sebagai kawan berdialog bagi siswanya dalam rangka mengembangkan penguasaan pengetahuan siswa. 2. Learning to do : Belajar untuk mengaplikasi ilmu, bekerja sama dalam team, belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi, belajar untuk berkarya atau mengaplikasikan ilmu yang didapat oleh siswa. Di dalam sebuah pembelajaran ada prinsip aktivitas (ada kegiatan) : Hard Skills : keterampilan yang menuntut fisik Soft Skills : keterampilan yang menuntut intelektual Proses belajar menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif, peningkatan kompetensi, serta pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan, perasaan, serta kemauan untuk berbuat atau merespon suatu stimulus. Pendidikan membekali manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan.

4 Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar seharusnya memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) dapat terrealisasi. Walau sesungguhnya bakat dan minat anak dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh dan berkembangnya bakat dan minat juga bergantung pada lingkungan. Seperti kita ketahui bersama bahwa keterampilan merupakan sarana untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan semata. Selain itu, sekolah juga berperan penting dalam menyadarkan peserta didik bahwa berbuat sesuatu begitu penting. Oleh karena itulah peserta didik mesti terlibat aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Tujuannya adalah agar peserta didik terbiasa bertanggung jawab, sehingga pada akhirnya, peserta didik terlatih untuk memecahkan masalah. 3. Learning to be : Belajar untuk dapat mandiri, menjadi orang yang bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan bersama. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri. Hal ini erat sekali kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Misal : bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi.

5 Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai kompas penunjuk arah sekaligus menjadi fasilitator sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan potensi diri siswa secara utuh dan maksimal. Selain itu, pendidikan juga harus bermuara pada bagaimana peserta didik menjadi lebih manusiawi, menjadi manusia yang berperi kemanusiaan. 4. Learning to live together : Belajar memhami dan menghargai orang lain, sejarah mereka dan nilai-nilai agamanya. Dengan kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live together). Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah. Kondisi seperti inilah yang memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama. Pendidikan di sekolah juga harus merangsang soft skill peserta didik sehingga kelak mereka mampu hidup bersama dengan orang lain, mampu bekerja sama dengan orang lain. Bahkan mereka terlatih untuk peka akan suka-duka orang lain. Berdasarkan keempat pilar pendidikan tersebut maka tujuan dari belajar adalah terjadinya proses perubahan kepribadian yang mencakup sikap, kebiasaan, motivasi, keativitas, dan kecerdasan yang bersifat menetap sebagai hasil latihan atau pengalaman. Dalam pembelajaran guru adalah ujung tombak pertama dalam

6 penyampaian informasi di dunia pendidikan. Maka suatu perkembangan baru dimana guru harus bersifat kreatif dan inovatif dalam proses Pembelajaran di kelas, yaitu dengan cara menggunakan Model pembelajaran yang bervariasi agar peserta didik dapat menerima dengan suatu keadaan yang menyenangkan dan bermakna. Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam pembelajaran IPS. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif. Upaya peningkatan prestasi belajar dan motivasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang memengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat

memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal. 7 Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran. Salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih berpusat pada murid, yaitu adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup. Hasil pengamatan penulis terhadap proses pembelajaran di SMP Negeri 2 Bukitkemuning menunjukkan bahwa 3 guru mata pelajaran IPS masih menggunakan metode konvensional atau berceramah, terkadang mereka hanya menggunakan LKS dalam kegiatan pembelajaran. Tidak hanya itu, hampir semua guru di SMP Negeri 2 Bukitkemuning belum mampu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sendiri, mereka hanya men-download dari internet. Dilihat dari kondisi sosial ekonomi, 80% orang tua siswa bekerja sebagai petani yang termasuk keluarga dengan tingkat ekonomi rendah. Sehingga mereka terkadang tidak mampu untuk menyediakan sarana belajar pendukung untuk anaknya. Kondisi yang demikian memberi kemungkinan para siswa kurang termotivasi untuk belajar di sekolah maupun di rumah. Pada saat belajar disekolah, khususnya pelajaran IPS jarang sekali anak-anak diberi gambaran bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah keilmuan yang sangat dekat dengan mereka karena mereka mengalaminya sehari-hari. Materi yang

8 diberikan hanya menitik beratkan kepada hapalan tanpa bekal keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi masalah dikehidupan sehari-harinya. Berbagai keterampilan dalam ilmu pengetahuan sosial sering dilupakan sekolah padahal sangat penting untuk dimiliki siswa. Tabel 1.1 Hasil Belajar IPS Semester Genap Kelas VIII SMP N 2 Bukitkemuning Tahun Pelajaran 2011/2012 Hasil Tertinggi Hasil Terendah NO Kelas ( 75 ) ( < 75 ) Frekuensi Prosentasi Frekuensi Prosentasi Total Frekuensi Total Hasil 1 VIII A 15 46,8 % 17 53,2 % 32 100 % 2 VIII B 13 40,6 % 19 59.4 % 32 100 % 3 VIII C 18 56,2 % 14 43,8 % 32 100 % Sumber: Dokumentasi guru mata pelajaran IPS kelas VIII SMP N 2 Bukitkemuning semester genap 2011/2012 Dari data hasil belajar diatas terlihat rendahnya hasil belajar yang disebabkan karena selama ini kegiatan pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Bukitkemuning masih menggunakan metode konvensional, yaitu guru memegang peran utama dalam menentukan isi dan langkah-langkah dalam menyampaikan materi kepada siswa. Akibatnya dalam mempelajari materi IPS siswa cenderung kurang semangat dan dianggap membosankan. Aktivitas belajar siswa tergolong pasif, sehingga mengakibatkan hasil belajar juga rendah. Selama kegiatan belajar mengajar siswa banyak yang mengobrol sendiri, atau ada yang bermain-main dan tidak mendengarkan ketika guru memberi penjelasan. Dengan demikian sebaiknya guru mampu memilih dan menerapkan model yang tepat dan sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan guna membantu siswa agar lebih efektif dalam belajar.

9 Oleh karena itu perlu diadakan inovasi dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu model pembelajaran yang mungkin mampu mengantisipasi kelemahan model pembelajaran konvensional dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together yang bertujuan untuk meningkatkan interaksi tatap muka, interdependensi positif, tanggung jawab individual, kemampuan-kemampuan interpersonal, dan kelompok kecil, (Robert E.Slavin, 2008: 48-56). Pada ciri interdependensi positif siswa ditekankan bagaimana dapat mencapai tujuan kelompok. Tujuan kelompok dapat tercapai apabila terdapat kerja sama dan komunikasi yang baik antar siswa dalam proses pembelajaran. Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Learning Together memberikan kesempatan bagi siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Sedangkan interaksi tatap muka memiliki keuntungan untuk mempermudahkan komunikasi antar siswa sehingga informasi-informasi yang diperlukan dalam proses pembelajaran diterima dengan baik. Selanjutnya, tanggung jawab individual ditujukan agar setiap siswa telah dapat menguasai materi atau konsep sebelum diskusi kelompok berlangsung, sehingga saat diskusi proses bertukar informasi dapat berjalan secara aktif. Kelompok kecil yang terdapat pada Learning Together memberikan kemudahan pembagian tugas kepada masingmasing siswa dalam kerja kelompok, sehingga semua siswa dapat berpartisipasi dalam diskusi kelompok. Kelebihan model Learning Together menjadikannya diangkat judul: Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning

Together (LT) dalam Pembelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 2 Bukitkemuning Lampung Utara. 10 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, masalah-masalah yang akan diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS tergolong rendah. 2. Sebagian besar guru masih menggunakan metode konvensional di dalam kegiatan pembelajaran. 3. Sebagian besar siswa dalam mengikuti pelajaran IPS sering mengalami kejenuhan karena proses pembelajaran yang masih bersifat monoton. 4. Guru SMP Negeri 2 Bukitkemuning belum menerapkan pembelajaran yang melibatkan siswa, sehingga hanya sebagian kecil siswa yang aktif. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, terdapat banyak masalah yang dapat diteliti dalam pembelajaran IPS. Tetapi perlu batasan permasalahan yang akan dikaji yaitu pada kajian pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together (LT) dalam pembelajaran IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Bukitkemuning Lampung Utara. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka masalah yang akan dirumuskan pada penelitian ini adalah masih

rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bukitkemuning. Dengan demikian permasalahan yang diajukan sebagai berikut: 11 1. Bagaimanakah pembelajaran IPS saat ini di SMP Negeri 2 Bukitkemuning kelas VIII 2. Bagaimanakah mengembangkan model Learning Together dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Bukitkemuning kelas VIII 3. Bagaimanakah efektivitas model Learning Together dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Bukitkemuning kelas VIII. 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan pembatasan masalah dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mendeskripsikan pembelajaran IPS saat ini di SMP Negeri 2 Bukitkemuning kelas VIII 2. Mengembangkan model Learning Together dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Bukitkemuning kelas VIII 3. Menganalisis efektivitas model Learning Together dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Bukitkemuning kelas VIII. 1.6 Kegunaan Penelitian Secara khusus kegunaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut. a. Bagi Peneliti

12 1. Mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dalam pembelajaran IPS. 2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan terutama pada pengembangan keilmuan pengajaran khususnya mata pelajaran IPS. b. Bagi Tenaga Pendidik IPS 1. Hasil penelitian ini dapat memberi masukan bagi guru dalam mengaplikasikan model pembelajaran Learning Together di kelas. 2. Meningkatkan mutu pembelajaran terutama kualitas dan profesionalisme guru. c. Bagi Siswa 1. Sebagai wawasan untuk meningkatkan hasil belajar melalui model pembelajaran yang melibatkan siswa secara optimal. 2. Sebagai alat untuk menumbuhkan motivasi dan kreativitas dalam pembelajaran IPS. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini yaitu: Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together dalam Pembelajaran IPS. 1.7.2 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Bukitkemuning Kabupaten Lampung Utara.

13 1.7.3 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bukitkemuning Kabupaten Lampung Utara. 1.7.4 Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013.