USAHATANI SAYURAN-TERNAK SEBAGAI BASIS AGRIBISNIS PEDESAAN DI LAHAN PASANG SURUT BONGKOR KECAMATAN BASARANG

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. Kata kunci : Integrasi, nilai tambah dan pasang surut.

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

PENGKAJIAN SISTEM USAHATANI TERPADU PADI-KEDELAI/ SAYURAN-TERNAK DI LAHAN PASANG SURUT

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

II. PERMASALAHAN DAN INOVASI TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAYAM CABUT (AMARANTHUS TRICOLOR) SECARA MONOKULTUR DI LAHAN PEKARANGAN

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

LITKAJIBANGRAP. R.Y. Galingging, A. Firmansyah,A. Bhermana, Suparman, dan S. Agustini

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

Kajian Paket Teknologi Budidaya Jagung pada Lahan Kering di Provinsi Jambi

DAFTAR TABEL. 1. Produksi tanaman sayuran menurut kabupaten/kota dan jenis sayuran di Provinsi Lampung

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA

Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Abstrak.

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KAJIAN PAKET TEKNOLOGI BUDI DAYA JAGUNG PADA LAHAN KERING DI PROVINSI JAMBI. Syafri Edi dan Eva Salvia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

PENGEMBANGAN UNIT DESA BINAAN Zaenaty Sannang

PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI SAYUR-SAYURAN ORGANIK DI TIMOR TENGAH UTARA

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak komoditas ekspor. Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya tersebut seca

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI PROVINSI JAMBI

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN ABSTRAK

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN PANGAN DAN GIZI KELUARGA MELALUI RUMAH HIJAU DI KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI.

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

INFORMASI PAKET TEKNOLOGI UNGGULAN

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

A. Realisasi Keuangan

USAHA TANI PARIA MENUNJANG KEGIATAN VISITOR PLOT DI KEBUN PERCOBAAN MAUMERE. I. Gunarto, B. de Rosari dan Masniah BPTP NTT

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman

Kontribusi Usahatani Padi dan Usaha Sapi Potong Terhadap Pendapatan Keluarga Petani di Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

Transkripsi:

USAHATANI SAYURAN-TERNAK SEBAGAI BASIS AGRIBISNIS PEDESAAN DI LAHAN PASANG SURUT BONGKOR KECAMATAN BASARANG Susilawati dan Salvina NA Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah ABSTRAK Tingkat cekaman lingkungan di lahan pasang surut kecamatan Basarang, kabupaten Kapuas, tergolong sangat tinggi, sehingga digolongkan sebagai lahan yang mati suri atau bongkor. Upaya perbaikan dilakukan untuk penyehatan tanah agar tanah dimanfaatkan secara optimal, bernilai ekonomi dan berdampak terhadap lingkungan sekitar. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi jenis usahatani dan komoditas yang diusahakan pasca pelaksaan pengkajian, baik yang ditanam di bagian tabukan maupun guludan maupun di pekarangan, baik yang terkait dengan penerapan inovasi teknologi, maupun perubahan yang terjadi terhadap inovasi teknologi, serta keuntungan yang diperoleh dari penerapan inovasi tersebut. Melalui kegiatan pengkajian usahatani terpadu padi-sayuran-ternak yang dilakukan beberapa tahun, telah ditanam padisayuran di lahan usaha dengan sistem surjan, dan usaha ternak dilakukan di pekarangan. Pada kegiatan ini limbah ternak sapi dimanfaatkan untuk usahatani padi dan sayuran. Sebaliknya limbah-limbah dari tanaman dimanfaatkan untuk pakan ternak. Selain itu dilakukan juga upaya penggemukan sapi dengan menambahkan konsentrat bioplus. Hasil kegiatan berdampak pada meningkatnya usaha ternak sapi, dan berkembangnya usahatani sayuran, sehingga kawasan ini dijadikan kawasan pengembangan ternak memalui kegiatan Agropolitan. Meningkatnya jumlah ternak dan limbah yang dihasilkan memacu aktivitas usahatani sayuran sebagai usahatani rumah tangga yang menguntungkan Usahatani sayuran dengan sistem surjan dan ternak di pekarangan menjadi model pengembangan lahan dan tanaman yang menguntungkan dan diminati petani, dan telah berkembang sebagai basis agribisnis pedesaan di kecamatan Basarang. Beberapa jenis sayuran yang ditanam selain untuk pemenuhan gizi keluarga, dimanfaatkan juga sebagai cash crop dengan nilai keuntungan dan R/C ratio >2,5. Untuk ternak, telah berkembang pasar ternak mingguan sebagai pusat agribisinis ternak di Kalimantan Tengah. Key word : pasang surut, bongkor, sayuran, ternak PENDAHULUAN Berdasarkan sejarah desa kondisi lahan yang bongkor terjadi sejak dilakukannya pengerukan saluran sekunder dan tersier yang tidak dilengkapi dengan pintu-pintu air, sehingga pengaturan air menjadi tidak sempurna, terjadi pendangkalan, terangkatnya lapisan pirit, dll. Akibatnya produktivitas lahan dan tanaman turun bahkan setelah beberapa tahun tidak poduktif. Sebagian warga mulai meninggalkan desa untuk berusahatani di luas desa (Susilawati et al., 2005).. Hasil kajian membuktikan bahwa penataan lahan dengan sistem surjan sangat membantu petani dalam mengembangkan atau memilih komoditas yang akan diusahakan dan menguntungkan. Sayuran yang ditanam di lahan guludan 285

memberikan pendapatan Rp 30.997.500 per musim, lebih tinggi dibandingkan usahatani padi-kedelai di lahan tabukan. Sementara itu, usaha ternak penggemukan selamaa 4 bulan memberi tambahan pendapatan sebesar Rp 1.500.000, dan pendapatan yang diperoleh dari pemanfaatan limbah ternak adalah Rp 960.000. Jumlah kotoran yang dihasilkan adalah 10 kg/hari/ekor. Selain itu pemanfaatan limbah ternak sangat membantu usahatani sayuran dan dapat dimanfaatkan oleh petani untuk perbaikan kondisi lahan (Susilawati et al., 2005). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi jenis usahatani dan komoditas yang diusahakan pasca pelaksaan pengkajian, baik yang ditanam di bagian tabukan dan guludan di pekarangan, baik yang terkait dengan penerapan inovasi teknologi, maupun perubahan yang terjadi terhadap inovasi teknologi, serta keuntungan yang diperoleh dari penerapan inovasi tersebut. 286 METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Desa Bungai Jaya (eks lokasi pengkajian) dan Tambun Raya (Desa terdekat yang turut penerapkan inovasi), Kecamatan Basarang Kabupaten Kapuas, dari bulan November 2008-Agustus 2009. Lokasi kegiatan dipilih secara sengaja (purposive sampling). Selama penelitian dilakukan pengamatan: (a) petani yang mengusahakan lahan usahanya, (b) jenis komoditas yang diusahakan, (c) teknologi dan input teknologi, dan (d) analisis dampak dan dukungan keberlanjutan usahatani. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan petani yang terlibat dan tidak terlibat langsung pada kegiatan pengkajian sebelumnya, dan observasi langsung terhadap komoditas yang ditanam, teknologi yang diaplikasikan dan diadopsi dari kegiatan pengkajian sebelumnya. Dilakukan juga analisis usahatani terhadap komoditas yang diusahakan. Data yang dihimpun ditabulasi, dan dianalisis dengan pogram excel dan SAS V9. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Wilayah dan Petani Wilayah Kecamatan Basarang seluas 206 km² dan dihuni oleh 17.890 jiwa (86,84 jiwa/km) adalah pemukiman transmigrasi tahun 1960. Desa Bungai Jaya dan Tambun Raya adalah desa di kecamatan Basarang yang paling padat penduduknya. Luas desa Bungai Jaya dan Tambun Raya hampir sama sekitar 555 ha, terdii dari sawah 395 ha, perkebunan rakyat 90 ha, lain-lain 70 ha. Desa Bungai Jaya dihuni oleh 375 kk atau sekitar 1.600 jiwa (BPS, 2010). Kepemilikan lahan usahatani seluas 2 ha, awalnya untuk tanaman padi dengan produktivitas 3,5 t/ha. Tingkat kesuburan lahan terus turun setelah adanya pengerukan saluran yang tidak dilengkapi pintu-pintu air, dan lahan menjadi tidak produktif, ditinggalkan dan bongkor. Selain itu terdapat lahan pekarangan dengan luas pemilikan 0,25 ha, ditanami berbagai komoditas buah-buahan seperti nenas, rambutan, salak dan cempedak yang menjadi andalan pendapatan rumah tangga petani. Petani berumur 40-50 tahun (48,6%), dengan tingkat pendidikan SMA/sederajat (54,2%), pengalaman berusaha 6-15 tahun (41,3%), sebagian besar suku Jawa (53,5%), (34,5%) suku Bali, sisanya suku Dayak dan Banjar (Tabel 1).

Tabel 1. Karakteristik petani berdasarkan umur, tingkat pendidikan dan pengalaman berusahatani No Karakteristik Petani Persentase (%) 1 Kelompok Umur < 40 tahun 35,0 40 50 tahun 48,2 > 50 tahun 16,8 2 Tingkat pendidikan SD/Sederajat 17,1 SMP/Sederajat 21,0 SMA/Sederajat 54,2 Diploma 5,6 S1 2,1 3 Pengalaman Berusahatani Padi/Sayuran,dll < 5 th 29,4 6 15 tahun 41,3 > 15 tahun 29,3 4 Jumlah Tanggungan Keluarga < 3 Orang 21,9 3-5 Orang 62,6 > 5 Orang 15,5 5 Rata-rata Pendapatan per Bulan < Rp 500.000 14,5 Rp 500.000 Rp 1.000.000 25,0 > Rp 1.000.000 60,5 6 Suku Lokal/Asli : Dayak/Banjar 12,0 Pendatang : Jawa, Bali 88,0 Usahatani Sayuran - Ternak Sebagai Basis Agribisnis Pedesaan Luas lahan usahatani untuk berbagai komoditas pasca pengkajian lebih banyak dibandingkan saat pengkajian. Kondisi lahan yang bongkor secara rutin diperbaiki dengan memberikan bahan organik berupa limbah ternak sapi yang dicampur kapur. Kotoran sapi yang dihasilkan di lokasi kegiatan rata-rata 10 kg/ ekor/hari, lebih rendah jika dibandingkan dengan pendapat Rahayu et al, (2009) yang menyatakan satu ekor sapi dewasa dapat menghasilkan 23,59 kg kotoran tiap harinya. Bagi petani di Basarang, pupuk kandang bukan lagi masalah, karena hampir setiap rumah tangga memiliki ternak sapi. Hampir semua rumah tangga patani membuat kompos dari limbah ternak sapi, bahkan di kecamatan Basarang terdapat industri pengolahan pupuk kandang yang dikelola oleh kelompok tani. Pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak, selain dapat menghasilkan beberapa unsur hara makro yaitu N, P dan K, juga menghasilkan sejumlah unsur hara mikro, seperti Fe, Zn, Bo, Mn, Cu, dan Mo. Pupuk kandang menjadi pupuk alternatif untuk mempertahankan produksi tanaman (Rahayu et al., 2009). Saat pengkajian, petani yang memanfaatkan lahannya untuk usahatani terpadu hanya 40 orang, tetapi saat ini hampir setiap rumah tangga petani (± 200) telah memanfaatkan lahannya untuk berbagai usahatani, khususnya sayuran. Sebagian besar lahan yang dimanfaatkan di-tata dengan sistem surjan, namun terlihat banyak petani yang membuat surjan belum sesuai dengan anjuran. Anjuran pembuatan surjan yang tepat adalah lebar guludan 3-5 m, tinggi 0,5 m dan lebar tabukan 15 m, sehingga dalam 1 ha lahan terdapat 3-4 surjan (Suriadikarta et al., 1999). Surjan yang dibuat petani lebih sempit yaitu 2-3 m, jarak antar guludan lebih rapat dan jumlahnya per ha lebih banyak. Pada kondisi demikian, hanya lahan-lahan guludan (bagian atas) yang dominan ditanami sayuran, sedangkan lahan tabukan sebagian besar tidak dimanfaatkan. Lahan yang ditata dengan sistem surjan anjuran, lahan tabukan dan guludan dapat ditanami berbagai komoditas (Gambar 1). 287

Gambar 1. Penataan lahan dengan system surjan, yang sesuai anjuran (kiri) dan cara petani (kanan) Lahan untuk sayuran umumnya seluas 0,25-0,5 ha per rumah tangga petani, yang ditanam di bagian guludan. Usahatani di lahan guludan ini dapat dilakukan hampir sepanjang musim. Adapun lahan-lahan tabukan yang memiliki luas yang cukup umumnya diusahakan untuk palawija pada musim kemarau dan padi pada musim hujan. Jenis sayuran dataran rendah yang diusahakan setiap rumah tangga petani beragam, seperti timun, kacang panjang, terong, buncis, sawi, bayam, paria, labu kuning, seledri dan kangkung cabut. Paket teknologi yang umumnya diaplikasi petani dalam berusahatani sayuran merupakan anjuran teknologi yang diaplikasikan dalam usahatani sayuran saat pengkajian, atau petani tetap mengacu kepada rekomendasi yang pernah diberikan BPTP Kalimantan Tengah, dengan deskripsi teknologi seperti dalam (Tabel 2). Dengan demikian dikehui terjadi peningkatan luas lahan yang ditata dengan sistem surjan dan dimanfaatkan untuk usahatani sayuran dan komoditas lainnya. Tabel 2. Deskripsi teknologi usahatani sayuran di lahan pasang surut bongkor kec. Basarang Paket Teknologi Musim Kemarau Musim Hujan Jenis sayuran Jenis sayuran yang memerlukan air lebih sedikit : Sayuran yang berumur pendek dan tahan hujan : Ketimun, kacang panjang, cabai, sawi, terong, oyong, Sawi, bayam, kangkung, katuk, terong kecil. Pupuk kandang 5-10 t/ha 5-10 t/ha Kapur 1,0 t/ha 1,0 t/ha Urea 100 kg/ha 100-150 kg/ha SP-36 100 kg/ha 100 kg/ha KCl 200 kg/ha 200 kg/ha Aplikasi pestisida jika diperlukan jika diperlukan Ternak yang diusahakan sudah berkembang bila dibandingkan dengan saat pengkajian. Saat pengkajian, ternak yang diintroduksikan hanya 3 ekor dan populasi ternak di kecamatan Basarang saat itu tidak lebih dari 40 ekor. Saat ini jumlah populasi sapi yang dipelihara dengan pola penggemukan > 300 ekor. Ini membuktikan bahwa usaha penggemukan sapi sangat diminati petani. Demikian juga dengan penanaman rumput unggul setaria sp. saat ini sudah beragam, namun jenis setaria masih terlihat lebih banyak di sepanjang jalan dan gululan. Menurut petani, rumput setaria mudah ditanam dan dapat dipotong secara rutin tanpa harus menanamnya kembali. Saat ini usahatani sayuran dan ternak sapi 288

telah berkembang luas di Basarang, dan menjadi pusat agribisnis pedesaan yang tumbuh pesat, dimana populasi ternak yang berkembang saat ini mencapai 700 ekor, baik yang dikelola dengan system penggemukan maupun untuk tujuan produksi (Gambar 2). Gambar 2. Hijauan pakan ternak jenis Setaria sp. yang ditanam di tepi guludan terpadu dengan usahatani sayuran, dan usaha ternak di pekarangan Dukungan Program Usahatani dan Ternak Pasca Pengkajian Berkembangnya usahatani sayuran dan ternak di lahan pasang surut bongkor kecamatan Basarang mendapat respon postif baik dari petani pelaksana dan petani pengadopsi teknologi, maupun dari. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura kabupaten Kapuas membantu kapur dolomit sebanyak 25 ton untuk menunjang perbaikan lahan usahatani, ditempatkannya program perluasan areal tanam padi dan hortikultura berturut-turut selama dua tahun dengan luas masing-masing 25 ha dan 100 ha. Dari Dinas Pekerjaan Umun dilakukan perbaikan dan pemeliharaan tata air di wilayah Basarang serta menyempurnaan pintu-pintu air. Dinas Peternakan kabupaten Kapuas mengucurkan Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM) 500 ekor ternak sapi. Berkembangnya usahaternak membawa Basarang sebagai wilayah pengembangan Agropolitan dengan sektor utama adalah usaha ternak sapi. Sistem pemasaran usahatani sayuran-ternak di lahan pasang surut Basarang sangat spesifik, untuk ternak sapi saat ini telah dibangun pasar ternak di Basarang sebagai pasar ternak terbesar di Kalimantan Tengah yang beroperasi setiap minggu. Sebaliknya usatani sayuran dipasarkan secara langsung oleh para wanita tani, setiap pagi ke pasar Kabupaten yang jaraknya sekitar 6 km, dengan mengendarai sepeda secara rombongan. Sepulang dari pasar, kerangjang sayur yang kosong diisi dengan rumput lapang yang diambil dari tepi jalan sepanjang perjalanan untuk ternak sapi. Pendapatan Usahatani Sayuran-Ternak Di Lahan Pasang Surut Usahatani sayuran per musim memberikan keuntungan Rp 30,997,500. (Tabel 3). 289

Tabel 3. Pendapatan usahatani sayuran di Desa Bungai Jaya Kecamatan Basarang Komponen Kebutuhan Harga Satuan (RP) Biaya (Rp) Benih (kg) Kacang Panjang 25 96,000 2,400,000 Timun 0,4 450,000 630,000 Terong 0,1 250,000 112,500 Urea (kg) Kacang Panjang 100 2,000 200,000 Timun 100 2,000 200,000 Terong 100 2,000 200,000 SP-36 (kg) Kacang Panjang 100 3,000 300,000 Timun 100 3,000 300,000 Terong 100 3,000 300,000 KCl (kg) Kacang Panjang 200 5,000 1,000,000 Timun 200 5,000 1,000,000 Terong 200 5,000 1,000,000 Pukan (kg) 5000 400 2,000,000 Kapur (kg) 1000 1,000 1,000,000 Biaya Tenaga Kerja (OH) 67 30,000 2,010,000 Total Biaya Produksi (Rp) 12,652,500 Penerimaan (Rp) 43,650,000 Keuntungan (Rp) 30,997,500 B/C Ratio 3.4 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Pasca pengkajian, teknologi yang paling banyak diadopsi dan dikembangkan di tingkat usahatani adalah model penataan lahan dengan system surjan, meskipun tidak semuanya sesuai anjuran. 2. Jenis komoditas yang paling banyak ditanam petani di lahan usaha khususnya di bagian guludan adalah sayuran, dengan keuntungan per musim sekitar Rp 30,997.500 atau R/C ratio >3,0. Di lahan tabukan hanya sedikit petani yang mengusahakannya untuk tanaman pangan. 3. Usahaternak di perkarangan berkembang sangat pesat, dengan fokus usaha penggemukan dan reproduksi ternak, dengan jumlah pemilikan 2-3 ekor. Selain diperoleh keuntungan dari usaha penggemukan dan reproduksi juga dihasilkan limbah ternak yang dapat dijadikan kompos, dengan harga jual Rp 20.000/sak, tiap sak berisi sekitar 50 kg. 4. Tingkat adopsi dan dukungan berbagai pihak terhadap pengembangan usahatani sayuran-ternak, mewujudkan usaha agribisnis pedesaan khususnya dalam penyediaan sayuran, daging dan pupuk kandang yang menguntungkan, dan lahan pasang surut yang bongkor tidak lagi terbengkalai. DAFTAR PUSTAKA Rahayu S., Dyah P dan Pujianto. 2009. Pemanfaatan kotoran ternak sapi sebagai sumber energi alternatif lingkungan beserta aspek sosio kulturalnya. J. Inotek, 13 (2): 150-160 Susilawati,, M. Sabran, Rahmadi R, Deddy Dj, Rukayah, dan Koesrini. 2005. Pengkajian sistem usahatani terpadu padi-kedelai/ sayuran-ternak di lahan pasang surut. J. PPTP. 8(2): 176-191 290